MAKALAH
PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN SISTEM
KARDIOVASKULER
(HIPERTENSI)
Disusun Oleh :
Rita Yunita Sari
Rusmini Utari
Siti Haulah
Siti Nur Jubaidah
A. Latar Belakang
Hipertensi sebetulnya bukan penyakit, melainkan merupakan salah satu
faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh (PJP), khususnya
CVA (cerebrovascular accident, infark atau pendarahan di otak). Disamping itu,
Faktor-faktor risiko lainnya adalah merokok, kolesterol dan homosistein yang
meningkat, kegemukan, jenis kelamin (pria,wanita sesudah menopauze), diabetes
mellitus serta keturunan.
Tekanan darah diastolis dan sistolis juga turut berpengaruh. Secara
tradisional tekanan darah diastolis umumnya dianggap lebih penting daripada
tekanan darah sistolis sebagai factor PJP. Namun penelitian baru menunjukkan
bahwa tensi sistolis sama pentingnya untuk meramalkan berbagai komplikasi
hipertensi (stroke, PJP, gagal-jantung). Bahkan pada orang di atas 50 tahun
tekanan darah sistolis mungkin lebih penting daripada tekanan darah diastolis.
Terutama lansia dapat menderita hipertensi sistolis tunggal yang acap kali sukar
diturunkan dengan pengobatan.
Dalam keadaan sehat, aktifitas fisik maupun emosi dapat mengubah tekanan
darah sewaktu-waktu. Dengan hipertensi dimaksudkan tekanan darah dalam
keadaan istirahat melebihi normal, dan ada variasi yang amat besar.
Umumnya diambil sebagai batas normal pada orang dewasa 140 mm Hg
sistolik dan kurang dari 100 mm Hg diastolik. Normal tensi 120/80 mm Hg.
Hipertensi ringan sampai sedang 160/90 dan 180/105 mm Hg, dan sampai
hipertensi yang lebih berat atau ganas adalah di atas 180/105 mm Hg.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Apa definisi dari hipertensi?
2. Apa saja tanda dan gejala hipertensi?
3. Apa saja klasifikasi dari hipertensi?
4. Bagaimana patofisiologi hipertensi?
5. Bagaimana diagnosis hipertensi?
6. Apa saja komplikasi hipertensi?
7. Bagaimana cara pencegahan hipertensi?
8. Bagaimana pengobatan hipertensi?
C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui definisi dari hipertensi
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Untuk mengetahui klasifikasi hipertensi
4. Untuk mengetahui patofisiologi hipertensi
5. Untuk mengetahui diagnosis hipertensi
6. Untuk mengetahui komplikasi hipertensi
7. Untuk mengetahui cara pencegahan hipertensi
8. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hipertensi
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah
didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala,
dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya
resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan
ginjal.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan darah
meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan
dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke
seluruh tubuh.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih
tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah ditulis sebagai
tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80 mmHg, dibaca
seratus dua puluh per delapan puluh. Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada
saat duduk tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolic
mencapai 90 mmHg atau lebih, atau keduanya. Pada tekanan darah tinggi,
biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan
diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran
normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.
Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami
kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun
dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis. Hipertensi maligna
adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan
kematian dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap
200 penderita hipertensi. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi
secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang
jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah
ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di
waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
C. Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri
dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya,
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak faktor
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan
saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan
Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko, seperti
obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi
vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain-lain.
E. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi dengan pemeriksaan fisik paling akurat Menggunakan
sphygmomanometer air raksa. Sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali
pengukuran dalam posisi duduk dengan siku lengan menekuk di atas meja dengan
posisi telapak tangan menghadap ke atas dan posisi lengan sebaiknya setinggi
jantung. Pengukuran dilakukan dalam keadaan tenang. Pasien diharapkan tidak
mengonsumsi makanan dan minuman yang dapat mempengaruhi tekanan darah
misalnya kopi, soda, makanan tinggi kolesterol, alkohol dan sebagainya.
Pasien yang terdiagnosa hipertensi dapat dilakukan tindakan lebih lanjut yakni :
1. Menentukan sejauh mana penyakit hipertansi yang diderita
Tujuan pertama program diagnosis adalah menentukan dengan tepat
sejauh mana penyakit ini telah berkembang, apakah hipertensinya ganas atau
tidak, apakah arteri dan organ-organ internal terpengaruh, dan lain-lain.
2. Mengisolasi penyebabnya
Tujuan kedua dari program diagnosis adalah mengisolasi penyebab
spesifiknya.
3. Pencarian faktor risiko tambahan
Aspek lain yang penting dalam pemeriksaan, yaitu pencarian faktor-
faktor risiko tambahan yang tidak boleh diabaikan.
4. Pemeriksaan dasar
Setelah terdiagnosis hipertensi maka akan dilakukan pemeriksaan
dasar, seperti kardiologis, radiologis, tes laboratorium, EKG
(electrocardiography) dan rontgen.
5. Tes khusus
Tes yang dilakukan antara lain adalah :
a. X-ray khusus (angiografi) yang mencakup penyuntikan suatu zat warna
yang digunakan untuk memvisualisasi jaringan arteri aorta, renal dan
adrenal.
b. Memeriksa saraf sensoris dan perifer dengan suatu alat electroencefalografi
(EEG), alat ini menyerupai electrocardiography (ECG atau EKG).
F. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi yang terjadi dalam kurun waktu yang lama akan berbahaya
sehingga menimbulkan komplikasi. Komplikasi tersebut dapat menyerang
berbagai target organ tubuh yaitu otak, mata, jantung, pembuluh darah arteri, serta
ginjal. Sebagai dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas hidup penderita
menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian pada
penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab
kerusakan organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan
tekanan darah pada organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya
autoantibodi terhadap reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation,
dan lain-lain. Penelitian lain juga membuktikan bahwa diet tinggi garam dan
sensitivitas terhadap garam berperan besar dalam timbulnya kerusakan organ
target, misalnya kerusakan pembuluh darah akibat meningkatnya ekspresi
transforming growth factor-β (TGF-β).
Umumnya, hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Kerusakan organ-organ yang umum
ditemui pada pasien hipertensi adalah:
1. Jantung
a. Hipertrofi ventrikel kiri
b. Angina atau infark miokardium
c. Gagal jantung
2. Otak : Stroke atau transient ischemic attack
3. Penyakit ginjal krooni
4. Penyakit arteri perifer
5. Retinopati
G. Pencegahan Hipertensi
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap
hipertensi. Pada umumnya, orang berusaha mengenali hipertensi jika dirinya atau
keluarganya sakit keras atau meninggal dunia akibat hipertensi. Tidak semua
penderita hipertensi memerlukan obat. Apabila hipertensinya tergolong ringan
maka masih dapat dikontrol melalui sikap hidup sehari-hari.
Pengontrolan sikap hidup ini merupakan langkah pencegahan amat baik
agar penderita hipertensi tidak kambuh gejala penyakitnya. Usaha pencegahan
juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah,
tentunya harus disertai pemakaian obat-obatan yang ditentukan oleh dokter.Agar
terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan
yang baik (Stop High Blood Pressure), antara lain dengan cara menghindari faktor
risiko hipertensi.
1. Pola makan
Makanan merupakan faktor penting yang menentukan tekanan darah.
Mengkonsumsi buah dan sayuran segar dan menerapkan pola makan yang
rendah lemak jenuh, kolesterol, lemak total, serta kaya akan buah, sayur, serta
produk susu rendah lemak telah terbukti secara klinis dapat menurunkan
tekanan darah. Untuk menanggulangi keadaan tekanan darah yang tinggi,
secara garis besar ada empat macam diet, yaitu :
a. Diet rendah garam
Ada tiga macam diet rendah garam (sodium) yaitu :
1) Diet ringan, boleh mengkonsumsi 1,5-3 gram sodium perhari, senilai
dengan 3,75-7,5 gram garam dapur.
2) Diet menengah, boleh mengkonsumsi 0,5-1,5 gram sodium perhari,
seniali 1,25-3,75 gram garam dapur.
3) Diet berat, hanya boleh mengkonsumsi dari 0,5 gram sodium atau kurang
dari 1,25 gram garam dapur perhari.
Tujuan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan
retensi (penahan) air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan
tekanan darah. Walaupun rendah garam, yang penting diperhatikan dalam
melakukan diet ini adalah komposisi makanan harus tetap mengandung
cukup zat-zat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin yang
seimbang.
b. Diet rendah kolesterol dan lemak terbatas
Diet ini bertujuan untuk menurunkan kadar kolesterol darah dan
menurunkan berat badan bagi penderita yang kegemukan. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam mengatur diet ini antara lain sebagai berikut :
1) Hindari penggunaan lemak hewan, margarin dan mentega terutama
goreng-gorengan atau makanan yang digoreng dengan minyak.
2) Batasi konsumsi daging, hati, limpa, dan jenis lainnya serta sea food
(udang, kepiting), minyak kelapa dan kelapa (santan).
3) Batasi konsumsi kuning telur, paling banyak tiga butir dalam seminggu.
4) Lebih sering mengkonsumsi tempe, tahu, dan jenis kacang.
5) Batasi penggunaan gula dan makanan yang manis manis, seperti sirup,
dodol, kue, dan lain-lain.
6) Lebih banyak mengkonsumsi sayuran dan buah, kecuali durian dan
nangka. Selain itu, juga harus memperhatikan gabungan makanan yang
dikonsumsi karena perlu disesuaikan dengan kadar kolesterol darah.
c. Diet tinggi serat
Diet tekanan darah tinggi dianjurkan setiap hari mengkonsumsi
makanan berserat tinggi. Beberapa contoh jenis bahan makanan yang
mengandung serat tinggi yaitu :
1) Golongan buah-buahan, seperti jambu biji, belimbing,papaya, mangga,
apel, semangka dan pisang.
2) Golongan sayuran, seperti bawang putih, daun kacang panjang, kacang
panjang, daun singkong, tomat, wortel, touge.
3) Golongan protein nabati seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang
kedelai, kacang merah, dan biji-bijian.
4) Makanan lainnya seperti agar-agar dan rumput laut.
d. Diet rendah kalori bagi yang kegemukan
Orang yang berat badannya lebih (kegemukan) akan beresiko tinggi
terkena hipertensi. Demikian juga orang yang berusia diatas usia 40 tahun.
Penanggulangan hipertensi dapat dilakukan dengan pembatasan asupan
kalori, hal yang harus diperhatikan yaitu :
1) Asupan kalori dikurangi sekitar 25
2) Menu makanan harus seimbang dan memenuhi kebutuhan zat gizi
3) Aktivitas olahraga dipilih yang ringan-sedang
2. Pola istirahat
Pemulihan anggota tubuh yang lelah beraktifitas sehari penuh untuk
menetralisir tekanan darah.
3. Pola aktivitas
Tekanan darah. Jenis latihan yang dapat mengontrol tekanan darah yaitu :
bejalan kaki, bersepeda, berenang, aerobik. Kegiatan atau pekerjaan sehari-hari
yang lebih aktif baik fisik maupun mental memerlukan energi / kalori yang
lebih banyak. Orang dengan gaya hidup yang tidak aktif akan rentan terhadap
tekanan darah tinggi. Melakukan olahraga secara teratur tidak hanya menjaga
bentuk dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah.
H. Pengobatan Hipertensi
Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan menurut
golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi penatalaknaan dasar
yaitu :
1. Non farmakologik, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang telah
diketahui akan menyebabkan atau menimbulkan komplikasi, misalnya
menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok, alkohol, dan
mengurangi asupan garam serta rileks.
2. Farmakologik, yaitu memberikan obat anti hipertensi ygang telah terbukti
kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang digunakan
pada hipertensi adalah :
a. Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
b. Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
c. ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
d. Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
e. Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
f. Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
g. Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan.
h. False-neurotransmiter, contohnya clodine, metildopa, guanabens Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder yang
jumlahnya kurang lebih 10 % dari total penderita hipertensi. Tanda-tanda dan
penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di rujuk lebih dini
dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu pemerikasaan dengan
sarana yang canggih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit tidak menular menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia yang
menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi, serta menimbulkan
beban pembiayaan kesehatan sehingga perlu dilakukan penyelenggaraan
penanggulangan, Pada tingkat global, 63% penyebab kematian di dunia adalah
penyakit tidak menular yang membunuh 36 juta jiwa per tahun, 80% kematian ini
terjadi di negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Hipertensi merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbesar di
dunia dan menurut data yang di keluarkan oleh Litbang tahun 2015 pada tingkat
nasional penyakit hipertensi menduduki peringkat ke-5 penyakit penyebab
kematian terbesar di indonesia dengan persentase 5,3% dan pada provinsi
sulawesi tenggara penyakit hipertensi menurut data yang di keluarkan oleh dinas
kesehatan prov. Sulawesi tenggara 2015 menduduki peringkat-2 dengan jumlah
kasus 19.743.
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami
peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).
Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-
satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah
kita secara teratur.
B. Saran
Agar terhindar dari penyakit hipertensi yang mematikan ini sebaiknya kita
menerapkan pola hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi, mengatur pola makan, mengatur pola aktivitas dan mengatur pola istrahat.
Jika sudah terkena penyakit hipertensi sebaiknya kita menghindari berbagai
macam makanan dan minuman seperti Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi
(otak, ginjal, paru, minyak kelapa,gajih), Makanan yang diolah dengan
menggunakan garam natrium (biscuit, crackers, keripikdan makanan
keringyangasin), Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned,
sayuran serta buah-buahan dalam kaleng, soft drink), Makanan yang diawetkan
(dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang, udang kering, telur asin,
selai kacang), Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta
sumber protein hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah
(sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam), Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi,
terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta bumbu penyedap lain yang pada
umumnya mengandunggaram natrium dan Alkohol serta makanan yang
mengandung alkohol seperti durian, tape.
DAFTAR PUSTAKA