Anda di halaman 1dari 5

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN


SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
Jalan Kurnia Makmur No. 64 RT. 24 Kelurahan Harapan Baru Kecamatan Loa Janan
Samarinda Kalimantan Timur Telp. (0541) 738153, Fax : (0541) 768523
Laman: http:www.poltekkes-kaltim.ac.id Surat Elektronik: poltekkes_smd2007@yahoo.co.id

Nama : Misliana
NIM : P07224320048

FORMAT TELAAH ARTIKEL PENELITIAN

No Pertanyaan Jawaban
1 Judul penelitian Efektifitas Kombinasi Pijat Oksitosin Tehnik Effleurage
Dan Aromaterapi Rose Terhadap Kadar Prolaktin Post
Partum Normal Di Puskesmas Dawe Kudus Tahun 2013

2 Pertanyaan penelitian 1. Apakah perlakuan pijat oksitosin Tehnik effleurage


lebih efektif untuk merangsang kadar hormon prolaktin
2. Apakah perlakuan aromaterapi rose lebih efektif untuk
merangsang kadar hormon prolaktin
3. Apakah perlakuan pijat oksitosin Tehnik effleurage dan
aromaterapi rose lebih efektif untuk merangsang kadar
hormon prolaktin

3 Tujuan Penelitian Membuktikan efektifitas pijat oksitosin Tehnik effleurage,


aromaterapi rose Dan kombinasi pijat oksitosin tehnik
effleurage dan aromaterapi terhadap Kadar prolaktin.

4 Hipotesis penelitian Hipotesis Nol (Ho)


1. Tidak Ada Hubungan Perlakuan Pijat Oksitosin Tehnik
Effleurage Dengan Kadar Hormon Prolaktin
2. Tidak Ada Hubungan Perlakuan Aromaterapi Rose
Dengan Kadar Hormon Prolaktin
3. Tidak Ada Hubungan Perlakuan Pijat Oksitosin Tehnik
Effleurage Dan Aromaterapi Rose Dengan Kadar
Hormon Prolaktin
Hipotesis Alternatif (Ha)
1. Ada Hubungan Perlakuan Pijat Oksitosin Tehnik
Effleurage Dengan Kadar Hormon Prolaktin
2. Ada Hubungan Perlakuan Aromaterapi Rose Dengan
Kadar Hormon Prolaktin
3. Ada Hubungan Perlakuan Pijat Oksitosin Tehnik
Effleurage Dan Aromaterapi Rose Dengan Kadar
Hormon Prolaktin

5 Kerangka konsep
Pijat Oksitosin
Tehnik
Effleurage
Kadar
Hormon
Aroma Terapi
Prolaktin
Rose

6 Variabel independen Jenis perlakuan pijat oksitosin tehnik effleurage,


aromaterapi rose dan kombinasi pijat oksitosin tehnik
effleurage dan aromaterapi rose.
7 Variabel dependen Kadar hormon prolaktin

8 Cara pengukuran variabel Kuisioner Dan Cheklist


independen

9 Cara pengukuran variabel Uji Klinik Kadar Hormon Prolaktin Dengan Menggunakan
dependen Microplate Reader.
10 Desain penelitian Jenis penelitian quasy experiment dengan rancangan non
randomized controlled trial desain pretest posttest control
group.
11 Waktu penelitian Mulai bulan Nopember 2013 sampai dengan bulan Januari
2014
12 Tempat penelitian Desa Margorejo wilayah kerja Puskesmas Dawe

13 Populasi penelitian ibu post partum normal di Desa Margorejo wilayah


Puskesmas Dawe mulai bulan Nopember 2013 sampai
dengan bulan Januari 2014
14 Sampel penelitian ibu post partum normal di Desa Margorejo 40 responden
15 Metode pengumpulan data Data Primer Dan Data Sekunder
16 Alat pengumpulan data Kuisioner, Cheklist Dan Uji Klinik Kadar Hormon Prolaktin
Dengan Menggunakan Microplate Reader.
17 Analisis data penelitian Analisis data kuantitatif dilakukan secara univariat, bivariat
(uji wilcoxon, independen t test, anova dan kruskal wallis).
Analisis data kualitatif secara deskriptif dan disajikan
dalam bentuk narasi.
18 Hasil penelitian Hasil berdasarkan analisis bivariat menunjukkan rata –
rata hormon prolaktin pada kelompok pijat 34,33 ng/ ml, sd
47,13 ng/ml. Kelompok aromaterapi rata – rata 45,04
ng/ml, sd 156,04 ng/ml, kelompok pijat dan aromaterapi
rata – rata 224,99 sd 145,45 ng/ml, kelompok kontrol
rata – rata 14,97 sd 155,17 ng/ml, p value 0,004 (p < 0,05)
artinya ada perbedaan bermakna rata rata kadar hormon
prolaktin ketiga perlakuan. Pijat oksitosin tehnik effleurage
dan aromaterapi rose paling efektif terhadap peningkatan
kadar hormon prolaktin ( 95% CI 120,95-329,02 ; p value
0,008).
19 Simpulan dan saran Setelah dilakukan penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Karakteristik responden berdasarkan umur terbanyak
umur 26 tahun, berdasarkan pendidikan terbanyak
pendidikan dasar, berdasarkan pekerjaan terbanyak
tidak bekerja, dan berdasarkan paritas terbanyak
multipara
2. Rata – rata tertinggi kadar hormon prolaktin sebelum
perlakuan adalah pada kelompok kontrol.
3. Rata – rata tertinggi kadar hormon prolaktin sesudah
perlakuan adalah pada kelompok pijat oksitosin
4. dengan aromaterapi
5. Ada perbedaan yang bermakna kadar hormon
prolaktin antara sebelum dan sesudah pijat oksitosin.
6. Tidak ada perbedaan yang bermakna kadar hormon
prolaktin antara sebelum dan sesudah aromaterapi.
7. Ada perbedaan yang bermakna kadar hormon
prolaktin antara sebelum dan sesudah kombinasi pijat
oksitosin dan aromaterapi
8. Ada perbedaan rata – rata kadar hormon prolaktin
yang bermakna dari ke tiga perlakuan.
9. Kombinasi pijat oksitosin tehnik effleurage dan
aromaterapi rose terbukti paling efektif terhadap
peningkatan kadar hormon prolaktin.

Saran
1. Tenaga kesehatan (Bidan) hendaknya menerapkan
pijat oksitosin tehnik effleurage untuk meningkatkan
produksi ASI agar cakupan ASI Eklusif tercapai,
memberikan pendidikan kesehatan tentang cara
meningkatkan produksi ASI dengan tehnik pijat
oksitisin dan aromaterapi dan perlunya memberikan
dukungan pada keluarga untuk melakukan terapi
komplementer kombinasi pijat oksitosin tehnik
effleurage dan aromaterapi untuk meningkatkan kadar
hormon prolaktin.
2. Bagi Puskesmas perlunya melakukan sosialisasi pada
tenaga kesehatan (bidan) tentang pijat oksitosin tehnik
effleurage dan aromaterapi, melaksanakan program
DKK dengan membentuk kelas ibu dan kelompok
pendukung ASI dengan pengembangan materi pijat
oksitosin tehnik effleurage dan aromaterapi.
3. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten perlunya
menetapkan kebijakan program manajemen laktasi
dengan cara pengembangan terapi komplementer
salah satunya pijat oksitosin tehnik effleurage dan
aromaterapi, memfasilitasi
4. pelatihan tentang pijat oksitosin tehnik effleurage bagi
tenaga kesehatan khususnya untuk bidan agar
cakupan ASI eklusif tercapai.
5. Bagi peneliti selanjutnya perlunya mengendalikan
variabel pengganggu yang dapat mempengaruhi
kadar hormon prolaktin seperti pola makan, kondisi
psikologi
6. dan teknik menyusu, breast care, lamanya bayi
menyusu, isapan bayi dalam menyusu serta perilaku /
tehnik pijat yang dilakukan oleh dukun bayi. Sampel
penelitian diperluas, sehingga bisa digunakan untuk
generalisasi kadar hormon prolaktin pada ibu post
partum normal.
Perlunya sosialisasi, penerapan, dukungan, pelatihan
serta kebijakan program manajemen laktasi di Dinas
Kesehatan Kabupaten tentang terapi komplementer
kombinasi pijat oksitosin tehnik effleurage dan
aromaterapi rose.
20 Referensi 1. Roesli,U. Panduan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta:
Pustaka Bunda.
2. Evariny,A. Agar ASI lancar diawal menyusui.
Available from URL:http://www.hypno-birthing.
web.id?,diakses tanggal 15 Oktober 2013.
3. Badan Pusat Statistik, 2012.Survey Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2012.BPS-BKKBN
Kemenkes RIMeasure DHS,ICF International.
4. Kementerian Kesehatan RI.2012. Pedoman Pekan
ASI Sedunia.
5. Biancuzzo, M. 2003. Breastfeeding the newborn :
Clinical strategies for nurses. St. Louis : Mousby.
Colin, W.B. & Scott J.A. 2002. Breastfeeding:
Reasons for starting, reasons for stopping, and
problem along the way. Australia: School of Public
Health.
6. AIMIASI. Produksi ASI. (serial online) 2010.
Available from URL: http:// aimi-asi.org/. Diakses
tanggal 26 Agustus 2013
7. Purnama, R.R.W. 2013. Efektivitas Antara Pijat
Oksitosin Dan Breast Care Terhadap Produksi Asi
Pada Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesarea Di
Rsud Banyumas. Skripsi. Purwokerto. PSIK
Universitas Jendral Soedirman.
8. Mardiyaningsih, E. 2010.Efektifitas Kombinasi
Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI Ibu Post Seksio Sesarea di Rumah
Sakit Wilayah Jawa Tengah. Tesis. Jakarta. FIK UI.
9. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.2012 Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012.
Semarang. Dinas kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus,
2010,2011,2012. Profil Kesehatan Kudus
10. 10.Koesoemardiyah,A-Z. 2009 Aromaterapi: untuk
kesehatan kebugaran dan kecantikan.
Yogyakarta:Andi. Monika, B. 2012. Hormon
Prolaktin dan Hormon Oksitosin. Available from
URL: http://theurbanmama.com, diakses tanggal 26
Agustus 2013
11. Roesli, U.2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta:
Trubus Agriwidya.

12. Roesli, U. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta :


Trubus Agriwidya.
13. Primadiati, Rachmi.2004 Aromaterapi. Jakarta.
Gramedia Pstaka Utama.
14. Deveraux. C.2003., Aromatheraphy : Esential Oil
an How to use Them. United States : Turtle
Publishing,pp.
15. Howarts, Hughes BM Expectancies.2007 Not
Aroma Explain Impact of Rose Aromaterapy, New
England Journal Medicine.5

Anda mungkin juga menyukai