I. Analisa Univariat
terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD (65,5%), kemudian diikuti
oleh tamat SMP+ sebanyak 24,5% dan sisanya tidak sekolah (10%). Distribusi
frekuensi pengeluaran perkapita responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
pengeluaran perkapita ≤ rata-rata (59%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita
> rata-rata (41%). Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada
Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat (96,6%) lebih besar dari pada rumah
sehat (3,4%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat
dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh tiap hari (50,5%) lebih
besar dibandingkan kebiasaan minum teh tidak setiap hari (49,5%). Distribusi
frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa sebagai
Uji normalitas dapat dilihat pada Tabel-2, dari data diatas nilai p 0.000 ≤ α
(0,05) maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak
normal.
umur adalah 65 tahun dengan standar deviasi 5,219 tahun dan umur minimum 60
responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata hb adalah 11,959 mg/dl dengan
standar deviasi 0,9677 mg/dl dan hb minimum 9,4 mg/dl serta hb maksimum 14,1
mg/dl. Distribusi frekuensi asupan lauk responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-
rata asupan lauk adalah 698,19 gr dengan standar deviasi 292,177 gr dan asupan lauk
rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,765 mg/dl dengan standar deviasi 1,9457 gram.
mg/dl dengan standar deviasi 0,9132 gram. Pada mereka yang berpendidikan SMP+
rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,834 mg/dl dengan standar deviasi 1,0905
gram.
Hasil uji didapatkan nilai p=0,002, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan
dibawah rata-rata adalah 11,852 mg/dl dengan standar deviasi 1,1295 gr%,
perkapita diatas rata-rata adalah 12,112 mg/dl dengan standar deviasi 0,6392 gr%.
Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada
rata.
adalah 12,012 mg/dl dengan standar deviasi 0,9197 gr%, sedangkan untuk rata-rata
kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang sehat adalah 10,456 mg/dl
dengan standar deviasi 1,0838 gr%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000,
berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar
hemoglobin (hb) responden antara rumah yang tidak sehat dengan rumah yang sehat.
setiap hari adalah 11,412 mg/dl dengan standar deviasi 0,8858 gr%, sedangkan untuk
rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh yang tidak
setiap hari adalah 12,516 mg/dl dengan standar deviasi 0,6904 gr%. Hasil uji statistik
didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang
signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara kebiasaan minum teh
setiap hari dengan kebiasaan minum teh yang tidak setiap hari.
Tabel 8. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut
Jenis Kelamin
jeniskelamin resp. n Mean SD SE P value
laki-laki 160 12.295 1.3265 0.1049 0.000
perempuan 890 11.898 0.8753 0.0293
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin laki-laki
adalah 12,295 mg/dl dengan standar deviasi 1,3265 gr%, sedangkan untuk rata-rata
kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin perempuan adalah 11,898
mg/dl dengan standar deviasi 0,8753 gr%. Hasil uji statistik didapatkan nilai
p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar
hemoglobin (hb) responden antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin
perempuan.
Tabel 9. Analisa Korelasi dan Regresi Asupan Lauk Dengan Kadar Hemoglobin
(Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
Lauk2 0.583 0.340 Hb=10.610+0.002*asupan lauk 0.000
Hubungan asupan lauk responden dengan kadar hemoglobin (hb)
bertambah asupan lauk semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan
determinasi 0,340 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat
menerangkan 34% variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh
cukup baik untuk menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik
didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lauk dengan hemoglobin
(p=0,000).
Tabel 10. Analisa Korelasi dan Regresi Umur Dengan Kadar Hemoglobin (Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
umur2 0.027 0.001 Hb=11.630+0.005*umur2 0.012
hubungan yang lemah (r=0,027) dan berpola positif artinya semakin bertambah umur
semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan determinasi 0,001
artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 0,1% variasi
hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan
variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang
Tabel 11. Uji Regresi Linear Berganda Pengaruh Rumah Sehat, Asupan Lauk,
Kebiasaan Minum Teh, dan Jenis Kelamin Terhadap Kadar Hemoglobin (hb)
Variabel B SE OR t Sig. R² F Sig.
10.72 0.00
(Constant) 0.127 84.612 0.530 295.051 0.000
7 0
jeniskelamin 0.00
-0.423 0.057 -0.157 -7.375
resp. 0
0.00
asupan lauk (gr) 0.001 0.000 0.402 17.330
0
0.00
Rumah Sehat -0.955 0.115 -0.180 -8.316
0
Kebiasaan 0.00
0.745 0.045 0.385 16.399
Minum Teh 0
Diketahui pengaruh jenis kelamin, asupan lauk, rumah sehat, dan kebiasan
minum teh terhadap kadar hemoglobin (hb) memiliki nilai Sig. yang sama
Berdasarkan output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,530, hal ini
mengandung arti bahwa semua variabel independen di atas secara simultan terhadap
I. Analisa Univariat
terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD (65,5%), kemudian diikuti
oleh tamat SMP+ sebanyak 24,5% dan sisanya tidak sekolah (10%). Distribusi
frekuensi pengeluaran perkapita responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
pengeluaran perkapita ≤ rata-rata (59%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita
> rata-rata (41%). Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada
Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat (96,6%) lebih besar dari pada rumah
sehat (3,4%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat
dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh tiap hari (50,5%) lebih
besar dibandingkan kebiasaan minum teh tidak setiap hari (49,5%). Distribusi
frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa sebagai
frekuensi asupan lauk2 responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa asupan
lauk2 > mean (51,3%) lebih besar dari pada asupan lauk2 ≤ mean (48,7%).
Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa umur
muda 57% lebih besar dibandingkan umur tua 43%. Distribusi frekuensi anemia pada
responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa responden yang terkena anemia
diperoleh bahwa ada sebanyak 311 (50,2%) responden yang pengeluaran perkapita ≤
mean mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang > mean, ada 255
(59,3%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,004 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang
pengeluaran perkapita > mean dengan responden yang ≤ mean (ada hubungan yang
signifikan antara pengeluaran perkapita dengan kejadian anemia). Dari hasil analisis
diperoleh pula nilai OR=0,691, artinya responden yang pengeluaran perkapita >
Hasil analisis hubungan antara jenis rumah sehat dengan anemia diperoleh
bahwa ada sebanyak 566 (55,8%) responden yang memiliki rumah tidak sehat
mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki rumah sehat, ada 0
(0%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat
memiliki rumah sehat dengan responden yang tidak memiliki rumah sehat (ada
hubungan yang signifikan antara kejadian rumah sehat dengan anemia). Dari hasil
analisis diperoleh pula nilai OR=0,442, artinya responden yang memiliki rumah sehat
bahwa ada sebanyak 58 (11,4%) responden yang memiliki asupan lauk dibawah
lauk diatas median, ada 508 (94,2%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian
anemia antara responden yang memiliki asupan lauk diatas median dengan responden
yang memiliki asupan lauk dibawah median (ada hubungan yang signifikan antara
kejadian asupan lauk dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR=0.008, artinya responden yang memiliki asupan lauk diatas median mempunyai
sedangkan diantara responden yang berumur tua, ada 243 (53,9%) yang mengalami
anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,0 maka dapat disimpulkan tidak ada
perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang berumur tua dengan
responden yang berumur muda (tidak ada hubungan yang signifikan antara umur
dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,002, artinya responden
yang berumur tua mempunyai peluang 1,002 kali untuk mengalami anemia.
Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari dan
Anemia
Anemia
Kebiasaan Total OR
Anemia Tidak Anemia P value
Minum Teh (95%CI)
n % n % n %
Ya 111 20.9% 419 79.1% 530 50.48% 0.038 0.000
Tidak 455 87.5% 65 12.5% 520 49.52% 0.027-0.053
anemia diperoleh bahwa ada sebanyak 111 (20,9%) responden yang terbiasa minum
teh setiap hari mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang tidak terbiasa
minum teh setiap hari, ada 455 (87,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian
anemia antara responden yang tidak terbiasa minum teh setiap hari dengan responden
yang terbiasa minum teh setiap hari (ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan
minum teh setiap hari dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai
OR=0.038 , artinya responden yang tidak terbiasa minum teh setiap hari mempunyai
anemia, sedangkan diantara responden yang berjenis kelamin perempuan, ada 467
(52,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,031 maka
perempuan dengan responden laki-laki (ada hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,470 , artinya
responden berjenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 1,47 kali untuk mengalami
anemia.
rendah tingkat pendidikan responden akan semakin besar kemungkinan untuk terjadi
anemia. Dari 105 responden yang berpendidikan tidak sekolah, sebanyak 52,4%
terjadi anemia. Dari 688 responden yang berpendidikan SD, sebanyak 56,8% terjadi
anemia. Dari 257 responden yang berpendidikan SMP+, sebanyak 56,7% terjadi
anemia.
sekolah mempunyai resiko untuk terjadi anemia sebesar 0,796 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SMP+ (nilai p=0,326).
anemia sebesar 0,67 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang
teh, dan jenis kelamin. Sedangkan variabel rumah sehat sebagai variabel
dengan p value 0,000<0,05 dan OR 11,573 artinya responden yang menderita anemia
memiliki risiko 11,57 kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan yang
lain.