Anda di halaman 1dari 15

PENELITIAN 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir,


Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari dan
Jenis Kelamin
Pendidikan n %
tidak sekolah 105 10.0
SD 688 65.5
SMP+ 257 24.5
Pengeluaran Perkapita    
<=mean 620 59.0
>mean 430 41.0
Rumah Sehat    
tidak sehat 1014 96.6
sehat 36 3.4
Kebiasaan Minum Teh    
ya 530 50.5
tidak 520 49.5
jeniskelamin    
laki-laki 160 15.2
perempuan 890 84.8
Total 1050 100.0
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel-1,

terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD (65,5%), kemudian diikuti

oleh tamat SMP+ sebanyak 24,5% dan sisanya tidak sekolah (10%). Distribusi

frekuensi pengeluaran perkapita responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa

pengeluaran perkapita ≤ rata-rata (59%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita

> rata-rata (41%). Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat (96,6%) lebih besar dari pada rumah

sehat (3,4%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat
dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh tiap hari (50,5%) lebih

besar dibandingkan kebiasaan minum teh tidak setiap hari (49,5%). Distribusi

frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa sebagai

responden perempuan 84,8% lebih banyak dibandingkan laki-laki 15,2%.

Tabel 2. Uji Normalitas Umur, Hemoglobin (Hb), dan Asupan Lauk


Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Variabel Statisti
Statistic df Sig. df Sig.
c
umur resp 0.184 1050 0.000 0.839 1050 0.000

hb resp 0.088 1050 0.000 0.979 1050 0.000

asupan lauk (gr) 0.161 1050 0.000 0.899 1050 0.000

Uji normalitas dapat dilihat pada Tabel-2, dari data diatas nilai p 0.000 ≤ α

(0,05) maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa distribusi data adalah tidak

normal.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur, Hemoglobin (HB), dan


Asupan Lauk
Variabel n Min-Max Mean Median SD
umur resp 1050 60-83 65 63 5.219
hb resp 1050 9.4-14.1 11.959 12.0 0.9677
asupan lauk (gr) 1050 150-2250 698.19 700 292.177
Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata

umur adalah 65 tahun dengan standar deviasi 5,219 tahun dan umur minimum 60

tahun serta umur maksimum 83 tahun. Distribusi frekuensi hemoglobin (hb)

responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-rata hb adalah 11,959 mg/dl dengan

standar deviasi 0,9677 mg/dl dan hb minimum 9,4 mg/dl serta hb maksimum 14,1

mg/dl. Distribusi frekuensi asupan lauk responden dapat dilihat pada Tabel-3, rata-

rata asupan lauk adalah 698,19 gr dengan standar deviasi 292,177 gr dan asupan lauk

minimum 150 gr serta asupan lauk maksimum 2250 gr.


II. Analisa Bivariat

Tabel 4. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Menurut Tingkat


Pendidikan
Variabel Mean SD SE 95% CI P value
tidak sekolah 11.765 0.9457 0.0923 11.582-11.948  0.002
SD 12.035 0.9132 0.0348 11.966-12.103  
SMP+ 11.834 1.0905 0.0680 11.700-11.968  
Rata-rata hemoglobin pada mereka yang berpendidikan tidak sekolah rata-

rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,765 mg/dl dengan standar deviasi 1,9457 gram.

Pada mereka yang berpendidikan SD rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah 12,035

mg/dl dengan standar deviasi 0,9132 gram. Pada mereka yang berpendidikan SMP+

rata-rata hemoglobinnya (hb) adalah 11,834 mg/dl dengan standar deviasi 1,0905

gram.

Hasil uji didapatkan nilai p=0,002, berarti pada alpha 5% dapat disimpulkan

ada perbedaan kadar hemoglobin (hb) diantara ketiga jenjang pendidikan.

Tabel 5. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Pengeluaran Perkapita
Pengeluaran
n Mean SD SE P value
Perkapita
<=mean96976 620 11.852 1.1295 0.0454  0.000
>mean96976 430 12.112 0.6392 0.0308  
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap pengeluaran perkapita

dibawah rata-rata adalah 11,852 mg/dl dengan standar deviasi 1,1295 gr%,

sedangkan untuk rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap pengeluaran

perkapita diatas rata-rata adalah 12,112 mg/dl dengan standar deviasi 0,6392 gr%.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada

perbedaan yang signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara


pengeluaran perkapita dibawah rata-rata dengan pengeluaran perkapita diatas rata-

rata.

Tabel 6. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Rumah Sehat
Rumah Sehat n Mean SD SE P value

tidak sehat 1014 12.012 0.9197 0.0289  0.000


sehat 36 10.456 1.0838 0.1806  
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang tidak sehat

adalah 12,012 mg/dl dengan standar deviasi 0,9197 gr%, sedangkan untuk rata-rata

kadar hemoglobin (hb) responden terhadap rumah yang sehat adalah 10,456 mg/dl

dengan standar deviasi 1,0838 gr%. Hasil uji statistik didapatkan nilai p=0,000,

berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar

hemoglobin (hb) responden antara rumah yang tidak sehat dengan rumah yang sehat.

Tabel 7. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut


Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari
Kebiasaan Minum Teh n Mean SD SE P Value
ya 530 11.412 0.8858 0.0385 0.000 
tidak 520 12.516 0.6904 0.0303  
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh

setiap hari adalah 11,412 mg/dl dengan standar deviasi 0,8858 gr%, sedangkan untuk

rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap kebiasaan minum teh yang tidak

setiap hari adalah 12,516 mg/dl dengan standar deviasi 0,6904 gr%. Hasil uji statistik

didapatkan nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang

signifikan rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden antara kebiasaan minum teh

setiap hari dengan kebiasaan minum teh yang tidak setiap hari.
Tabel 8. Distribusi Rata-Rata Kadar Hemoglobin (Hb) Responden Menurut
Jenis Kelamin
jeniskelamin resp. n Mean SD SE P value
laki-laki 160 12.295 1.3265 0.1049  0.000
perempuan 890 11.898 0.8753 0.0293  
Rata-rata kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin laki-laki

adalah 12,295 mg/dl dengan standar deviasi 1,3265 gr%, sedangkan untuk rata-rata

kadar hemoglobin (hb) responden terhadap jenis kelamin perempuan adalah 11,898

mg/dl dengan standar deviasi 0,8753 gr%. Hasil uji statistik didapatkan nilai

p=0,000, berarti pada alpha 5% terlihat ada perbedaan yang signifikan rata-rata kadar

hemoglobin (hb) responden antara jenis kelamin laki-laki dengan jenis kelamin

perempuan.

Tabel 9. Analisa Korelasi dan Regresi Asupan Lauk Dengan Kadar Hemoglobin
(Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
Lauk2 0.583 0.340 Hb=10.610+0.002*asupan lauk  0.000
Hubungan asupan lauk responden dengan kadar hemoglobin (hb)

menunjukkan hubungan kuat (r=0,583) dan berpola positif artinya semakin

bertambah asupan lauk semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan

determinasi 0,340 artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat

menerangkan 34% variasi hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh

cukup baik untuk menjelaskan variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik

didapatkan ada hubungan yang signifikan antara asupan lauk dengan hemoglobin

(p=0,000).
Tabel 10. Analisa Korelasi dan Regresi Umur Dengan Kadar Hemoglobin (Hb)
Variabel r R² Persamaan Garis P value
umur2 0.027 0.001 Hb=11.630+0.005*umur2 0.012

Hubungan umur responden dengan kadar hemoglobin (hb) menunjukkan

hubungan yang lemah (r=0,027) dan berpola positif artinya semakin bertambah umur

semakin besar kadar hemoglobin (hb). Nilai koefisien dengan determinasi 0,001

artinya, persamaan garis regresi yang kita peroleh dapat menerangkan 0,1% variasi

hemoglobin (hb) atau persamaan garis yang diperoleh cukup baik untuk menjelaskan

variabel kadar hemoglobin (hb). Hasil uji statistik didapatkan ada hubungan yang

signifikan antara umur dengan hemoglobin (p=0,012).

III. Analisa Multivariat

Tabel 11. Uji Regresi Linear Berganda Pengaruh Rumah Sehat, Asupan Lauk,
Kebiasaan Minum Teh, dan Jenis Kelamin Terhadap Kadar Hemoglobin (hb)
Variabel B SE OR t Sig. R² F Sig.

10.72 0.00
(Constant) 0.127   84.612 0.530 295.051 0.000
7 0
jeniskelamin 0.00
-0.423 0.057 -0.157 -7.375      
resp. 0
0.00
asupan lauk (gr) 0.001 0.000 0.402 17.330      
0
0.00
Rumah Sehat -0.955 0.115 -0.180 -8.316      
0
Kebiasaan 0.00
0.745 0.045 0.385 16.399      
Minum Teh 0
Diketahui pengaruh jenis kelamin, asupan lauk, rumah sehat, dan kebiasan

minum teh terhadap kadar hemoglobin (hb) memiliki nilai Sig. yang sama

0,000<0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh jenis kelamin,


asupan lauk, rumah sehat, dan kebiasan minum teh terhadap kadar hemoglobin (hb).

Berdasarkan output di atas diketahui nilai R square sebesar 0,530, hal ini

mengandung arti bahwa semua variabel independen di atas secara simultan terhadap

hb adalah sebesar 53%.


PENELITIAN 2
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Analisa Univariat

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir,


Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Kebiasaan Minum Teh Tiap Hari, Jenis
Kelamin, Asupan Lauk, Umur dan Anemia
Pendidikan n %
tidak sekolah 105 10.0
SD 688 65.5
SMP+ 257 24.5
Pengeluaran Perkapita    
<=mean96976 620 59.0
>mean96976 430 41.0
Rumah Sehat    
tidak sehat 1014 96.6
sehat 36 3.4
Kebiasaan Minum Teh    
ya 530 50.5
tidak 520 49.5
jeniskelamin    
laki-laki 160 15.2
perempuan 890 84.8
Lauk2    
<=mean 511 48.7
>mean 539 51.3
Umur2    
Muda 599 57.0
Tua 451 43.0
Anemia    
anemia 566 53.9
tidakanemia 484 46.1
Total 1050 100.0
Distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada Tabel-1,

terlihat bahwa sebagian besar responden adalah tamat SD (65,5%), kemudian diikuti

oleh tamat SMP+ sebanyak 24,5% dan sisanya tidak sekolah (10%). Distribusi

frekuensi pengeluaran perkapita responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa
pengeluaran perkapita ≤ rata-rata (59%) lebih besar dari pada pengeluaran perkapita

> rata-rata (41%). Distribusi frekuensi rumah sehat responden dapat dilihat pada

Tabel-1, terlihat bahwa rumah yang tidak sehat (96,6%) lebih besar dari pada rumah

sehat (3,4%). Distribusi frekuensi kebiasaan minum teh tiap hari responden dapat

dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa kebiasaan minum teh tiap hari (50,5%) lebih

besar dibandingkan kebiasaan minum teh tidak setiap hari (49,5%). Distribusi

frekuensi jenis kelamin responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa sebagai

responden perempuan 84,8% lebih banyak dibandingkan laki-laki 15,2%. Distribusi

frekuensi asupan lauk2 responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa asupan

lauk2 > mean (51,3%) lebih besar dari pada asupan lauk2 ≤ mean (48,7%).

Distribusi frekuensi umur responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa umur

muda 57% lebih besar dibandingkan umur tua 43%. Distribusi frekuensi anemia pada

responden dapat dilihat pada Tabel-1, terlihat bahwa responden yang terkena anemia

53,9% lebih besar dibandingkan yang tidak terkena anemia 46,1%.

II. Analisa Bivariat

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Pengeluaran Perkapita dan


Anemia
Anemia OR
Pengeluara Total P value
Anemia Tidak Anemia (95%CI)
n perkapita
n % n % n %
≤ Mean 311 50.2% 309 49.8% 620 59.05% 0.691 0.004
> Mean 255 59.3% 175 40.7% 430 40.95% 0.539-0.886  

Jumlah 566 53.9% 484 46.1% 1050 100.00%    


Hasil analisis hubungan antara jenis pengeluaran perkapita dengan anemia

diperoleh bahwa ada sebanyak 311 (50,2%) responden yang pengeluaran perkapita ≤
mean mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang > mean, ada 255

(59,3%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,004 maka

dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang

pengeluaran perkapita > mean dengan responden yang ≤ mean (ada hubungan yang

signifikan antara pengeluaran perkapita dengan kejadian anemia). Dari hasil analisis

diperoleh pula nilai OR=0,691, artinya responden yang pengeluaran perkapita >

mean mempunyai peluang 0,69 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Jenis Rumah Sehat dan Anemia


Anemia OR
Total P value
Rumah Sehat Anemia Tidak Anemia (95%CI)
n % n % n %
56
Tidak sehat 6
55.8% 448 44.2% 1014 96.57% 0.442 0.000
Sehat 0 0.0% 36 100.0% 36 3.43% 0.412-0.473

Jumlah 566 53.9% 484 46.1% 1050 100.00%

Hasil analisis hubungan antara jenis rumah sehat dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 566 (55,8%) responden yang memiliki rumah tidak sehat

mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki rumah sehat, ada 0

(0%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 maka dapat

disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang

memiliki rumah sehat dengan responden yang tidak memiliki rumah sehat (ada

hubungan yang signifikan antara kejadian rumah sehat dengan anemia). Dari hasil

analisis diperoleh pula nilai OR=0,442, artinya responden yang memiliki rumah sehat

mempunyai peluang 0,44 kali untuk mengalami anemia.


Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Asupan Lauk dan Anemia
Anemia OR
Total P value
Asupan Lauk2 Anemia Tidak Anemia (95%CI)
n % n % n %
<= mean 58 11.4% 453 88.6% 511 48.67% 0.008 0.000
> mean 508 94.2% 31 5.8% 539 51.33% 0.005-0.012  
Jumlah 566 53.9% 484 46.1% 1050 100.00%    
Hasil analisis hubungan antara asupan lauk dengan anemia diperoleh

bahwa ada sebanyak 58 (11,4%) responden yang memiliki asupan lauk dibawah

median mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang memiliki asupan

lauk diatas median, ada 508 (94,2%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

anemia antara responden yang memiliki asupan lauk diatas median dengan responden

yang memiliki asupan lauk dibawah median (ada hubungan yang signifikan antara

kejadian asupan lauk dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR=0.008, artinya responden yang memiliki asupan lauk diatas median mempunyai

peluang 0.008 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 5. Distribusi Responden Menurut Umur dan Anemia


Anemia OR
Total P value
Umur2 Anemia Tidak Anemia (95%CI)
n % n % n %
Muda 323 53.9% 276 46.1% 599 57.05% 1.002 1.0
Tua 243 53.9% 208 46.1% 451 42.95% 0.784-1.280
Jumlah 566 53.9% 484 46.1% 1050 100.00%
Hasil analisis hubungan antara umur dengan anemia diperoleh bahwa ada

sebanyak 323 (53,9%) responden yang berumur muda mengalami anemia,

sedangkan diantara responden yang berumur tua, ada 243 (53,9%) yang mengalami

anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=1,0 maka dapat disimpulkan tidak ada

perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden yang berumur tua dengan
responden yang berumur muda (tidak ada hubungan yang signifikan antara umur

dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,002, artinya responden

yang berumur tua mempunyai peluang 1,002 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 6. Distribusi Responden Menurut Kebiasaan Minum Teh Setiap Hari dan
Anemia
Anemia
Kebiasaan Total OR
Anemia Tidak Anemia P value
Minum Teh (95%CI)
n % n % n %
Ya 111 20.9% 419 79.1% 530 50.48% 0.038 0.000
Tidak 455 87.5% 65 12.5% 520 49.52% 0.027-0.053

Jumlah 566 53.9% 484 46.1% 1050 100.00%


Hasil analisis hubungan antara kebiasaan minum teh setiap hari dengan

anemia diperoleh bahwa ada sebanyak 111 (20,9%) responden yang terbiasa minum

teh setiap hari mengalami anemia, sedangkan diantara responden yang tidak terbiasa

minum teh setiap hari, ada 455 (87,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik

diperoleh nilai p=0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian

anemia antara responden yang tidak terbiasa minum teh setiap hari dengan responden

yang terbiasa minum teh setiap hari (ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan

minum teh setiap hari dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai

OR=0.038 , artinya responden yang tidak terbiasa minum teh setiap hari mempunyai

peluang 0,04 kali untuk mengalami anemia.

Tabel 7. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin dan Anemia


Anemia OR
Jenis Total P value
Anemia Tidak Anemia (95%CI)
Kelamin
n % n % n %

Laki-laki 99 61.9% 61 38.1% 160 15.24% 1.470 0.031

Perempuan 467 52.5% 423 47.5% 890 84.76% 1.041-2.076


Jumlah 566 53.9% 484 46.1% 1050 100.00%
Hasil analisis hubungan antara jenis kelamin dengan anemia diperoleh bahwa

ada sebanyak 99 (61,9%) responden yang berjenis kelamin laki-laki mengalami

anemia, sedangkan diantara responden yang berjenis kelamin perempuan, ada 467

(52,5%) yang mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,031 maka

dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian anemia antara responden

perempuan dengan responden laki-laki (ada hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan anemia). Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=1,470 , artinya

responden berjenis kelamin laki-laki mempunyai peluang 1,47 kali untuk mengalami

anemia.

Tabel 8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Anemia


Anemia OR
Total P value
Pendidikan Anemia Tidak Anemia (95%CI)
n % n % n %
Tidak sekolah 55 52.4% 50 47.6% 105 29.01% 0.796 0.326
39
SD 1
56.8% 297 43.2% 688 190.06% 0.665 0.006
12
SMP+ 0
46.7% 137 53.3% 257 70.99% 1.142
56
Jumlah 6
53.9% 484 46.1% 362 100.00%
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan anemia terlihat bahwa semakin

rendah tingkat pendidikan responden akan semakin besar kemungkinan untuk terjadi

anemia. Dari 105 responden yang berpendidikan tidak sekolah, sebanyak 52,4%

terjadi anemia. Dari 688 responden yang berpendidikan SD, sebanyak 56,8% terjadi

anemia. Dari 257 responden yang berpendidikan SMP+, sebanyak 56,7% terjadi

anemia.

Dari nilai OR dapat disimpulkan bahwa responden yang berpendidikan tidak

sekolah mempunyai resiko untuk terjadi anemia sebesar 0,796 kali lebih besar
dibandingkan dengan responden yang berpendidikan SMP+ (nilai p=0,326).

Sedangkan responden yang berpendidikan SD mempunyai resiko untuk terjadi

anemia sebesar 0,67 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang

berpendidikan SMP+ (nilai p=0,006).

III. Analisa Multivariat

Tabel 9. Pengaruh Pendidikan, Pengeluaran Perkapita, Rumah Sehat, Asupan


Lauk2, Umur2, Kebiasaan Minum Teh, dan Jenis Kekamin Terhadap Anemia

Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B) 95% CI

Pendidikan     27.751 2 0.000    


Pendidikan(1) 2.449 0.467 27.461 1 0.000 11.573 4.631-28.918

Pendidikan(2) 1.918 0.536 12.787 1 0.000 6.805 2.379-19.469


jeniskelamin resp. 3.362 0.469 51.362 1 0.000 28.849 11.503-72.351
Pengeluaran
1.357 0.321 17.868 1 0.000 3.885 2.071-7.290
Perkapita
Lauk2 -6.400 0.482 176.343 1 0.000 0.002 0.001-0.004
Umur2 -1.145 0.331 11.945 1 0.001 0.318 0.166-0.609
Kebiasaan Minum
-3.549 0.375 89.473 1 0.000 0.029 0.014-0.060
Teh
Constant 0.705 1.159 0.370 1 0.543 2.024  
Variabel yang berhubungan bermakna dengan kejadian anemia adalah

variabel pendidikan, pengeluaran perkapita, asupan lauk2, umur2, kebiasaan minum

teh, dan jenis kelamin. Sedangkan variabel rumah sehat sebagai variabel

konfounding. Dapat disimpulkan bahwa dari keseluruhan variabel independen yang

diduga mempengaruhi anemia terdapat dari pendidikan yang paling berpengaruh

dengan p value 0,000<0,05 dan OR 11,573 artinya responden yang menderita anemia

memiliki risiko 11,57 kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan yang

lain.

Anda mungkin juga menyukai