Anda di halaman 1dari 15

Kelompok : 1

MAKALAH
“INDUKSI MATEMATIK”

Mata Kuliah : Matematika Dasar


Oleh :

Muhammad Hari Akbar Lubis (5193351024)

Kurniawan (5193351021)

PRODI PENDIDIKAN TEKNOLOGI INFORMATIKA DAN


KOMPUTER
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan karuniaNya lah kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Induksi
Matematik” dengan baik dan selesai pada waktu yang ditentukan

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Matematika Dasar yaitu Bapak Amirhud Dalimunthe, S.T., M.Kom. dan juga
kepada rekan-rekan yang telah banyak memberikan masukan untuk makalah ini.

Kami juga mengakui bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
baik kata, kalimat maupun isi dari setiap pembahasan yang ada. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca
yang membaca makalah ini.

Medan, 29 Febuari 2020

KELOMPOK 1
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I KAJIAN TEORI DAN RUMUS-RUMUS..........................................................1
1.1 Pernyataan Perihal Bilangan Bulat.................................................................1
1.2 Prinsip Induksi Sederhana..............................................................................2
1.3 Prinsip Induksi yang Dirampatkan.................................................................3
1.4 Prinsip Induksi Kuat........................................................................................4
1.5 Bentuk Induksi Secara Umum........................................................................4
BAB II SOAL DAN PEMBAHASAN.............................................................................6
2.1 Pernyataan Perihal Bilangan Bulat.................................................................6
2.2 Prinsip Induksi Sederhana..............................................................................6
2.3 Prinsip Induksi yang Dirampatkan.................................................................8
2.4 Prinsip Induksi Kuat........................................................................................9
2.5 Prinsip Induksi Secara Umum......................................................................10
BAB III PENUTUP........................................................................................................11
3.1 KESIMPULAN.....................................................................................................11
3.2 SARAN DAN KRITIK.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................12
BAB I
KAJIAN TEORI DAN RUMUS-RUMUS
1.1 Pernyataan Perihal Bilangan Bulat

Proposisi yang mneyangkut perihal bilangan bulat cukup banyak dijumpain di


dalam matematika diskrit maupun di dalam ilmu komputer. Proposisi tersebut
mengaitkan suatu masalah yang dihubungkan dengan bilangan bulat.

Di dalam matematika, banyak teorema yang menyatakan bahwa p(n) benar untuk
semua bilangan positif n, yang dalam hal ini p(n) disebut juga fungsi proposisi.
Contoh pertama, misalkan p(n) adalah proposisi yang menyatakan : “jumlah
bilangan bulat positif dari 1 sampai n adalah n(n + 1)/2”. Buktikan bahwa p(n)
benar!

Kalau kita coba dengan beberapa nilai n, memang timbul dugaan bahwa p(n)
benar. Misalnya untuk n = 5, p(5) adalah: jumlah bilangan bulat positif dari 1
sampai 5 adalah 5(5 + 1)/2. Terlihat bahwa:

1 + 2 + 3 + 4 + 5= 15 = 5(6)/2

Untuk nilai-nilai n yang lain kita akan dapatkan kesimpulan serupa. Sayangnya,
instansiasi seperti p(5) tidak dapat berlaku sebagai bukti bahwa p(n) benar untuk
seluruh n. Kita memang sudah menunjukkan bahwa n = 5 berada di dalam
himpunan kebenaran p(n). Tetapi, kita tahu bahwa 5 bukanlah satu-satunya
bilangan bulat positif. Karena bilangan bulat positif tidak terhingga banyaknya,
kita tentu tidak mungkin mencoba seluruhnya untuk membuktikan p(n) benar.
Jadi, kita tidak dapat menggunakan pendekatan semacam ini untuk membuktikan
kebenaran pernyataan perihal bilangan bulat.
1.2 Prinsip Induksi Sederhana
Prinsip induksi sederhana berbunyi sebagai berikut:
Misalkan p(n) adalah proposisi perihal bilangan bulat positif dan kita
ingin membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif
n. Untuk membuktikan proposisi ini , kita hanya perlu menunjukkan
bahwa:
1. p(1) benar, dan
2. jika p(n) benar, maka p(n + 1) juga benar untuk setiap n ≥ 1

sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.

Langkah 1 dinamakan basis induksi, sedangkan langkah 2 dinamakan


langkah induksi. Langkah induksi berisi andaian yang menyatakan bahwa
p(n) benar. Asumsi tersebut dinamakan hipotesis induksi. Bila kita sudah
menunjukkan kedua langkah tersebut benar maka kita sudah membuktikan
bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat positif n.

Implikasi p(n) → p( n+1) benar untuk setiap bilangan positif. Untuk


membuktikan implikasi tersebut benar, kita perlu menunjukkan bahwa
p(n+ 1) tidak mungkin salah bila p(n) benar. Hal ini diselesaikan dengan
cara memperlihatkan bahwa berdasarkan hipotesis p(n) benar maka
p(n+ 1) juga harus benar.

Perhatikan bahwa dalam induksi matematik kita tidak mengasumsikan


bahwa p{n} benar untuk semua bilangan bulat positif kita hanya
memperlihatkan bahwa jika diasumsikan p{n} benar, maka p(n + 1) juga
benar untuk setiap n positif[ ROS03]

Fakta bahwa langkah 1 danlangkah 2 bersama – sama memperlihatkan


p(n) benar untuk semua bilanganbulat positif adalah jelas secara intuitif.
Dari langkah 1,kita mengetahui bahwa p(1) benar. Dari langkah (2) lita
mengetahui bahwa jika p(1) benar maka p(2) juga bemar. Tetapi, p(1)
sudahdi tunjukan benar dan di sinip (2) juga harus benar. Dari langkah (2)
kita juga mengetahui bahwa jika p(2) benar maka p(3) juga benar, karena
kita sudah menunjukan bahwa p(2) benar,maka p(3) juga benar, dan
seterusnya secara intuitif kita melihat bahwa langkah 1 dan langkah 2
bersama-sama memperlihatkan bahwa p(1),p(2),....p (n) semuanya benar.
Pembuktian dengan induksi matematik mirip dapat dapat ilustrasikan
dengan fenomena yang dikenal dengan efek domino.sejumlah batu
domino diletakan berdiri dengan jarak ruang yang sama satu sama yang
lain (lihat gambar 4.1).untuk merebahkan semua batu domino, kita hanya
perlu mendorong domino 1, ke kanan. Jika batu domino 1 di dorong ke
kanan, ia akan mendorong domino 2, domino 2 mendorong domino 3,
begitu seterusnya sehingga semua batu domino rebah ke kanan.

gambar 4.1 Efek domino

contoh-contoh berikut memperlihatkan pembuktian proposisi perihal bilangan bulat


dengan menggunakan prinsip induksi sederhana.

1.3 Prinsip Induksi yang Dirampatkan

Kadang-kadang kita ingin membuktikan bahwa pernyataan p(n) benar


untuk semua bilangan bulat ≥ n0, jadi kita hanya bilangan bulat yang
dimulai dari 1 saja. Prinsip induksi sederhana dapat dirampatkan
(generalized) untuk menunjukkan hal ini sebagai berikut :
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat ≥ no. Untuk
membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa:

1. p(no) benar, dan


2. jika p(n) benar maka p(n+1) benar untuk setiap n ≥ no.
Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat n ≥ no.

1.4 Prinsip Induksi Kuat


Kadang-kadang versi yang lebih kuat diperlukan untuk membuktikan pernyataan
mengenai bilangan bulat. Versi induksi yang lebih kuat adalah sebagai berikut :
Misalkan p(n) adalah pernyataan perihal bilangan bulat dan kita ingin
membuktikan bahwa p(n) benar untuk semua bilangan bulat n ≥ n o. Untuk
membuktikan ini kita hanya perlu menujukkan bahwa :
1. p(no) benar, dan
2. Jika p(no), p(no+1),..., p(n) benar, maka p(n+1) juga benar untuk setiap
bilangan bulat n ≥ no
Sehingga p(n) benar untuk semua bilangan bulat n ≥ no.

Vatalah bahwa versi induksi yang lebih kuat ini mirip dengan induksi sederhana,
kecuali bahwa pada langkah 2 kita mengambil hipotesis induksi yang lebih kuat
bahwa semua pernytaan p(1),p(2),...p(n) adalah benar dari pada hipotesis yang
menyatakaan bahwa p(n) benar (pad induksisedehana). Prinsip induksi kuat
memungkinkan kira capai kesimpulan yang sama meskipun memberlakukan
andaian yang lebih banyak.

1.5 Bentuk Induksi Secara Umum

Adalah mungkin membuat bentuk umum metode induksi sehingga ia dapat


diterapkan tidak hanya untuk pembuktian proposisi yang menyangkut himpunan
bilangan bulat positif, tetapi juga pembuktian yang menyangkut himpunan obyek
yang lebih umum. Syaratnya, himpunan obyek lersebut harus mempunyai
keterurutan dan mempunyai elemen terkecil.

DEFINISI 4.1. Relasi biner "<" pada himpunan X diketakan terurut dengan baik
(atau himpunan X dikatakan terurut dengan beik dengan "<") bila memiliki
properti herikut:

(i) Diberikan x, y, ze X, jika r<y dan y<, maka v<.


(ii) Diberikanx, yc.X. Salah satu dari kemungkinan ini benar: x<y atau y < x
atau r-y.
(iii) Jika A adalah himpunan bagian tidak kosong dari X, terdapat elemen x
eA

sedemikian sehingga *y untuk semua y E 4. Dengan kata lain, setiap


himpunan begian tidak kosong dari X mengandung "elemen terkecil".
Himpunan bilangan ril tak-negatif tidak terurut dengan baik oleh relasi ".
Himpunan ini mempunyai properti (i) dan (ii) tetapi tidak (iii). Sebagai
contoh, himpunan semua bilangan riil yang lebih besar dari 1, yaitu { x | x
adalah bilangan riil dan r> 1}, tidak mengandung elemen terkecil. Himpunan
pasangan terurut bilangan hulat tidak negatif terurut dengan baik oleh relasi
"<", dengan kata lain "<" didefinisikan oleh (n, n) ( <n4) jika dan hanya jika
(11 < n3) atau (n = n, dan n < n.). Properti (), (ii), dan (ii) dimiliki oleh
himpunan ini.

Bentuk induksi secara umum dapat dituliskan sebagai berikut:

Misalkan X terurut dengan haik oleh "<", dan p(x) adalah pernyataan perihal
elemen x dari X. Kita ingin memhuktikan bahwa pix) benar untuk senua x e X.
Untuk membukaikan ini, kila hunya periu menunjukkan bahwa:

1. p(r) henar, yang dalam hal ini x, udulah elemen terkecil di dalam X, dan

2. jika p(y) benar uniuk y < , maka p(x) juga benar untuk setiap x > xy di
dalam X,

BAB II
SOAL DAN PEMBAHASAN

2.1 Pernyataan Perihal Bilangan Bulat


Contoh kedua, menemukan jumlah n buah bilangan ganjil positif
yang pertama. Misalnya untuk n = 1, 2, 3, 4, 5, kita mengamati jumlah n
bilangan ganjil positif pertama adalah:
n=1→ 1=1n=2→ 1+3=4
n=3 →1+3+5=9
n=4 → 1+3+5+7=16
n=5 →1+3+5+7 +9=25
Dari nilai-nilai penjumlahan itu kita menduga bahwa jumlah n bilangan
ganjil positif pertama adalah n2 . Kita perlu membuktikan bahwa perkiraan
kita tersebut benar jika memang itu faktanya.
Contoh-contoh proposisi perihal bilangan bulat yang lainnya misalnya:
1. Setiap bilangan bulat positif n(n ≥2) dapat dinyatakan sebagai
perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
2. Untuk semua n ≥ 1, n3 +2 n adalah kelipatan 3
3. Untuk membayar biaya pos sebesar n sen dolar ( n ≥ 8 ) selalu dapat
digunakan hanya perangko 3 sen dan 5 sen dolar.
4. Di dalam sebuah pesta,setiap tamu berjabat tangan dengan tamu
lainnya hanya sekali. Jika ada n orang tamu maka jumlah jabat tangan
yang terjadi adalah n(n−1)/2.
5. Banyaknya himpunan bagian yang dapat dibentuk dari sebuah
himpunan yang beranggotakan n elemen adalah 2n.
Proposisi-proposisi semacam diataslah yang dapat dibuktikan dengan
induksi matematika.

2.2 Prinsip Induksi Sederhana

contoh4.1

tunjukan bahwa untuk n > 1, 1 + 2 + 3 ... + n (n + 1) /2 melalui induksi


matematika.

Penyelesaian

Andaikan bahwa p (n) menyakan bahwa untuk n > 1, jumlah n bilangan


bulat positif pertama adalah n ( n + 1) /2. Yaitu 1 + 2 + 3... + n =n (n +1)
/2. Kita harus membuktikan kebenaran proposisi ini dengan dua langkah
induksi sebagai berikut:

(i)basis induksi ; p(1) benar, karena untuk n = 1 kita peroleh

1 = 1 (1+ 1) /2

=1 (2) /2

=2/2

=1

(i) langkah induksi p (n) benar , yaitu mengasumsikan bahwa


1+2+3+...+n=n(n+1)/2

Adalah benar (hipotesis induksi) kita harus memperlihatkan bahwa p(n=1) juga
benar, yaitu

1+2+3+...+n + n (n+ 1) =(n + 10[(n +1 ) +1]/2

Untuk membuktikan ini, tunjukan bahwa


Karena langkah (i) dan (ii) telah dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan
bulat positif n, terbukti bahwa untuk semua n ≥ 1,1+ 2+ 3+…+n=n ( n+1 ) 2.

2.3 Prinsip Induksi yang Dirampatkan


Contoh 1.

Untuk semua bilangan bulat tidak-negatif n, buktikan dengan induksi


matematik bahwa 20 +21+22+....+2n = 2n+1 – 1

Penyelesaian :

Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa untuk semua bilangan bulat tidak-
negatif n, 20 + 21+22+...+2n = 2n+1 – 1

(i) Baris induksi p(0) benar, karena untuk n=0 (bilangan bulat tidak
negatif pertama), kita peroleh :
20 =1 =20+1 -1
=21-1
=2-1
=1
(ii) Langkah induksi : Misalkan p(n) benar yaitu proposisi
20 +21+22+....+2n = 2n+1 – 1
Diasumsikan benar (hipotesiss induksi). Kita harus menunjukkan
bahwa p(n + 1) juga benar, yaitu
20 +21+22+....+2n + 2n+1 = 2(n+1) + 1 -1
Hal ini kita tunjukkan sebagai berikut :
20 + 21+22+...+2n = 2n+1 = (20+21+22+...+2”) + 2n+1
= (2n+1 – 1) + 2n+1 (dari hipotesis induksi)
= (2n+1 + 2n+1 ) -1
= (2 . 2n+1 )-1
= 2n+1 -1
= 2(n+1)+1 -1
Karena langkah 1 dan keduanya telah diperlihatkan benar,maka
semua bulangan bulat tidak negatif n, terbukti bahwa 20 + 2 + 22 +...
+ 2n+1-1.

2.4 Prinsip Induksi Kuat


Contoh :
Bilangan bulat positif disebut prima jika dan hanya jika bilangan bulat
tersebut habis dibagi dengan 1 dan dirinya sendiri. Kita tidak ingin membuktikan
bahwa setiap bilangan bulat positif n (n ≥ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian
dari (satu atau lebih) bilangan prima.
Penyelesaian :
Misalkan p(n) adalah proposisi bahwa setiap bilangan bulat positif n (n ≥ 2)
dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan prima.
(i) Basis induksi. P(2) benar, karena 2 sediri adalah bilangan prima dan
disini 2 dapat dinyatakan sebagai perkalaian dari satu buah bilangan
prima, yaitu dirinya sendiri.
(ii) Langkah induksi. Misalkan p(n) benar, yaitu asumsikan bahwa
bilangan 2,3,..., n dapat dinyatakan sebagai perkalian (satu atau
lebih) bilangan prima (hipotesisi induksi). Kita perlu menunjukkan
bahwa p(n + 1) benar, yaitu n+1 juga dapat dinyatakan sebagai
perkalaian bilangan prima. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut : jika n+1
sendiri bilangan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai
perkalalian satu atau lebih bilangan prima. Jika n + 1 bukan bilangan
prima, maka terdapat bilangan bulat positif a yang membagu habis n+1
tanpa sisa. Dengan kata lain.
(n + 1)/ a=b atau (n +1) =ab
Yang dalam hal ini, 2 ≤ a ≤ b ≤ n. Menurut hiptesis induksi, a dan b
dapat dinyatakan sebagai perkalaian satu atau lebih bilangan prima.
Ini berarti, n + 1 jelas dapat dinyatakan sebagai perkalaian bilangan
prima, karena n+1 = ab.
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukan benar, maka terbukti
bahwa setiap bilangan bulat positif n ( n ≥ 2) dapat dinyatakan
sebagai perkalia dari (satu atau lebih ) bilangan prima.

2.5 Prinsip Induksi Secara Umum


Contoh :
Tinjau baris bilangang yang didefinisikan sebagai berikut :

Buktikanlah dengan induksi matematik bahwa untuk pasang tidak negatif


m dan n, Sm,n = m + n.
Penyelesaian
(i) Basis induksi: karena (0, 0) adlah elemen terkecil di dalam X, maka
So,o = 0+0=0. Ini benar dari definisi S0,0.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Induksi matematika merupakan suatu metode pembuktian deduktif dalam
matematika untuk menyatakan suatu pernyataan adalah benar untuk semua
bilangan asli.
Suatu prinsip yang digunakan untuk membuktikan induksi matematika, yaitu
prinsip induksi sederhana, induksi yang dirapatkan (Generalized) dan induksi kuat
dari bilangan asli. Seperti kita ketahui, himpunan bilangan asli adalah himpunan
yang memiliki anggota 1, 2, 3,.
Induksi matematik digunakan untuk membuktikan hasil tentang kompleksitas
algoritma, pembetulan tipe program komputer tertentu, teorema tentang graf dan
pohon, dan juga suatu range luas dari identitas dan pertidaksamaan.
Induksi Matematika juga merupakan suatu teknik yang dikembangkan untuk
membuktikan pernyataan tertentu berlaku untuk setiap bilangan asli. Selain itu
Induksi Matematika juga digunakan untuk mengecek hasil proses yang terjadi
secara berulang sesuai dengan pola tertentu.
3.2 SARAN DAN KRITIK

Kami sebagai penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih penuh dengan
kekurangan dan masih banyak lagi harus belajar dalam membuat makalah untuk
selanjutnya. Maka apabila ada kritik dan saran yang membangun kami sangat
membutuhkannya dalam mengevaluasi tulisan kami ini. Karena kritik dan saran
dari para pembaca sangat membantu kami untuk lebih baik lagi kedepannya.

Karena pengetahuan kami yang masih kurang, kami memohon maaf atas segala
kesalahan dan kekurangan kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
orang.

DAFTAR PUSTAKA

Munir Rinaldi; 2010; Matematika Diskrit; Bandung;

Anda mungkin juga menyukai