KEPERAWATAN JIWA
HALUSINASI
Disusun Oleh
Cindi Menora
Jean.M.Laimeheriwa
Dessy.C.Raharusun
Lenny Meturan
KELOMPOK: 9
CI INSTITUSI CI LAHAN
(...........................................) (................................................)
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization), masalah gangguan jiwa di dunia ini
sudah menjadi maslah yang semakin serius. Paling tidak, ada satu dari empat orang di
dunia ini mengalami gangguan jiwa.WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang
didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa.Berdasarkan data statistik, angka pasien
Menurut UU Kesehatan Jiwa No.3 Tahun 1966, Kesehatan Jiwa adalah suatu
dari seseorang dan perkembangan ini selaras dengan orang lain. Sedangkan menurut
khusus dalam praktek keperawatan yang menggunakan ilmu perilaku manusia sebagai
ilmu dan penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai caranya untuk meningkatkan,
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi penglihatan, dan 10%
adalah halusinasi penghidup, pengecap dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup
tinggi. Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu untuk menilai dan
berespon pada realita.Klien tidak dapat membedakan rangsangan internal dan eksternal
tidak dapat membedakan lamunan dan kenyataan. Klien juga tidak mampu untuk
memberikan respon yang akurat, sehingga tampak perilaku yang sulit dimengerti.
Halusinasi adalah penyerapan (persepsi) panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat meliputi semua panca indera dan terjadi disaat individu sadar penuh (Depkes
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis dapat merumuskan masalah
sebagai berikut” bagaimanakah asuhan keperawatan jiwa dengan halusinasi?
C. Tujuan
A. Pengertian
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata.Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun, dasarnya mungkin
B. Penyebab
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Perkembangan
mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilangnya kepercayaan diri dan lebih
c. Faktor Biokimia
d. Faktor Psikologis
terjerumus pada penyalah gunaan zat adaktif. Hal ini berpengaruh pada
masa depannya.Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
Anak sehat yang diasuh oleh orang tua yang mengalami gangguan
masa lalu yang tidak mengenakan yaitu klien pernah kehilangan pacar
saat SMA ,respon klien sangat sedih klien tidak mau keluar rumah.
2. Faktor presipitasi
a. Dimensi Fisik
b. Dimensi Emosional
c. Dimensi Intelektual
pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego itu sendiri untuk
d. Dimensi Sosial
membahayakan.
e. Dimensi Spriritual
1. Tahap 1 (Comforting)
c. Bicara lambat
2. Tahap 2 (Condeming)
a. Cemas
b. Kosentrasi menurun
3. Tahap 3
d. Efek labil
4. Tahap 4 (Controlling)
E. Mekanisme Koping
3. Menarik diri : Sulit mempercayai orang lain dan dengan stimulus internal
F. Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan adalah suatu perilaku mal adaktive dalam dalam
berupa mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Marah sendiri merupakan
perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan atau kebutuhan
merupakan hal yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada
rentang adaptif.
G. Pohon Masalah
(pendengaran, sesuatu.
disengat listrik.
melayang di udara.
Objektif:
sesuatu.
sesuatu.
4. Disorientasi.
5. Kosentrasi rendah.
perabaan.
memvalidasi klien.
Untuk menentukan sejauh mana
J. Diagnosa Keperawatan
TINJAUAN KASUS
HALUSINASI
a. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian,dan nomor rekam medis.
c. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi merasa
tidak mampu, putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, merasa malang,
kehilangan, rendah diri, perilaku agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan
dan penanganan gejala stress pencetus pada umunya mencakup kejadian
kehidupan yang penuh dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.
d. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan spiritual
e. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik, alam
perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir, isi pikir,
tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung, kemampuan
penilaian, dan daya tilik diri.
f. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun maladaptive
g. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui saudara dapatkan adalah:
a. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data objektif
dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini
perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
- Merasa seperti
tersengat listrik
b. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
c. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau
malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya halusinasi apakah terus
menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau
setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menetukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya
halusinasinya dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya
halusinasi.
d. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
2. Pohon masalah
3. Diagnosa Keperawatan
b. Isolasi sosial
c. Tindakan keperawatan
5. Implementasi
SP II p
SP III k
Mengevaluasi jadwal kegiatan
Membantu keluarga membuat
harian pasien
jadwal kegiatan aktifitas di
Melatih pasien mengendalikan
rumah termasuk minum obat
halusinasi dengan cara
Menjelaskan follow up pasien
bercakap-cakap dengan orang
setelah pulang
lain.
Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP III p
SP IV p
7. Evaluasi
Menurut Keliat, 2015 evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien.
A : analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan apakah
masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang
berlawanan dengan masalah yang masih ada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
DAFTAR PUSTAKA