Anda di halaman 1dari 4

1.

PENGGUNA ANGGARAN (PA) / KUASA PENGGUNA ANGGARAN


Definisi :
Pengguna Anggaran atau PA adalah pejabat yang memegang kewenangan penggunaan
anggaran dan bertanggung jawab atas pengelolaan anggaran pada kementerian
negara/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan. Setiap Menteri/Pimpinan
Lembaga adalah Pengguna Anggaran. Pengguna Anggaran menunjuk Kuasa Pengguna Anggaran
untuk mengelola anggaran di lingkungan satker. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya
disebut KPA adalah pejabat yang ditetapkan oleh PA untuk menggunakan APBN atau ditetapkan
oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.
Tugas dan Kewenangan :
(Perpres No. 54 Tahun 2010)
1) menetapkan Rencana Umum Pengadaan (RUP);
2) mengumumkan secara luas Rencana Umum Pengadaan paling kurang di website K/L/D/I;
3) menetapkan PPK;
4) menetapkan Pejabat Pengadaan;
5) menetapkan Panitia/Pejabat Penerima Hasil Pekerjaan;
6) menetapkan: pemenang pada Pelelangan atau penyedia pada Penunjukan Langsung untuk
paket Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan nilai diatas
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah);atau pemenang pada Seleksi atau penyedia
pada Penunjukan Langsung untuk paket Pengadaan Jasa Konsultansi dengan nilai diatas
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
7) mengawasi pelaksanaan anggaran;
8) menyampaikan laporan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
9) menyelesaikan perselisihan antara PPK dengan ULP/ Pejabat Pengadaan, dalam hal terjadi
perbedaan pendapat; dan
10) mengawasi penyimpanan dan pemeliharaan seluruh Dokumen Pengadaan Barang/Jasa.

2. PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)


Berdasarkan Perpres RI Nomor 70 tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Perpres Nomor 54
tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah, yang disebut PPK adalah pejabat
yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa.
Sedangkan berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2013 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, PPK adalah pejabat yang diberi
kewenangan oleh PA/KPA untuk mengambil keputusan dan/atau melakukan tindakan yang
dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka PPK adalah pejabat yang berwenang untuk mengambil
keputusan dan tindakan yang berakibat pada pengeluaran anggaran dan bertanggung jawab
atas pelaksanaan pengadaan barang /jasa. Jika kita melihat mekanisme pencairan anggaran
belanja negara, maka peran PPK ada pada mekanisme uang persediaan dan mekanisme
langsung (LS). Pada mekanisme UP, PPK berwenang untuk mengambil tindakan yang berakibat
pada pengeluaran, sedangkan pada mekanisme LS , PPK bertanggung jawab atas pelaksanaan
pengadaan.
Tugas dan Wewenang PPK :
menetapkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa yang meliputi spesifikasi teknis
Barang/Jasa,Harga Perkiraan Sendiri (HPS dan rancangan Kontrak.
1) Menerbitkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/ Jasa
2) Menyetujui bukti pembelian atau menandatangani Kuitansi/Surat Perintah Kerja (SPK)/surat
perjanjian
3) Melaksanakan Kontrak dengan Penyedia Barang/ Jasa
4) Mengendalikan pelaksanaan Kontrak
5) Melaporkan pelaksanaan/ penyelesaian Pengadaan Barang/Jasa kepada PA/KPA
6) Menyerahkan hasil pekerjaan Pengadaan Barang/ Jasa kepada PA/KPA dengan Berita Acara
Penyerahan
7) Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerapan anggaran dan hambatan
pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan
8) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
9) Menguji dan menandatangani surat bukti mengenai hak tagih kepada negara
10) Membuat dan menandatangani SPP atau dokumen lain yang dipersamakan dengan SPP
11) Melaporkan pelaksanaan/penyelesaian Kegiatan kepada KPA
12) Menyerahkan hasil pekerjaan pelaksanaan Kegiatan kepada KPA dengan Berita Acara
Penyerahan
13) Menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen pelaksanaan Kegiatan
14) Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang berkaitan dengan tindakan yang
mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

3. PANITIA/POKJA/PEJABAT PENGADAAN BARANG DAN JASA


Definisi :
Adalah Kepanitiaan dan atau petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan proses pengadaan
barang dan jasa.
Tugas dan Kewenangan :
1) Mengkaji ulang Rencana Umum Pengadaan bersama  PPK;
2) Mengusulkan (bila perlu) perubahan HPS, spesifikasi teknis pekerjaan, dan rancangan
kontrak  kepada PPK;
3) Menyusun rencana pemilihan Penyedia Barang/Jasa;
4) Mengumumkan pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa di website, papan pengumuman resmi,
serta menyampaikan ke LPSE untuk diumumkan dalam Portal Pengadaan Nasional;
5) Menilai kualifikasi Penyedia Barang/Jasa melalui prakualifikasi atau    pascakualifikasi;
6) Melakukan evaluasi administrasi, teknis, dan harga terhadap penawaran yang masuk;
7) Menjawab sanggahan (bila ada);  
8) Menyerahkan salinan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa kepada PPK;
9) Menyimpan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang asli;
10) Membuat laporan mengenai proses dan hasil Pengadaan Barang/Jasa kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi;
11) Menyusun dan melaksanakan strategi Pengadaan Barang/Jasa  ULP;
12) Melaksanakan Pengadaan Barang/Jasa dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui
LPSE (e-procurement);
13) Melaksanakan evaluasi terhadap proses Pengadaan Barang/Jasa yang telah dilaksanakan;
dan
14) Membuat pertanggungjawaban mengenai proses dan hasil Pengadaan Barang/Jasa kepada
Menteri/Pimpinan Lembaga/Kepala Daerah/Pimpinan Institusi/PA/KPA.

4. SYARAT-SYARAT PPK DAN POKJA/PEJABAT PENGADAAN


Perpres No. 70 Tahun 2012 :
1) memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
2) memahami pekerjaan yang akan diadakan;
3) memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi tugas ULP/Pejabat Pengadaan yang
bersangkutan;
4) memahami isi dokumen, metode dan prosedur Pengadaan;
5) tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat yang menetapkannya sebagai anggota
ULP/Pejabat Pengadaan;
6) memiliki Sertifikat Keahlian Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan kompetensi yang
dipersyaratkan; dan
7) menandatangani Pakta Integritas.
8) Dalam haltidak ada personil yang memenuhi persyaratan untuk ditunjuk sebagai
PPK, persyaratan memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasadikecualikan
untuk PA/KPA yang bertindak sebagai PPK (Ps. 2 ayat b).

5. PEJABAT PELAKSANA TEKNIS KEGIATAN (PPTK)


Definisi :
Pasal 1 Angka 16 PP No. 58 Tahun 2005 menyatakan bahwa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
yang selanjutnya disingkat PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu
atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya. Berdasarkan pasal
12 ayat (1) PP No. 58 Tahun 2005, PA/KPA menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku PPTK
untuk melaksanakan program dan kegiatan, dengan tugas mencakup (pasal 12 ayat 2):
1) Mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
2) Melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
3) Menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan kegiatan.
Perpres No. 54 Tahun 2010 mengatur bahwa penanggung jawab dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa adalah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), sedangkan pelaksananya dilakukan oleh
Unit Layanan Pengadaan / Pejabat Pengadaan, tidak ada kewenangan yang diatur dan diberikan
kepada PPTK dalam pengadaan barang/jasa. Kedudukan PPTK dijelaskan dalam Penjelasan Pasal
7 ayat (3) Perpres No. 54 Tahun 2010 yaitu sebagai tim pendukung yang dibentuk oleh PPK
untuk membantu pelaksanaan barang/jasa. Jadi jelas PPTK yang berada dalam
Kementrian/Lembaga/SKPD/Instansi tidak mempunyai kewenangan dalam pengadaan
barang/jasa.

6. PANITIA/PEJABAT PENERIMA HASIL PEKERJAAN (PPHP)


PPHP / Pejabat Penerima  Hasil Pekerjaan adalah salah satu pihak dalam pengadaan barang/jasa
pemerintah yang sangat menentukan apakah hasil dari pengadaan barang/jasa tersebut sesuai
dengan yang tertuang dalam kontrak/perjanjian antara penyedia dengan PPK atau tidak,
walaupun kedudukan atau keberadaan PPHP tidak terlalu diperhaikan dan dipermasalahkan
dalam sebuah instansi, tetapi tugas dan tanggung jawab PPHP sangat berat.
Tugas utama PPHP sebagaimana dalam pasal 18 Perpres 54  tahun 2010 dan perubahannya
adalah melakukan pemeriksaan/ Pengujian hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa sesuai yang
tercantum alam dokumen kontrak, yang mencakup kesesuaian jenis, spesifikasi teknis,
jumlah/volume/kuantitas, mutu/ kualitas, waktu dan tempat penyelesaian pekerjaan apakah
sesuai dengan yang tertuang dalam kontrak atau tidak, serta membuat bertia acara hasil
pemeriksaan dan pengujian tersebut.
Syarat PPHP :
1) memiliki integritas, disiplin dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas;
2) memahami isi Kontrak;
3) memiliki kualifikasi teknis;
4) menandatangani Pakta Integritas; dan
5) tidak menjabat sebagai Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar (PPSPM) atau
Bendahara.

Anda mungkin juga menyukai