Anda di halaman 1dari 36

BAB II

LANDASAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG PENGGUNAAN TEKNIK-TEKNIK

MENDAPATKAN UMPAN BALIK (FEEDBACK)

Guru mempunyai peranan yang amat luas, baik di sekolah, di dalam

keluarga, dan di dalam masyarakat. Guru perlu mengetahui sejauh mana bahan

yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh murid, karena dari sinilah tergantung

apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya dengan bahan berikutnya.

Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar harus

mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh

mana bahan yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat

dimaklumi, karena mereka tidak mempunyai waktu untuk memikirkan

pengetahuan yang baru saja mereka peroleh. Maka dari itu pengajar harus sedikit

memaksa sehingga murid dapat mengerti betul-betul bahan yang diterangkan.

Bagaimana hal tersebut dapat dilakukan ? Ada berbagai cara untuk itu. Cara

paling sederhana adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama atau pada

akhir jam pelajaan. Dengan cara itu pengajar akan menemukan apa saja yang

belum tersampaikan secara jelas.

Disekolah guru berperan sebagai perancang atau perencana, pengelola


pengajaran dan pengelola hasil pembelajaran siswa. Peranan guru di
sekolah ditentukan oleh kedudukannya sebagai orang dewasa, sebagai
pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya
sebagai guru, ia harus menunjukkan perilaku yang layak (bisa dijadikan
teladan oleh siswanya). Tuntutan masyarakat khususunya siswa dari guru
dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang
dituntut dari orang dewasa lainnya.1

1
Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, Rieneka Cipta, Jakarta, 2005. hal.
152

14
15

1. Pengertian Umpan Balik

Secara etimologi pengertian umpan balik adalah sebagai berikut:

Umpan balik (feedback) diambil dari kata arus balik dalam saklar arus

listik .2

Kata feedback merupakan perubahan semantik dan leksikal tentang

perubahan kata, dalam bahasa inggris pertengahan, seperti kata bagus biasanya

diartikan bodoh dan kadang-kadang malu tetapi tidak pernah digunakan dalam

bahasa inggris modern. Perubahan-perubahan arti tersebut dikenal sebagai

perubahan semantik dan dapat dikenal sebagai perubahan leksikal, atau perubahan

dalam vocabulary. Setiap kata tidak hanya berubah artinya saja tetapi juga dapat

menjadi berubah keseluruhan. Seperti, feedback atau umpan balik dalam

berdiskusi.3

2. Teknik-teknik Mendapatkan Umpan Balik

a. Memancing appersepsi

Segala hal yang ternyata belum dimengerti secara jelas oleh murid.

Hendaknya dicatat dan diulangi lagi pada kesempatan berikutnya. Cara lain yang

lebih baik dan akan memberi keterangan lebih pasti adalah mengadakan ujian

singkat. Serupa dengan yang disebut kuis di akhir jam pelajaran. Dengan ujian

singkat itu murid dipaksa menuliskan. Sejauh mana bahan yang telah diterangkan

dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian tidak mungkin terlaksana,

2
Prof. Dr. Wjs. Poerwodarminta, Loc Cit, hal.542
3
Microsoft Encarta deluxe 2004, Microsoft Corporation. © 1993-2003
16

karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara tersebut dapat

sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak didik.

Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya

dimaksudkan untuk mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang

telah dibahas. Selain itu murid atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk

memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti bahan tersebut. Sehingga mereka

dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.

Ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling

tergantung pada pengajar yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting

adalah sejauh mana uraian yang diberikan dapat diterima secara jelas oleh murid.

Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya mengadakan umpan balik

seperti itu. Setelah seluruh rangkaian pelajaran selesai diberikan. Terlihat pada

waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan yang diajarkan. Dan

itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari

pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih

efektif.

Jam pelajaran selanjutnya tidak mungkin diberikan kalau pengajar tidak

tahu secara pasti hasil pelajaran sebelumnya. Pengajar dapat mengetahui hasil

pelajaran sebelumnya dengan cara:

1. Lewat kesan yang diperoleh selama jam pelajaran itu sendiri

2. Lewat informasi sederhana dari pihak murid melalui pertanyaan-pertanyaan

lisan yang diajukan oleh pengajar selama atau setelah jam pelajaran

3. Lewat informasi tertulis dari pihak murid yang diperoleh melalui ujian singkat
17

4. Mempelajari hasil tentamen atau ujian yang diadakan pada akhir kursus (di

sini murid dinilai).

Tiga hal yang pertama berhubungan dengan umpan balik yang dilakukan

terhadap tiap jam pelajaran. Kita sebut hal itu sebagai umpan balik pelajaran.

Sedangakan hal yang keempat berhubungan dengan evaluasi pada akhir.

Setiap umpan balik pengajaran menentukan isi pelajaran berikutnya, oleh

karena itu jelas, bahwa umpan balik tidak hanya perlu bagi guru, tetapi

bagi murid.4

Peserta didik adalah Sang Anak yang merupakan milik Sang Pencipta

dan milik dirinya sendiri, keberhasilannya akan sangat tergantung dari

pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya keaktifan peserta didik dalam

menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan

pencapaian tujuan pendidikan.

Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi,

baik itu motivasi ekstrinsik maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat

merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik, antara lain:

1. Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif

Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias,

serta dimulai dan pola pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia

cerdas berpotensi, merupakan faktor penting yang akan meningkatkan partisipasi

aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru akan membias mewarnai sikap

4
Roijakkers, Mengajar dengan Sukses, Grafindo, Jakarta, 1993, hal. 10 -
12
18

para peserta didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka jangan

harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya

seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan

proses, serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang

dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan

tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang bersangkutan.

2. Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran

Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang

sedang mereka ikuti, maka mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan

tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada setiap awal kegiatan guru berkewajiban

memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa dan untuk apa materi

pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka

peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan

bersama dengan para peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku

agar kegiatan pembelajaran dapat berlangsung lebih efektif.

3. Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang mendukung

Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber

belajar yang “menarik” dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan

belajar mengajar maka hal itu juga akan menumbuhkan semangat belajar peserta

didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan kondisi lingkungan yang juga

penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak semangat dan

keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar.

4. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik


19

Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri

peserta didik dapat terus tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi

interaksi agar dapat berlangsung dengan berlandaskan prinsip pengakuan atas

pribadi setiap individu. Sehingga kemampuan individu, pendapat atau gagasan,

maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang penting lagi

guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik,

antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain

memberikan selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau

bentuk penghargaan lainnya.

5. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di

dalam proses belajar mengajar.

Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru

di dalam pengelolaan kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh

negatif terhadap kegiatan selanjutnya. Penerapan peraturan yang tidak konsisten,

tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan menimbulkan kekecewaan dari

para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat keaktifan belajar

peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan

ketentuannya, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberikan pujian tidak pilih

kasih.

6. Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar.

Penguatan adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar

baik berupa pujian maupun sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk

lebih meningkatkan keaktifan belajar dan mencegah berulangnya kesalahan dari


20

peserta didik. Penguatan yang sifatnya positif dapat dilakukan dengan kata-kata;

bagus! baik!, betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan cara berpura-

pura tetapi harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan

gerak; acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan

lain-lain. Ada pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda

kenangan atau diberi hadiah khusus berupa; boleh pulang duluan atau pemberian

perlakuan menyenangkan lainnya.

7. Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang

Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau

melaksanakan tugas pemebelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang

sifatnya menarik atau menyenangkan bagi peserta didik di samping juga bersifat

menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya bervariasi, tidak selalu harus di

dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti di perpustakaan,

dan lain-lain. Penerapan model “belajar sambil bekerja” (learning by doing)

sangat dianjurkan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil

bernyanyi atau belajar sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan peserta didik

secara merata dapat diterapkan pemberian tugas pembelajaran secara individu atau

kelompok belajar (group learning) yang didukung adanya fasilitas/sumber belajar

yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan media pembelajaran

sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif.

8. Penilaian hasil belajar dilakukan serius, obyektif, teliti dan terbuka

Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan

peserta didik, dan hal itu akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar
21

kegiatan penilaian ini dapat membangun semangat belajar para peserta didik maka

hendaknya dilakukan serius, sesuai dengan ketentuannya, jangan sampai terjadi

manipulasi, sehingga hasilnya dapat obyektif. Hasil penilaiannya diumumkan

secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil belajar yang

ditempel di kelas. Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat

melihat prestasi mereka masing-masing tahap per tahap.

Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh

menetapkan tugas masing-masing anggota kelompok dengan mempertim-bangkan

beberapa hal seperti;

 kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan
anggota kelompok
 tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
 tugas itu sederhana
 perintah-perintah jelas dan diberikan selangkah-demi-selangkah
 guru perlu menyediakan sumber belajar
 guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa di dalam
kelompok
 penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan
mendiskusikan tugas itu dengan siswa
 Hal penting dari tugas ini adalah belajar bekerjasama. Untuk siswa-
siswa yang sudah lebih berpengalaman bekerja dengan cara ini, guru
dapat menetapkan tugas dan karakteristik kelompok yang lebih
tinggi/ komplek seperti,
 kelompok dapat lebih besar dan kadang-kadang siswa boleh memilih
siapa anggota kelompoknya
 tugas dapat ditambahkan lebih banyak, tetapi dengan batas waktu
yang jelas dan ditetapkan oleh guru
 tugas dapat dibagi dalam bagian-bagian atau merupakan suatu
pilihan dari sejumlah pilihan yang ditetapkan guru
 beberapa perintah/instruksi pengerjaan tugas membolehkan siswa
untuk memberikan saran, misalnya dalam pendekatan, memilih
metode eksperimen, atau memutuskan bentuk produk pekerjaan yang
akan mereka hasilkan
 beberapa sumber belajar dapat dipilih oleh siswa
22

 peran siswa dalam kelompok dapat beragam dan beberapa keputusan


tentang peran ini dapat dibuat oleh siswa-siswa
 penilaian dapat dibicarakan dengan siswa melalui diskusi informal
dengan kriteria terstruktur formal, serta penilaian individual atau
kelompok dapat dilakukan kondisi ini, keterampilan bekerjasama
turut dikembangkan. Kalau kemandirian siswa/ kelompok mulai
tampak, tugas dapat ditingkatkan menjadi tugas-tugas yang lebih
luwes, yang mulai melimpahkan sebagian tugas dan penyelesaiannya
kepada siswa/ kelompok. Dengan cara seperti ini, siswa akan
terdorong untuk melakukan kegiatan lebih mandiri yang dicirikan
dengan beberapa hal antara lain;
 mereka memutuskan jumlah dan anggota kelompok
 tugas dapat tersebar untuk masa yang panjang atau lama melalui
siswa-siswa berunding dengan guru membahas jumlah waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas
 tugas mungkin rumit, para siswa perlu memilah-milah perincian
setepatnya dari beberapa bagian pekerjaan
 sumber belajar dapat meliputi beragam media dan bahan
 peran setiap siswa dalam kelompok ditetapkan secara musyawarah
untuk mufakat (konsensus).5

Sosok kepribadian guru yang ideal menurut Islam telah ditampakkan

pada keguruan Rasullulah Saw. Yang bersumber dari Alquran, tentang kepribadian

Rasulullah Saw. Ini, Alquran surat Al-Ahzab (33) ; 21 menegaskan:

Artinya:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.6

5
Harlen, W., Primary science, taking the plunge. London: Heinemann
Educational Books Ltd, 1987, 9 - 12
6
Sjahriyanto, Wawan, Qur’an Player 2.0.1.0, Departemen Agama RI,
Jakarta, 2005
23

Sebagai guru penddikan agama Islam, sudah sewajarnya apabila

keguruan Rasulullah Saw. Diimplementasikan dalam praktik pembelajaran. Ada

bebarapa perilaku guru yang disarankan untuk diimplementasikan agar pengajaran

yang efektif bisa terwujud, dan bisa memancing apersepsi anak didik, perilaku

tersebut adalah:

 Menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-


hal atau prosedur tertentu.
 Mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan.
 Mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat.
 Bergerak ke seluruh ruang kelas untuk mengamati siswa.
 Situasi-situasi yang menggangu diatasi dengan cara-carayang
bijaksana (dengan cara-cara non verbal, isyarat, pesan-pesan,
kedekatan, kontak mata, dan lain-lain).
 Memberikan tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila
mereka bekerja secara bebas.
 Menggunakan cara yang memungkinkan siswa melaksanakan tugas-
tugas belajar dengan arahan seminimal mungkin.
 Memanfaatkan waktu pembelajaran sebaik mungkin dan siswa harus
terlibat aktif dan produktif dalam melaksanakan tugas-tugas
pembelajaran.
 Menggunakan cara-cara tertentu untuk mendapatkan perhatian siswa.
 Tidak memulai berbicara kepada kepada kelas sebelum semua siswa
memeberikan perhatian.
 Menggunakan suatu system pemeriksaan tugas-tugas.
 Menghubungkan bahan yang diajarkan dengan aktifitas yang harus
dilakukan siswa.
 Menggunakan teknik-teknik yang memberikan kemudahan
perpindahan secara beragsur dari aktifitas yang konkret ke yang lebih
abstrak.
 Menggunakan campuran pertanyaan dari peringkat yang rendah dan
tinggi.
 Menyadari apa yang sedang berlangsung di dalam kelas.
 Dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran.
 Menunjukkan sikap memelihara, menerima, dan menghargai anak.
 Memberikan respon yang memdai terhadap makna, perasaan, dan
penggalaman peserta didik.
 Mengarahkan pertanyaan kepada banyak siswa yang berbeda-beda,
dan bukan hanya kepada siswa tertentu.
 Menggunakan berbagai teknik untuk membantu siswa dalam
memperbaiki respons yang keliru atau salah.
24

 Memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa.


 Menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan
kepada siswa yang lebih pandai.
 Menerima insiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan,
bahasan, atau saran-saran.7

b. Memanfaatkan Teknik Alat Bantu yang Akseptabel

Ada beberapa macam alat Bantu yang dapat diterima oleh siswa, agar

mereka mudah memahami pelajaran diantaranya adalah:

Cara ini menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan

dalam sajian tayangan hidup (film). Tentu saja, cara ini lebih mudah menjadi

pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung unsur cerita yang

berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi

tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan

Pendidikan Agama, akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita

tayangan hidup yang menyentuh dimensi emosi dan perasaan.

Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan menyajikan


dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain
memepermudah pengertian tentang konsep dan proses tertentu.
Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam laboratorium bermanfaat
sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit.8

Tak semua murid sanggup belajar dengan cara verbal yang abstrak. Alat

audio-visual diperlukan untuk membantu mereka. Akan tetapi tak semua bahan

harus disampaikan secara kongkrit. Kebanyakan pelajar dapat dan harus

disampaikan secara verbal akan tetapi untuk bagian-bagian tertentu alat audio-

7
Surya, Psikologi Pembelajaran dan pengajaran, Remadja Rosda Karya,
Bandung, 1997. hal. 144-145
8
Brooks, J.G. & Brooks, M.G. Op cit, hal. 9
25

visual atau alat intruksional pada umumnya sangat berguna untuk mempermudah

dan memepercepat pemahaman bagi murid-murid tertentu.apa yang dikemukakan

diatas merupakan usaha uantuk mempertinggi mutu mengajar agar murid-murid

dapat memahami apa yang diajarkan tanpa komunikasi yang baik antara guru dan

murid proses mengajar-belajar tidak akan berjalan dengan efektif. Sekalipun

terdapat komunikasi yang baik masih dapat diharapkan bahwa selalu terdapat

kekurang pahaman. Itu sebabnya perlu adanya evaluasi untuk membantu

menemukan kekurangan atau kesalahan murid yang dinginkan sebagai

“Feedbeck” atau umpan balik agar dapat membantu tiap anak secara individual

untuk mengatasi kesulitan belajar dan memahami dengan mencari jalan-jalan lain

yang lebih sesuai bagi mereka, tersedia berbagai lat intruksional membuka jalan

ihanbagi guru untuk mencari metode-metode lain untuk membantu murid-

muridnya.

Dengan demikian guru maupun murid tak perlu lekas putus asa atau

jengkel bila dengan metode tertentu tidak tercapai keberhasilan yang harapkan

dan jika tidak berhasil menurut cara tertentu masih banyak bagian-bagian lain

yang tersedia, bahkan dapat di cari cara-cara baru. Membantu murid bearti

memberikan kesanggupan menolong diri sendirir mengatsasi kesuliatannya sendiri

serta kemampuan untuk belajar sendiri. Karena itu guru senantiasa membantu

murid untuk mengenal proses belajar, cara belajar atau belajar-belajar yang

membawanya kepada penguasaan bahan sampai taraf yang setinggi-tingginya.


26

Dengan demikian perkembangan akan menjadi “self propelling growt”

yaitu berkembang atas dorongan dan kemauan sendiri yang kita harapkan

akan berlangsung sepanjang hidup.9

Cara ini banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku

sumber, ensiklopedia, lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada

beberapa buku biasanya tidak hanya menyajikan uraian teks, tetapi juga

dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan demikian, siswa yang

memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan ilustrasi/gambar

tersebut.

Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah.


Pada keadaan ini, siswa senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan
penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara ini adalah ada
sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang
diceramahkan guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini
berkelanjutan, peristiwa belajar cenderung tidak berlangsung. Untuk
mengatasinya, guru harus mengurangi cara ini, atau kalau terpaksa perlu
berceramah cukup antara 20 – 25 menit saja dan diselingi dengan
kegiatan yang mendorong Lihat – Raba – Bau – Rasa. Materi yang
diceramahkan pun perlu kontekstual dengan pengalaman sebagian besar
siswa.10

Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas

dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan

program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu ‘unjuk kemampuan/

mendemonstrasikan kinerja (performance)’ sebagai hasil belajar.

9
Nazulia, Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar dan mengajar, Bina
Aksara, Jakarta, 1982. hal. 43
10
Harlen, W. Op cit, hal. 12
27

Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat

pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah. Para

ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai ‘pertanyaan produktif’. Karena itu,

dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan

merancang pertanyaan produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga

memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik.

Dengan demikian, sedikitnya ada tiga hal strategis yang perlu dikuasai

guru dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yaitu, penyediaan pertanyaan yang

mendorong berpikir dan berproduksi, penyediaan umpan balik yang bermakna,

dan penyediaan penilaian yang memberi peluang semua siswa mampu melakukan

unjuk-perbuatan.

Jika salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa

untuk berpikir, maka tujuan bertanya hendaknya lebih pada ‘merangsang siswa

berpikir’. Merangsang berpikir dalam arti ‘merangsang siswa menggunakan

gagasan sendiri dalam menjawabnya’ bukan mengulangi gagasan yang sudah

dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini antara

lain pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Pertanyaan ini dapat digunakan

untuk tujuan merangsang siswa berpikir.

Pertanyaan hendaknya dirumuskan sedemikian rupa sehingga siswa melakukan

kegiatan meramal (prediksi), mengamati (observasi), menilai diri/ karya sendiri

(introspeksi), atau menemukan pola/hubungan. Ada yang menyatakan ‘Jika Anda

mengajukan pertanyaan yang baik, sungguh Anda telah mengajar secara baik’.

Tujuan guru bertanya hendaknya tidak sekedar, bahkan mungkin harus dihindari,
28

mengharapkan jawaban benar, tetapi lebih untuk merangsang siswa berpikir dan

berbuat. Mengharapkan jawaban benar hanya akan membuat siswa tidak berani

menjawab jika mereka tidak merasa yakin bahwa jawabannya benar. Berikut

kategori pertanyaan beserta contohnya yang diperkirakan dapat merangsang siswa

berpikir.

c. Menggunakan Metode yang Bervariasi

Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan

tuntas oleh murid. Usaha guru itu harus di bantu dengan mengunakan bantuan

seperti “feedback” atau umpan balik yang terperinci kepada guru maupun murid,

sumber dan metode-metode pengajaran tambahan di mana saja diperlukan usaha

tambahan itu dimaksud untuk memperbaiki mutu pengajaran dan meningkatkan

kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan demikian

mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.

Feedback atau umpan balik diberikan melalui test-test formatif. Mula-

mula bahan pelajaran di bagi dalam satuan-satuan pelajaran. Suatu satuan

pelajaran misalnya meliputi bahan pelajaran satu baba atau buku yang dapat

dikuasai dalam waktu satu atau dua minggu. Test formatif itu bersifat diagnostik

dan serentak menunjukan kemajuan atau keberhasilan anak.

Test formatif ini bermacam-macam fungsinya:

a. test formatif mempercepat anak belajar dan memberikan motivasi


untuk bekerja dengan sungguh-dungguh dalam waktu secukupnya.
Test formatif itu menjamin bahwa tugas pelajaran tertentu di kuasai
sepenuhnya sebelum beralih kepada tugas berikutnya.
b. test formatif di berikan untuk menjamin bahwa semua anak
menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau bahan apersepsi yang
diperlukan untuk memahami bahan pelajaran yang baru. Pada tarap
permulaan pelajaran baru test formatif lebih sering diberikan untuk
29

menjamin penguasaan bahan yang diperlukan untuk memahami


pelajaran itu selanjutnya. Pada akhir tiap satu pelajaran, test formatif
merupakan alat Bantu untuk menjamin penguasaan atas bahan itu
secara tertentu.
c. test formatif juga berguna bagi mereka yang telah memiliki bahan
apresepsi yang diperlukan untuk memberi rasa kepastian atas
penguasaannya, dengan demikian ia mempunyai rasa percaya akan
diri sendiri yang lebih terutama untuk menghadapi pelajaran
selanjutnya.
d. bagaimana murid yang masih kurang menguasai bahan pelajaran test
formatif merupakan alat untuk meningkatkan di mana sebetulnya
letak kesulitannya. Jadi test formatif adalah alat untuk mendiagnosisi
kelemahan, kesulitan dan kekurangan murid, sehingga ia dapat
memperbaikinya, disamping menunjukan kekurangan murid perlu
pula diberikan petunjuk bagaimana caranya ia dapat
memperbaikinya.
e. test formatif sebaiknya jangan disertai oleh angka. Tujuan yang harus
di capai adalah penguasaan penuh. Test formatif dimaksudkan
sebagai alat “assessment” yaitu memperoleh keterangan dengan
maksud perbaikan, karena itu test formatif merupakan bagian yang
integral dari proses belajar. Penguasaan tuntas tidak mungkin tanpa
test formatif.
f. test formatif juga memberikan umpan balik pada guru, ia mengetahui
dimana terdapat kelemahan-kelemahan dalam metodenya mengajar
sehingga ia dapat memperbaikinya atau mencari metode lain.11

Banyak sekali metode-metode yang dapat digunakan dalam

menimbulkan feedback antara lain:

a. Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam pelajaran.


Merid sering lebih paham akan apa yang disampaikan oleh
temannya, dari pada guru, biasa cara belajar yang digunakan oleh
murid lebih mudah ditangkap oleh murid lain. Maka memanfaatkan
batuan murid dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan
bahan pelajaran.
b. Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid secara
individual. Sebaiknya orang itu jangan gurunya sendiri sehingga ia
dapt memberi bantuan dengan cara yang lain dari pada guru itu.
Hendaknya di usahakan agar murid selekas mungkin dapat
membebaskan diri dari bantuan tutor. Jadi tutor harus mendidik anak
agar dapat belajar sendiri.

11
Nazulia, Op Cit, hal. 47-49
30

c. Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar murid


menguasai bahan pelajaran melalui langkah-langkah pendek, tanpa
bantuan guru pelajar akan mengalami kesulitan dalam memahami
pelajaran. 12

Secara singkat dan umum, metode sering dipahami sebagai cara atau

jalan yang ditempuh seseorang dalam melakuan suatu kegiatan. Berkaitan dengan

psikologi belajar, termasuk psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam,

metode-metode tertentu untuk memgumpulkan berbagai data dan informasi

penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan proses

pembelajaran.

Di dalam proses pembelajaran, termasuk proses pembelajaran pendidikan

agama Islam, sangat banyak data psikologis. Data itu bisa dikumpulkn dengan

berbagai cara

Riset-riset psikologi berkenaan dengan pembelajaran Pendidikan Agama

Islam, dapat memanfaatkan berbagai metode tertentu seperti:

 Metode Eksperimen

Pada prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan

yang dilakukan eksperimenter di dalam laboratorium atau ruang tertentu lainnya.

Teknik pelaksanaan metode eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan

diangkat, seperti data pendengaran siswa, penglihatan siswa dan gerak mata siswa

ketika sedang membaca. Selain itu eksperimen dapat pula digunakan untuk

mengukur kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus tertentu

dalam proses belajar.

12
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar, Rineka Cipta,
Jakarta, 2002, hal. 25
31

Alat utama yang sering digunakan dalam eksperimen pada jurusan

psikologi pendidikan atau fakultas psikologi di berbagai universitas terkemuka

adalah computer dengan berbagai programnya, seperti program cognitive

psychology test. Metode eksperimen bagi para psikolog, termasuk psikologi

pendidikan, dianggap sebagai metode pilihan, artinya lebih utama untuk

digunakan dalam berbagai riset.

 Metode Kuesioner

Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk

pendidikan islam dan psikologi pembelajran Pendidikan Agama Islam, relative

lebih menonjol apabila dibandingkan penggunaan metode-metode lainnya.

 Metode Studi Kasus

Riset Psikologi Pembelajaran Pendidkan Agama Islam selain

menggunakan metode studi kasus. Studi kasus (Icase study) dalam kakian

psikologi merupakan sebuah metode penelitian yang digunakan untuk

memperoleh gambaran yang terperinci mengenai aspek-aspek psikologi seoarang

siswa atau sekelompok siswa tertentu.

 Metode Klinis

Metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi

klinis atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan

penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan

pemulihan (psychological treatment) terhadap kelainan jiwa tersebut.

Dalam pelaksanaan penggunaan metodeklinis, peneliti menyediakan

benda-benda dan memberi tugas-tugas serta pertanyaan-petanyaan tertentu yang

boleh diselesaikan oleh anak secara bebas menurut persepsi dan


32

kehendaknya.selanjutnya, setelah data dari hasil penyelidikan pertama diangkat

dan diberi perlakuan khusus, peneliti mengajukan lagi pertanyaan atau tugas

tambahan untuk mendukung data yang dihimpun sebelumnya.

Yang perlu dicatat adalah metode klinis pada umumnya hanya

diberlakukan untuk menyelidiki anak atau individu yang mengalami

penyimpangan perilaku psikologi termasuk perilaku maladaptive behavior atau

misbehavior.

Oleh karena itu, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan

metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga

mementingkan intensitas dan ketelitian yang sungguh-sungguh. Sasaran yang

akan dicapai oleh peneliti dengan menggunakan meode klinis, terutama untuk

memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seseorang siswa

atau kelompok kecil siswa. Seterusnya, berdasarkan kepastian faktor penyebab

itu, peneliti berupaya memilih dan menentukan cara mengatasi penyimpangan

perilaku tersebut.

 Metode Observasi Naturalistik

Metode obsevasi naturalistik merupakan jenis obsevasi yang dilakukan

secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia

tidak menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian. Awalnya,

metode naturalistik lebih banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan untuk

mempelajari perilaku hewan tertentu. Dalam perkembangan selanjutnya, metode

observasi naturalistic digunakan oleh para psikolog perkembangan, psikolog

kongnitif, an psikolog pendidikan.


33

Seorang peneliti atau guru yang menjai asistennya dapat


mengaplikasikan metode ini lewat kegiatan belajar mengajar atau belajar
mengajar dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tata dan biasa, bukan
kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar
berlansung, jenis perilaku siswa diteliti, (misalnya kecepatan membaca),
dicatat dalam lembaran format observasi yang khusus dirancang sesuai
dengan data dan informasi yang akan dihimpun.13
Beberapa contoh keragaman pengalaman belajar yang mungkin dipilih

guru untuk beberapa mata pelajaran meliputi antara lain;

1. Menggubah syair lagu dan bernyanyi


2. Melakukan Permainan
3. Bermain peran
4. Diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan,
menyanggah)
5. Menggambar dan mengarang
6. Menulis prosa, puisi, pantun, gurindam
7. Membaca bermakna
8. Menyimak untuk menangkap gagasan pokok
9. Mengisi teka teki
10. Mengajukan pertanyaan penelitian
11. Mengajukan pendapat dengan alasan yang logis
12. Mengomentari
13. Bercerita
14. Mendengarkan cerita
15. Mengamati persamaan dan perbedaan untuk mencari ciri benda
16. Mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting
17. Membuat rangkuman/ sinopsis
18. Mendemonstrasikan hasil temuan
19. Mencari pemecahan soal-soal Matematika
20. Membuat soal cerita
21. Mengukur panjang, berat, suhu
22. Merencanakan dan melakukan percobaan
23. Merencanakan dan melakukan penelitian sederhana
24. Membuat buku harian
25. Membuat kamus
26. Melakukan simulasi dengan komputer
27. Mengelompokkan sambil mengidentifikasi (mengenali ciri) benda
28. Mengumpulkan dan mengoleksi benda dengan karakteristiknya
29. Membuat komik
30. Membuat ramalan dan berekstrapolasi
31. Membuat grafik

13
Oemar Hamalik, Op Cit, hal. 15
34

32. Membuat diagram


33. Membuat charta atau grafik
34. Membuat jurnal
35. Menyiapkan dan melaksanakan pameran
36. Menggunakan alat (alat ukur, alat potong, alat tulis)
37. Praktek ibadah
38. Praktek menjadi khatib/ pendeta
39. Praktek berceramah
40. Praktek budi pekerti
41. Membuat poster
42. Membuat model (seperti kotak, silinder, kubus, segitiga, lingkaran)
43. Menata pajangan
44. Menata buku perpustakaan
45. Membuat daftar pertanyaan untuk wawancara
46. Melakukan wawancara
47. Membuat denah
48. Membuat catatan hasil penjelasan/ hasil pengamatan
49. Membaca kamus
50. Mencari informasi dari ensiklopedia
51. Melakukan musyawarah
52. Mengunjungi dan menemukan alamat situs website
53. Bernegosiasi
54. Mendiskusikan wacana dari media cetak/ media elektronik
55. Membuat cergam
56. Membuat resensi buku
57. Mengkritisi suatu artikel
58. Mengkaji pola tulisan suatu artikel
59. Menulis artikel ilmiah popular
60. Membuat kamus
61. Membuat ensiklopedia
62. dapat ditambahkan sejumlah kegiatan lain yang mengerahkan
keterampilan berpikir dan mengaplikasikan pengetahuan yang sudah
diketahui.14

Kerja praktik selalu menjadi bagian penting dari pembelajaran beberapa

mata pelajaran, khususnya mata pelajaran sains. Namun, kerja praktik tradisional

pola-resep atau dengan selangkah-demi-selangkah bukanlah strategi belajar yang

efektif.

14
Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2003. hal. 23
35

Ada beberapa cara yang menjamin bahwa siswa-siswa secara aktif

terlibat dalam kerja praktik mereka dan bahwa mereka belajar dari pengalaman

itu. Cara –cara itu antara lain adalah;

1. Satu strategi sederhana adalah memberi para siswa perintah-perintah


dalam suatu susunan acak. Mereka diberitahu apa yang mereka coba
temukan dan kemudian diminta untuk memisahkan perintah-perintah
ke dalam susunan yang dapat dikerjakan sebelum mereka memulai
eksperimen.
2. Sebelum memulai eksperimen, mereka hendaklah diminta untuk
meramalkan hasil-hasilnya. Pada waktu hasil-hasil sudah diperoleh,
mereka diminta untuk memutuskan apakah hasil-hasil sesuai atau
tidak dengan ramalan-ramalan mereka. Jika hasil-hasil sesuai dengan
ramalan, maka mereka hendaklah menjelaskan mengapa mereka
mengharapkan hasil-hasil itu. Jika hasil-hasil tidak sesuai dengan
harapan, siswa hendaklah diminta untuk memikirkan-ulang metode
eksperimen untuk memutuskan apakah ramalan yang salah atau
terdapat kesalahan dalam cara pelaksanaan prosedur eksperimen.
3. Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu
pertanyaan untuk diselidiki. Kelas dapat mendiskusikan jenis data
yang perlu dikumpulkan. Kemudian, mereka merancang prosedur
eksperimennya sendiri, mengumpulkan data dan selanjutnya
menyusun suatu kesimpulan.
4. Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak
terbatas), yakni diberi hanya rincian topik yang sedang dibicarakan
dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa aspek topik yang
akan mereka selidiki. dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu
merumuskan hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih
peralatan yang tepat, mengumpulkan data, mengatur data dan
menyusun suatu kesimpulan.15

B. TINJAUAN TENTANG PENINGKATAN KEDISIPLINAN

1. Pengertian tentang disiplin

Disiplin merupakan suatu hal yang komplek dan banyak sekali

definisinya, yang berlainan antara definisi yang satu dengan definisi yang lainnya.

Hal tersebut disebabkan faham dan aliran yang dianutnya berbeda. Oleh karena itu

15
Soemanto Wasty, Psikologi Pendidkan, Rineka Cipta, 2003, hal. 43
36

disiplin sangat diperlukan agar jangan sampai ada kelalaian atau pemborosan

dalam suatu pekerjaan. Begitupun dalam belajar hanya dengan disiplin seorang

siswa dimungkinkan dapat mencapai cara belajar yang baik. Berbagai pengertian

mengenai disiplin dapat penulis jelaskan sebagai berikut:

Disiplin adalah Ketaatan ( kepatuhan ) kepada peraturan atau tata

tertib.16

Menurut Suharsimi Arikunto:

Disiplin menunjuk pada suatu jenis keterlibatan aturan dalam

mencapai standard yang tepat atau mengikuti aturan yang tepat

dalam beraktifitas. 17

Piet Sahertian menyatakan:

Disiplin adalah pengembangan diri sendiri pada si terdidik yang

timbul sendiri dari kesadaran diri tanpa ada paksaan. 18

Sedangkan Subari dalam bukunya, Supervisi pendidikan dalam rangka

Perbaikan mengajar, menyatakan:

Disiplin adalah penurutan terhadap suatu dengan kesadaran sendiri

untuk terciptanya peraturan itu. 19

16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, balai Pustaka, Jakarta,
1990, hal.208

17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Rieneka Cipta, Jakarta, 1994,
hal. 50

18
Piet Sahertian, Dimensi Administrasi Di sekolah, Usaha Nasional,
Surabaya, 1994, hal. 126

19
Subari, Supervisi Pendidikan dalam rangka perbaikan mengajar, Bumi
Aksara, Jakarta, tt, hal. 164
37

Berdasarkan uraian tersebut mengandung pengertian bahwa disiplin

selalu ada keterkaitan erat dengan pelaksanaan tata tertib.

P.S. Wilson, ( Dalam Suharsimi Arikunto ) menjelaskan bahwa:

Disiplin dicapai melalui suatu upaya pendidikan agar seseorang


mengikuti suatu aturan dengan membuat supaya orang tersebut
merasa terlibat di dalamnya sehingga sampai pada suatu nilai yang
sifatnya intrinsik. 20

Disiplin merupakan suatu keadaan berupa tingkah laku atau

pembiasaan-pembiasan yang memerlukan latihan secara kontinyu. Jadi

disiplin tidak dapat disampaikan atau diwujudkan seketika secara langsung

dan dalam seketika. Disiplin juga merupakan suatu pembawaan atau minat.

Bahwa disiplin akan membuat siswa memiliki kecakapan mengenai


cara belajar yang baik, juga merupakan proses ke arah pembentukan
watak yang baik, watak yang baik dalam diri seseorang akan
menciptakan pribadi yang luhur dan terdorong kemauannya untuk
belajar secara teratur. 21

Apabila siswa telah terkondisi oleh kebiasaan tersebut maka nyatalah

bahwa usaha belajarnya akan memberikan hasil yang sangat memuaskan,

bahkan didalam hatinya berkobar kebahagiaan untuk belajar semakin giat,

sehingga memberikan semangat untuk terus meraih kesuksesan. Dari uraian

itu, maka fungsi pokok disiplin dijelaskan oleh elizabeth Hurlock sebagai

berikut:

20
Suharsimi Arikunto, Op Cit, hal. 118

21
The Lieang Gie, Cara Belajar yang Efisien, Angkasa, Bandung, 1984,
hal. 59
38

Fungsi disiplin mengajar anak menerima pengekangan yang

diperlukan dan membantu mengarahkan energi anak kedalam jalur

yang berguna dan diterima secara sosial. 22

Ditinjau dalam proses belajar maka fungsi disiplin agar

memperlancar Proses Belajar Mengajar dengan adanya tingkah laku belajar

yang teratur sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, dan memotivasi anak

untuk mencapai apa yang diharapkan. Menerapkan disiplin pada anak

bertujuan untuk menolong anak untuk memperoleh keseimbangan antara

kebutuhan berdikari dan penghargaannya terhadap orang lain.

Disiplin disekolah bukan suatu usaha untuk membuat anak menahan

diri tingkah lakunya yang tidak diterima oleh sekolah, melainkan untuk

memperkenalkan cara atau memberikan pengalaman yang akhirnya membawa

anak pada pemilikan suatu disiplin yang timbul dari dalam dirinya sendiri

sehingga disiplin merupakan kebutuhan dalam setiap aktifitas belajar.

Sebagaimana dijelaskan oleh Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi:

Menegakkan disiplin tidak akan mengurangi kebebasan peserta didik

tetapi sebaliknya ingin memberikan kemerdekaan yang lebih besar

kepada peserta didik dalam batas kemampuannya. 23

Dengan demikian berdisiplin dalam belajar memungkinkan bahwa

cara yang paling efektif untuk menanamkan disiplin dikelas awal

22
Elizabet Hurlock, Cara Efektif Mendidik dan Mendisiplinkan Anak,
terjemahan Oleh Tuman Sirait, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 83

23
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pengelolaan Pengajaran, Balai
Pustaka, Jakarta, 1989, hal. 27
39

disekolah dasar adalah dengan cara pemberian penjelasan secara

rutin.24

Jadi latihan dan pembiasaan dalam pementukan disiplin harus

dilakukan sejak dini dimana anak sudah mulai mengenal kehidupan dalam

keluarga. Hal tersebut dibina dan di diterapkan sampai anak mengenal

kehidupan yang lebih luas.

Kebiasaan ini menjadi watak manusia nomer dua setelah watak yang
pertama yang dibawa sejak lahir. Selanjutnya dikatakan pula bahwa
watak tersebut mempunyai kekuasaan yang sangat besar kurang lebih
90 % dari perbedaan manusia .25

Pelajar yang ingin berhasil tentunya memerlukan cara atau metode

tertentu, dapat membuat catatan, membaca, membuat rencana dan jadwal.

Semua harus dipelajari dan pembiasaan.

Humaidi tatapangarsa menjelaskan bahwa kebiasaan itu dapat

terbentuk dengan faktor-faktor sebagai berikut:

a. Adanya suatu pekerjaan yang dikerjakan dengan senang hati

b. Adanya pemu;angan yang cukup dari pekerjaan yang disenangi.

Menurut Elisabeth terdapat cara dalam menanamkan disiplin pada

anak.yaitu:

a. Cara Otoriter

b. Cara Permissif

24
Suharsimi Arikunto, Op – Cit, hal. 120
25
Ahmad Amin dan Humaidi Tatapangarsa, Pengantar Kuliah Akhlak,
angkasa, Surabaya,1990, hal.69,
40

c. Cara Demokratif 26

a. Cara Otoriter

Pendidik menentukan aturan-aturan dan batas-batas yang mutlak

harus ditaati oleh anak. Dalam kaitannya dengan belajar penerapan sikap

keras dari pendidik dilaksanakan agar anak mau mentaati peraturan. Dan

hukum diberikan atas pelanggarannya.

b. Cara Permissif

Anak dalam hal ini dibiarkan mencari dan menemukan sendiri dalam

arti membuat aturan-aturan sendiri yang memberikan batasan-batasan dari

tingkah laku laku belajarnya. Pendidik hanya sebagai pengawas dan

bertindak jika dianggap perlu dalam aturan tersebut.

c. Cara Demokratif

Cara ini memperhatikan dan menghargai kebebasan yang terhadap

mutlak dalam dalam pelaksanaan aturan. Bimbingan yang penuh perhatian

diberikan pada aktifitas belajar anak. Sehingga tumbuh rasa tanggung jawab

dan percaya diri pada proses belajarnya.

Dalam cara otoriter lebih tepat diterapkan pada tahap permulaan

menanamkan disiplin belajar. Setelah tumbuh kemauan untuk melakukan

kewajibannya atas aturan tersebut maka cara permissif dapat diterapkan karena

anak sudah terbiasa melaksanakan belajar dengan teratur. Jika sudah sampai

dewasa, maka cara demokrasi lebih tepat diterapkan dalam pencapaian disiplin

26
Suharsimi Arikunto, Op Cit, hal. 93
41

belajar. Karena sudah bukan suatu hal yang sudah biasa lagi dalam melakukan

aturan-aturan, tetapi adanya aturan adalah sebagai kebutuhan atas pelaksanaan

disiplin belajar untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Cara demokrasi dalam

arti kesadaran lebih tepat dilakukan untuk mewujudkan disiplin belajar.

2. Macam-macam bentuk disiplin

. Disiplin tidak cukup dikembangkan kepada anak didik saja, tetapi

masalah disiplin belajar perlu dikembangkan kepada semua insan, yang pada

akhirnya dapat dikembangkan oleh masing-masing individu dan kelompok dalam

masyarakat.

Maka masalah disiplin dalam dunia pendidikan yang akan dibahas adalah

disiplin meliputi:

1. Disiplin hadir dan pulang tepat pada waktunya

2. Disiplin memakai seragam sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3. Disiplin mengikuti Program sekolah dalam Proses Belajar Mengajar

Disiplin mengikuti kegiatan-kegiatan yang sifatnya menguntungkan

siswa dalam kaitannya dengan pendidikan.

3. Tujuan Kedisiplinan

Tujuan diterapkannya kedisiplinan disekolah adalah sebagai berikut:

1. Memberikan pengaruh yang positif terhadap Minat belajar siswa. dalam

Proses Belajar Mengajar untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

2. Membuat siswa memiliki kecakapan mengenai cara belajar yang baik, juga

merupakan proses ke arah pembentukan watak yang baik


42

3. Mengajar anak menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu

mengarahkan energi anak kedalam jalur yang berguna dan diterima secara

sosial.

4. Ditinjau dalam proses belajar maka fungsi disiplin agar memperlancar

Proses Belajar Mengajar dengan adanya tingkah laku belajar yang teratur

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan, dan memotivasi anak untuk

mencapai apa yang diharapkan.

5. Menolong anak untuk memperoleh keseimbangan antara kebutuhan

berdikari dan penghargaannya terhadap orang lain.

Jadi latihan dan pembiasaan dalam pementukan disiplin harus dilakukan

sejak dini dimana anak sudah mulai mengenal kehidupan dalam keluarga. Hal

tersebut dibina dan di diterapkan sampai anak mengenal kehidupan yang lebih

luas.

4. Faktor-faktor kedisiplinan

Didalam membina dean meningkatkan kedisiplinan siswa, terutama

dalam lingkungan sekolah dan masyarakat pada umumnya, perlu diperhatikan

unsur yang mempengaruhi terhadap kedisiplinan siswa, agar kedisiplinan itu

dapat diupayakan semaksimal mungkin dan dapat terwujud dalam perilaku

siswa.

Dalam kaitan ini bahwasannya salah satu tujuan khusus dari pendidikan

antara lain: di bidang nilai dan sikap, percaya pada diri sendiri, memiliki

kesadaran akan disiplin, memiliki inisiatif, daya kreatif, sikap kritis, rasional dan
43

obyektif dalam memecahkan masalah, menghargai pekerjaan dan prestasi kerja

dan memiliki kesadaran menghargai waktu.27.

5. Alat-alat kedisiplinan

. Yang dimaksud dengan alat-alat kedisiplinan disini adalah alat-alat

yang dapat menunjang pelaksanaan disiplin disekolah.

Menurut sifatnya alat kedisiplinan terbagi atas dua bagian, yaitu:

- Preventiv dan

- represif

a) Alat kedisiplinan yang bersifat Preventiv

Alat kedisiplinan yang bersifat preventif adalah alat-alat kedisiplinan

yang bersifat pencegahan, yaitu mencegah siswa dari tingkah laku yang

menyimpang dari norma-norma yang ada.

Alat kedisiplinan yang bersifat preventif meliputi:

1) Tata tertib

Tertib adalah peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan

yang konsisten dari peraturan yang ada, tertib merupakan unsur yang

dominan dalam disiplin, karena disiplin menghendaki adanya kesamaan

dalam kangkah yang berlaku dalam suatu lingkungan.

2) Anjuran dan Perintah

27
Winkel, Bimbingan dan Konseling disekolah, Grassindo, Jakarta, Cet.
VIII, 1991, hal. 7
44

Anjuran adalah ajakan atau saran untuk melakukan sesuatu yang

berguna.28

3) Larangan

Larangan adalah saran atau ajakan untuk tidak melaksanakan suatu

yang kurang baik dan merugikan serta sangat dicela oleh agama.

4) Paksaan

Paksaan adalah suatu perintah dengan kekerasan terhadap siswa

untuk melakukan sesuatu.

b) Alat kedisiplinan yang bersifat represif

Adapun yang termasuk dalam alat kedisiplinan yang bersifat represif

adalah sebagai berikut:

1) Pemberitahuan

Yang dimaksud dengan pemberitahuan disini adalah pemberitahuan

kepada siswa yang telah melakukan suatu pelanggaran tata tertib, misalnya

tidak ikut upacara bendera, sering terlambat masuk dan lain sebagainya.

2) Peringatan

Peringatan adalah teguran atau nasehat yang bisa diberikan kepada

siswa yang telah beberapa kali melakukan pelanggaran.

3) Ganjaran

Ganjaran adalah imbalan atas prestasi atau jasa yang telah dilakukan.

4) Hukuman

28
Sudirman, dkk., Ilmu Pendidikan, PT Remaja Rosdakarya, Bandung,
,1990, hal. 333
45

Hukuman adalah suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan

seseorang dengan sengaja dan sadar akibat adanya pelanggaran, kesalahan

oleh siswa dengan tujuan memperbaiki kesalahan.

Lebih lanjut lagi bila kita ingin sukses dalam proses belajar

mengajar, kita harus memikirkan setiap murid dan harus memikirkan set iap

murid dan memberikan hukuman yang sesuai dengan perbuatannya. Bila

seorang anak bersalah akan mengakui kesalahannya, mempunyai rasa hormat

pada guru dan mempunyai kasih sayang, maka ia akan datang pada guru

untuk dihukum dan akan merasa tidak enak dan bertobat tidak akan

mengulangi perbuatannya lagi. Dengan demikian, maka sampailah kita

bahwa:

Tujuan hukuman adalah bersifat perbaikan. 29

Adapun langkah-langkah untuk mendisiplinkan siswa adalah sebagai

berikut:

a. Pembiasaan

Membiasakan siswa dengan hal-hal yang baik dan tertib, teratur

seharusnya dimulai sejak dini, agar kebiasaan baik tersebut terpatri dalam

penghayatan anak-anak dalam usia sekolah, daya pengertian anak makin

tumbuh memebimbingnya ke arah disiplin itu dengan memberikan pengertian

secara bijaksana dan penuh kasih sayang.

Kebiasaan yang baik akan membawa manfaat yang sangat besar


dalam meringankan hidup sehari-hari itu, dapat kita memiliki setelah

29
M.Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, PT Bulan
Bintang, Jakarta, Cet. IV, 1985, hal. 159
46

melalui proses pembiasaan yang lama dan tekun. Sehingga melalui


pembiasaan ini akan benar-benar terlihat hasilnya. 30

Dengan adanya pembiasaan yang baik ini, akan sangat berpengaruh


bagi siswa terutama dalam membentuk pribadi yang disiplin, tangguh
serta ulet dalam menghadapi problema hidupnya, karena dengan
pembiasaan-pembiasaan itu akan memasukkan unsur-unsur positif
dalam pribadi anak yang sedang dalam masa perkembangannya. 31

b. Suri Tauladan

Didalam ajaran Islam suri tauladan adalah merupakan suatu yang

sengaja untuk ditiru oleh siswa pola tingkah laku anak tidak dimiliki dengan

sendirinya. Melalui melalui proses belajar menirukan serta mencontoh dari

sesuatu yang ada disekitarnya, karena itu sepatutnyalah orang tua mendidik

serta orang lain yang ada disekitarnya memberikan suri tauladan dari

pendidik. Diharapkan siswa dapat sadar akan kewajibannya untuk meniru,

mencontoh serta mentaati segala tata tertib yang telah ditetapkan sehingga

tercapailah kedisiplinan siswa.

c. Penyadaran

Yang dimaksud penyadaran ialah usaha menafsirkan, mengetahui

serta meyakinkan siswa tentang sesuatu yang penting baginya. Penyadaran

sebagai salah satu langkah kedisiplinan siswa dapat dilakukan dengan

memberikan keterangan keterangan, nasihat-nasihat tentang manfaat dan

mudlorotnya, guru bisa menyelipkan pesan tentang perlu pentingnya

30
Drs. Balnadi Sutradiputra, Aneka Problema Keguruan, Angkasa,
Bandung, 1985, hal. 99
31
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992,
hal. 65
47

mematuhi tata tertib agar proses belajar mengajar bisa berjalan dengan

lancar.

Disamping itu penyadaran bisa dilakukan dengan jalan mengadakan

dialog, ceramah-ceramah agama serta kegiatan keagamaan lainnya yang

dapat meningkatkan kesadaran siswa. Kesadaran harus benar-benar

ditanamkan dengan penuh kasih sayang, lemah lembut, keuletan serta sesuai

dengan akal mereka.

d. Pengawasan

Yang dimaksud pengawasan disini adalah melihat, memperhatikan

serta mengamat-amati segala perilaku siswa dengan tujuan untuk menjaga

atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Kecenderungan siswa dalam mencari kesempatan untuk melakukan

pelanggaran terhadap peraturan –peraturan. Tata tertib sringkali kurang

mendapat perhatian dari pendidik. Hal ini dikarenakan kurang adanya

kesadaran untuk mengadakan pengawasan terhadap pola tingkah laku siswa,

sehingga dengan demikian mereka semakin acuh tak acuh.

C. PENGARUH PEMBERIAN UMPAN BALIK DALAM

PEMBELAJARAN TERHADAP PENINGKATAN DISIPLIN SISWA DI

MI NURUL UMMAH TALUN DAWAR BLANDONG MOJOKERTO

TAHUN 2010 / 2011

Siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa

bertahan (survive) dan berhasil (sukses) dalam menghadapi setiap masalah sambil

menjalani proses kehidupan sehari-hari. Karena itu, siswa memerlukan fisik dan
48

mental yang kokoh. KBM perlu mendorong siswa untuk dapat melihat dirinya

secara positif, mengenali dirinya baik kelebihan maupun kekurangannya untuk

kemudian dapat mensyukuri apa yang telah dianugerahkan Tuhan YME

kepadanya. Demikian pula KBM perlu membekali siswa dengan keterampilan

belajar, yang meliputi pengembangan rasa percaya diri, keingintahuan,

kemampuan memahami orang lain, kemampuan berkomunikasi dan bekerjasama

supaya mendorong dirinya untuk senantiasa belajar, baik secara formal di sekolah

maupun secara informal di luar kelas.

Teknik-teknik mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing

apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat Bantu yang akseptabel,

menggunakan metode yang bervariasi, saya dapat menyimpulkan bahwa ada

beberapa cara dan metode-metode untuk memancing apersepsi anak didik

diantarnaya: menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-

hal atau prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak

berketerusan, mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat, memberikan

tugas-tugas yang menarik minat siswa, terutama apabila mereka bekerja secara

bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran untuk memotivasi siswa,

menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan kepada siswa

yang lebih pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan,

bahasan, atau saran-saran.

Memanfaatkan teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya:

menggunakan alat-alat seperti audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku

pelajaran, buku kerja, media cetak, dan lagi alat Bantu yang paling penting dan

murah adalah pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan kita akan lebih mudah
49

memahami apakah anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita

ajarkan dengan baik.

Menggunakan Metode yang bervariasi antara lain: dengan menggunakan metode

Menggubah syair lagu dan bernyanyi, melakukan Permainan , bermain peran,

diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah),

menggambar dan mengarang, menulis prosa, puisi, pantun, gurindam, membaca

bermakna, menyimak untuk menangkap gagasan pokok, mengisi teka teki,

mengajukan pertanyaan penelitian ,mengajukan pendapat dengan alasan yang

logis, mengomentari, bercerita, mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan

perbedaan untuk mencari ciri benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat

catatan penting, membuat rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil

temuan, mencari pemecahan soal-soal Matematika, membuat soal cerita,

mengukur panjang, berat, suhu, merencanakan dan melakukan percobaan, dan jika

ini di hubungkan dengan pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus

dilandasi nilai KeIslaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik dan

menyelesaikan semua masalah dengan lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai

dengan tuntunan Agama Islam.

Anda mungkin juga menyukai