NOTA KESEPAHAMAN
ANTARA
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
DENGAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Nomor: 3/SKB/III/2017
Nomor: B/26/III/2017
TENTANG
KERJASAMA DI BIDANG AGRARIA/PERTANAHAN DAN
TATA RUANG
Pada hari ini Jumat, tanggal tujuh belas, bulan Maret, tahun dua ribu tujuh belas,
yang bertandatangan di bawah ini:
1;
SOFYAN A. DJALIL, selaku MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
NASIONAL (ATR/BPN), berkedudukan di Jalan Sisingamangaraja 2, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
JENDERAL POLISI Drs. M. TITO KARNAVIAN, M.A., Ph.D, selaku KEPALA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, dalam hal ini bertindak untuk
dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI),
berkedudukan di Jalan Trunojoyo 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, selanjutnya
disebut PIHAK KEDUA.PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut
PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
a. bahwa PIHAK PERTAMA merupakan Kementerian yang mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata
ruang; dan
b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
terpeliharanya keamanan dalam negeri.
Dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, beserta perubahannya;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria;
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana;
4. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
6. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
7. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara;
8. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 58 Tahun 2010;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
11. Peraturan .....11.
12.
14.
15.
16.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24,
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Hubungan dan Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata
Ruang;
Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional;
Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional;
Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih
Pungutan Liar;
Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 52 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Kepolosian Negara Republik Indonesia;
Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional;
Peraturan Menteri Negara Agraria Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2009 tentang Penyidik
Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang;
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010
tentang Manajemen Penyidikan oleh Penyidik Pegawai Negeri;
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2010
tentang Koordinasi, Pengawasan, dan Pembinaan Penyidikan bagi Penyidik Pegawai
Negeri Sipil;
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2012
tentang Manajemen Penyidikan Tindak Pidana;
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014
tentang Panduan Penyusunan Kerjasama Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 11 Tahun 2016 tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan;
25. Keputusan .....25. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 480/KEP-25.1/XI/2016 tentang Tim Pemberantasan Mafia Tanah; dan
26. Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 126/KEP-28/1I/2017 tentang Unit Pemberantasan Pungutan Liar
di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk melakukan kerjasama
di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang melalui Nota Kesepahaman ini, dengan
ketentuan sebagai berikut:
BABI
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 1
(1) Maksud dari Nota Kesepahaman ini, sebagai pedoman PARA PIHAK dalam rangka
kerjasama di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk menangani kasus
agraria/pertanahan dan tata ruang, penanganan tindak pidana bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang, pencegahan dan pemberantasan masalah
pungutan liar, pencegahan dan pemberantasan mafia tanah, serta percepatan
Sertifikasi tanah aset Polri.
(2) Tujuan dari Nota Kesepahaman ini,untuk terwujudnya kerjasama bagi PARA
PIHAK di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, guna meningkatkan
efektivitas dan efisiensi dalam penanganan kasus agraria/pertanahan dan tata
ruang, penanganan tindak pidana bidang agraria/pertanahan dan tata ruang,
pencegahan dan pemberantasan masalah pungutan liar, pencegahan dan
pemberantasan mafia tanah, serta percepatan sertipikasi tanah aset Polri.
BAB II
RUANG LINGKUP
Pasal 2
Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi:
a. tukar menukar data dan/atau informasi;
b. _ pemberantasan mafia tanah;
c. pemberantasan .....qa)
(2)
(1)
(2)
@)
pemberantasan pungutan liar;
percepatan sertifikasi tanah aset Polri;
penegakan hukum;
bantuan pengamanan; dan
peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
BAB III
PELAKSANAAN
Bagian Kesatu
Tukar Menukar Data dan/atau Informasi
Pasal 3
PARA PIHAK saling menukar data dan/atau informasi di _bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang dalam rangka menangani asus
agraria/pertanahan dan tata ruang, penanganan tindak pidana _bidang
agraria/pertanahan dan tata ruang, pencegahan dan pemberantasan masalah
Pungutan liar, pencegahan dan pemberantasan mafia tanah, serta percepatan
sertifikasi tanah aset Polri.
PARA PIHAK wajib bertanggungjawab menjaga kerahasiaan data dan/atau
informasi.
Bagian Kedua
Pemberantasan Mafia Tanah
Pasal 4
PARA PIHAK melakukan pemberantasan terhadap mafia tanah dengan
membentuk Tim Terpadu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk
di tingkat Pusat, Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
Pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
paling lambat 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman.
Bagian .....(1)
(2)
Q)
qa)
(2)
(3)
(1)
(2)
Bagian Ketiga
Pemberantasan Pungutan Liar
Pasal 5
PARA PIHAK melakukan pemberantasan terhadap pungutan liar dengan
membentuk Tim Terpadu sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk
di tingkat Pusat, Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
Pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
paling lambat 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman.
Bagian Keempat
Percepatan Sertifikasi Tanah Aset Polri
Pasal 6
PARA PIHAK membentuk Tim Terpadu percepatan sertifikasi tanah aset Polri yang
bertugas mengkaji dan menyusun skala prioritas percepatan sertifikasi.
Pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibentuk
di tingkat Pusat, Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota.
Pembentukan Tim Terpadu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
paling lambat 1 (satu) bulan sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman.
Bagian Kelima
Penegakan Hukum
Pasal 7
PARA PIHAK saling menyampaikan informasi dan/atau laporan tentang adanya
dugaan tindak pidana di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, dan tindak
pidana lainnya.
PARA PIHAK wajib melakukan gelar perkara untuk menetapkan kasus pidana,
kasus perdata dan/atau administrasi negara, dalam hal adanya informasi dan/atau
laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian......(a
(2)
(3)
(4)
a
(2)
ay
(2)
Bagian Keenam
Bantuan Pengamanan
Pasal 8
PIHAK PERTAMA dapat meminta bantuan pengamanan kepada PIHAK KEDUA,
yang disampaikan melalui permintaan secara tertulis.
Atas permintaan PIHAK PERTAMA, PIHAK KEDUA memberikan bantuan
pengamanan dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi PIHAK
PERTAMA.
Dalam keadaan tertentu dan/atau mendesak, permintaan bantuan pengamanan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat disampaikan secara lisan selanjutnya
ditindaklanjuti secara tertulis.
Bentuk dan tata cara pemberian bantuan pengamanan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dilaksanakan sesuai kesepakatan PARA PIHAK dengan tetap
memperhatikan peraturan perundang-undangan.
Bagian Ketujuh
Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia
Pasal 9
PARA PIHAK melakukan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Peningkatan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan
melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, workshop, seminar, atau kegiatan lain yang
disepakati.
BAB IV
SOSIALISASI
Pasal 10
Nota Kesepahaman ini disosialisasikan oleh PARA PIHAK guna diketahui dan
dilaksanakan baik di tingkat pusat maupun daerah.
Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan sendiri-sendiri
atau bersama-sama oleh PARA PIHAK.
(3) Sasaran .....QB)
QQ)
(2)
Sasaran sosialisasi meliputi:
a.
Aparatur Sipil Negara (ASN) pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional;
Pegawai Negeri pada Polri; dan
Pemangku Kepentingan.
BABV
PENANGGUNG JAWAB
Pasal 11
Penanggung jawab Nota Kesepahaman ini dilaksanakan oleh PARA PIHAK dengan
menunjuk wakil-wakilnya.
Wakil PARA PIHAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1):
a.
PIHAK PERTAMA
Sekretaris Jenderal;
Inspektur Jenderal;
Direktur Jenderal Tata Ruang;
Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan;
Direktur Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan;
Direktur Jenderal Penataan Agraria;
Direktur Jenderal Pengadaan Tanah;
Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah; dan
9. Direktur Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan
Tanah.
GR a,
PIHAK KEDUA
1. Inspektur Pengawasan Umumkepolisian Negara Republik Indonesia;
2. _ Kepala Badan Intelijen Keamanan Kepolisian Negara Republik Indonesia;
3. Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Kepala .....4. Kepala Badan Pemelihara Keamanan Kepolisian Negara Republik
Indonesia;
5. _ Asisten Operasi Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
6. _ Asisten Logistik Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
BAB VI
TINDAK LANJUT
Pasal 12
(1) Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti oleh PARA PIHAK dengan menyusun
Pedoman Kerja yang merupakan satu kesatuan dan bagian yang tidak terpisahkan
dari Nota Kesepahaman ini serta membentuk Tim Perumus.
(2) Tim Perumus sebagaimana dimaksud pada ayat (1), keanggotaannya terdiri dari
wakil PARA PIHAK.
(3) Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diselesaikan paling _lambat
1 (satu) bulan terhitung sejak ditandatanganinya Nota Kesepahaman ini.
BAB VII
MONITORING DAN EVALUASI
Pasal 13
PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman
ini secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun dan/atau sesuai dengan
kebutuhan.
BAB VIII
PEMBIAYAAN
Pasal 14
Segala biaya yang timbul berkenaan dengan pelaksanaan Nota Kesepahaman ini
dibebankan kepada anggaran PARA PIHAK secara proporsional sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
BAB IX.....10
BAB IX
KETENTUAN LAIN
Bagian Kesatu
Addendum
Pasal 15
(1) Halhal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan diatur kemudian oleh
PARA PIHAK dalam suatu Addendum yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Nota Kesepahaman ini.
(2) Addendum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), hanya dapat dilakukan atas
persetujuan PARA PIHAK.
Bagian Kedua
Perbedaan Penafsiran
Pasal 16
Apabila di kemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan Nota
Kesepahaman ini akan diselesaikan olen PARA PIHAK secara musyawarah untuk
mufakat.
Bagian Ketiga
Jangka Waktu
Pasal 17
(1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak
tanggal penandatanganan Nota Kesepahaman.
(2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
persetujuan PARA PIHAK, dengan terlebih dahulu dilakukan koordinasi_ paling
lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhir masa berlakunya Nota Kesepahaman.
(3) Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), dengan ketentuan pihak yang bermaksud mengakhiri Nota
Kesepahaman wajib memberitahukan maksud tersebut secara tertulis kepada pihak
lainnya, paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya Nota Kesepahaman.
BAB X.....1
BAB X
PENUTUP
Pasal 18
Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan dan tahun
sebagaimana tersebut pada awal Nota Kesepahaman, dalam rangkap 2 (dua) asli
masing-masing bermeterai cukup, dan memiliki kekuatan hukum yang sama setelah
ditandatangani oleh PARA PIHAK.
= JENDERAL POLISI