Anda di halaman 1dari 26
PEDOMAN KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/SKB-900/VI/2017 NOMOR : 49/VI/2017 TENTANG KERJASAMA DI BIDANG AGRARIA/PERTANAHAN DAN TATA RUANG Jakarta, 12 Juni 2017 2 DAFTAR ISI Halaman BABI PENDAHULUAN A. | Latar Belakang B. | Dasar Hukum C. | Maksud dan Tujuan D. | Ruang Lingkup E, | Tata Urut F. | Pengertian BAB II PELAKSANAAN A. Pertukaran Data dan/atau Informasi B, Pemberantasan Mafia Tanah C. Pemberantasan Pungutan Liar | D. Percepatan Sertipikasi Tanah Aset Polri E. Penegakan Hukum F. Bantuan Pengamanan G. _Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia BAB IIT SOSIALISASI BAB IV PENANGGUNG JAWAB BABV MONITORING DAN EVALUASI | BAB VI PEMBIAYAAN BAB VIL KETENTUAN LAIN BAB VIIL PENUTUP A 3 BABI PENDAHULUAN Umum 1. Bahwa penanganan kasus agraria/pertanahan dan tata ruang, tindak pidana bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, pencegahan dan pemberantasan masalah pungutan liar, pencegahan dan pemberantasan mafia tanah, bantuan pengamanan/pengawalan serta percepatan sertipikasi tanah aset Kepolisian Negara Republik Indonesia perlu kesamaan persepsi dalam penerapan peraturan perundang-undangan terkait pertanahan antara PARA PIHAK sebagaimana diatur dalam Nota Kesepahaman antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia. Untuk menindaklanjuti Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud pada angka 1, dibentuk Tim Terpadu yang keanggotaannya terdiri dari Pegawai Negeri Sipil pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Bahwa dengan ditandatanganinya Nota Kesepahaman sebagaimana dimaksud pada angka 1 di atas, perlu ditindaklanjuti dengan menyusun Pedoman Kerja. Dasar Nota Kesepahaman antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor: 3/SKB/III/2017 dan Nomor: B/26/I1I/2017 tanggal 17 Maret 2017 tentang Kerja Sama di Bidang Agraria/Pertanahan dan Tata ruang. Maksud dan Tujuan 1. Pedoman Kerja ini dimaksudkan sebagai petunjuk teknis operasional dalam rangka kerjasama penanganan kasus di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, penanganan tindak pidana bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, pencegahan dan pemberantasan masalah pungutan liar, pencegahan dan pemberantasan mafia tanah, serta percepatan sertipikasi tanah aset Polri (disesuaikan dengan ruang lingkup); Pedoman Kerja ini bertujuan untuk menyamakan persepsi dan pola tindak antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasioanal dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam Pertukaran data dan/atau informasi (Ruang Lingkup). Ruang Lingkup Ruang lingkup Pedoman Kerja ini meliputi tukar menukar data dan/atau informasi, pemberantasan mafia tanah, pemberantasan pungutan liar, percepatan sertifikasi tanah aset Polri, penegakan hukum, bantuan pengamanan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia sebagaimana yang tercantum dalam ruang lingkup pada Nota Kesepahaman. Tata Urut 1, BABI PENDAHULUAN 2. BABII —PELAKSANAAN 3 BAB III SOSIALISASI 4. BABIV PENANGGUNG JAWAB 5. BABV — MONITORING DAN EVALUASI 6. BABVI_ PEMBIAYAAN 7. BAB VII KETENTUAN LAIN 8. BAB VIII PENUTUP Pengertian Untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah dalam Pedoman Kerja ini, diberikan beberapa pengertian sebagai berikut: 1s Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Kementerian merupakan Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang. Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang selanjutnya disebut Menteri adalah pembantu Presiden yang memimpin Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi yang selanjutnya disebut Kakanwil adalah Pejabat tinggi yang memimpin instansi vertikal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di provinsi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional. 10. ii 12. 13. 5 Kepala Kantor Pertanahan yang selanjutnya disebut Kepala Kantor adalah Pejabat Administrator yang memimpin instansi vertikal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional di kabupaten/kota yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional melalui Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya_disingkat Polri merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. Kasus pertanahan adalah sengketa, konflik atau perkara pertanahan untuk mendapatkan penanganan penyelesaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau kebijakan pertanahan. Mafia tanah adalah individu, kelompok dan/atau Badan Hukum yang melakukan tindakan dengan sengaja untuk berbuat kejahatan yang dapat menimbulkan dan menyebabkan terhambatnya pelaksanaan penanganan masalah pertanahan. Tindak pidana terkait bidang pertanahan adalah setiap perbuatan yang berkaitan dengan pertanahan yang diancam dengan hukuman pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tindak pidana di bidang penataan ruang adalah setiap perbuatan yang berkaitan dengan tata ruang yang diancam hukuman sebagai pelanggaran pemanfaatan ruang. Pungutan liar adalah perbuatan yang dilakukan oleh seseorang atau pegawai negeri atau pejabat negara dengan cara meminta pembayaran sejumlah uang yang tidak sesuai atau tidak berdasarkan peraturan yang berkaitan dengan pembayaran tersebut. Sertipikasi tanah adalah serangkaian kegiatan dalam rangka penerbitan tanda bukti hak atas tanah sebagai alat bukti yang kuat. Koordinasi adalah upaya menyelaraskan kegiatan beberapa pihak ke arah sasaran yang sama demi kelancaran mencapai tujuan bersama. Gelar Perkara adalah gelar yang dilaksanakan oleh tim terpadu antara Kementerian dengan Polri untuk memastikan apakah dugaan praktek mafia tanah dan praktek pungutan liar merupakan perbuatan pidana atau pelanggaran administrasi. 14. 15. 16. 17. 18, 19. 20. 6 Data dan/atau Informasi adalah keterangan, pernyataan, gagasan dan tanda-tanda yang mengandung nilai, makna dan pesan, baik data, fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, didengar dan dibaca yang disajikan dalam berbagai kemasan dan format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik yang diatur oleh undang-undang atau ditetapkan oleh Pejabat yang berwenang sebagai rahasia atau tidak rahasia. Pengamanan tertutup adalah segala usaha, pekerjaan, kegiatan yang dilakukan secara terencana, terarah dan tertutup untuk mencegah dan menangkal serta menemukan jejak, menggagalkan usaha-usaha, pekerjaan dan kegiatan pihak lain/oposisi dalam melakukan sabotase, spionase/ pencurian bahan keterangan dan yang dapat mengancam perikehidupan masyarakat dan pelaksanaan pembangunan nasional. Pengamanan terbuka adalah segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dalam rangka pencegahan, penangkalan dan penanggulangan serta penegakan hukum terhadap setiap ancaman dan gangguan. Situasi aman adalah keadaan dimana situasi kondisi di wilayah kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dalam keadaan normal, tertib dan aman. Situasi rawan adalah keadaan dimana situasi kondisi di wilayah kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional terjadi gangguan keamanan, yang berpengaruh langsung/signifikan _ terhadap kegiatan operasionalnya. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang yang selanjutnya disingkat PPNS Penataan Ruang adalah Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang khusus oleh Undang-Undang untuk melakukan penyidikan tindak pidana bidang penataan ruang. Penindakan oleh Tim Terpadu Pemberantasan Pungutan Liar adalah kegiatan yang dilakukan untuk memastikan ada tidaknya pungutan liar. BAB IT PELAKSANAAN Tukar Menukar Data dan/atau Informasi di Kementerian_ dan Polri dapat saling tukar menukar data dan/atau informasi di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang dalam rangka menangani kasus agraria/pertanahan dan tata ruang, penanganan tindak pidana bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, pencegahan dan pemberantasan masalah pungutan liar, pencegahan dan pemberantasan mafia tanah, serta percepatan sertipikasi tanah aset Polri, sesuai dengan permintaan. 7 Data dan/atau informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1 yang bersifat rahasia, hanya dapat digunakan untuk kepentingan Kementerian dan Polri. Pelaksanaan tukar menukar data dan/atau informasi antara Kementerian dan Polri sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Prosedur t ukar menukar data dan/atau informasi melalui pejabat yang ditunjuk oleh Kementerian dan Polri. Pejabat ya ing berwenang memberi dan menerima data dan/atau informasi: a. Kementerian : 4) 2) 3) b. Poli: 1) Tingkat Pusat a) Sekretaris Jenderal b) Inspektorat Jenderal ¢) Direktorat Jenderal Tata Ruang 4) Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ) Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan f) Direktorat Jenderal Penataan Agraria 4) Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah h) Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah i) Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah Tingkat Provinsi : Kakanwil Tingkat Kabupaten/Kota : Kepala Kantor Tingkat Pusat : a) Irwasum Polri (pengawasan umum); b) Kabaintelkam Polti (penyelidikan); ©) Kabareskrim Polri (penyidikan); d) Kabaharkam Polri (pengamanan); e) Aslog Kapolri (sertifikasi aset tanah Poli); f)_ Kadivpropam Polri (penegakan internal Polri). 2) Tingkat Polda : a) Irwasda b) Karolog Polda ©) Dirintelkam Polda d) Direskrimum Polda e) Dirsabhara Polda f) Kabidpropam Polda 3) _Tingkat Polres/ta/Metro/Tabes: Kapolres/ta/Metro/Tabes Mekanisme pertukaran data dan/atau informasi dilakukan secara tertulis dari satu pihak kepada pihak lainnya, dan dalam keadaan tertentu dapat dilakukan secara lisan sesuai kebutuhan situasional dan ditindaklanjuti secara tertulis. B, Pemberantasan Mafia Tanah 1 Pembentukan Tim terpadu Kementerian dan Polri bersama-sama melakukan pemberantasan terhadap mafia tanah dengan membentuk Tim Terpadu baik pada tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: a. Tingkat Pusat 1) Pengarah 2 1. Kabareskrim Polri 2. Dirjen Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah 2) Ketua : Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polti 3) Wakil Ketua : 1. Direktur Penanganan Sengketa Konflik Tanah dan Ruang Wilayah I 2. Direktur Ekonomi Baintelkam Polri 4) Sekretaris : 1, Kabag Umum dan Kepegawaian 2. Kasubbagops Dittipidum Bareskrim Polri 5) Anggota : Personel Kementerian dan Polri yang ditunjuk sesuai dengan kebutuhan b. Tingkat Provinsi 1) Pengarah 2) Ketua 3) Wakil Ketua 4) Sekretaris 5) Anggota ¢. Tingkat Kabupaten/Kota 1) Pengarah 2) Ketua 3) Wakil Ketua 4) Sekretaris 5) Anggota 3. Tugas dan Fungsi Kapolda dan Kakanwil BPN Direskrimum Polda Kabid Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan 1. Kasi Sengketa Kanwil 2. Kasubdit II Hardabangtah Ditreskrimum Polda Personel Polda dan Kanwil yang ditunjuk Kapolres/ta/Metro/Tabes dan Kakantah Kasatreskrim Polres/ta/Metro/Tabes Kasi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan Kaur Binops Satreskrim Polres/ta/Metro/Tabes Kasubsi Perkara dan Sengketa Personel Polres/ta/Metro/Tabes dan Kantah yang ditunjuk a, Tim Terpadu tingkat pusat: 1) Menerima laporan/pengaduan/hasil penyelidikan terhadap praktek mafia tanah, baik yang diterima oleh Kementerian maupun Polri; 2) melakukan identifikasi terhadap indikasi adanya praktek mafia tanah; 3) mengumpulkan bahan dan keterangan (melakukan pendalaman) terhadap indikasi adanya praktek mafia tanah; 4) mengusulkan dan melaksanakan gelar perkara serta membuat berita acara gelar perkara; 5) menyiapkan kafian/analisis; dan 6) _melaporkan hasil gelar perkara kepada Menteri dan Kapolri. 10 Tim Terpadu tingkat provinsi: 1) 2) 3) 4) 5) melakukan identifikasi terhadap indikasi adanya praktek mafia tanah; mengumpulkan bahan dan keterangan (melakukan pendalaman) terhadap indikasi adanya praktek mafia tanah; mengusulkan dan melaksanakan gelar perkara serta membuat berita acara gelar perkara; menyiapkan kajian/analisis; melaporkan hasil gelar perkara kepada Kapolda dan Kakanwil. Tim Terpadu tingkat kabupaten/kota: 1) 2) 3) 4) 5) melakukan identifikasi terhadap indikasi adanya praktek mafia tanah; mengumpulkan bahan dan keterangan (melakukan pendalaman) terhadap indikasi adanya praktek mafia tanah; mengusulkan dan melaksanakan gelar perkara serta membuat berita acara gelar perkara; menyiapkan kajian/analisis; melaporkan hasil gelar perkara kepada Kapolres/ta/Metro/Tabes dan kakantah. 4. Pengangkatan a. Tim Terpadu tingkat pusat diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Menteri dan Kapolri; Tim Terpadu di tingkat Provinsi diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kakanwil dan Kapolda; Tim Terpadu di tingkat Kabupaten/Kota diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kapolres/ta/Metro/Tabes dan kepala Kantor Pertanahan. 1 Mekanisme Pemberantasan Mafia Tanah a Identifikasi_ adanya indikasi praktek mafia tanah didasarkan pada laporan masyarakat dan/atau temuan baik oleh jajaran Kementerian maupun Poli; Tim Terpadu Pemberantasan Mafia tanah Kementerian melakukan pendalaman kajian/analisis, bahan informasi maupun dokumen pendukung serta bahan keterangan adanya indikasi praktek mafia tanah; Mengadakan gelar perkara yang dilaksanakan oleh Tim Terpadu untuk memastikan apakah dugaan praktek mafia tanah tersebut terbukti atau tidak dan dibuatkan Berita Acara Gelar Perkara yang kemudian dilaporkan kepada Menteri dan Kapolri; Dalam hal tertentu, Gelar Perkara dapat melibatkan para ahli. Gelar perkara menyimpulkan sebagai berikut: 1) terbukti adanya praktek mafia tanah yang melibatkan pegawai Kementerian, maka dalam berita acara gelar_perkara direkomendasikan kepada Menteri untuk memberikan sanksi kepada pegawai yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) terbukti adanya praktek mafia tanah yang melibatkan anggota Polri, maka dalam berita acara gelar perkara direkomendasikan kepada Kapolri untuk memberikan sanksi penegakan internal kepada anggota yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 3) Jika terbukti adanya praktek mafia tanah yang melibatkan pihak lain diluar Kementerian dan Polri baik individu, kelompok dan/atau Badan Hukum, maka dalam berita acara gelar perkara direkomendasikan kepada Polri untuk dilakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Jika tidak terbukti adanya praktek mafia tanah, maka setelah berita acara hasil gelar perkara dibuat kemudian dilaporkan kepada Menteri dan Kapolri, kasus dinyatakan selesai. cS Pemberantasan Pungutan Liar 1. Pembentukan Tim terpadu 12 Kementerian dan Polri bersama-sama_melakukan pemberantasan_terhadap pungutan Liar dengan membentuk Tim Terpadu baik pada tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: a. Tingkat Pusat 1) Pengarah 2) Ketua 3) Wakil Ketua 4) Sekretaris 5) Anggota b. Tingkat Provinsi 1) Pengarah 2) Ketua 3) Wakil Ketua 4) Sekretaris 5) Anggota 1. Inspektur Pengawasan Umum Polti 2, Inspektur Jenderal Kementerian : Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri 1, Sekretaris Inspektur Jenderal Kementerian 2. Kepala Biro Paminal Divpropam Poli 1. Kabag Kepegawaian dan Umum Setitjen 2. Kasubbagops Dittipidum Bareskrim Polri : Personel Kementerian dan Polri yang. ditunjuk sesuai dengan kebutuhan Kapolda dan Kakanwil : Dirreskrimum Polda 1. Kabid Penanganan = Masalah_~— dan Pengendalian Pertanahan 2. Kabidpropam Polda 1. Kabag Tata Usaha Kanwil 2. Kabagops Ditreskrimum Polda : Personel Polda dan Kanwil yang ditunjuk sesuai kebutuhan 13 ¢. Tingkat Kabupaten/Kota 1) Pengarah : Kapolres/ta/Metro/Tabes dan Kepala Kantor 2) Ketua : Kasatreskrim Polres/ta/Metro/Tabes 3) Wakil Ketua : 1. Kasi Penanganan Masalah dan Pengendalian Pertanahan 2. Kasipropam Polres/ta/Metro/Tabes 4) Sekretaris : 1. Kaur Binops Satreskrim Polres/ta/Metro/ Tabes 2. Kasubbag Tata Usaha Kantah 5) Anggota : Persone! Polres/ta/Metro/Tabes dan Kantor Pertanahan yang ditunjuk sesuai kebutuhan 2. Tugas dan Fungsi a. Tim Terpadu tingkat Pusat: 1) Menerima_laporan/pengaduan/hasil_penyelidikan terhadap _praktek pungutan liar, baik yang diterima oleh Kementerian maupun Poli; 2) melakukan identifikasi terhadap indikasi adanya praktek pungutan liar; 3) mengumpulkan bahan dan keterangan (melakukan pendalaman) terhadap indikasi adanya praktek pungutan liar; 4) melaksanakan inspeksi mendadak pada kantor yang diduga adanya praktek pungutan liar; 5) melakukan upaya pencegahan, penindakan dan pengawasan dalam rangka pemberantasan pungutan liar; 6) melakukan koordinasi dengan satgas saber pungli Nasional, Provinsi dan kabupaten/kota; 7) melakukan kajian, memberikan pertimbangan dan rekomendasi 8) terhadap kasus terkait pungutan liar; dan melaporkan hasil kegiatan secara berkala kepada Menteri dan Kapolri. 14 Tim Terpadu tingkat Provinsi: y) 2) 3) 4) 5) 6) 7?) 8) Menerima laporan/pengaduan/hasil penyelidikan terhadap praktek mafia tanah, baik yang diterima oleh Kanwil BPN maupun Polda; melakukan identifikasi terhadap indikasi adanya praktek pungutan liar; mengumpulkan bahan dan keterangan (melakukan pendalaman) terhadap indikasi adanya praktek pungutan liar; melaksanakan inspeksi mendadak pada kantor yang diduga adanya praktek pungutan liar; melakukan upaya pencegahan, penindakan dan pengawasan dalam rangka pemberantasan pungutan liar; melakukan koordinasi dengan satgas saber pungli Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota; melakukan kajian, memberikan pertimbangan dan rekomendasi terhadap kasus terkait pungutan liar; dan melaporkan hasil kegiatan secara berkala kepada Kapolda dan Kakanwil, Tim Terpadu tingkat Kabupaten/Kota: y 2) 3) 4) 5) 6) 2 8) Menerima laporan/pengaduan/hasil penyelidikan terhadap praktek mafia tanah, balk yang diterima oleh Polres/ta/Metro/Tabes maupun Kantor Pertanahan; melakukan identifikasi terhadap indikasi adanya praktek pungutan liar; mengumpulkan bahan dan keterangan (melakukan pendalaman) terhadap indikasi adanya praktek pungutan liar; melaksanakan inspeksi mendadak pada kantor yang diduga adanya praktek pungutan liar; melakukan upaya pencegahan, penindakan dan pengawasan dalam rangka pemberantasan pungutan liar; melakukan koordinasi dengan satgas saber pungli Nasional, Provinsi dan Kabupaten/Kota; melakukan kajian, memberikan pertimbangan dan rekomendasi terhadap kasus terkait pungutan liar; dan melaporkan hasil kegiatan secara berkala kepada Polres/ta/Metro/Tabes dan Kantor Pertanahan. 15 3. Pengangkatan a. Tim Terpadu tingkat pusat diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Menteri dan Kapolri; Tim Terpadu di tingkat Provinsi diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kakanwil dan Kapolda; Tim Terpadu di tingkat Kabupaten/Kota diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kapolres/ta/Metro/Tabes dan Kepala Kantor. 4. Mekanisme a. Identifikasi adanya indikasi praktek Pungutan Liar didasarkan pada laporan masyarakat dan/atau temuan baik oleh jajaran Kementerian maupun Polri; Tim Terpadu melakukan kajlan/analisis terhadap bahan_ informasi maupun dokumen pendukung serta bahan keterangan lainnya tentang adanya indikasi praktek pungutan liar; Tim Terpadu_melaksanakan inspeksi mendadak dengan waktu dan tempat yang tidak ditentukan. Dalam upaya pencegahan, _penindakan dan _pengawasan pemberantasan pungutan liar, Tim Terpadu melakukan langkah- langkah sebagai berikut: 1) Upaya Pencegahan melalui kegiatan antara lain: a) pembinaan; b) sosialisasi; ©) edukasi; dan d) asistensi. 2) Upaya Penindakan melalui kegiatan antara lain: a) inspeksi mendadak; dan b) operasi tangkap tangan. 3) Upaya Pengawasan melalui kegiatan antara lain: a) supervisi; b) monitoring dan evaluasi; dan ©) advokasi. 16 Mengadakan gelar perkara yang dilaksanakan oleh Tim Terpadu untuk memastikan apakah dugaan praktek pungutan liar tersebut terbukti atau tidak dan dibuatkan Berita Acara Gelar Perkara yang kemudian dilaporkan kepada Menteri dan Kapolri; Gelar perkara menyimpulkan sebagai berikut: 1) Jika terbukti adanya praktek pungutan liar yang melibatkan pegawai Kementerian, maka dalam berita acara gelar perkara direkomendasikan kepada Menteri untuk memberikan sanksi kepada pegawai yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; 2) Jika terbukti adanya praktek pungutan liar yang melibatkan anggota Polri, maka dalam berita acara gelar perkara direkomendasikan kepada Kapolri untuk memberikan sanksi penegakan internal kepada anggota yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 3) Jika terbukti adanya praktek pungutan liar yang melibatkan pihak lain diluar Kementerian dan Polri baik individu, kelompok dan/atau Badan Hukum, maka dalam berita acara gelar perkara direkomendasikan kepada Polri untuk dilakukan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan Jika tidak terbukti adanya praktek pungutan liar, maka setelah berita acara hasil gelar perkara dibuat kemudian dilaporkan kepada Menteri dan Kapolri, kasus dinyatakan selesai. D. _ Percepatan Sertipikasi Tanah Aset Polri 1, Pembentukan Tim terpadu Kementerian dan Polri bersama-sama melakukan Percepatan Sertipikasi Tanah Aset Polri dengan membentuk Tim Terpadu baik pada tingkat pusat, provinsi maupun kabupaten/kota, dengan susunan keanggotaan sebagai berikut: a Tingkat Pusat 1) Pengarah : 1, Dirjen Pengadaan Tanah 2. Aslog Kapolri 2) Ketua : Direktur Pembinaan Pengadaan Tanah dan Penetapan Tanah Pemerintah 3) Wakil Ketua 2 Karofaskon Slog Poli 4) Sekretaris : 1, Kasubdit Penetapan Hak Atas Tanah Pemerintah 2. Kabag Invent Rofaskon Slog Polri 5) 7 Anggota : Personel Kementerian dan Polri yang ditunjuk sesuai dengan kebutuhan b. — Tingkat Provinsi i) 2) 3) 4 5) Pengarah : Kapolda dan Kakanwil BPN Ketua : Kabid Pengadaan Tanah Kanwil BPN Wakil Ketua 1 Karolog Polda Sekretaris : 1, Kasi bina pengadaan dan Penetapan Tanah Pemerintah Kanwil 2. Kabag Faskon Rolog Polda Anggota : Personel Polda dan Kanwil BPN yang ditunjuk sesuai kebutuhan c. Tingkat Kabupaten/Kota y 2) 3) 4) 5) Pengarah : Kapolres/ta/Metro/Tabes dan Kakantah Ketua : Kasi Pengadaan Tanah Wakil Ketua : Kabagsumda Sekretaris : 1, Kasubsi Fasilitasi Pengadaan dan Penetapan Tanah Pemerintah 2. Kasilog Bagsumda Anggota : Personel Polres/ta/Metro/Tabes dan Kantah yang ditunjuk sesuai kebutuhan 2. Tugas dan Fungsi a. Tim Terpadu tingkat pusat: y 2) 3) 4) 5) 6) 0) Menginventarisasi tanah-tanah aset polri yang belum bersertipikat, menyiapkan alas hak dan dokumen pendukung; Menyusun perencanaan kebutuhan perolehantanah untuk pengembangan fasilitas Polri, melakukan kajian/analisis terkait permasalahan tanah aset Polri; melaksanakan penelitian data fisik dan yuridis terkait permasalahan tanah aset Polri dalam rangka percepatan penyelesaian sertipikat tanah aset Polri; membantu melengkapi dokumen yang dibutuhkan dalam proses sertipikasi tanah aset Polri melaksanakan rapat koordinasi dan membuat laporan kepada Menteri dan Kapolri; dan Memberikan arahan dan/atau instruksi kepada Kanwil dan Kantah tentang prioritas percepatan penyelesaian sertipikat tanah aset Polri. 18 Tim Terpadu Tingkat Provinsi 4) 2) 3) 4) 5) 6) 2 8) Menginventarisasi tanah-tanah aset polri yang belum bersertipikat, menyiapkan alas hak dan dokumen pendukung; Menyusun perencanaan kebutuhan perolehantanah_—_ untuk pengembangan fasilitas Polri; melakukan kajian/analisis terkait permasalahan tanah aset Polri; melaksanakan penelitian data fisik dan yuridis terkait permasalahan tanah aset Polri dalam rangka percepatan penyelesaian sertipikat tanah aset Polri; membantu melengkapi dokumen yang dibutuhkan dalam proses sertipikasi tanah aset Polri melaksanakan rapat koordinasi dan membuat laporan kepada kakanwil dan Kapolda; Menindaklanjuti arahan dan/atau instruksi dari Menteri; dan Memberikan arahan dan/atau instruksi kepada Kantah tentang prioritas percepatan penyelesaian sertipikat tanah aset Polri Tim Terpadu Tingkat Kabupaten/Kota )) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Menginventarisasi tanah-tanah aset polri yang belum bersertipikat, menyiapkan alas hak dan dokumen pendukung; Menyusun perencanaan kebutuhan perolehantanah untuk pengembangan fasilitas Polri; Menyelesaikan percepatan sertipikasi tanah aset Polri; melakukan kajian/analisis terhadap permasalahan tanah aset Polri dan melaporkan secara berjenjang kepada Kanwil dan Kementerian sebagai dasar untuk menentukan kebijakan percepatan sertipikasi tanah aset Poli; melaksanakan penelitian data fisik dan yuridis terkait permasalahan tanah aset Polri dalam rangka percepatan penyelesaian sertipikat tanah aset Polri; memberikan asistensi guna melengkapi dokumen yang dibutuhkan dalam proses sertipikasi tanah aset Polri; melaksanakan rapat koordinasi dan membuat laporan kepada Kakantah dan Kapolres/ta/Metro/Tabes; dan Melaksanakan arahan dan/atau instruksi dari Menteri dan Kakanwil. 19 . Pengangkatan a. Tim Terpadu tingkat pusat diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Sersama Menteri dan Kapolri; b. Tim Terpadu tingkat Provinsi diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kakanwil dan Kapolda; dan c. Tim Terpadu tingkat Kabupaten/Kota diangkat dan ditetapkan dengan Keputusan Bersama Kapolres/ta/Metro/Tabes dan kepala Kantor Pertanahan. . Mekanisme percepatan sertipikasi tanah aset Polri a. Polri melakukan identifikasi dan inventarisasi bidang tanah aset Polri yang akan dilakukan_pensertipikatan tanahnya yang menjadi target kegiatan pada tahun berjalan dengan melampirkan daftar yang memuat: 1) Nama pemegang hak; 2) Letak tanah (Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi); dan 3) Perkiraan Luas tanah. b. Polri menyiapkan alas hak dan dokumen pendukung dalam rangka pensertipikatan tanah aset Polri antara lain: 1) Bukti perolehan lengkap: 2) mengisi Blanko permohonan hak atas nama Pemerintah RI cq. Kepolisian Negara RI; a) surat keterangan tanah aset Polri yang dikeluarkan oleh Pejabat Polri yang berwenang selaku kuasa pengguna barang; b) terhadap tanah aset Polri yang dimohonkan telah dipasang tanda batas; ©) surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah dan tidak sengketa; dan d) surat bukti perolehan tanah. 3) _ Bukti perolehan tidak lengkap: a) -mengisi Blanko permohonan hak atas nama Pemerintah RI cq. Kepolisian Negara RI; b) Surat keterangan tanah aset Polri yang dikeluarkan oleh Pejabat Polri yang berwenang selaku kuasa pengguna barang yang menyatakan bahwa tanah tersebut telah terdaftar inventarisasi milik Polri/SIMAK Barang Milik Negara; ©) Terhadap tanah aset Polri yang dimohonkan telah dipasang tanda batas; dan d) Surat pernyataan penguasaan fisik bidang tanah dan tidak sengketa; 20 c. Kantor Pertanahan melakukan proses tindak lanjut: 1) _ pendaftaran tanah pertama kali; 2) pengukuran dan pemetaan; 3) _ penelitian oleh tim peneliti tanah; 4) menerbitkan SK pemberian hak; 5) _ menerbitkan sertipikat. d. Apabila terdapat permasalahan di dalam proses sertipikasi tanah aset Polri, maka pihak Polri berkoordinasi dengan Kementerian dalam rangka penanganan permasalahan dimaksud. —, Penegakan Hukum 1. Kementerian dan Polti berkoordinasi dalam menindaklanjuti informasi dan/atau laporan adanya dugaan tindak pidana di bidang agraria/pertanahan dan pelanggaran di bidang penataan ruang yang bersumber dari: a. Hasil laporan dari Tim Terpadu baik pemberantasan mafia tanah maupun pungutan liar; b. Laporan/pengaduan dari individu, kelompok dan badan hukum; atau . Laporan yang diterima oleh PPNS Penataan Ruang dari masyarakat atau hasil audit tata ruang. 2. Informasi sebagaimana dimaksud pada angka 1, ditindaklanjuti oleh Polri sebagai berikut: ‘a. Hasil laporan dari Tim Terpadu baik pemberantasan mafia tanah maupun pungutan liar: 1) Laporan tim terpadu dituangkan dalam laporan Polisi; dan 2) Melakukan proses penyidikan. b. Laporan/pengaduan dari individu, kelompok dan badan hukum: 1) Membuat laporan Polisi; 2) Melakukan TPTKP (Tindakan Pertama di Tempat Kejadian Perkara); 3) Melakukan olah TKP; dan 4) Melakukan proses penyidikan. c. Laporan yang diterima oleh PPNS Penataan Ruang dari masyarakat atau hasil audit tata ruang: 1) Dituangkan dalam laporan kejadian; dan 2) Laporan kejadian sebagaimana dimaksud pada angka 1), dilaporkan kepada Polri untuk ditindaklanjuti. at 3. Kementerian dan Polri juga saling mendukung terhadap penanganan tindak pidana lainnya yang terjadi di lingkungan Kementerian. Bantuan Pengamanan Pengamanan meliputi : 1. Pengamanan terbuka a. atas permintaan Kementerian, Polri memberikan bantuan pengamanan dalam rangka menunjang tugas dan fungsinya; b. permintaan bantuan pengamanan sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan secara tertulis dan berjenjang sesuai dengan tingkatannya sebagai berikut: 1) Tingkat pusat: Sekjen kepada Baharkam Polri; 2) Tingkat Provinsi: Kakanwil BPN kepada Kapolda; dan 3) Tingkat Kabupaten/Kota: Kakantah kepada Kapolres/ta/Metro/tabes. c, Dalam keadaan tertentu, permintaan bantuan pengamanan dapat dilakukan secara lisan ke kantor kepolisian terdekat, selanjutnya ditindaklanjuti secara tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf b di atas; d, Tata cara bantuan pengamanan Polri kepada Kementerian sebagai berikut: 1) Sasaran Pengamanan dan Pengawalan oleh personel Polri terhadap: a) _ personel/orang; b) _aset/barang milik negara; ©) dokumen; dan d) _kegiatan operasional. 2) Prosedur Pengamanan Prosedur Pengamanan ini berkaitan dengan mekanisme pemberian bantuan pengamanan sebagaimana dimaksud pada angka 1) di atas, Situasi Aman (1) Dalam situasi aman, rencana dan kegiatan pengamanan menjadi tanggung jawab sepenuhnya Kementerian dan jajarannya; (2) Secara berkala Polri dapat melaksanakan kegiatan preventif bersama dengan unit pengamanan internal Kementerian. b) _ Situasi Rawan (1) Dalam Situasi rawan, Kementerian memberikan_informasi kepada Polri dan atas informasi tersebut Polri memberikan bantuan pengamanan bersama dengan petugas pengamanan internal. 22 (2) Bentuk bantuan pengamanan yang diberikan oleh Polri kepada Kementerian disesuaikan dengan situasi dan kondisi ancaman yang dihadapi, dapat berupa penjagaan, pengawalan dan patroli yang meliputi jumlah personel, sarana dan prasarana yang dibutuhkan. 2. Pengamanan Tertutup a. kementerian dapat meminta bantuan Pengamanan tertutup kepada Polri dalam rangka menunjang tugas dan fungsinya; Berdasarkan permintaan Kementerian, Intelkam Polri memberikan bantuan Pengamanan tertutup. Permintaan bantuan sebagaimana dimaksud pada huruf a, disampaikan secara tertulis sesuai dengan tingkatan sebagai berikut: 1) Tingkat Pusat: Sekjen kepada Kabaintelkam Polri; 2) Tingkat Provinsi: Kakanwil BPN kepada Dirintelkam Polda, tembusan kepada Kapolda; dan 3) Tingkat Kabupaten/Kota: Kakantah kepada Kapolres/ta/Metro/tabes Dalam keadaan tertentu, permintaan bantuan pengamanan tertutup dapat dilakukan secara lisan ke kantor kepolisian terdekat, selanjutnya ditindaklanjuti secara tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf ¢; Sasaran bantuan pengamanan tertutup oleh Intelkam Polri kepada Kementerian meliputi: 1) Pegawai Kementerian dalam rangka pelaksanaan tugas di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang; 2) Barang Milik Negara; 3) Benda/material/instalasi/tempat/lokasi; 4) Barang Milik Negara dalam rangka pengambilan hak dan penguasaan oleh Kementerian yang dikuasal oleh pihak lain; 5) Aset dalam rangka penyitaan; 6) Kegiatan dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang, G. _ Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia 1 Bentuk Kegiatan Kementerian dan Polri secara bersama-sama_melaksanakan peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui kegiatan pendidikan, pelatihan, workshop, seminar, atau kegiatan lain yang disepakati. 23 Penyelenggaraan Penyelenggaraan kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 1, dilaksanakan di Satuan Pendidikan Polri dan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kementerian, termasuk komponen pendidikan, atau tempat lain yang disepakati. Peserta Peserta kegiatan sebagaimana dimaksud pada angka 1 terdiri atas pegawai pada Kementerian maupun personel Polri yang ditunjuk oleh pimpinan. Narasumber Narasumber dapat _berasal dari. Kementerian, Poli, dan/atau kementerian/lembaga lainnya yang berkompeten. Materi Materi disusun secara bersama-sama oleh Kementerian dan Polri sesuai kebutuhan. Metode a. curah pendapat (brain storming); b. ceramah latihan; c. studi kasus; d.simulasi; dan e. metode lain yang disepakati. BAB IIT SOSIALISASI Sosialisasi Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja antara Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dengan Polri dapat dilaksanakan secara sendiri-sendiri dan/atau bersama-sama sebagai berikut: A. Metode Metode Sosialisasi dilaksanakan dalam bentuk: 1. ceramah; 2. Focus Group Discussion (FGD); 3. diskusi panel; dan 4. metode lainnya, 24 Mekanisme Mekanisme Sosialisasi meliputi: 1. membentuk Tim Sosialisasi terdiri atas perwakilan Kementerian (Sekjen, Irjen, Dirjen I-VI1) dan Polri (Itwasum, Baintelkam, Bareskrim, Baharkam, Sops, Slog, Divpropam, Divkum); 2. Tim Sosialisasi_ yang ditunjuk menyiapkan kelengkapan administrasi, menyusun jadwal kegiatan, dan materi sosialisasi; 3. Tim Sosialisasi. menghubungi pejabat daerah dimana sosialisasi_ tersebut akan dilaksanakan; dan 4. Tim Sosialisasi dapat dibentuk di tingkat pusat dan/atau tingkat daerah sesuai dengan kebutuhan. Sasaran Sosialisasi Sasaran sosialisasi meliputi: 1. Pegawai pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional; 2. Pegawai Negeri pada Poli; dan 3. Pemangku Kepentingan. BAB IV PENANGGUNGJAWAB Penanggung jawab pelaksanaan Pedoman Kerja ini dilaksanakan oleh Kementerian dan Polri dengan menunjuk wakil-wakiinya sesual dengan ruang lingkup tugas dan fungsi masing-masing. Wakil Kementerian dan Polri sebagaimana dimaksud pada huruf A terdiri ates: 1. Kementerian : Inspektur Jenderal; Direktur Jenderal Tata Ruang; Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan; Direktur Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan; Direktur Jenderal Penataan Agraria; Direktur Jenderal Pengadaan Tanah; erepaggse Direktur Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah; dan h, — Direktur Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan Ruang dan Tanah. 25 2. Polri Inspektur Wilayah V Itwasum Polri; Direktur Ekonomi Baintelkam Polri; Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri; Kepala Biro Operasional Baharkam Polri; Kepala Biro Fasilitas Konstruksi Slog Polri; dan Kepala Biro Pengamanan Internal Divpropam Polri. ->peaogse BABV MONITORING DAN EVALUASI Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara bersama-sama paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, sebagai berikut: ti Segala Monitoring a. mengkaji Nota Kesepahaman dan Pedoman Kerja; b. supervisi ke kewilayahan; dan ¢. melaksanakan rapat koordinasi antara Kementerian dan Polri untuk membahas hasil monitoring. Evaluasi Menyusun evaluasi sebagai bahan masukan kepada Pimpinan guna menetapkan kebijakan lebih lanjut. BAB VI PEMBIAYAAN biaya yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan Pedoman Kerja ini dibebankan pada anggaran Kementerian dan Polri secara proporsional sesuai dengan peraturan perundang- undangan. BAB VI KETENTUAN LAIN A. Addendum re Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman Kerja ini akan diatur kemudian oleh Kementerian dan Polri dalam suatu Addendum yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pedoman Kerja ini. Addendum sebagaimana dimaksud pada angka 1, hanya dapat dilakukan atas persetujuan Kementerian dan Polri. 3; 26 Perbedaan Penafsiran Apabila di kemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan Pedoman Kerja ini akan diselesaikan oleh Kementerian dan Polri secara musyawarah untuk mufakat. Jangka Waktu Jangka waktu Pedoman Kerja ini mengikuti masa berlaku Nota Kesepahaman. BAB VI PENUTUP Pedoman Kerja ini dibuat sebagai petunjuk pelaksanaan tugas dalam rangka menukar data dan/atau informasi, pemberantasan mafia tanah, pemberantasan pungutan liar, percepatan sertifikasi tanah aset Polri, penegakan hukum, bantuan pengamanan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Apabila ada perubahan terhadap Pedoman Kerja ini, maka akan dirumuskan kembali secara bersama. Pedoman Kerja ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Demikian Pedoman Kerja ini dibuat dengan semangat kerjasama yang baik untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh Kementerian dan Polri. ERNA M. MOCHTAR, S.H., M.Si. Ditetapkan di: Jakarta pada tanggal: 12 Juni 2017 INSPEKTUR JENDERAL,

Anda mungkin juga menyukai