Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan ISSN : 2527-8010 (ejournal)

Vol. 8, No. 2, 216-225, Juni 2019

KANDUNGAN SENYAWA FLAVONOID DAN ANTOSIANIN


EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) SERTA AKTIVITAS
ANTIBAKTERI TERHADAP Vibrio cholerae
Flavonoid and Anthocyanin Analysis of Sappan Wood Extract (Caesalpinia sappan L.) and
Antibacterial Activity Against Vibrio cholerae

Ni Made Gress Rakasari Nomer1), Agus Selamet Duniaji 2), Komang Ayu Nocianitri2)
1)
Mahasiswa Program Studi Imu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
2)
Dosen Program Studi Imu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Unud
Kampus Bukit Jimbaran, Badung-Bali

ABSTRACT

The aim of this research to determine the concentration of flavonoid and anthocyanin compounds in
sappan wood extract (Caesalpinia sappan L.), as well as to determine the concentration of inhibitory power
against the growth of Vibrio cholerae. This experimental design study uses 5 kind of concentration, which are
20%, 40%, 60%, 80%, 100%. The analysis were repeated 3 times and resulting in 15 experimental units. The
data were presented in descriptive statistic with tables, drawings and discussed. The results showed that the
extract of sappan wood contained flavonoid compounds of 6,02%, anthocyanin compounds of 2,43% and was
able to inhibit the growth of Vibrio cholerae with optimal concentration at a concentration of 80% with an
average 20,1 mm and very strong inhibition categories.

Keywords: flavonoid, anthocyanin, sappan wood, antibacterial, Vibrio cholerae.

PENDAHULUAN tanin, fenil propane, dan terpenoid (Sudarsono


et al., 2002). Panovska et al., 2005
Indonesia memiliki berbagai jenis melaporkan bahwa kayu secang mengandung
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai senyawa fenolik seperti flavonoid, yang
bahan baku obat-obatan, diantaranya obat mempunyai aktivitas antioksidan penangkap
tradisional, minuman herbal atau jamu. Salah radikal bebas. Golongan flavonoid yang ada
satu tanaman yang dimanfaatkan oleh pada kayu secang salah satunya yaitu
sebagian masyarakat sebagai minuman yang antosianin. Senyawa antosianin adalah bentuk
memiliki khasiat adalah kayu secang glikosida dari senyawa antosianidin dan
(Caesalpinia sappan L.). Kayu secang merupakan bagian dari metabolit sekunder
merupakan bagian batang dari tanaman flavonoid. Antosianin merupakan senyawa
secang yang kayunya mengandung senyawa- yang baik untuk kesehatan karena memiliki
senyawa metabolit sekunder. Selain itu, aktivitas antioksidan (Abdel-Aal et al., 2006),
tanaman secang digunakan sebagai salah satu antibakteri, antiinflamasi, antikanker, lipid
pigmen alami karena menghasilkan pigmen peroxidation (Lefevre et al., 2004).
berwarna merah. Tingginya kandungan antioksidan dan
Tanaman kayu secang memiliki kandungan senyawa metabolit pada kayu secang
kimia flavonoid, brazilin, alkaloid, saponin, meningkatkan pemanfaatan minuman yang

*Korespondensi Penulis:
Email: nimadegressr@yahoo.com 1)

216
Vol.8, No.2, Juni 2019 Kandungan Senyaawa Flavonoid dan Antosianin .…

berasal dari tumbuhan sebagai alternatif METODE PENELITIAN


antidiare dan antibakteri. Diare sebagaian
besar disebabkan karena adanya infeksi pada Bahan dan Alat
saluran pencernaan oleh adanya bakteri, Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah bakteri Vibrio cholerae, adalah kayu secang yang diperoleh dari desa
Staphylococcus aureus dan E. coli. Hasil Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten
penelitian Dianasari (2009) menunjukkan Klungkung, bakteri Vibrio Cholerae yang
bahwa ekstrak etanol kayu secang memiliki diperoleh dari Bali Seafood Inspection
aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus Laboratory, Sanur, Bali, etanol 96%, aquades,
aureus dan Shigella dysentriae serta ekstraksi TCBS (Thiosulfate Citrate Bile Salts Sucrose)
dengan metanol pada kayu secang juga , LB (Lactose Broth), NA (Nutrient Agar),
memiliki daya antibakteri terhadap PW (Peptone Water), alkohol 95%, NaNO2,
Staphylococcus aureus dan E. coli (Sumarni, AlCl3, NaOH, metanol, HCl, KCl.
1994). Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Vibrio cholerae adalah bakteri gram adalah blender, evaporator, water bath,
negatif berbentuk basil (batang) bengkok, spektrofotometer UV Vis, autoklaf, batang
bersifat aerob dan motil, serta mempunyai bengkok, timbangan analitik, mikropipet,
satu flagel kutub. Vibrio cholerae merupakan freezer, inkubator (Memmert), tip, laminar
salah satu mikroba penyebab penyakit yang flow cabinet (Kojair), bunsen, magnetic
sering ditemukan pada bahan pangan, stirrer, tabung durham, kertas label, vortex,
biasanya Vibrio cholerae mencemari korek api, mikroskop, cawan petri (Pyrex),
makanan yang bersumber dari laut seperti jarum ose, tabung reaksi (Pyrex), gelas beker
kerang-kerangan maupun ikan karena adanya (Pyrex), erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur
kontaminasi pada air laut. Bila bakteri ini (Pyrex), jangka sorong dan tabung effendorf,
mencemari makanan dan terkonsumsi dalam tissue, plastik HDPE, kertas saring,
jumlah tertentu, maka dapat menyebabkan aluminium foil (Klin Park), plastik HDPE.
penyakit kolera. Vibrio cholerae masuk ke
dalam tubuh seseorang melalui makanan dan Pelaksanaan Penelitian
minuman yang telah terkontaminasi oleh Persiapan ekstrak kayu secang
bakteri tersebut, kemudian Vibrio Cholerae Ekstraksi kayu secang dilakukan dengan
mengeluarkan enterotoksin di dalam tubuh metode maserasi. Sebanyak 100 gram serbuk
seseorang pada bagian saluran usus, sehingga kayu secang dimaserasi dalam 1000 ml
menimbulkan diare disertai muntah yang akut etanol 96% (1:10) selama 3x24 jam dalam
dan sangat hebat, dan berakibat seseorang suhu kamar dan dilakukan pengadukan 24
dalam waktu hanya beberapa hari akan jam sekali. Kemudian maserat disaring untuk
kehilangan banyak cairan dalam tubuhnya memisahkan ampas dan filtratnya lalu
sehngga mengalami dehidrasi. dievaporasi menggunakan rotary evaporator
Berdasarkan data diatas maka penelitian ini pada suhu 40°C hingga ekstrak mengental.
dilakukan untuk mengetahui kandungan Ekstrak kental yang diperoleh ditimbang dan
senyawa flavonoid dan antosianin yang disimpan di dalam desikator sebelum
dimiliki oleh kayu secang dan menguji digunakan untuk uji selanjutnya (Selawa et
adanya aktivitas antibakteri ekstrak etanol al., 2013 yang dimodifikasi).
kayu secang terhadap Vibrio cholerae dengan
metode difusi sumur. Penyegaran Bakteri
Penyegaran kultur dilakukan dengan cara
diinokulasi 1 ose biakan isolate Vibrio

217
Nomer, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

cholerae dalam media NA kedalam tabung antosianin (Nollet, 2004), dan aktivitas
reaksi yang berisi 5 ml medium LB steril. antibakteri terhadap Vibrio cholerae dengan
Setelah itu inokulum diinkubasi dalam metode sumuran (Misna and Khusnul, 2016).
inkubator selama 18-24 jam pada suhu 370C.
Pertumbuhan Vibrio cholerae dapat dilihat HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan adanya kekeruhan pada media LB.
Uji Kuantitatif Flavonoid dan Antosianin
Pengujian senyawa flavonoid dan
Uji Konfirmasi Vibrio cholerae
Pada uji konfirmasi ini dengan pengamatan antosianin ekstrak kayu secang dilakukan
bentuk koloni, pewarnaan gram dan secara kuantitatif. Menurut Widowati, 2011
pengamatan bentuk sel. Isolat bakteri yang secara kualitatif ekstrak kayu secang positif
sudah disegarkan kemudian dibiakan pada mengandung senyawa fitokimia flavonoid.
media TCBS dengan cara digoreskan agar Hasil pengujian kadar senyawa flavonoid
diperoleh koloni tunggal dan diinkubasi dan antosianin ekstrak kayu secang dapat
selama 48 jam dengan suhu 37oC. Diamati dilihat pada Tabel 1.
bentuk dan warna koloni bakteri. Pewarnaan
Tabel 1. Rata-Rata Total Senyawa Flavonoid
gram dilakukan dengan isolat bakteri yang
dan Antosianin Ekstrak Kayu
telah disegarkan diratakan pada kaca objek
Secang
yang sudah dibersihkan dan difiksasi ± 20 cm Senyawa Fitokimia Hasil Rataan (%)
diatas api bunsen. Preparat ditetesi dengan Flavonoid 6,02% ± 0,6
pewarna Kristal violet yang didiamkan selama Antosianin 2,43% ± 0,5
± 1 menit, kemudian dibilas dengan air
mengalir dengan posisi preparat dimiringkan Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa
dan larutan lugol kemudian didiamkan selama kadar senyawa flavonoid yang didapat pada
1 menit dan kembali dibilas serta dikeringkan. ekstrak kayu secang sebesar 6,02% dengan
Preparat kembali ditetesi dengan etanol 95% menggunakan pelarut etanol. Pengujian
dan didiamkan selama ± 30 detik dan kembali flavonoid dilakukan tanpa perlakuan dimana
dibilas serta dikeringkan. Terakhir, preparat hanya pengujian bahan ekstrak kayu secang
ditetesi dengan safranin dan didiamkan dengan tiga kali pengulangan penghitungan.
selama 10 - 20 detik, kemudian dibilas dan Pada penelitian Rusita dan Suhartono (2016)
dikeringkan seperti hal sebelumnya, lalu didapatkan total flavonoid ekstrak kayu
preparat diamati dibawah mikroskop dengan secang sebesar 0,19% dengan pelarut air,
pembesaran 1000 kali. sedangkan Kimestri et al., (2018) didapatkan
total flavonoid sebesar 0,184% dengan pelarut
Pembuatan Stok Kultur (Vibrio cholerae) air. Perbedaan hasil yang didapat bisa karena
Untuk pembuatan stok kultur bakteri beberapa faktor, salah satunya pelarut yang
diambil satu koloni bakteri Vibrio cholerae digunakan. Menurut Sudarmadji et al., (1997)
dengan menggunakan jarum ose, lalu efektivitas ekstraksi dipengaruhi oleh tingkat
ditanamkan pada media Nutrien Agar miring kelarutan bahan dengan pelarut yang
dengan cara menggores, setelah itu diinkubasi digunakan.
dalam inkubator pada suhu 37°C selama 24 Etanol merupakan salah satu pelarut yang
jam. bersifat polar, menurut Moein and Mahmood
(2010), pelarut yang bersifat polar mampu
Variabel yang Diamati melarutkan fenol lebih baik, dimana turunan
Variabel yang diamati adalah kadar fenol tertinggi adalah flavonoid.
flavonoid (Xu and Chang, 2007), kadar Kemungkinan tingkat kepolaran flavonoid

218
Vol.8, No.2, Juni 2019 Kandungan Senyaawa Flavonoid dan Antosianin .…

dengan kepolaran etanol sama. Pada dan metode yang digunakan seperti lama
umumnya pelarut yang banyak digunakan maserasi ataupun pelarut. Selain itu, menurut
adalah etanol karena etanol mempunyai Bermawie et al., 2008 perbedaan hasil
polaritas yang tinggi sehingga dapat jumlah kandungan zat yang terbentuk pada
mengekstrak bahan lebih banyak tanaman dapat dipengaruhi oleh beberapa
dibandingkan jenis pelarut lain. Sejalan faktor diantaranya seperti faktor lingkungan
dengan pendapat Sudarmadji, 2003 bahwa dan geografis, seperti adanya iklim,
etanol dapat mengekstrak senyawa aktif yang intensitas cahaya, suhu, kesuburan tanan,
lebih banyak dibandingkan jenis pelarut kelembapan, curah hujan, serta ada tidaknya
organik lainnya. hama dan penyakit.
Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan
hasil yang didapat yaitu metode yang Uji Konfirmasi Vibrio cholerae
dilakukan berbeda, pada penelitian ini hanya Pengujian konfirmasi pada Vibrio cholerae
dilakukan proses ekstraksi maserasi pada suhu meliputi warna dan bentuk koloni serta
ruang sedangkan pada penelitian total pewarnaan gram dan bentuk sel. Vibrio
flavonoid ekstrak kayu secang Rusita dan cholerae tumbuh baik pada media agar TCBS.
Suhartono, (2016) menggunakan proses Pada warna koloni Vibrio cholerae akan
pemanasan suhu 90oC dan Kimestri et al., mengubah media selektif TCBS yang
(2018) dilakukan proses pemanasan hingga berwarna hijau menjadi warna kuning. Hal ini
suhu 100oc pada ekstraksi. Menurut sesuai dengan Widyastana, (2015) bahwa
Koirewoa, 2012 golongan senyawa flavonoid pada sampel yang positif tercemar Vibrio
tidak tahan panas, selain itu senyawa cholerae menunjukkan hasil koloni berwarna
flavonoid mudah teroksidasi pada suhu yang kuning pada media TCBS Agar. Perubahan
tinggi. Hal ini mengakibatkan total flavonoid warna pada media TCBS disebabkan karena
yang didapat lebih kecil. bakteri tersebut memfermentasi sukrosa dan
Tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak kayu menurunkan pH media sehingga menjadi
secang mengandung senyawa antosianin asam. Sedangkan pada bentuk koloni Vibrio
sebesar 2,43%. Antosianin adalah turunan cholerae dihasilkan bentuk bulat dengan
dari senyawa metabolit sekunder flavonoid permukaan yang halus. Menurut Khariri, 2013
yang berfungsi sebagai antioksidan. Vibrio cholerae memiliki morfologi koloni
Antosianin juga merupakan pigmen yang yang besar dengan diameter < 3 mm,
bertanggung jawab pada warna merah, ungu, permukaan yang halus, agak datar, bagian
orange dan biru. Kayu secang menghasilkan tengah buram dan bagian pinggir terang,
pigmen berwarna merah dan pigmen merah berwarna kuning. Pengamatan warna dan
ini disebut antosianin (Karlina et al., 2016). bentuk koloni dapat dilihat pada Gambar 1.
Sedangkan pada bahan lain, ekstrak rosella
(Hibiscus Sabdariffa L.) yang juga memiliki
pigmen merah, memiliki kandungan
antosianin sebesar 0,11% dengan pelarut
etanol dan metode maserasi (Suzery et al.,
2010).
Perbedaan total senyawa fitokimia pada
tanaman disebabkan karena adanya beberapa
faktor, diantaranya seperti perbedaan Gambar 1. Bentuk dan warna koloni Vibrio
komponen aktif pada tanaman, efek sinergis cholerae pada TCBS
ataupun efek antagonis, kondisi penelitian,

219
Nomer, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

Pada pewarnaan gram menunjukkan Pertumbuhan Vibrio cholerae


pembentukkan warna menjadi warna merah Berdasarkan penelitian yang telah
setelah ditetesi safranin. Reaksi perubahan dilakukan ekstrak kayu secang mampu
warna pada bakteri didasarkan atas perbedaan menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae.
komposisi kimiawi dinding sel. Bakteri Gram Uji aktivitas antibakteri terhadap Vibrio
negatif akan menyerap safranin dan cholerae dilakukan dengan metode difusi
menggunakannya sebagai warna bakteri. Hal sumur dengan menggunakan media NA.
ini karena bakteri gram negatif memiliki Metode difusi sumur dinilai lebih efektif
peptidoglikan yang lebih tipis daripada dilakukan untuk uji aktivitas antibakteri.
bakteri gram positif (Sunatmo, 2007). Karena Susilowati (1997) menyatakan bahwa dengan
dinding sel bakteri gram negatif tersusun atas menggunakan metode difusi sumuran dapat
lipid yang tebal, saat diteteskan alkohol menghasilkan diameter zona hambat yang
lapisan lipid akan larut sehingga pori–pori lebih besar. Sejalan dengan Prayoga, 2013,
dinding selnya akan terbuka lebar dan warna bahwa pada metode difusi sumuran ekstrak
ungu kristal violet akan keluar selanjutnya langsung dimasukkan ke setiap lubang maka
pada pemberian safranin dinding sel bakteri efek untuk menghambat bakteri menjadi lebih
gram negatif menyerap warna merah pada kuat. Selain itu, tidak ada penghalang ekstrak
safranin. Hal ini sesuai dengan Karmana untuk langsung berdifusi ke media agar,
(2008) yang menyatakan bahwa karena telah sehingga semua ekstrak benar-benar bekerja.
kehilangan warna ungu, bakteri Gram negatif Sebelum dilakukan pengujian aktivitas
akan berikatan dengan safranin dan berwarna antibakteri, terlebih dahulu dilakukan
merah. penghitungan koloni pada cawan petri atau
Bentuk sel pada Vibrio cholerae yang dikenal dengan metode TPC (Total
menunjukkan bentuk basil (batang) pendek Plate Count). Perhitungan koloni ini
yang agak bengkok. Menurut Amelia, (2005) dilakukan dengan mengencerkan 1 ml LB
Vibrio cholearae merupakan bakteri gram yang telah ditumbuhi Vibrio cholerae ke
negatif dengan ukuran panjang 2-4 µm dan dalam 9 ml PW (Peptone Water). Kemudian
berbentuk batang bengkok seperti koma. dari larutan tersebut diambil 1 ml kembali dan
Hasil pengamatan pewarnaan gram dan ditambahkan 9 ml PW sehingga didapatkan
bentuk sel Vibrio cholerae dengan pengenceran 10-2. Hal yang sama dilakukan
menggunakan mikroskop dapat dilihat pada hingga pengenceran 10-4. Setelah itu masing-
Gambar 2. masing pengenceran ditanam pada media
padat TCBS dan di hitung total koloni yang
muncul setelah inkubasi 24 jam. Jumlah
koloni yang optimum untuk dilakukan
pengujian aktivitas antibakteri adalah kisaran
30-300. Jika lebih dari 300 dinyatakan TBUD
(Tidak Bisa Untuk Dihitung), jika kurang dari
30 TSUD (Terlalu Sedikit Untuk Dihitung).
Penggunaan total koloni ini untuk mengetahui
jumlah mikroba dominan pada petri. Sehingga
Gambar 2. Morfologi Vibrio cholerae dengan pada total koloni yang digunakan pada 5
mikroskop pada pembesaran 1000x. perlakuan tidak mempengaruhi besarnya zona
hambat.
Aktivitas Antibakteri Ekstrak Kayu Total Vibrio cholerae yang digunakan
Secang (Caesalpinia sappan L.) Terhadap pada penelitian ini adalah sebesar 1.89 x 104

220
Vol.8, No.2, Juni 2019 Kandungan Senyaawa Flavonoid dan Antosianin .…

CFU/ml. Zona hambat pada media NA sehingga mampu mengahambat pertumbuhan


muncul setelah penyimpanan selama 24 jam. Vibrio cholerae. Terbentuknya zona hambat
Terbenuknya zona hambat menunjukkan ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.)
bahwa ekstrak kayu secang (Caesalpinia terhadap Vibrio cholerae dapat dilihat pada
sapan L.) memiliki senyawa bioaktif yang Gambar 3.
berperan sebagai senyawa antibakteri

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 3. Zona hambat ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Vibrio cholerae.
Keterangan: (a): Konsentrasi 20% (b): Konsentrasi 40% (c): Konsentrasi 60%, (d): Konsentrasi 80% (e): Konsentrasi
100%

Berdasarkan Gambar 10, zona hambat Stout, 1999 dalam Djajadisastra, 2007). Menurut
terbentuk jelas pada konsentrasi terendah 20% Davis and Stout (1971), kategori daya hambat pada
hingga konsentrasi tertinggi 100%. Konsentrasi diameter penghambatan dikelompokkan menjadi
yang digunakan merupakan faktor yang juga empat kategori, yaitu <5 mm lemah, 5-10 mm
mempengaruhi besar kecilnya zona hambat yang sedang 10-20 mm kuat dan > 20 mm sangat kuat.
terbentuk disekitar lubang yang telah diisi ekstrak. Diameter penghambatan ekstrak kayu secang
Semakin lebar diameter zona hambat yang (Caesalpinia sappan L.) terhadap Vibrio cholerae
terbentuk membuktikan kuatnya senyawa bioaktif dengan kategori daya hambat berdasarkan David
itu menghambat pertumbuhan bakteri (Davis dan and Stout (1971) dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata diameter penghambatan ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) terhadap
pertumbuhan Vibrio cholerae.
Perlakuan
Rataan Diameter Penghambatan (mm) Kategori Daya Hambat
(Konsentrasi)
20% 15,4 ± 0,2 Kuat
40% 16,9 ± 0,2 Kuat
60% 17,3 ± 0,4 Kuat
80% 20,1 ± 0,8 Sangat Kuat
100% 14,1 ± 0,8 Kuat
Keterangan: ± Standar Deviasi

Berdasarkan Tabel 2 ekstrak kayu secang digunakan merupakan faktor yang juga
(Caesalpinia sappan L.) sudah mampu mempengaruhi besar kecilnya zona hambat
menghambat pertumbuhan Vibrio cholerae yang terbentuk disekitar lubang yang telah
dari konsentrasi terendah hingga tertinggi diisi ekstrak. Semakin lebar diameter zona
dengan kategori kuat. Konsentrasi yang hambat yang terbentuk membuktikan kuatnya

221
Nomer, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

senyawa bioaktif itu menghambat positif mengandung flavonoid, saponin,


pertumbuhan bakteri (Davis and Stout, 1999 alkaloid, tanin, fenolik, triterpenoid, steroid
dalam Djajadisastra, 2007). Diameter dan glikosida. Senyawa metabolit tersebut
penghambatan Vibrio cholerae terbesar mampu berperan sebagai antibakteri baik
diperoleh pada konsentrasi ekstrak kayu pada bakteri gram negatif ataupun bakteri
secang 80% yaitu sebesar 20.1 mm. gram positif.
Sedangkan diameter penghambatan terkecil Mekanisme kerja flavonoid sebagai
diperoleh pada konsentrasi ekstrak kayu senyawa antibakteri dibagi menjadi 3 yaitu
secang 100% yaitu sebesar 14.1 mm. Dilihat menghambat sintesis asam nukleat,
dari Tabel 2 diameter penghambatan terus menghambat fungsi membran sel dan
meningkat mulai dari konsentrasi terendah menghambat metabolisme energi (Hendra,
20% hingga konsentrasi 80%, tetapi menurun 2011 dalam Rijayanti, 2014). Dalam
pada konsentrasi tertinggi 100%. meghambat sintesis asam nukleat, cincin A
Penurunan diameter penghambatan pada dan B senyawa flavonoid berperan penting
konsentrasi 100% bisa terjadi karena eksrak dalam proses interkelasi atau ikatan hydrogen
tidak mampu berdifusi dengan baik. Menurut yakni dengan menumpuk basa asam nukleat
Maleki et al., (2008), konsentrasi ekstrak sehingga menghambat pembentukan DNA
yang terlalu pekat menyebabkan ekstrak sulit dan RNA. Hasil interaksi flavonoid juga akan
berdifusi secara maksimal ke dalam medium menyebabkan kerusakan permeabilitas
yang mengandung inokulum. Hal ini karena dinding sel Cushnie and Lamb (2005). Dalam
konsentrasi ekstrak yang lebih tinggi dapat menghambat fungsi membran sel flavonoid
terjadi kejenuhan sehingga menyebabkan akan membentuk senyawa kompleks dari
senyawa-senyawa aktif yang terkandung di protein ekstraseluler dan terlarut sehingga
dalam ekstrak tidak terlarut dengan sempurna. membran sel akan rusak dan senyawa
Hal ini yang menyebabkan pada konsentrasi intraseluler akan keluar. Sedangkan dalam
tertinggi 100% tidak mengalami kenaikan menghambat metabolism energi dengan
pada diameter penghambatan. menghambat penggunaan oksigen oleh
Tingginya kandungan flavonoid pada bakteri, yaitu dengan mencegah pembentukan
ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) energi pada membrane sitoplasma dan
sebesar 6,02% mempengaruhi adanya menghambat motilitas bakteri yang berperan
aktivitas antibakteri yang kuat. Ekstrak kayu dalam aktivitas antimikroba dan protein
secang (Caesalpinia sappan L.) juga ekstraseluler.
mengandung antosianin sebesar 2,43%, Antosianin merupakan golongan turunan
antosianin selain sebagai antioksidan yang dari flavonoid yang berfungsi sebagai
baik juga dapat berperan sebagai antimikroba. antioksidan dan antimikroba. Menurut
Faktor yang juga mempengaruhi peningkaan Cisowska et al., (2011) antosianin umumnya
diameter penghambatan karena adanya aktif terhadap mikroba yang berbeda.
konsentrasi bahan antimikroba yang Mekanisme yang mendasari aktivitas
meningkat setiap konsentrasi. Selain itu antimikroba pada antosianin meliputi
kemampuan aktivitas antibakteri pada ekstrak interaksi membran sel dan intraseluler dari
kayu secang (Caesalpinia sappan L.) ini senyawa ini. Pada E coli yang terpapar
dikarenakan kayu secang positif mengandung antosianin akan mengalami ketidakteraturan
senyawa-senyawa metabolit sekunder lain pada membran luar dan kebocoran sitoplasma
yang berperan juga sebagai aktivitas (Cisowska et al., 2011). Bagian antosianin
antibakteri. Menurut Kusmiati (2014) ekstrak yang berperan sebagai animikroba adalah
etanol kayu secang (Caesalpinia sappan L.) turunannya yaitu antosianindin dan cyanidin

222
Vol.8, No.2, Juni 2019 Kandungan Senyaawa Flavonoid dan Antosianin .…

3-glucoside. Bermawie, N., S. Purwiyanti., Mardiana.


Bagian yang sangat berperan pada 2008. Keragaman Sifat Morfologi hasil
ketahanan suatu bakteri adalah struktur dari dan Mutu Plasma Nutfah Pegagan
dinding selnya karena dinding sel berfungsi (Centella asiatica (L.) urban).
sebagai pelindung dari lingkungan yang tidak Bul.Littro. 19(1):1-17.
aman. Selain itu membran sel bakteri
berfungsi sebagai penyeleksi untuk mengatur Cisowska A1., D. Wojnicz., AB Hendrich.
keluar masuknya senyawa ke dalam sel 2011. Anthocyanins as antimicrobial
bakteri. Sehingga terganggunya permeabilitas agents of natural plant origin. Nat Prod
dari membran sel yang disebabkan oleh Commun. 6(1):149-56.
senyawa-senyawa metabolit sekunder akan
merusak fungsi dari membran sel tersebut, Cushnie, T. P. and Lamb, A. J. 2005.
kemudian sel akan mengalami kebocoran. Antimicrobial activity of flavonoids,
Kebocoran sel ini yang menyebabkan International Journal of Antimicrobial
keluarnya komponen sel. Hal ini akan Agents, 26, 343–356.
mengakibatkan kerusakan pada sel bakteri
tersebut dan bakteri akan menjadi lisis Davis, W.W., and Stout, T.R., 1971, Disc
sehingga terjadi kematian sel bakteri. Plate Method of Microbiological
Antibiotic Assay, Appl. Microbiol., 4
KESIMPULAN (22), 666-670

Dianasari, N. 2009. Uji Efektivitas


Ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan
Antibakteri Ekstrak Etanol Kayu
L.) memiliki total flavonoid 6,02% dan total
Secang (Caesalpinia sappan L.)
antosianin 2,43%. Ekstrak kayu secang
terhadap Staphylococcus aureus dan
(Caesalpinia sappan L.) mampu menghambat
Shigella dysentriae Serta
pertumbuhan Vibrio cholerae pada
Bioautografinya. Skripsi. Fakultas
konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100%
Farmasi. Universitas Muhammadiyah
dengan kategori kuat. Konsentrasi optimal
Surakarta. Surakarta.
untuk menghambat pertumbuhan Vibrio
cholerae adalah pada konsentrasi 80% dengan Djajadisastra, A.N. 2007. Penapisan
diameter penghambatan 20,1 mm dengan Komponen Antibakteri dan Uji
kategori sangat kuat. Toksisitas dari Spons Perairan Taka
Bonerate Sulawesi Selatan. Skripsi.
DAFTAR PUSTAKA Bogor. Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Abdel-Aal., El Sayed., J. Y. Christoper., and Kelautan Universitas Institut Pertanian
I. Rabalski. 2006. Anthocyianin Bogor.
Composition in Black, Blue, Pink,
Purple, and Red Cereal Grain. Journal Kharirie. 2013. Diagnosa Vibrio cholerae
of Agricultural and Food Chemistry 54 : dengan Metode Kultur dan Polimerase
4696 - 4704. Chain Reaction (PCR) pada Sampel
Sumber Air Minum. Jurnal Biotek
Amelia, S. 2005. Vibrio cholerae. Medisiana Indonesia. Vol:2(2): Hal:51-
Departemen Mikrobiologi. Fakultas 58.
Kedokteran. Universitas Sumatera
Utara. Medan. *
Kimestri, A.B., Indratiningsih and Widodo.

223
Nomer, dkk. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan

2018. Microbiological and Panovska T K., S. Kulevanova., and Stefova.


physicochemical quality of pasteurized 2005. In Vitro Antioxidant Activity of
milk supplemented with sappan wood Some Teucrium Spesies (Lamiaceae).
extract (Caesalpinia sappan L.). Acta Pharm.
International Food Research Journal
25(1): 392-398. Prayoga, D. 2013. Perbandingan Efek Ekstrak
Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
Koirewoa, Y.A., Fatimawali, dan W. I. dengan Metode Difusi Disk dan
Wiyono. 2012. Isolasi dan Identifikasi Sumuran Terhadap Pertumbuhan
Senyawa Flavonoid dalm Daun Bakteri Staphylococcus aureus. Skripsi
Beluntas. Universitas Sam Ratulangi. Program Studi Pendidikan Dokter
Manado. Kusmiati., Dameria., D. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Priadi. 2014. Analisa Senyawa Aktif Kesehatan Universitas Islam Negeri
Ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia Syarif Hidayatullah. Jakarta
sappan L.) Yang Berpotensi Sebagai
Antimikroba. Seminar Nasional Rijayanti, R. K., 2014, Uji Aktivitas
Teknologi Industri Hijau. Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
Mangga Bacang (Mangifera foetida L.)
Lefevre M., L. Howard., M. Most., Z. Ju., J. terhadap Staphylococcus aureus Secara
Delany. In Vitro, Naskah Publikasi, Program
Studi Pendidikan Dokter, Fakultas
Maleki., et al. 2008. Antibacterial Activity of Kedokteran Universitas Tanjungpura
The Fluid of Iranian Torilis Leptophylla
Against Some Clinical Pathogen. Rusita, Youstiana Dwi and Suhartono. 2016.
Pakistan Journal of Biologycal Science. Flavonoids content in extracts secang
11, (9), 1286-1289. (Caesalpinia sappan L.) maceration
method infundation analysis and visible
Misna., and D. Khusnul. 2016. Aktivias ultraviolet spectrophotometer.
Antibakteri Ekstrak Kulit Bawang International Journal of Medical
Merah (Allium cepa L.) Terhadap Research & Health Sciences.
Bakteri Staphylococcus aureus. Vol.4:176-181.
Galenika Journal of Pharmacy. Vol. 2
(2): 138 – 144. Santoso, U. 2006. Antioksidan. Yogyakarta:
Sekolah Pasca Sarjana Unversitas
Moein S., and R.M. Mahmood. 2010. Gadjah Mada.
Relationship between antioxidant
properties and phenolics in Zhumeria Selawa, W., Runtuwene, M.R.J.,
majdae. Journal of Medicinal Plants Citraningtyas, G. 2013. Kandungan
Research (7): 517-521.Santoso, U. Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan
2006. Antioksidan. Sekolah Pasca Total Ekstrak Etanol Daun Binahong
Sarjana Universitas Gadjah Mada, (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis,
Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Farmasi Pharmacon.
Universitas Sam Ratulangi.
Nollet, Leo, M. L., 2004, Handbook of Food
Analysis, Second Edition, 1513, 1523- Sudarmadji, S., B. Haryono., Suhardi. 1997.
1529, Marcel Dekker, Ink., New York. Prosedur Analisis Untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty:

224
Vol.8, No.2, Juni 2019 Kandungan Senyaawa Flavonoid dan Antosianin .…

Yogyakarta.

Sudarsono, D. Gunawan, S. Wahyuono, I.A.


Donatus., Purnomo. 2002. Tumbuhan
Obat II, Hasil Penelitian, Sifat-Sifat,
dan Penggunaan. Yogyakarta: Pusat
Studi Obat Tradisional UGM.

Sumarni, 1994, Uji Daya Antibakteri Fraksi


Petroleum Eter Fraksi Kloroform, dan
Fraksi Metanol Kayu Secang
(Caesalpinia sappan L.) Terhadap
Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli serta Profil

Widowati, Wahyu. 2011. Uji Fitokimia dan


Potensi Antioksidan Ekstrak Etanol
Kayu Secang (Caesalpinia sappan L.).
Universitas Kristen Maranatha. Vol.
11:23-31.

Widyastana, I Wayan Yogi. 2015.


Keberadaan Bakteri Patogen Vibrio
cholerae Pada Beberapa Hasil
Perikanan Yang Dijual Di Pasar
Tradisional Kota Denpasar. Tesis.
Program Magister. Program Studi
Biologi. Program Pasca Sarjana.
Universitas Udayana. Denpasar.

Suzery, M., S. Lestari., and B. Cahyono.


2010. Penentuan Total Antosianin dari
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus
sabdariffa L.) dengan Metode Maserasi
dan Sokhletasi. Jurnal Sains &
Matematika Vol.18(1):1-6.

Xu, B.J., and Chang, S.K.C. 2007. A


comparative study on phenolic profiles
and antioxidant activities of legumes
affected by extraction solvent. Journal
of Food Science 72: 59-6

225

Anda mungkin juga menyukai