Judul : Elektrogravimetri
B. Hari/tanggal : Senin, 17 Maret 2014
C. Tujuan :
Elektrogravimetri :
Memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam suatu cuplikan
secara elektrogravimetri
D. Dasar Teori :
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi
kimia. Komponen yang terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektrode dan
larutan elektrolit. Elektroda yang digunakan dalam proses elektolisis dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu:
Elektroda inert, seperti kalsium (Ca), potasium, grafit (C), Platina (Pt),
dan emas (Au).
Elektroda aktif, seperti seng (Zn), tembaga (Cu), dan perak (Ag).
Elektrolitnya dapat berupa larutan berupa asam, basa, atau garam, dapat pula
leburan garam halida atau leburan oksida. Kombinasi antara larutan elektrolit dan
elektrode menghasilkan tiga kategori penting elektrolisis, yaitu:
1. Elektrolisis larutan dengan elektrode inert
2. Elektrolisis larutan dengan elektrode aktif
3. Elektrolisis leburan dengan elektrode inert
Pada elektrolisis, katode merupakan kutub negatif dan anode merupakan kutub
positif. Pada katode akan terjadi reaksi reduksi dan pada anode terjadi reaksi oksidasi.
Elektrolisis air adalah peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen
(O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air
tersebut. Pada katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron,
tereduksi menjadi gas H2 dan ion hidrokida (OH-). Sementara itu pada anode, dua
molekul air lain terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katode. Ion H+ dan OH- mengalami netralisasi sehingga
terbentuk kembali beberapa molekul air. Reaksi keseluruhan yang setara dari
elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
Gas hidrogen dan oksigen yang dihasilkan dari reaksi ini membentuk
gelembung pada elektrode dan dapat dikumpulkan. Prinsip ini kemudian
dimanfaatkan untuk menghasilkan hidrogen dan hidrogen peroksida (H2O2) yang
dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan hidrogen.
Hukum elektrolisis Faraday
Di awal abad ke-19, Faraday menyelidiki hubungan antara jumlah listrik yang
mengalir dalam sel dan kuantitas kimia yang berubah di elektroda saat elektrolisis. Ia
merangkumkan hasil pengamatannya dalam dua hukum di tahun 1833.
Hukum elektrolisis Faraday
1. Jumlah zat yang dihasilkan di elektroda sebanding dengan jumlah arus listrik
yang melalui sel.
Bahan
Aseton
Aquades
ZnSO4
F. Alur Percobaan :
Elektrogravimetri
2 elektroda Cu
-ditimbang beratnya
Wo
-ditimbang
Wn
No.
Prosedur Percobaan Hasil Pengamatan Dugaan/Reaksi Kesimpulan
Percb
3. 6 2,9785 0,0609
Wn
Sesudah:
Ketika Cu dimasukkan kedalam
larutan ZnSO4, Cu sebagai katoda
(spiral) terdapat endapan abu-abu
yang menempel pada Cu
Dari data tersebut, seharusnya massa endapan Zn melalui praktikum sama dengan massa
endapan Zn melalui perhitungan. Namun hasil yang didapatkan, massa endapan Zn pada
praktikum jauh lebih kecil daripada massa endapan Zn teoritis. Hal ini disebabkan karena
proses reduksi dan oksidasi yang tidak berjalan sempurna. Pada kawat Cu lurus terjadi
proses oksidasi tetapi juga proses reduksi. Karena terjadi proses reduksi pada kawat lurus
Cu ini, massa yang seharusnya terendapkan pada kumparan Cu tidak terendapkan. Hal ini
menyebabkan massa yang terendapkan hanya sedikit. Hal ini dapat terjadi karena arah
aliran arus yang tidak stabil pada kutub negative atau positif sehingga proses oksidasi
maupun reduksi tidak berjalan dengan sempurna.
Dari data diatas diperoleh grafik perhitungan massa Zn secara teori dan berdasarkan
percobaan:
0.08
0.06 Series1
Linear (Series1)
0.04
0.02
0
0 100 200 300 400 500 600 700
0.008
Series1
0.006
Linear (Series1)
0.004
Linear (Series1)
0.002
0
0 100 200 300 400 500 600 700
t (s)
Terdapat perbedaan tan α teori dengan tan α percobaan yaitu sebesar 1x10-5
selisih yang terjadi dikarenakan beberapa faktor diantaranya kekurang tepatan
dalam pewaktuan hal ini terjadi karena perhitungan waktu tidak dapat tepat pada waktu
yang ditentukan pasti ada selisih sekian detik, selain itu di indikasikan pada saat
sebelum penimbangan berat Zn yang terendapkan, endapan Zn terlebih dahulu di cuci
dengan air dan aseton di indikasikan padasaat pencucian ada endapan yang lepas
sehingga mempengaruhi berat hasil elektrolisis.
Larutan ZnSO4 yang sebelumnya tidak berwarna lama kelamaan menjadi berwarna
biru hal ini dikarenakan terjadi pertukaran ion dari larutan ZnSO4 dengan anoda.
Pada saat ion Zn2+ dari larutan mendapat elektron maka pada katoda terbentuk endapan
Zn sedangkan logam Cu pada anoda akan melepaskan elektron membentuk ion Cu2+
yang masuk kelarutan dan berikatan dengan ion SO42-sehingga larutan berubah
menjadi biru.
I. Kesimpulan :
Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
Berat kumparan semakin bertambah setelah dielektrolisis.
Berat (spiral) Cu
Perhitungan Zn teori
Diketahui:
I = 0,5
MrZn = 65,39
n=2
Pada t = 120 s
Pada t = 240 s
Pada t = 480 s
Pada t = 600 s
0.08
0.06 Series1
Linear (Series1)
0.04
0.02
0
0 100 200 300 400 500 600 700
0.008
Series1
0.006
Linear (Series1)
0.004
Linear (Series1)
0.002
0
0 100 200 300 400 500 600 700
t (s)
Prinsip dasar analisis potensiometri adalah interaksi antara analit dengan elektroda.
Potensial listrik yang ditimbulkan diukur dengan potensiometer. Analisis
potensiometri termasuk kedalam metode analisis elektrokimia. Analisis elektrokimia
merupakan analisis baik kualitatif maupun kuantitatf yang didasarkan pada sifat-sifat
kelisrikan suatu cuplikan didalam sel elektrokimia. Adanya suatu larutan elektrolit
yang dihubungkan dengan kedua buah elektroda akan memberikan arus listrik yang
disebabkan oleh adanya perbedaan potensial.
Sel elektrokimia ada dua yaitu sel galvani dan sel elektrolisis. Berdasarkan sumber
arusnya dapat dibedakan menjadi sel kering (ledance), sel perak oksida, sel accu dan
sel bahan-bahan. Sel kering bersifat reversibel (sel primer) dan yang lain bersifat
reversible (sel sekunder)
Ssel elektrolisis dapat dimanfaatkan karena mampu memanfaatkan energi listrik untuk
menjalankan reaksi redoks yang tidak spontan. Sel ini terdiri dari sumber arus searah,
elektroda positif dan negatif. Untuk analisis potensiometrik menggunakan prinsip
dasar sel elektrolisis. Namun peralatan yang digunakan pada sel elektrolisis sedikit
berbeda.
Untuk peralatan elektrolisis dengan potensial katoda dapat dikontrol dengan alat
dibawah. Alat dibawah disebut dengan potensiostat yang telah dikembangkan secara
operasi otomatis.
Larutan standar
Larutan sampel
Larutan induk CuSO4 0,1M CuSO4 0,1M = larutan berwarna Semakin tinggi
biru konsentrasi CuSO4 maka
-diencerkan dengan aquades
potensialnya juga akan
CuSO4 10-3M = 87,5
Larutan standar semakin besar
(10-3, 2x10-3, 4x10-3, 8x10-3, CuSO4 2x10-3M = 9,14
16x10-3) Persamaan regresi
CuSO4 4x10-3M = 100,9
liniernya: y = 0,0115x +
-3
CuSO4 8x10 M = 109,2 0,1652 dan R2 = 0,9777
Berdasarkan konsentrasi dan potensial yang diperoeh, maka dapat dibuat grafik
standar secara regresi untuk menghitung konsentrasi sampel yang diberikan. Grafik tersebut
adalah sebagai berikut:
Grafik Potensiometri
0.12
y = 0.0115x + 0.165
R² = 0.977 0.1
0.08
Potensial (V)
0.06
Series1
0.04 Linear (Series1)
0.02
0
-8 -6 -4 -2 0
ln [Cu2+]
I. Kesimpulan :
1. Konsentrasi sampel A yang diperoleh adalah sebesar 1.8765888084 x 10-3
2. Banyaknya elektron yang terlibat sebanyak 2 elektron
3. Harga potensial larutan standar yang diperoleh adalah:
Larutan CuSO4 10-3M = 87,5
Larutan CuSO4 2x10-3M = 9,14
Larutan CuSO4 4x10-3M = 100,9
Larutan CuSO4 8x10-3M = 109,2
Larutan CuSO4 16x10-3M = 113,6
4. Grafik standar regresi yang diperoleh adalah:
Grafik Potensiometri
0.12
y = 0.0115x + 0.165 0.1
R² = 0.977
Potensial (V)
0.08
0.06
Series1
0.04
Linear (Series1)
0.02
0
-8 -6 -4 -2 0
ln [Cu2+]
J. Jawaban Pertanyaan :
1. Tuliskan persamaan regresi linier dari hubungan variabel x sebagai konsentrasi
dan y sebagai potensial!
2. Bagaimana caranya menentukan jumlah elektron yang terlibat dalam
reaksi?Jelaskan!
3. Dapatkan konsentrasi Cu2+ dari harga pH?Jelaskan!
( ) ( )
( ) ( )
( ) ( )
( )
( )
( )
( )
Soebagio, dkk. 2003. Kimia Analitik II. Malang : Universitas Negeri Malang.
Analisis Elektrokimia
Perhitungan Pengenceran
1). M1 x V1 = M2 x V2
10-3 x 20 = 0,1 x V2
V2 =
V2 = 0,2 mL
2). M1 x V1 = M2 x V2
2 x10-3 x 20 = 0,1 x V2
V2 =
V2 = 0,4 mL
3). M1 x V1 = M2 x V2
4 x10-3 x 20 = 0,1 x V2
V2 =
V2 = 0,8 mL
4). M1 x V1 = M2 x V2
8 x10-3 x 20 = 0,1 x V2
V2 =
V2 = 1,6 mL
5). M1 x V1 = M2 x V2
16 x10-3 x 20 = 0,1 x V2
V2 =
Perhitungan:
0.08
Potensial (V)
0.06
Series1
0.04 Linear (Series1)
0.02
0
-8 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0
ln [Cu2+]