Abstrak
Metode: kami menganalisis 182 sampel dengan menggunakan Sysmex XE-5000 dari
sekelompok pasien dengan gangguan eritosit di Rumah Sakit Universitas Rouen.
Diantaranya terdiri dari 47 HS, 17 defisiensi piruvat kinase, penyakit sel sabit atau sickle
cell disease, thalasemia beta minor, defisiensi zat besi, dan 489 sampel dari kelompok
kontrol.
Kesimpulan: kami mengajukan pendekatan murah, mudah, dan efisien untuk mendeteksi
HS dan defisiensi piruvat kinase dengan menggunakan analisator Sysmex. Alat skrining ini
juga dapat membantu penegakan diagnosis, membantu mencegah komplikasi dan
menghasilkan penanganan yang lebih baik bagi pasien
Kata kunci: analsis sel darah otomatis, alat diagnostik, sperositosis herediter, defisiensi
piruvat kinase, dan pemeriksaan retikulosit
1. PENDAHULUAN
Meskipun parameter baru ini telah diperkanalkan pada analisator yang berbeda,
beberapa penelitian terbatas pada turunan eritroid. Analisator Sysmex memberikan
keuntungan dengan menggunakan parameter unik seperti eritorist mikrositik (MircoR),
yang sesuai dengan persentase eritorist kurang dari 60 fL pada kurva distribusi ukuran
eritrosit (Gambar 1A), dan sel hipohemoglobin (%HypoHe), yang didefinisikan sebagai
eritorsit dengan kandungan hemoglobin kurang dari 17 pg. Pada channel retikulosit, asam
nukleat secara khusus ditandai untuk membedakan eritosit matur dengan retikulosit pada
aksis x, ukuran sel di plot pada aksis Y (Gambar 1B). Eritrosit matur memiliki fluoresensi
yang sangat rendah, dimana retikulosit mengandung asam nukleat dan memiliki sinyal
intensitas yang lebih kuat, memberikan hasil hitung otomatis yang lebih tepat. Populasi
retikulosit yang berbeda dipisahkan berdasarkan intensitas fluorosensi secara langsung
berhubungan dengan ukuran dan jumlah RNA. Populasi ini terdiri dari retikulosit fluoresen
tinggi atau high-fluorescent reticulocytes (HFR), retikulosit fluorsen medium atau
medium-fluorescent reticulocytes (MFR), dan retikulosit fluorosen rendah atau low--
fluorescent reticulocytes (LFR). Fraksi retikulosit imatur (IFR) didefinisikan sebagai
penjumlahan HFR dan MFR (Gambar 1B). nilai IFR memprediksi informasi awal
mengenai evaluasi respon sumsum tulang terhadap anemia, karena peningkatannya terjadi
beberapa hari lebih awal sebelum peningkatan jumlah retikulosit absolut. 4 Ratio retikulosit
terhadap persentasi IRF (Ret/IRF) telah dilaporkan meningkat pada sperositosis herediter
(HS) sesuai dengan pedoman mengenai gangguan membran.5
2.1 Subjek
Kami menginklusikan 182 sampel dari pasien dengan kelainan eritrosit di Rumah Sakit
Universitas Rouen. Seluruh diagnosis dikonfirmasi oleh data klinis dan laboratorium.
Pasien HS (n=27) didiagnosis dengan eosin-5′-maleimide assay (EMA) menggunakan flow
cytometry (n=28) dan/atau pemeriksaan fragilitas osmotik (n-24). Diagnosis HS
diklasifikasikan menjadi HS berat (Hb <8 g/ dL; n = 9), HS sedang (Hb 8-12 g/dL; n = 25),
atau HS tanpa anemia(Hb >12 g/dL; n = 13). 2 pasien HS yang diinklusikan dalam
penelitian menjalani splenektomi sebelumnya. G6PD dan defisiensi piruvat kinase (n=23
dan 17, masing-masingnya) didiagnosis berdasarkan aktivitas enzim yang rendah pada
kedua sampel. Pada pasien defisiensi piruvat kinase, 10 pasien sudah menjadlani
splenektomi. Talasemia beta minor (n=30) dikonfirmasi melalui elektroforesis HPLC
(Variant II, Bio-Rad, Richmond, CA) dan iso-elektrofokalisasi. Sickle cell trait (n=28) dan
sickle cell disease (n=30) dikonfimasi melalui elektroforesis HC, iso-elektrofokalisasi, dan
pemeriksaan Itano. Membranopati juga menginklusikan: satu pasien stomatositosis, satu
pasien elliptositosis herediter, dan satu piropoikilositosis herediter. 33 pasien dengan
defisiensi zat besi juga diteliti, seluruhnya dengan kadar feritin serum dibawah 10 ug/L
(Cobas E601; Roche Diagnostics, Meylan, Prancis). Terakhir, sebuah kelompok kontrol
dtambahkan dengan 489 sampel dimana dilakukan pemeriksaan hitung retikulosit (Tabel
S1)
Darah dikumpulka menggunakan tabung EDTA K2. Seluruh sampel dianalisis dalam waktu
6 jam setelah pengambilan darah, sesuai dengan pedoman laboratorium. Pemeriskaan
dilakukan menggunakan Sysmex XE-5000. Parameter penelitian diantaranya adalah
hemoglobin Hb; g/dl), mea corpuscular volume (MCV; fl), mean corpusuclar hemoglobin
concentration (MCHC; g/dl), retikulosit (x109/L), IRF (%), MicroR (%), dan %HypoHe
(Tabel 1). MicroR dan HypoHe merupakan parameter eksklusif dari Sysmex (Kobe,
Jepang)
Seluruh analisis statistik dilakukan menggunakan XLSTAT, analisis data dan solusi
statistik untuk microsoft excel, version 2014.5.03 (Addinsoft, Paris, France). Parameter
berikut ini dihitung pada seluruh sampel: rasio Ret/IRF dan rasio MicroR/HypoHe. Kurva
receiver operating disusun menggunakan XLStat. Student t test digunakan untuk
membandingkan parameter yang diteliti. Nilai P ≤ 0.05 dianggap mengindikasikan
perbedaan yang signifikan antar kelompok.
3. HASIL
Pasien dengan sickle cell disease menunjukkan peningkatan sedang pada hitung retikulosit
(rerata= 215.4 x 109/L) yang berhubungan dengan tingginya nilai IRF (rerata =24.8%).
Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, karena proporsi sickle cell yang bervariasi
sebelumnya, hasil MicroR heterogen namun mencapai nilai diatas 40% pada 6 pasien.
Telah diperkirakan bahwa, 29/30 pasien dengan talasemia beta minor menunjukkan
mikrositosis (rerata 65.2 fl)
MicroR meningkat pada seluruh pasien dengan mikrositosis, dan nilai reratanya
lebih tinggi dibandingkan kelompok lain (41%). %HypoHe juga meningkat pada sebagian
besar pasien talasemia beta minor (>0.9 pada 26/30 pasien, rerata = 18.1) namun lebih
tinggi pada kelompok pasien dengan defisiensi besi (>0.9 pada sleuruh pasien; rerata =
30.4). terakhir, rasio MicroR/%HypoHe membantu membedakan talasemia beta minor dari
defisiensi besi (rerata = 4.5 untuk talasemia beta minor, rerata = 1.2 untuk defisiensi pesi,
p<10e-4)
Kriteria skrining ini dievaluasi melalui pemeriksaan seluruh sampel pada penelitian
ini. seluruh 47 pasien HS secara akurat diidentifikasi. Tercatat 13 dari 30 pasien dari
kelompok sickle cell disease (43.4%). Pada kelainan eritrosit lain, 3 talasemia beta mminor,
1 defisiensi G6PD, dan 1 pasien defisiensi piruvat kinase juga ditemukan. Pada kelompok
kontrol, 34/489 (7%) tercatat berpotensi mengalami HS. 2 pasien memiliki HS sedang yang
dikonfirmasi melalui data klinikobiologis dan pemeriksaan EMA positif dan 10 pasien
dengan sickle cell disease yang telah diketahui sebelumnya dari rumah sakit kami.
Terakhir, pemeriksaan ini memberikan 100% sensitivitas dan 92.1% spesifisitas untuk
mendeteksi HS pada analisa darah otomatis
Selanjutnya, kami merancang alat skrining untuk mengidentifikasi defisiensi piruvat kinase
menggunakan parameter yang sama. Kami menganggap defisiensi piruvat kinase
berhubungan dengan hitung retikulosit dan rasio Ret/IRF yang tinggi, namun MicroR dan
MicroR/%HypoHe yang renda dibanding kelainan eritrosit lainnya. Selain itu, dengan
mengikuti analisis kurva ROC, sampel dianggap defisiensi piruvat kinase jika (a) hitung
retikulosi lebih dari 150 x 109/L, (b) rasio Ret/IRF lebih dari 9.5, (c) MicroR <5.5% dan (d)
MicroR/%HypoHe <6 (Tabel 3)
Seluruh 17 pasien defisiensi piruvat kinase dalam penelitian ini secara akurat
diidentifikasi menggunakan kriteria ini. Pada kelainan eritrosit lainnya, 2 HS sedang, 1 HS
tanpa aneia, 2 defisiensi G6PD, 1 sickle cell disease dan 1 membranopati (stomatositosis)
sesuai dengan kriteria. Pada kelompok kontrol, 19/489 pasien (3.9%) ditemukan berpotensi
defisiensi piruvat kinase, termasuk 6 pasien sickle cell disease yang telah diketahui
sebelumnya memiliki defisiensi piruvat kinase. Pemeriksaan aktivitas enzim piruvat kinase
dan G6PD dilakukan pada 2 sampel dengan kecurigaan defisiensi piruvat kinase
berdasarkan data klinikobiologi, namun aktivitas piruvat kinase normal. Terakhir, strategi
ini memberikan sensitivitas 100% dan spesifisiatas 99.5% untuk mendeketsi defisiensi
piruvat kinase berdasakan analisis darah otomatis
4. PEMBAHASAN
Selama beberapa tahun, analisator hematologi memberikan akses untuk parameter lanjut,
dimana manfaat klinisnya masih harus ditetapkan. Diantara parameter yang tersedia pada
Sysmex XE-5000, kami terfokus pada parameter eritrosit berikut: fraksi retikulosit imatur,
%HypoHe, yang mengindikasikan persentasi eritrosit hipokromik, dan microR, yang
mengindikasikan persentasi sel eritrosit mirkositik. Penelitian ini menunjukkan bahwa
deteksi HS dan defisiensi piruvat kinase dapat dikakukan dengan sensitivitas yang baik
melalui pemeriksaan darah dengan retikulosit dengan menggunakan kombinasi 5
parameter: kadar hemoglobin, hitung retikulosit, IRF, MicroR, dan %HypoHe
Skrining HS otomatis yang kami kembangkan sensitivitas 100%, bahkan pada kasus
tanpa anemia, dan dapat bermanfaat dalam mendeteksi pasien yang asimtomatis atau tidak
memiliki riwayat (pola pewarisan resesif atau mutasi de novo). Dari sisi fisiopatologis, nilai
MicroR meningkat pada pasien HS, sehubungan dengan hilangnya vesikel lipid pada
eritorist patologis yang menyebabkan ukuran eritrosit lebih kecil. 6 Hal ini melepaskan
mikroparkitel bebas skeleton, yang menyebabkan penurunan rasio luas permukaan
membran terhadap volume. Parameter hemamtologi lanjut memiliki kelebihan pada
karakteristik ini, karea pasien HS datang dengan rasio MicroR/%HypoHe yang tinggi.
Sehingga, alat skrining yang dirancang efektif untuk mengidentifikasi seluruh 47 pasien HS
pada penelitian ini. pada kasus positif palsu dari kelompok kontrol, 10/34 (29.5%)
menunjukkan sickle cell disease, yang menunjukkan bahwa kombinasi alat skrining dengan
analisis apusan darah serta konteks klinikobiologis dapat meningkatkan spesifisitas. Alat
skrining ini juga efektif pada 5/5 anak berusia kurang dari 2 tahun dengan HS dan
membantu eteksi dini HS pada hitung darah pertama sebelum muncul adanya komplikasi
(krisis aplastik karena infeksi provirus B19, batu empedu, dll) dan membantu
menatalaksana pasien dengan HS
Sepengetahuan kami, ini merupakan alat skrining pertama yang diajukan untuk
defisiensi piruvat kinase. Defisiensi piruvat kinase merupakan defek glikolitik yang oaling
sering yang menyebabkan anemia hemolitik nonsferositik kongenital. Defisiensi piruvat
kinase sering tidak terdiagnosis karena prevalensinya yang rendah (51 dari 1 juta populasi
berdasarkan mutasi PK-LR tersering14,15), pola pewarisan resesif, dan tidak adanya riwayat
orangtua. Disamping itu, misdiagnosis sering terjadi pada pasien defisiensi piruvat kinase.
Pada pasien dalam penelitian ini, seluruh pasien dengan defisiensi [iruvat kinase
menunjukkan hitung retikulosit yang tinggi dengan peningkatan rasio Ret/IRF. Piruvat
kinase mengubah phospohoe-nolpyrvate menjadi piruvat, yang menghasilkan 50% total
ATP eritrosit.16 Defisiensi ATP eritrositik pada defisiensi piruvat kinase mempengaruhi
membran eritorist pada pompa Na+/K+ dependen ATP yang dapat menyebabkan mofifikasi
pewarnaan fluorosen pada eritrosit patologis dan menjelaskan rasio yang tinggi antara
hitung retikulosit dan IRF. Terakhir, makrositosis ditemukan pada 50% kasus defisiensi
piruvat kinase , sehubungan dengan retikulositosis.
Data lain menunjukkan bahwa MicroR berpotensi dapat mendeteksi talasemia beta
minor pada pasien, namun analisis kurva ROC mendukung bahwa MCV merupakan
penanda yang lebih baik (AUC=0.89 dan 0.92, masing-masingnya, Gambar S1). Rasio
MicroR/%HypoHe tidak cukup akurat untuk membedakan talasemia beta minor dengan
defisiensi besi, dan indeks parameter multipel telah secara khusus dijelaskan dalam hal ini
dengan hasil yang bervariasi.17,18
Defisiensi PK (n = β-thalassemia Sickle cell trait (n = Sickle cell disease (n Membranopati (n = 3) Defisiensi besi (n=33)
17) minor (n = 30) 28) = 30)
9.1 ± 1.9 0.4 11.3 ± 1.8 0.3 12.5 ± 1.4 0. 9.1 ± 2.0 0. 11.9 ± 0.8 0.4 8.2 ± 2.1 0.
3 4 4
102.4 ± 2.3 65.2 ± 9.9 1.8 78.0 ± 7.2 1. 75. ± 10. 1. 91.7 ± 6.6 3.8 71. ± 11.2 1.
9.6 4 7 6 9 3 9
32.6 ± 1.5 0.4 33.2 ± 1.3 0.2 33.8 ± 1.4 0. 34. ± 1.6 0. 33.2 ± 2.2 1.3 29. ± 2.2 0.
3 6 3 9 4
591.3 ± 85.9 62.7 ± 27.1 5.0 49.1 ± 22. 4. 215.4 ± 19 125.4 ± 51. 63. ± 35.4 6.
354.1 5 3 106.1 .4 88.7 2 1 2
16.5 ± 8.2 2.0 10.2 ± 5.3 1.0 9.6 ± 7.4 1. 24. ± 10. 1. 11.7 ± 4.5 2.6 19. ± 8.6 1.
4 8 6 9 9 5
36.2 ± 15.4 3.7 7.5 ± 4.6 0.8 7.6 ± 5.4 1. 9.6 ± 6.1 1. 10.7 ± 5.1 2.9 3.3 ± 1.1 0.
0 1 2
1.0 ± 1.2 0.3 41.1 ± 27.4 5.0 10.3 ± 9.0 1. 23. ± 17. 3. 10.5 ± 6.3 29. ± 21.5 3.
7 4 4 2 11.0 3 7
0.6 ± 1.2 0.3 18.1 ± 18.1 3.3 3.0 ± 4.1 0. 12. ± 13. 2. 10.9 ± 9.5 5.5 30. ± 24.2 4.
8 8 0 4 4 2
2.5 ± 1.4 0.3 4.5 ± 3.9 0.7 6.3 ± 4.2 0. 2.9 ± 2.2 0. 1.3 ± 0.7 0.4 1.2 ± 0.7 0.
8 4 1