Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sandy

NRP : 142017010
Mata Kuliah : Perumahan dan Permukiman
Dosen : Meldo Andi Jaya, S.T.,M.T.

Desa Wisata
Menurut Priasukmana & Mulyadin (2001), Desa Wisata merupakan ”Suatu kawasan
pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaaan
baik dari kehidupan sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keseharian, memiliki
arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, atau kegiatan perekonomian yang
unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkanya berbagai komponen
kepariwisataan, misalnya atraksi, akomodasi, makanan-minuman, cindera-mata, dan
kebutuhan wisata lainnya.”

Contoh Desa Wisata yang bisa dilihat di Provinsi Sumatera Selatan ialah, Danau Shuji yang
berada di Desa Lembak, Kabupaten Muara Enim.
Setelah saya berbincang-bincang bersama teman yang kebetulan telah mengunjungi tempat
itu, ternyata ada beberapa permasalahan yang timbul serta beberapa prinsip pembangunan
yang dapat saya tarik kesimpulan dari informasi tersebut.

Permasalahan :

1. Kunjungan Wisata Belum Merata

Daerah kunjungan wisata di Indonesia masih belum merata, hal ini dapat dilihat dari data
kunjungan wisata, misalnya di satu daerah wisata tertentu sangat ramai dikunjungi wisatawan,
sementara itu daerah tujuan wisata yang lain sangat sepi, bahkan tidak sedikit yang tidak
memiliki kunjungan. Keadaan dari tidak meratanya kunjungan wisatawan dapat
mengindikasikan bahwa selain tujuan wisata dirasa kurang menarik atau karena belum
terekspose dengan baik dan benar, serta kendala dari infrastruktur yang belum memadai
untuk menuju daerah tujuan wisata.

2. Lemahnya Sumber Daya Manusia

Hal ini mengingat sumber daya manusia menjadi juru kunci yang menentukan segala sesuatu
yang perhubungan dengan desa wisata dan pariwisata. Di tangan pengelola dengan sumber
daya yang berkompeten, niscaya desa wisata dapat berjalan dan tumbuh maju, namun
sebaliknya di tangan sumber daya manusia yang kurang maka desa wisata akan jalan di
tempat atau bahkan gulung tikar. Oleh karena itu dalam upaya pengembangan desa wisata
sangat mementingkan profesionalisme sumber daya manusia, baik dalam pengelolaan
investasi atau dalam bidang akomodasi, transportasi, komunikasi dan informasi.
Jika Desa wisata yang ada dikelola oleh sumber daya manusia yang rendah maka tidak
menutup kemungkinan bahwa sektor pariwisata akan dikuasai oleh investor luar desa yang
memiliki sumber daya manusia yang lebih baik dan lebih siap dari segi modal. Tentu hal ini
ada plus minusnya, namun akan jauh lebih baik jika keseluruhan pengelolaan dapat dilakukan
oleh sumber daya manusia lokal desa.

3. Kegiatan Wisata ditakutkan akan merusak nilai budaya lokal

Kegiatan desa wisata yang ketal akan adat istiadat, atraksi budaya dan sarat dengan unsur
tradisional memang menjadi nilai tersendiri dan menjadi daya tarik kunjungan wisata, akan
tetapi hal ini juga dinilai dapat merusak dari nilai budaya lokal desa. Sebagai gambaran
seperti terjadinya pergeseran nilai upacara adat yang dapat mengarah kepada komersialisasi
untuk tujuan ‘Dijual’ sebagai pertunjukan wisata. Kondisi ini tentu tidak seutuhnya demikian,
oleh sebab itu tantangan ini perlu diselesaikan dengan baik, yaitu agar nilai luhur budaya
lokal tetap terjaga dengan baik walau berbalut dengan kegiatan desa wisata.

4. Sistem Informasi yang masih kurang memadai

Keberadaan sistem informasi ini yaitu untuk memberikan klarifikasi, sekaligus secara
proaktif menyiapkan dan memberikan informasi tentang obyek wisata, kesiapan sarana,
prasarana dan lain-lain. Informasi seputar rute menuju lokasi, fasilitas di lokasi kunjungan
dan informasi lengkap seputar daerah kunjungan wisata perlu untuk disampaikan dengan
sistem informasi yang baik dan tepat sasaran.

5. Banyaknya bangunan yang tidak sesuai dengan point arsitektur yang


sebenarnya

Seperti yang telah dijelaskan teman saya, bahwa bangunan yang terdapat di des Lembak itu
sendiri tidak mengikuti tata pembangunan arsitektur yang sebenarnya. Mulai dari

1. Sistem Utilitas ( Pembuangan air kotor dan air bersih) yang tidak pada aturan yang
semestinya. Yang dimana masyarakat setempat hanya mengandalkan sungai yang
menjadi tempat pembuangan
2. Tata letak Garasi mobil yang berantakan, yang dimana ada beberapa dari masyarakat
setempat yang memiliki mobil dengan garasi yang tidak memenuhi ukuran dengan
memasukkan mobil tersebut namun pintu pagar tidak dapat ditutup/ Hal yang
demikian membuat rumah terlihat sedikit tidak elok dipandang
Prinsip :

Prinsip pengembangan desa wisata Desa Lembak adalah sebagai salah satu produk wisata
alternatif yang dapat memberikan dorongan bagi pembangunan pedesaan yang berkelanjutan
serta memiliki prinsip-prinsip pengelolaan antara lain,

1. memanfaatkan sarana dan prasarana masyarakat setempat


2. menguntungkan masyarakat setempat
3. berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan
masyarakat setempat
4. melibatkan masyarakat setempat
5. menerapkan pengembangan produk wisata pedesaan, dan beberapa kriteria yang
mendasarinya seperti antara lain:
 Penyediaan fasilitas dan prasarana yang dimiliki masyarakat lokal yang biasanya
mendorong peran serta masyarakat dan menjamin adanya akses ke sumber fisik
merupakan batu loncatan untuk berkembangnya desa wisata.
 Mendorong peningkatan pendapatan dari sektor pertanian dan kegiatan ekonomi
tradisional lainnya.
 Penduduk setempat memiliki peranan yang efektif dalam proses pembuatan
keputusan tentang bentuk pariwisata yang memanfaatkan kawasan lingkungan dan
penduduk setempat memperoleh pembagian pendapatan yang pantas dari kegiatan
pariwisata.
 Mendorong perkembangan kewirausahaan masyarakat setempat.

Sedangkan dalam prinsip perencanaan yang perlu dimasukkan dalam “prelemenay,


planning” yaitu
1. meskipun berada di wilayah pariwisata tak semua tempat dan zona lingkungan harus
menjadi daya tarik wisata
2. potensi desa wisata tergantung juga kepada kemauan masyarakat setempat untuk
bertindak kreatif, inovatif, dan kooperatif. Tidak semua kegiatan pariwisata yang
dilaksanakan di desa adalah benar-benar bersifat desa wisata, oleh karena itu agar
dapat menjadi pusat perhatian pengunjung, desa tersebut pada hakikatnya harus
memiliki hal yang penting, antara lain:
1. Keunikan, keaslian, sifat khas
2. Letaknya berdekatan dengan daerah alam yang luar biasa
3. Berkaitan dengan kelompok atau masyarakat berbudaya yang secara hakiki
menarik minat pengunjung
4. Memiliki peluang untuk berkembang baik dari sisi prasarana dasar, maupun
sarana lainnya. Perencanaan pariwisata di desa bukanlah tugas yang mudah
terutama dalam keadaan yang mempunyai lingkungan alam dan budaya yang peka.

Anda mungkin juga menyukai