Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KUALITATIF SENYAWA METABOLIT SEKUNDER

( Tanin, Flavanoid, Saponin, dan Alkaloid )

Oleh:

RINI ROSDIYANA
(163112620120111)

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metabolit sekunder dihasilkan melalui tahap-tahap reaksi dalam

jaringan tumbuhan yang disebut biosintesis. Alkaloid, terpenoid, steroid, dan

flafonoid merupakan beberapa contoh senyawa yang dihasilkan dari

biosintesis tersebut. Penelitian kandungan kimia untuk satu tanaman (daun,

batang, kulit batang, akar, dll) atau melakukan penapisan kandungan kimia

terhadap berbagai sepsis tanaman dalam satu famili pada bagian tertentu akan

memberikan informasi tentang tingkat evolusi (Sabarwati, 2006).

Menurut perkiraan, kira-kira 2 % dari seluruh karbon yang

difotosintesis oleh tumbuhan diubah menjadi flafonoid atau senyawa yang

berkaitan erat dengannya. Sebagian besar tanin pun berasal dari flavonoid.

Jadi, flavonoid merupakan salah satu dari golongan fenol alam yang terbesar.

Sebenarnya, flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau, sehingga

pastilah ditemukan pula pada setiap telaah ekstrak dari tumbuhan (Markham,

1988).

Tumbuhan memiliki sumber metabolit sekunder yang sangat

beragam, sehingga banyak tumbuhan digunakan sebagai obat. Studi

epidemiologi menunjukkan bahwa beberapa tanaman dan buah-buahan

terbukti bermanfaat melindungi tubuh manusia terhadap bahaya radikal bebas

(Pratimasari, 2009). Potensi antioksidan yang terdapat dalam tanaman dan

buah-buahan tersebut seperti; karoten, flavonoid, alkaloid dan komponen

fenolik lain, juga vitamin C dan E (Pratimasari, 2009; Suratmo, 2009).


II. METODE ANALISIS
A. Uji Kandungan Tanin
Sebanyak 3 mL sampel diekstraksi akuades panas kemudian
didinginkan. Setelah itu ditambahkan 5 tetes NaCl 10% dan disaring.
Filtrat dibagi 3 bagian A, B, dan C. Filtrat A digunakan sebagai blangko,
ke dalam filtrat B ditambahkan 3 tetes pereaksi FeCl3, dan ke dalam
filtrat C ditambah garam gelatin. Kemudian diamati perubahan yang
terjadi.
B. Uji Kandungan Flavonoid
Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai
jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring. Filtrat
dibagi 4 bagian A, B, dan C. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B
ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas air,
jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil
yang positif (metode Bate Smith-Metchalf). Filtrat C ditambahkan 0,5 mL
HCl dan logam Mg kemudian diamati perubahan warna yang terjadi
(metode Wilstater). Warna merah sampai jingga diberikan oleh senyawa
flavon, warna merah tua diberikan oleh flavonol atau flavonon, warna
hijau sampai biru diberikan oleh aglikon atau glikosida. Filtrat D
digunakan untuk uji KLT.
C. Uji Kandungan Alkaloid
Uji Alkaloid dilakukan dengan metode Mayer,Wagner dan
Dragendorff. Sampel sebanyak 3 mL diletakkan dalam cawan porselin
kemudian ditambahkan 5 mL HCl 2 M , diaduk dan kemudian
didinginkan pada temperatur ruangan. Setelah sampel dingin
ditambahkan 0,5 g NaCl lalu diaduk dan disaring. Filtrat yang diperoleh
ditambahkan HCl 2 M sebanyak 3 tetes , kemudian dipisahkan menjadi 4
bagian A, B, C, D. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambah pereaksi
Mayer, filtrat C ditambah pereaksi Wagner, sedangkan filtrat D
digunakan untuk uji penegasan. Apabila terbentuk endapan pada
penambahan pereaksi Mayer dan Wagner maka identifikasi menunjukkan
adanya alkaloid. Uji penegasan dilakukan dengan menambahkan amonia
25% pada filtrat D hingga PH 8-9. Kemudian ditambahkan kloroform,
dan diuapkan diatas waterbath. Selanjutnya ditambahkan HCl 2M, diaduk
dan disaring. Filtratnya dibagi menjadi 3 bagian. Filtrat A sebagai
blangko, filtrat B diuji dengan pereaksi Mayer, sedangkan filtrat C diuji
dengan pereaksi Dragendorff. Terbentuknya endapan menunjukkan
adanya alkaloid.
D. Uji Kandungan Saponin
Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu dengan cara
memasukkan 2 mL sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan
10 mL akuades lalu dikocok selama 30 detik, diamati perubahan yang
terjadi. Apabila terbentuk busa yang mantap (tidak hilang selama 30
detik) maka identifikasi menunjukkan adanya saponin. Uji penegasan
saponin dilakukan dengan menguapkan sampel sampai kering kemudian
mencucinya dengan heksana sampai filtrat jernih. Residu yang tertinggal
ditambahkan kloroform, diaduk 5 menit, kemudian ditambahkan Na2SO4
anhidrat dan disaring. Filtrat dibagi menjadi menjadi 2 bagian, A dan B.
Filtrat A sebagai blangko, filtrate B ditetesi anhidrat asetat, diaduk
perlahan, kemudian ditambah H2SO4 pekat dan diaduk kembali.
Terbentuknya cincin merah sampai coklat menunjukkan adanya saponin.
III. PEMBAHASAN
Hal pertama yang harus dilakukan dalam pengujian fitokimia adalah
pengumpulan bagian tanaman. Pengujian dengan menggunakan sampel tumbuhan
yang masih segar dimaksudkan untuk menghindari rusaknya jaringan sel
tumbuhan. Kerusakan jaringan ini dapat berakibat pada hilang atau rusaknya
senyawa aktif yang dikandung tanaman itu akibat panas atau tanaman tersebut
terlalu lama didiamkan maka dikhawatirkan senyawa aktifnya akan rusak
disebabkan oleh enzim atau air yang terdapat pada tumbuhan yang ditandai
dengan perubahan warna (layu atau kering). Dalam pengujian fitokimia, untuk
mengetahui kandungan senyawa metabolit sekundernya (alkaloid, steroid,
triterpenoid dan saponin), sampel daun tumbuhan dipotong-potong sampai hancur
dan kemudian ditumbuk sampai halus, sehingga dinding sel tumbuhan terbuka
sehingga metabolit sekunder lebih mudah keluar dan lebih mudah diekstraksi.
Uji Alkaloid Terbentuknya endapan pada uji Mayer, Wagner dan
Dragendorff berarti dalam ekstrak sampel terdapat alkaloid. Tujuan penambahan
HCl adalah karena alkaloid bersifat basa sehingga biasanya diekstrak dengan
pelarut yang mengandung asam (Harborne, 1996). Perlakuan ekstrak dengan NaCl
sebelum penambahan pereaksi dilakukan untuk menghilangkan protein. Adanya
protein yang mengendap pada penambahan pereaksi yang mengandung logam
berat (pereaksi Mayer) dapat memberikan reaksi positif palsu pada beberapa
senyawa (Harborne, 1996).
Uji Flavonoid dilakukan pengujian pada pepaya, tomat dan mengkudu
yang telah diencerkan dengan larutan amonia dan diberi H2SO4. Dari hasil
pengujian tersebut diketahui bahwa warna pada larutan tersebut berubah menjadi
warna kekuningan maka menandakan sampel mengandung flavonoid dari ketiga
smpael tersebut positif mengandung flavonoid.
Uji tanin dilakukan pada simplisia tanaman sirsak, jambu biji dan mangga
yang telah diencerkan dengan menambahkan 1 mL potassium ferrycyanide
kemudian dikocok dan ditambahkan 0,02M ferry chloride yang mengandung 0,1
N HCL dan dikocok., untuk mengetahui kandungan tanin yang lebih tinggi dari
dua tanaman tersebut dapat dilihat dari warnanya yaitu biru atau kehitaman dan
kepekatan warna tersebut. Dari hasil pengujian diketahui bahwa, itu diketahui dari
ketiga sampel dengan warna kehitaman.
Uji saponin ditandai dengan timbulnya busa setelah pengocokan dengan
akuades panas dan busa konstan selama 15 menit. Busa tersebut terbentuk karena
adanya gelembung-gelembung udara yang terjebak dalam larutan. Saponin
merupakan zat yang memiliki senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun
sehingga pengenalannya dapat dilakukan degan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
Harborne, J.B., 1996, Metode fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, Diterjemahkn oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro,
Edisi II, Hal 4-7 : 69-76, ITB. Bandung.

Markham, K.R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh


Kosasih Padmawinata, 15, Penerbit ITB, Bandung

Pratimasari, D. 2009. “ Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica Papaya L.


Dengan Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik Serta Flavonoid
Totalnya ”. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sabarwati, S. H., 2006, Petunjuk Praktikum Kimia Organik II, Jurusan Kimia
FMIPA Unhalu, Kendari.

Suratmo, 2009, Potensi Ekstrak Daun Sirih Merah, (Piper crocatum) sebagai
Antioksidan, BSS 205 (1):1-5.

Anda mungkin juga menyukai