Anda di halaman 1dari 17

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN PENGOBATAN HERBAL

RADANG MATA

DOSEN PENGAMPU : CHAIRIL S.K.M, M.KL

Oleh:

KELOMPOK 15
Maratus Solekhati 180201010
Siti Aulia Supriyanti 180201013

FAKULTAS MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KESEHATAN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang
berjudul Obat Tradisional radang pada mata yang dibimbing oleh Bapak Chairil,
S. KM,. M.KL. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Meskipun makalah ini disusun dengan segala kemampuan yang ada,


namun demikian penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan masih jauh
dari kesempurnaan karena kemampuan dan terbatasnya pengetahuan dari penulis.
Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis dari semua pihak demi kebaikan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, tidak akan dapat terselesaikan tanpa


adanya bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Akhirnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
khususnya kami sendiri.

Pekanbaru April, 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .........................................................................................1


1.2 Permasalahan Mitra.................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah....................................................................................................3
1.4 Tujuan Penelitian.....................................................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................................3
1.6 Metode Penelitian....................................................................................................3

BAB II KAJIAN PUSTAKA..........................................................................................5

2.1 Solusi dan Target....................................................................................................5


2.2 Defenisi Radang Mata............................................................................................6
2.3 Klasifikasi Radang Mata.........................................................................................7
2.4 Gejala dan Penyebab Radang Mata........................................................................8
2.5 Pencegahan Radang Mata.......................................................................................10
2.6 Patofisiologi............................................................................................................11
2.7 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................12

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN..................................................................14

3.1 Pengobatan Secara Alami........................................................................................14


3.2 Kandungan dalam Daun Sirih..................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Mata adalah salah satu indera yang penting bagi manusia, melalui mata
manusia menyerap informasi visual yang digunakan untuk melaksanakan
berbagai kegiatan. Namun gangguan terhadap penglihatan banyak terjadi,
mulai dari gangguan ringan hingga gangguan yang berat yang dapat
mengakibatkan kebutaan. Upaya mencegah dan menanggulangi gangguan
penglihatan dan kebutaan perlu mendapatkan perhatian.
Untuk menangani permasalahan kebutaan dan gangguan penglihatan,
WHO membuat program Vision 2020 yang direkomendasikan untuk
diadaptasi oleh negara-negara anggotanya. Vision 2020 adalah suatu inisiatif
global untuk penanganan kebutaan dan gangguan penglihatan di seluruh
dunia. Di Indonesia, Vision 2020 telah dicanangkan pada tanggal 15 Februari
2000 oleh Ibu Megawati Soekarnoputri sebagai Wakil Presiden saat itu.
Dalam upaya mencapai Vision 2020 ini WHO telah menetapkan setiap
hari Kamis minggu kedua di bulan Oktober sebagai Hari Penglihatan Sedunia
(World Sight Day/WSD) yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2000. Tahun
2014 ini WSD jatuh pada tanggal 9 Oktober.
Tema besar WSD yang diangkat oleh WHO melanjutkan tema
sebelumnya yaitu “Universal Eye Health” dengan pesan khusus “No more
Avoidable Blindness”. Sekitar 80% gangguan penglihatan dan kebutaan di
dunia dapat dicegah. Dua penyebab terbanyak adalah gangguan refraksi dan
katarak, yang keduanya dapat ditangani dengan hasil yang baik dan cost-
effective di berbagai negara termasuk Indonesia.
Sebagai titik awal perencanaan program penanggulangan kebutaan dan
gangguan penglihatan yang direkomendasikan oleh WHO melalui Vision
2020 adalah ketersediaan data mengenai keadaan kebutaan dan gangguan
penglihatan di suatu wilayah atau negara melalui metoda survei yang dapat
diandalkan.
Ketersediaan data ini sangat penting agar program penanganan
kebutaan dan gangguan penglihatan dirancang berdasarkan permasalahan yang
muncul di masyarakat sehingga dapat dilakukan perencanaan program yang
efektif dan efisien. Pada dokumen WHO, WHA 66.4 tahun 2013, Menuju
Universal Eye Health 2014-2019, terdapat tiga indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur kemajuan kesehatan mata di tingkat nasional di suatu negara,
yaitu:
Prevalensi Kebutaan dan gangguan penglihatan
Jumlah tenaga kesehatan mata
Jumlah operasi katarak, yang dapat berupa angka CSR (Cataract Surgical
Rate) atau CSC (Cataract Surgical Coverage).
Ketiga indikator ini merupakan target global dan telah ditetapkan pula
dalam action plannya bahwa penurunan prevalensi gangguan penglihatan
(yang dapat dicegah) mencapai 25% di tahun 2019.

1.2 Permasalahan Mitra

Radang mata adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan satu
atau lebih bagian mata dan disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi
sampai penyakit tertentu yang dikenal sebagai radang okular.

Mata terdiri dari tiga lapisan yang berbeda: retina, uvea, dan sklera. Retina
adalah lapisan yang paling dalam, sedangkan uvea mengandung pembuluh darah
dan arteri yang mengalirkan darah ke mata. Lapisan yang paling luar, yang
disebut sklera, berfungsi sebagai pelindung dan berwarna putih. Saraf optik yang
menyampaikan sinyal dari mata ke otak menampilkan informasi visual adalah
saraf yang terhubung dengan sklera di bagian belakang mata.

Radang mata dapat terjadi di semua lapisan mata. Oleh karena itu, kondisi ini
dibedakan berdasarkan bagian mata yang mengalami peradangan. Radang mata
dapat dibedakan menjadi skleritis, anterior uveitis, posterior uveitis, dan
panuveitis, yang merupakan istilah umum untuk peradangan pada seluruh mata.
Radang mata adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan satu
atau lebih bagian mata dan disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi
sampai penyakit tertentu yang dikenal sebagai radang okular.

Gejala sakit mata lainnya yang mungkin dirasakan adalah keluarnya cairan
berwarna putih, hijau atau biasa disebut dengan belek, atau kuning yang menjadi
kerak di bulu mata. Akibat dari terjadinya gejala ini adalah mata menjadi kabur
dan mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya.

Penderita sakit mata bisa menularkan penyakitnya ke orang-orang sekitarnya.


Penularan sakit mata bisa terjadi dengan sengaja menyentuh atau menggunakan
barang yang sudah dipegang oleh penderita yang terinfeksi

1.3 RUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana Pengobatan Radang Mata secara Alami ?

1.4   TUJUAN PENELITIAN

1)  Mendeskripsikan Pengobatan Radang Mata secara Alami

1.5    MANFAAT PENELITIAN
1)  Memberi tambahan pengetahuan kepada pembaca tentang pengobatan
Radang Mata secara alami.
2)  Memberi masukan kepada peneliti lain sebagai bekal penelitian yang
sejenis
1.6 METODE PENELITIAN
Dalam penulisan karya tulis ini, penulis menggunakan pendekatan
deskriptif berdasarkan kajian pustaka yang relevan. Metode pengumpulan data
yang digunakan adalah melalui literature atau kepustakaan. Metode ini dilakukan
dengan cara mencari referensi dan buku yang berhubungan dengan materi. Selain
itu, penulis juga mengumpulkan berbagai rujukan dari internet sebagai data
penguat. Sasaran penulisan gagasan tulis ini yaitu masyarakat, serta para pembaca
secara umum sebagai penambah pengetahuan.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 SOLUSI DAN TARGET

Radang mata atau dalam medis dikenal sebagai uveitis, adalah kondisi
yang ditandai dengan pembengkakan di lapisan tengah jaringan dinding mata
(uvea). Radang mata dapat terjadi hanya pada salah satu mata, maupun kedua
mata. Kondisi ini umumnya dialami oleh seseorang di umur 20-50 tahun.
Faktanya, uveitis dikenal sebagai radang mata, sebab peradangan yang terjadi
tidak hanya menyerang bagian uvea saja, tapi juga memengaruhi bagian mata lain
seperti lensa, retina, saraf mata, dan vitreus. Peradangan ini dapat menyebabkan
pembengkakan dan rusaknya jaringan mata. Untuk itulah, radang mata perlu
segera diatasi dengan tepat. Jika tidak segera diobati, peradangan mata bisa
menyebabkan gangguan penglihatan, bahkan kebutaan.

Pasien yang mengalami gejala radang mata harus segera memeriksakan


diri ke dokter mata, karena apabila terlambat ditangani, penyakit ini dapat
menyebabkan komplikasi yang serius, termasuk kebutaan permanen. Dokter mata
akan menanyakan riwayat keluhan yang dialami, lalu memeriksa kondisi fisik
mata Anda. Dokter kemungkinan juga akan melakukan serangkaian pemeriksaan
laboratorium untuk melihat tanda infeksi maupun penyakit autoimun, mengukur
tekanan bola mata, dan melakukan pemeriksaan oftalmoskopi, mencakup
funduskopi, dan pemeriksaan slit lamp, atau foto Rontgen untuk membantu
diagnosis. Setelah itu, dokter akan memberikan penanganan dan obat sakit mata
yang sesuai dengan kondisi Anda.

Jika jenis radang mata termasuk uveitis anterior, maka pengobatannya


bisa berupa tetes mata untuk melebarkan pupil dan mengurangi rasa sakit, atau
tetes mata kortikosteroid mengurangi peradangan atau iritasi. Penggunaan
kacamata hitam juga disarankan untuk mengurangi sensitivitas terhadap cahaya.
Sementara itu, jika radang mata termasuk uveitis posterior, maka pengobatannya
berupa suntikan di sekitar mata dan pemberian antibiotik jika terdapat infeksi
bakteri. Sedangkan jika termasuk intermediate uveitis, maka pengobatannya
termasuk kortikosteroid dalam bentuk tetes mata dan obat minum.

2.2 DEFINISI RADANG MATA

Radang mata adalah suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan


satu atau lebih bagian mata dan disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari iritasi
sampai penyakit tertentu yang dikenal sebagai radang okular. Sakit mata atau
konjungtivitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai dan dikenal
mudah menular. Gejalanya bisa berupa mata merah dan pembengkakan
konjungtiva (lapisan yang membatasi kelopak mata dengan permukaan mata).

Karena sakit mata ini mudah menyebar atau menular ke orang lain, maka
tak banyak yang mencari cara mengobati sakit mata dan cara pencegahannya agar
tidak tertular.

2.3 KLASIFIKASI RADANG MATA

Radang mata dapat dibagi menjadi beberapa jenis, tergantung di mana lokasi
terjadinya peradangan, di antaranya:

1. Uveitis anterior

Uveitis anterior sering disebut sebagai "iritis" karena memengaruhi iris. Iris
adalah bagian berwarna pada mata, di dekat bagian depan. Iritis adalah jenis
uveitis yang paling umum dan ringan dibanding jenis radang mata lainnya. Pada
kondisi ini, penglihatan bisa terganggu, bisa pula tidak. Gejala lain yang muncul
antara lain mata merah, sakit dan nyeri, serta sensitif terhadap cahaya.

2. Intermediate Uveitis

Kondisi ini melibatkan uvea bagian tengah dan disebut juga iridocyclitis. Kata
"intermediate" sebenarnya mengacu pada lokasi peradangan dan bukan tingkat
keparahan peradangannya. Jenis uveitis ini bisa terjadi pada siapapun, namun
lebih banyak ditemukan pada dewasa muda dan sering dikaitkan dengan penyakit
autoimun, seperti multiple sclerosis dan sarkoidosis. Gejala yang dirasakan
umumnya adalah penglihatan kabur atau tidak jelas, disertai timbulnya floaters.

3. Uveitis posterior

Uveitis ini bisa disebut juga sebagai koroiditis, karena mempengaruhi koroid
yang berisi jaringan pembuluh darah mata. Tipe uveitis ini biasanya terjadi pada
orang dengan infeksi virus, parasit, atau jamur. Koroiditis juga dapat terjadi pada
orang dengan penyakit autoimun. Gejala yang dirasakan bisa berupa penglihatan
kabur. Uveitis posterior cenderung lebih berat dibanding uveitis anterior, karena
dapat melukai jaringan retina, sehingga risiko gangguan penglihatan dan kebutaan
lebih besar.

4. Panuveitis

Panuveitis adalah bentuk radang mata yang paling serius, karena


memengaruhi seluruh uvea dan bagian-bagian penting pada mata (meliputi iris,
badan siliaris, dan koroid). Panuveitis dapat disebabkan oleh infeksi, penyakit
radang kronis, atau penyebab lainnya yang tidak diketahui. Umumnya
menimbulkan kombinasi gejala dari seluruh jenis radang mata.

Radang mata atau uveitis dapat terjadi dalam waktu singkat (akut), maupun
berjalan dan bertahan dalam waktu yang cukup lama (kronis), bahkan dapat
berulang. Peradangan ini dapat disebabkan oleh infeksi maupun hal lain, seperti
cedera pada mata, tumor mata, penyakit autoimun, atau racun yang masuk ke
dalam mata. Untuk itu, mengatasi radang mata harus disesuaikan dengan
penyebab yang mendasarinya.

2.4 GEJALA DAN PENYEBAB RADANG MATA

Semua jenis radang mata memiliki satu atau lebih penyebab. Namun, dalam
beberapa kasus, dokter tidak dapat mengetahui penyebab radang mata.

Penyebab sakit mata biasanya terjadi dikarenakan alergi, infeksi, atau


kurangnya cairan pada mata yang mengakibatkan mata menjadi kering sehingga
membuat mata terasa perih. Selain itu, terlalu fokus atau memandang obyek
berlebihan dan jarang mengedipkan mata juga bisa menyebabkan mata kering
sehingga mata perih. Hal ini biasanya terjadi apabila berada atau terlalu lama di
depan komputer, main game, dan nonton televisi sehingga sampai lupa berkedip.
Gunanya kamu mengedipkan mata adalah agar terjadi proses pelumasan pada
bagian mata. Hal inilah yang bisa bantu menghindari kekeringan akibat mata
merah dan nyeri. Selain kebiasaan tersebut yang menyebabkan sakit mata,
terdapat faktor lain penyebab sakit mata. Misalnya saja kurang tidur, kekurangan
asupan gizi yang bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh atau yang kerap terjadi
disebabkan mata musiman bahkan menular.

Sakit mata ini biasanya akan mewabah dan menular dari satu orang ke
yang lainnya. Penyebaran atau penularan ini biasanya kerap terjadi pada satu
keluarga atau kelompok yang sering berinteraksi atau sering kontak mata secara
langsung. Jenis sakit mata ini sering disebut dengan penyakit belek atau belekan.
Bagi penderitanya akan mengalami nyeri yang sangat luar biasa pada sekitar area
mata, pusing, dan berair. Penyakit mata jenis belek ini akan berlangsung cukup
lama sekitar dua minggu. Bahkan sampai sebulan atau lebih, tergantung jenis
pengobatan yang dilakukan.

B. GEJALA UTAMA RADANG MATA

Penderita sakit mata biasanya akan merasakan beberapa gejala


kemunculannya seperti mata terasa gatal atau perih, berwarna kemerahan pada
area putih mata atau sisi dalam kelopak mata, dan mata berair.

Gejala sakit mata lainnya yang mungkin dirasakan adalah keluarnya cairan
berwarna putih, hijau atau biasa disebut dengan belek, atau kuning yang menjadi
kerak di bulu mata. Akibat dari terjadinya gejala ini adalah mata menjadi kabur
dan mata menjadi lebih sensitif terhadap cahaya.

Sakit mata ini sangat mudah sekali menular. Agar sakit mata yang kamu derita
tidak menyebar atau menular ke orang lain, selanjutnya telah diulas beberapa cara
mencegahnya agar tidak menular.
2.5 CARA PENCEGAHAN RADANG MATA

Cara Mencegah Agar Sakit Mata Tak Menular

Penderita sakit mata bisa menularkan penyakitnya ke orang-orang


sekitarnya. Penularan sakit mata bisa terjadi dengan sengaja menyentuh atau
menggunakan barang yang sudah dipegang oleh penderita yang terinfeksi. Selain
itu, berkontak langsung dengan air mata, kotoran mata, atau cairan dari saluran
pernapasan yang sudah terinfeksi bisa membuat orang lain tertular juga.

Nah, untuk mencegah agar hal ini tidak terjadi, berikut cara mencegah penularan
yang bisa dilakukan:

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyentuh mata dan wajah.

2) Mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai obat mata dan menggunakan
lensa kontak.

3) Hindari menggunakan kosmetik mata seperti eyeshadow, eyeline, dan lain


sebagainya milik orang lain.

4) Hindari juga menggunakan kosmetik di area mata saat infeksi.

5) Hapus riasan di area mata hingga berseih sebelum tidur.

6) Hindari untuk bertukar handuk atau saputangan dengan orang lain.

7) Rutinlah untuk mengganti sarung bantal, seprei, dan handuk.

8) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan jika sedang membantu orang lain
menggunakan obat mata.

9) Saat cuaca berangin atau berada di luar ruangan yang berdebu, kamu perlu
menggunakan pelindung mata untuk mencegah iritasi mata.

10) Gunakan kacamata khusus saat bekerja dengan zat kimia.


11) Cuci tangan setelah menggunakan benda public seperti ganggang pintu,
pegangan eskaltor, mesin ATM, dan lain sebagainya.

12) Jika merasakan ada yang mengganjal maya, jangan meminta orang lain
untuk meniup mata kamu.

2.6 PATOFISIOLOGI

a. Konjungtivitis

Hiperemia konjungtiva terjadi selama dilatasi pembuluha darah akibat iritan


eksternal, pemberian obat dan infeksi okuler. Perdarahan konjungtiva disebabkan
oleh rupturnya pembuluh darah. Perdarahan konjungtiva biasanya benigna dan
dapat disebabkan oleh segala sesuatu yang dapat menyebabkan perdarahan pada
tubuh. Dapat disebabkan oleh pengejanan dada bagian atas, seperti batuk atau
muntah yang kuat. Bila merasa ketakutan, perdarahan kinjungtiva tidak
menimbulkan gejala. Tanda ini juga cenderung hilang sendiri, direabsorbsi dalam
dua minggu dan tidak memerlukan terapi.

b. Katarak
Lensa normal adalah struktur posterior iris yang jernih, tranparan,
berbentuk seperti kancing baju; mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di
perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina.
Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien
yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti
diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena
bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopi dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi ultraviolet B, obat obatan, alkohol, merokok, diabetes dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalm jangka waktu lama.
2.7 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan konjungtiva,
ditandai dengan :
- Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.
- Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).
Kriteria hasil:
- Nyeri berkurang atau terkontrol.
Intervensi :
 Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.
 Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas dalam
dan teratur.
 Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
 Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, aman dan tenang.
 Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.
Rasional :
o Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.
o Berguna dalam intervensi selanjutnya.
o Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi   stressor yang berupa kebisingan.
o Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.
Evaluasi :
 Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
 Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak terganggu.
 Menunjukkan perasaan rileks.

2.   Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang


proses AApenyakitnya, Wditandai dengan :
- Klien mengatakan tentang kecemasannya.
- Klien terlihat cemas dan gelisah.
Kriteria hasil :
- Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.
Intervensi :
 Kaji tingkat ansietas / kecemasan.
 Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
 Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.
Rasional :
o Bermanfaat dalam penentuan intervensi.
o Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
o Memberikan perasaan tenang kepada klien.

Evaluasi :
 Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk mengurangi
ansietas.
 Endemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.
3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan proses peradangan.
Kriteria hasil :
- Penyebaran infeksi tidak terjadi.
      Intervensi :
 Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan irigasi).
 Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
 Pertahankan tindakan septik dan aseptik.
      Rasional :
o Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi bersih.
o Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak terjadi.
o Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat atau
perawat ke Apasien.
      Evaluasi :
 Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

4. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.


      Kriteria hasil :
- Cedera tidak terjadi.
      Intervensi :
 Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk
mata, Amembungkuk.
 Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang dibutuhkan
pasien Ake tubuhnya.
 Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat
menimbulkan Akecelakaan.
 Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.
      Rasional :
o Menurunkan resiko jatuh (cedera).
o Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
o Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasieN.
o Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.
            Evaluasi :
 Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan cedera.
 Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
resiko Adan melindungi diri dari cedera.
 Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.
BAB III

METEDOLOGI PELAKSANAAN

3.1 PENGOBATAN SECARA ALAMI

A. Cara Pengunaan Daun Sirih

1. Siapkan 3-5 lembar daun sirih hijau atau merah yang sudah dicuci bersih
2. Rebus daun sirih hingga mendidih dengan 1/2 – 1 gelas air
3. Setelah mendidih, angkat kemudian diamkan hingga dingin
4. Saring daun sirih tersebut sampai kamu mendapatkan airnya
5. Gunakan air saringan tersebut untuk mencuci mata yang sakit setiap tiga
kali dalam sehari selama 10 menit.

3.2 KANDUNGAN DALAM DAUN SIRIH

Banyak tanaman mujarab untuk kesehatan bisa ditemukan di sekitar kita.


Mulai dari tanaman yang bermanfaat untuk kecantikan sampai kesehatan. Salah
satu tanaman yang memiliki banyak manfaat kesehatan dan banyak dikenal
masyarakat adalah daun sirih. Daun sirih merupakan salah satu tanaman herbal
paling berkhasiat. Tidak hanya untuk kesehatan, daun sirih juga memiliki khasiat
dalam proses penyemuhan raadang mata.

B. Manfaat Daun Sirih Untuk Radang Mata

Daun sirih memiliki manfaat untuk mata. Manfaat daun sirih merah dan hujau
bisa digunakan untuk mengobati mata yang merah karena iritasi berjat sifat anti-
bakteri dan anti-inflamasi di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

National Eye Institute (2011). National Institutes of Health, U.S Department of


Health and Human Services. Facts About Uveitis.

American Optometric Association. Anterior Uveitis.Mayo Clinic, Healthline


(2015). Uveitis.

Studdarth, Brunner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Jilid 3.Jakarta :


EGC

Singapore National Eye Centre. Ocular Inflammation and Immunology. 


Dahl, A. Medicine Net (2017). Scleritis. 

Doengoes, Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta; EGC

Medicine Net (2016). Medical Definition of Panuveitis.

https://www.alodokter.com/jenis-jenis-radang-mata-dan-cara-mengatasinya

Anda mungkin juga menyukai