WAWASAN KEMARITIMAN
“Membangun Kedulatan dan Kemandirian Pangan Laut Indonesia”
Kelompok II
MUHAMMAD IQBAL G2T120017
INDAH PRATIWI MASSELENG G2T120005
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN REKAYASA
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Maksud dan Tujuan..........................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI................................................................................................................5
2.1. Pangan.............................................................................................................................5
2.2. Kedauatan Panganl..........................................................................................................5
2.3. Kemandirian Pangan.......................................................................................................5
2.4. Ketahanan Pangan...........................................................................................................5
2.55Konsep Perlindungan ......................................................................................................5
2.6 Kepastian Usaha ..............................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................8
3.1. Memberantas IUU Fishing..............................................................................................8
3.2.Mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan peningkatan kemanan hasil
perikanan................................................................................................................................8
3.3. Mengelola Sumber Daya ikan pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ......9
3.4. Mengendalikan Sumber Perikanan Tangkap...................................................................9
3.5 Membangun kenandirian dalam Budidaya Perikanan......................................................9
3.6 Meningkatkan Sistem Logistik Hasil Perikanan ...........................................................10
3.7 Meningkatkan Mutu, Diversifikasi dan Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan .10
3.8 Merehabilitasi Ekosistem dan Perlindungan Laut .........................................................10
3.9 Membangun kemandirian pulau-pulau kecil .................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 17
BAB I
1
PENDAHULUAN
2
payau 2,96 juta ha (16,5%) dan lahan budidaya laut 12,12 juta ha (67,7%). Pemanfaatan potensi lahan
tersebut belum optimal yaitu rata-rata baru mencapai 2,7% yang terdiri atas pemanfaatan lahan
budidaya laut 278.920 ha, pemanfaatan lahan budidaya tambak 605.909 ha, dan pemanfaatan lahan
budidaya air tawar 316.446 ha. Besarnya potensi lahan yang belum dimanfaatkan menjadi modal
dalam menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional.
Untuk konsumsi ikan pada tahun 2019 saja mencapai 54,49 kg/kapita. Capaian tersebut
didukung oleh kampanye nasional Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) yang
dilaksanakan di seluruh provinisi. Terdapat tiga pilar penyokong tingkat konsumsi ikan yakni
penguatan demand melalui pertumbuhan permintaan ikan, penguatan supply melalui program
peningkatan tingkat produksi dan penguatan kerjasama dengan mitra instansi pemerintah dan
masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kegemaran masyarakat
Indonesia dalam mengkonsumsi ikan, serta berhasilnya Program Gerakan Memasyarakatkan Makan
Ikan (Gemarikan) yang telah dilaksanakan.
Namun, selama ini potensi laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam
meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya.
Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri
oleh para nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan Indonesia
secara ilegal.
Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal tidak saja tepat tetapi
juga merupakan suatu keharusan. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah pemanfaatan laut yang
bagaimana? Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya
pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah kerjasama dalam pengelolaan potensi
sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang diinginkan bukan saja peningkatan hasil
pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil pemanfaatan yang dinikmati selua-sluasnya oleh
masyarakat.
Sektor kelautan dan perikanan memiliki permasalahan yang kompleks karena keterkaitannya
dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap interaksi terutama dengan aspek lingkungan. Terdapat
berbagai isu pengelolaan perikanan di Indonesia yang berpotensi mengancam kelestarian sumber daya
ikan dan lingkungan, keberlanjutan mata pencaharian masyarakat di bidang perikanan, ketahanan
pangan, dan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan oleh karena itu kami akan membahas bagaimana “Membangun Kedulatan dan Kemandirian
3
Laut Indonesia dengan Sistem Pangan Berkelanjutan dan Perlindungan, Pemberdayaan Nelayan
Pembudidaya Ikan “
BAB II
LANDASAN TEORI
4
2.1 Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. (UU 18/2012)
2.2 Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat
untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. (UU 18/2012)
2.3 Kemandirian Pangan
Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang
cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,
sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
2.4 Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
2.5 Konsep Perlindungan
Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan sangat kompleks dan saling terkait satu
sama lain, yang dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu14: Pertama, faktor internal
adalah faktor-faktor yang berkaitan kondisi internal sumberdaya manusia nelayan dan aktivitas
kerja mereka. Faktor-faktor internal mencakup masalah antara lain:
(1) Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia nelayan;
(2) Keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan;
(3) Hubungan kerja (pemilikperahunelayan buruh) dalam organisasi penangkapan ikan yang
dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh;
(4) Kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan;
5
(5) Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut
(6) Gaya hidup yang dipandang ”boros” sehingga kurang berorientasi ke masa depan.
2.6 Kepastian Usaha
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada
hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya.Mereka pada umumnya
tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi
kegiatannya.Nelayan sebagai suatu entitas masyarakat pantai memiliki struktur dan tatanan sosial
yang khas, yaitu suatu komunitas yang kelangsungan hidupnya bergantung pada perikanan
sebagai dasar ekonomi (based economic) agar tetap bertahan hidup (survival). Keberadaan
nelayan dan pembudi daya ikan selalu berkelompok dan berada di pesisir laut atau perairan
umum. Lokasi tempat tinggal nelayan/pembudi daya ikan merupakan lokasi tempat menambatkan
kapal atau melakukan kegiatan budi daya perikanan. Namun seringkali terjadi, pembangunan
sebuah wilayah menafikan keberadaan nelayan/pembudi daya ikan. Ruang tempat nelayan
menambatkan kapal atau pembudi daya ikan melakukan kegiatan diatur dalam Undang-Undang
No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil melalui penetapan
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun kenyataannya, hanya sedikit daerah
provinsi yang menetapkan rencana zonasi wilayah pesisir. Apabila rencana zonasi tidak
ditetapkan, maka yang terjadi lokasi nelayan/pembudi daya ikan dapat dengan mudah tergerus
oleh perkembangan pembangunan daerah. Di perairan umum, baik sungai dan danau, maka
pengaturan mengenai ruang pemanfaatan bagi nelayan dan pembudi daya ikan yang melakukan
aktifitas di perairan umum, diatur dalam Undang-Undang mengenai penataan ruang.
Selain itu, harga ikan cenderung berfluktuasi tergantung musim membuat usaha nelayan dan
pembudi daya ikan menjadi penuh dengan ketidakpastian. Pada kondisi harga ikan turun tentunya
kondisi nelayan akan sangat buruk karena hasil tangkapan tidak memenuhi harapan dan tidak
mampu menutup biaya variabel yang telah dikeluarkan nelayan. Sehingga kondisi yang
diharapkan oleh nelayan adalah saat terjadi kenaikan harga ikan segar. Kajian yang dilakukan
Suhana pada tahun 2009 menunjukkan kenaikan harga 23 ikan segar ternyata berdampak negatif
terhadap kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan. Hal ini ditunjukan dengan terus
menurunnya nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan sampai akhir Desember 2009. Penurunan
tersebut lebih disebabkan oleh terus meningkatnya kebutuhan rumah tangga dan biaya produksi
perikanan yang semakin tinggi, baik di nelayan maupun di pembudidaya ikan.Biaya produksi
6
nelayan pada saat cuara buruk seperti saat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya
produksi pada saat cuaca yang tenang.Sementara itu biaya produksi pembudidaya saat ini sangat
tinggi karena harga pakan yang terus meningkat.Harga pakan di tingkat pembudidaya ikan saat ini
sudah berada di atas Rp260.000 persak.Hal ini juga terus diperparah dengan minimya permodalan
yang dimiliki oleh nelayan dan pembudidaya ikan tersebut.
BAB III
PEMBAHASAN
7
Membangun kedaulatan yang mampu menopang kemandirian ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan, dilaksanakan dengan strategi:
1. Memberantas IUU Fishing
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
(a) Operasi pengawasan di laut dengan teknologi dan moda pengawasan yang terintegrasi,
(b) Penanganan pelanggaran dan penegakan hukum di laut dengan pemberian sanksi yang
tegas dan memberikan efek jera bagi pelaku maupun korporasi yang melakukan
pelanggaran
(c) Penenggelaman kapal asing ilegal,
(d) Penguatan Satgas Pemberantasan Illegal Fishing,
(e) Penguatan kerjasama regional maupun internasional,
(f) Penerapan Monitoring, Control, and Surveillance (MCS) secara konsisten.
2. Mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan peningkatan keamanan hasil
perikanan.
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Penguatan sistem karantina ikan,
b) Pembangunan unit pengawasan bersama/terintegrasi/gateway di wilayah perbatasan,
c) Sertifikasi mutu dan keamanan hasil perikanan,
d) Pengendalian agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif,
e) Standarisasi dan kepatuhan
f) Penerapan system jaminan mutu..
8
(a) Pembentukan dan operasionalisasi lembaga pengelola WPPNRI,
(b) Penerapan kuota penangkapan,
(c) Pembatasan ukuran kapal penangkap ikan,
(d) Pembangunan armada penangkapan ikan nasional,
(e) Pengaturan Alat Penangkap Ikan (API) ramah lingkungan,
(f) Penebaran benih di laut (ikan/ kepiting/lobster/ dll).
(g) Pengelolaan pelabuhan perikanan dan kesyahbandaran,
(h) Implementasi Port State Measurement Agreement (PSMA)
4. Mengendalikan Sumberdaya Perikanan Tangkap
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
(a) Pembenahan sistem perizinan berbasis web (on line) dan penguatan basis data,
(b) Peningkatan PNBP dari SDA Perikanan
a) Penyediaan induk unggul, benih ikan bermutu dan bibit rumput laut kultur jaringan,
termasuk penguatan Balai Benih Lokal dan
e) Budidaya laut/marikultur,
9
6. Meningkatkan Sistem Logistik Hasil Perikanan
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Penyediaan Unit Pengolahan Ikan dan Integrated Cold Storage,
b) Penyediaan sistem penyimpanan hasil kelautan dan perikanan (termasuk Garam),
c) Penyediaan sarana prasarana angkutan garam,
d) Sistem Rantai dingin (Cold Chain System)
7. Meningkatkan Mutu, Diversifikasi dan Akses Pasar Produk Kelautan Dan Perikanan
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah
a) Peningkatan mutu dan keamanan produk perikanan,
b) Standarisasi produk kelautan dan perikanan,
c) Diversifikasi produk kelautan dan perikanan
d) Pembangunan industri rumput laut dan hasil perikanan,
e) Peningkatan produksi dan kuallitas garam rakyat menjadi garam industri,
f) Promosi produk kelautan dan perikanan,
g) Revitalisasi Pasar Tradisional dan pembangunan pasar ikan bersih,
h) Penyiasatan pasar (market intelligence),
10
c) Sertifikasi hak atas tanah pulau kecil/terluar,
11
d) Pemanfatan teknologi informasi dalam rangka memperluas jangkauan layanan pelatihan
(trainning online);
e) Pengembangan jejaring kerja pelatihan dan pemberdayaan lulusan pelatihan Kelautan dan
Perikanan;
f) Pengembangan sistem penyuluhan sesuai kebutuhan dan kondisi pelaku utama.
5) Mengembangkan inovasi IPTEK.
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a)Meningkatkan dukungan IPTEK bagi peningkatan daya saing produk dan produktivitas melalui
inovasi, penguasaan penelitian dan penerapan Iptek yang disinergikan dengan kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan;
b)Meningkatkan peran riset sebagai penyedia teknologi inovatif untuk mendukung Tri Darma
Perguruan Tinggi serta menjadi bahan penyusunan modul kurikulum sehingga sejalan
kemajuan teknologi, dan pemanfaatan sarpras riset dan peneliti dalam meningkatkan kapasitas
peserta didik;
c)Meningkatkan peran riset dalam pengembangan Sistem Informasi Nelayan Pintar Berbasis Mobile
Multimedia, sistem informasi spasial untuk daerah penangkapan ikan dan perubahan
lingkungan pada ekosistem pesisir dan analisis potensi dan kerentanan sumberdaya pesisir
dapat didesiminasikan kepada masyarakat melalui peran penyuluh perikanan
12
1. membangun dari wilayah terluar (pinggiran)
Sebagai beranda negara sudah saatnya pemerintah memprioritaskan pembangunan di wilayah
perbatasan. Wilayah perbatasan harus berkembang dinamis sebagai wujud kuatnya pertahanan negara
baik dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Harapannya masyarakat nelayan di 92 pulau terluar
Indonesia menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional dan semakin sejahtera.
merupakan faktor kunci mengangkat pertumbuhan ekonomi pesisir. Pemerintah harus kreatif dan
inovatif dalam memilih program dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dengan salah satunya
adanya menarik invetasi masuk. Upaya untuk menarik investasi masuk yaitu kehandalan infrastruktur,
perijinan yang transparan dan bertanggunjawab, dukungan sumberdaya manusia terampil serta
3. peningkatan produksi pangan dari sektor kelautan, melalui kebijakan modernisasi teknologi
Peran pemerintah khususnya badan litbang maupun lembaga riset perguruan tinggi sangat
penting untuk berkolaborasi dalam penemuan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat
Didasarkan daya dukung perairan untuk mendukung produksi pangan. Konflik kepentingan
terhadap pemanfaatan ruang pesisir sangat tinggi. Pihak pemerintah harus menampung dan
mengalokasikan pemanfaatan ruang dengan tujuan wilayah pesisir lebih produktif, mampu
13
PILAR UTAMA KEDAULATAN PANGAN
Mendukung kedaulatan pangan Indonesia, terdapat empat pilar utama yang berperan. Ada pilar
sumber daya alam, baik di darat maupun di laut, ada pilar sumber daya manusia, ada pilar infrastruktur
serta pilar kebijakan pemerintah (keberpihakan kebijakan). Jadi perspektif ketahanan pangan dari
sektor kelautan memiliki arti bahwa ada identifikasi berapa besar potensi sumber daya kelautan,
bagaimana kemampuan sumber daya manusia untuk mengelolanya, bagaimana dukungan infrastruktur
serta kebijakan pemerintah (keberpihakan) dalam mendukung pengelolaan sektor kelautan.
Pemerintahan mengangkat kelautan/kemaritiman menjadi prioritas pembangunan. Indonesia sebagai
poros maritim dunia menjadi wujud bagaimana keberpihakan nyata pemerintah untuk mengelola
sektor kelautan. Visi poros maritim dunia bertujuan untuk mencapai kesejahteraan melalui
pembangunan seluruh wilayah perairan Indonesia dengan segenap sumber daya alam yang ada
didalamnya. Disini peran masyarakat tentunya adalah nelaya. Jadi pilar kedaulatan pangan sektor
kelautan adalah nelayan, sumber daya perairan dan dukungan kebijakan pemerintah.
Penguatan terhadap pilar-pilar tersebut mutlak dilakukan oleh pemangku kebijakan. Potensi
sumberdaya diidentifikasi dengan cermat, kendala dan permasalahan harus dipetakan dengan baik dan
sinergi ketiga pilar tetap dijaga. Nelayan harus diasah pengetahuan dan keterampilannya, adopsi
teknologi yang ramah lingkungan dan memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga kelestarian ekosistem
laut. Infrastruktur sektor kelautan dan perikanan harus disiapkan seperti pelabuhan, tempat pelelangan
ikan, stasiun pengisian bahan bakar untuk kapal nelayan, cold storage dan lainnya. Dukungan
kebijakan pemerintah saat ini merupakan sesuatu yang positif dan perlu untuk segera
dioperasionalkan, sehingga memberikan hasil nyata dalam pembangunan sektor kelautan.
14
TANTANGAN PENGEMBANGAN
Upaya mewujudkan ketahanan pangan dari sektor kelautan bukanlah pekerjaan yang ringan.
Banyak tantangan yang dihadapi yaitu: 1. tantangan budaya maritim untuk mengelola potensi
sumberdaya bahari dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya. Nelayan yang menjadi
pelaku utama pembangunan harus didorong untuk aktif terlibat dan menjadi bagian penting
pembangunan kelautan. Masyarakat pesisir semakin paham, sadar, mengetahui nilai budaya, wawasan
bahari, revitalisasi hukum adat dan kearifan lokal terkait tata kelola sumber daya kelautan. Perlahan
dan pasti terjadi pergeseran mindset masyarakat untuk bergeser dari darat ke laut dalam pengelolaan
sumber daya alam. 2. tantangan sumber daya manusia yang dari aspek kesiapannya masih terbatas
(jumlah dan kualifikasinya). Arah kebijakan yang bisa dilakukan antara lain mewujudkan pendidikan
dan pelatihan berkualitas di bidang kelautan untuk menjawab kebutuhan yang ada. Selanjutnya
standarisasi kompetensi sumber daya manusia di bidang kelautan serta penguatan kemampuan
terhadap IPTEK, riset dan sistem informasi dalam mendukung pengelolaan kelautan yang
berkelanjutan. 3. tantangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan laut dan kelautan dalam
mewujudkan kedaulatan pangan maritim. Sarana prasarana tersebut antara lain pelabuhan, sarana
prasarana perikanan tangkap modern dan sistem informasi berbasis teknologi.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah ini adalah untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan
laut indonesia, diperlukan implementasi rencana, kebijakan dan strategi dengan membangun
kedaulatan yang mampu menopang ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan,
memberantas IUU Fishing, mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan peningkatan
keamaanan hasil perikanan, menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelauatan dan
perikanan uang bertanggung jawab, berdaya saing dan berkelanjutan akan mengoptimalkan
pemanfaatan ruang laut dan pesisir, mengendalikan sumberdaya perikanan tangkap, membangun
kemandirian dalam budidaya perikanan dan meningkatkan sistem logistik hasil perikanan, serta
mewujudkan pelaku utama yang mandiri, kompeten, sadar dan pedulu terhadap keberlanjutan
sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk dapat terlaksanannya arah kebijakan, strategi
diperlukannnya kerjasama oleh semua pihak untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan
laut Indonesia serta dapat mensejaterakan masyarakat kelauatan dan perikanan.
16
DAFTAR PUSKATA
17