Anda di halaman 1dari 18

TUGAS

WAWASAN KEMARITIMAN
“Membangun Kedulatan dan Kemandirian Pangan Laut Indonesia”

Kelompok II
MUHAMMAD IQBAL G2T120017
INDAH PRATIWI MASSELENG G2T120005
PROGRAM STUDI

MANAJEMEN REKAYASA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2021

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................1
BAB I.........................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.....................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................2
1.2 Maksud dan Tujuan..........................................................................................................4
BAB II.......................................................................................................................................5
LANDASAN TEORI................................................................................................................5
2.1. Pangan.............................................................................................................................5
2.2. Kedauatan Panganl..........................................................................................................5
2.3. Kemandirian Pangan.......................................................................................................5
2.4. Ketahanan Pangan...........................................................................................................5
2.55Konsep Perlindungan ......................................................................................................5
2.6 Kepastian Usaha ..............................................................................................................6
BAB III......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................8
3.1. Memberantas IUU Fishing..............................................................................................8
3.2.Mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan peningkatan kemanan hasil
perikanan................................................................................................................................8
3.3. Mengelola Sumber Daya ikan pengelolaan perikanan Negara Republik Indonesia ......9
3.4. Mengendalikan Sumber Perikanan Tangkap...................................................................9
3.5 Membangun kenandirian dalam Budidaya Perikanan......................................................9
3.6 Meningkatkan Sistem Logistik Hasil Perikanan ...........................................................10
3.7 Meningkatkan Mutu, Diversifikasi dan Akses Pasar Produk Kelautan dan Perikanan .10
3.8 Merehabilitasi Ekosistem dan Perlindungan Laut .........................................................10
3.9 Membangun kemandirian pulau-pulau kecil .................................................................10
BAB IV....................................................................................................................................16
PENUTUP...............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 17

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau di Indonesia
kurang lebih 17.504, dan yang sudah dibakukan dan didaftarkan ke PBB sejumlah 16.671 pulau. Luas
perairan indonesia adalah 6,4 juta km² yang terdiri dari luas laut teritorial 0,29 juta km2, luas perairan
pedalaman dan perairan kepulauan 3,11 juta km². Selain itu Indonesia memiliki luas Zona Tambahan
perairan 0,27 juta km2, luas landas kontinen 2,8 juta km2 dan panjang garis pantai 108.000 km
(Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2019)
Sebagai negara maritim terbesar di dunia, Indonesia memiliki kekayaan alam sangat besar dan
beragam, baik berupa SDA terbaharukan (perikanan, terumbu karang, padang lamun, hutan mangrove,
rumput laut, dan produk bioteknologi), SDA tak terbarukan (minyak, gas bumi, timah, bijih besi,
bauksit, dan mineral lainnya), energi keldautan (seperti pasangsurut, gelombang, angin, OTEC atau
Ocean Thermal Energy Conversion), maupun jasa-jasa lingkungan kelautan dan pulau-pulau kecil
untuk pariwisata bahari, transportasi laut, dan sumber keragaman hayati serta plasma nuftah.
Kekayaan alam tersebut menjadi salah satu modal dasar yang harus dikelola dengan optimal untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia.Sumber daya ikan di laut Indonesia
meliputi 37% dari species ikan di dunia, dimana beberapa jenis diantaranya mempunyai nilai
ekonomis tinggi, seperti tuna, udang, lobster, ikan karang, berbagai jenis ikan hias, kekerangan, dan
rumput laut. Potensi lestari sumber daya ikan laut Indonesia diperkirakan sebesar 12,54 juta ton per
tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
(ZEEI) (Komnas Kajiskan, 2016).
Dari seluruh potensi sumberdaya ikan tersebut, jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB)
sebesar 10,03 juta ton per tahun atau sekitar 80 persen dari potensi lestari, dan baru dimanfaatkan
sebesar 6,60 juta ton pada tahun 2017 atau baru 65,8% dari JTB, sementara total produksi perikanan
tangkap (di laut dan PUD) adalah 7,07 juta ton. Potensi mikro flora-fauna kelautan juga belum
tereksplorasi sebagai penyangga pangan fungsional pada masa depan. Seiring dengan kegiatan
penangkapan ikan, kegiatan budidaya ikan juga selalu meningkat sejak tahun 1980-an, seperti
berkembangnya budidaya laut untuk berbagai jenis ikan seperti kerapu, kakap, dan baronang;
budidaya tambak untuk komoditas udang dan bandeng; serta budidaya air tawar seperti ikan mas, nila,
lele, patin, dan lain-lain. Indonesia mempunyai potensi lahan perikanan budidaya yang sangat luas
yaitu 17,91 juta ha yang meliputi lahan budidaya air tawar 2,8 juta ha (15,8%), lahan budidaya air

2
payau 2,96 juta ha (16,5%) dan lahan budidaya laut 12,12 juta ha (67,7%). Pemanfaatan potensi lahan
tersebut belum optimal yaitu rata-rata baru mencapai 2,7% yang terdiri atas pemanfaatan lahan
budidaya laut 278.920 ha, pemanfaatan lahan budidaya tambak 605.909 ha, dan pemanfaatan lahan
budidaya air tawar 316.446 ha. Besarnya potensi lahan yang belum dimanfaatkan menjadi modal
dalam menjadikan sektor kelautan dan perikanan sebagai motor penggerak pembangunan nasional.
Untuk konsumsi ikan pada tahun 2019 saja mencapai 54,49 kg/kapita. Capaian tersebut
didukung oleh kampanye nasional Gemarikan (Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan) yang
dilaksanakan di seluruh provinisi. Terdapat tiga pilar penyokong tingkat konsumsi ikan yakni
penguatan demand melalui pertumbuhan permintaan ikan, penguatan supply melalui program
peningkatan tingkat produksi dan penguatan kerjasama dengan mitra instansi pemerintah dan
masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa semakin meningkatnya kegemaran masyarakat
Indonesia dalam mengkonsumsi ikan, serta berhasilnya Program Gerakan Memasyarakatkan Makan
Ikan (Gemarikan) yang telah dilaksanakan.
Namun, selama ini potensi laut tersebut belum termanfaatkan dengan baik dalam
meningkatkan kesejahteraan bangsa pada umumnya, dan pemasukan devisa negara khususnya.
Bahkan, sebagian besar hasil pemanfaatan laut selama ini justru “lari” atau “tercuri” ke luar negeri
oleh para nelayan asing yang memiliki perlengkapan modern dan beroperasi hingga perairan Indonesia
secara ilegal.
Dalam konteks inilah upaya pemanfaatan laut Indonesia secara maksimal tidak saja tepat tetapi
juga merupakan suatu keharusan. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah pemanfaatan laut yang
bagaimana? Seharusnya adalah pemanfaatan laut yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya
pada masyarakat secara lestari. Dalam konteks inilah kerjasama dalam pengelolaan potensi
sumberdaya tersebut sangat diperlukan, karena yang diinginkan bukan saja peningkatan hasil
pemanfaatan laut, tetapi juga pemerataan hasil pemanfaatan yang dinikmati selua-sluasnya oleh
masyarakat.
Sektor kelautan dan perikanan memiliki permasalahan yang kompleks karena keterkaitannya
dengan banyak sektor dan juga sensitif terhadap interaksi terutama dengan aspek lingkungan. Terdapat
berbagai isu pengelolaan perikanan di Indonesia yang berpotensi mengancam kelestarian sumber daya
ikan dan lingkungan, keberlanjutan mata pencaharian masyarakat di bidang perikanan, ketahanan
pangan, dan pertumbuhan ekonomi yang bersumber dari pemanfaatan sumber daya kelautan dan
perikanan oleh karena itu kami akan membahas bagaimana “Membangun Kedulatan dan Kemandirian

3
Laut Indonesia dengan Sistem Pangan Berkelanjutan dan Perlindungan, Pemberdayaan Nelayan
Pembudidaya Ikan “

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini yaitu :
1. Bagaimana membangun kedaulatan dan kemandirian pangan laut Indonesia? ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dalam makalah ini yaitu :
1. Untuk membangun kedaulatan dan kemandirian pangan laut Indonesia

BAB II

LANDASAN TEORI

4
2.1 Pangan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan
Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman. (UU 18/2012)
2.2 Kedaulatan Pangan
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat
untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. (UU 18/2012)
2.3 Kemandirian Pangan
Kemandirian pangan adalah kemampuan negara dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang
cukup sampai di tingkat perseorangan dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam, manusia,
sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara bermartabat.
2.4 Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara
berkelanjutan.
2.5 Konsep Perlindungan
Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan nelayan sangat kompleks dan saling terkait satu
sama lain, yang dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu14: Pertama, faktor internal
adalah faktor-faktor yang berkaitan kondisi internal sumberdaya manusia nelayan dan aktivitas
kerja mereka. Faktor-faktor internal mencakup masalah antara lain:
(1) Keterbatasan kualitas sumberdaya manusia nelayan;
(2) Keterbatasan kemampuan modal usaha dan teknologi penangkapan;
(3) Hubungan kerja (pemilikperahunelayan buruh) dalam organisasi penangkapan ikan yang
dianggap kurang menguntungkan nelayan buruh;
(4) Kesulitan melakukan diversifikasi usaha penangkapan;

5
(5) Ketergantungan yang tinggi terhadap okupasi melaut
(6) Gaya hidup yang dipandang ”boros” sehingga kurang berorientasi ke masa depan.
2.6 Kepastian Usaha
Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung pada
hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan ataupun budi daya.Mereka pada umumnya
tinggal di pinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi
kegiatannya.Nelayan sebagai suatu entitas masyarakat pantai memiliki struktur dan tatanan sosial
yang khas, yaitu suatu komunitas yang kelangsungan hidupnya bergantung pada perikanan
sebagai dasar ekonomi (based economic) agar tetap bertahan hidup (survival). Keberadaan
nelayan dan pembudi daya ikan selalu berkelompok dan berada di pesisir laut atau perairan
umum. Lokasi tempat tinggal nelayan/pembudi daya ikan merupakan lokasi tempat menambatkan
kapal atau melakukan kegiatan budi daya perikanan. Namun seringkali terjadi, pembangunan
sebuah wilayah menafikan keberadaan nelayan/pembudi daya ikan. Ruang tempat nelayan
menambatkan kapal atau pembudi daya ikan melakukan kegiatan diatur dalam Undang-Undang
No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil melalui penetapan
rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Namun kenyataannya, hanya sedikit daerah
provinsi yang menetapkan rencana zonasi wilayah pesisir. Apabila rencana zonasi tidak
ditetapkan, maka yang terjadi lokasi nelayan/pembudi daya ikan dapat dengan mudah tergerus
oleh perkembangan pembangunan daerah. Di perairan umum, baik sungai dan danau, maka
pengaturan mengenai ruang pemanfaatan bagi nelayan dan pembudi daya ikan yang melakukan
aktifitas di perairan umum, diatur dalam Undang-Undang mengenai penataan ruang.
Selain itu, harga ikan cenderung berfluktuasi tergantung musim membuat usaha nelayan dan
pembudi daya ikan menjadi penuh dengan ketidakpastian. Pada kondisi harga ikan turun tentunya
kondisi nelayan akan sangat buruk karena hasil tangkapan tidak memenuhi harapan dan tidak
mampu menutup biaya variabel yang telah dikeluarkan nelayan. Sehingga kondisi yang
diharapkan oleh nelayan adalah saat terjadi kenaikan harga ikan segar. Kajian yang dilakukan
Suhana pada tahun 2009 menunjukkan kenaikan harga 23 ikan segar ternyata berdampak negatif
terhadap kesejahteraan nelayan dan pembudidaya ikan. Hal ini ditunjukan dengan terus
menurunnya nilai tukar nelayan dan pembudidaya ikan sampai akhir Desember 2009. Penurunan
tersebut lebih disebabkan oleh terus meningkatnya kebutuhan rumah tangga dan biaya produksi
perikanan yang semakin tinggi, baik di nelayan maupun di pembudidaya ikan.Biaya produksi

6
nelayan pada saat cuara buruk seperti saat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya
produksi pada saat cuaca yang tenang.Sementara itu biaya produksi pembudidaya saat ini sangat
tinggi karena harga pakan yang terus meningkat.Harga pakan di tingkat pembudidaya ikan saat ini
sudah berada di atas Rp260.000 persak.Hal ini juga terus diperparah dengan minimya permodalan
yang dimiliki oleh nelayan dan pembudidaya ikan tersebut.

BAB III
PEMBAHASAN

7
Membangun kedaulatan yang mampu menopang kemandirian ekonomi dalam pengelolaan
sumberdaya kelautan dan perikanan, dilaksanakan dengan strategi:
1. Memberantas IUU Fishing
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
(a) Operasi pengawasan di laut dengan teknologi dan moda pengawasan yang terintegrasi,
(b) Penanganan pelanggaran dan penegakan hukum di laut dengan pemberian sanksi yang
tegas dan memberikan efek jera bagi pelaku maupun korporasi yang melakukan
pelanggaran
(c) Penenggelaman kapal asing ilegal,
(d) Penguatan Satgas Pemberantasan Illegal Fishing,
(e) Penguatan kerjasama regional maupun internasional,
(f) Penerapan Monitoring, Control, and Surveillance (MCS) secara konsisten.
2. Mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan peningkatan keamanan hasil
perikanan.
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Penguatan sistem karantina ikan,
b) Pembangunan unit pengawasan bersama/terintegrasi/gateway di wilayah perbatasan,
c) Sertifikasi mutu dan keamanan hasil perikanan,
d) Pengendalian agen hayati yang dilindungi, dilarang dan bersifat invasif,
e) Standarisasi dan kepatuhan
f) Penerapan system jaminan mutu..

Menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang


bertanggung jawab, berdaya saing, dan berkelanjutan. dilaksanakan dengan strategi dan langkah
operasional sebagai berikut:

3. Mengelola Sumberdaya Ikan Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia


Langkah operasional yang akan dilakukan adalah

8
(a) Pembentukan dan operasionalisasi lembaga pengelola WPPNRI,
(b) Penerapan kuota penangkapan,
(c) Pembatasan ukuran kapal penangkap ikan,
(d) Pembangunan armada penangkapan ikan nasional,
(e) Pengaturan Alat Penangkap Ikan (API) ramah lingkungan,
(f) Penebaran benih di laut (ikan/ kepiting/lobster/ dll).
(g) Pengelolaan pelabuhan perikanan dan kesyahbandaran,
(h) Implementasi Port State Measurement Agreement (PSMA)
4. Mengendalikan Sumberdaya Perikanan Tangkap
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
(a) Pembenahan sistem perizinan berbasis web (on line) dan penguatan basis data,
(b) Peningkatan PNBP dari SDA Perikanan

5. Membangun Kemandirian dalam Budidaya Perikanan

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah

a) Penyediaan induk unggul, benih ikan bermutu dan bibit rumput laut kultur jaringan,
termasuk penguatan Balai Benih Lokal dan

b) Unit Perbenihan Rakyat,

c) Budidaya rumput laut,

d) Budidaya ikan air tawar dan air payau,

e) Budidaya laut/marikultur,

f) Pakan mandiri dan obat ikan,

g) Penguatan prasarana dan sarana budidaya,

h) Pengembangan kawasan budidaya,

i) Sertifikasi lahan Pembudidaya Ikan,

j) Pengaturan pengangkutan ikan hidup

9
6. Meningkatkan Sistem Logistik Hasil Perikanan
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Penyediaan Unit Pengolahan Ikan dan Integrated Cold Storage,
b) Penyediaan sistem penyimpanan hasil kelautan dan perikanan (termasuk Garam),
c) Penyediaan sarana prasarana angkutan garam,
d) Sistem Rantai dingin (Cold Chain System)
7. Meningkatkan Mutu, Diversifikasi dan Akses Pasar Produk Kelautan Dan Perikanan
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah
a) Peningkatan mutu dan keamanan produk perikanan,
b) Standarisasi produk kelautan dan perikanan,
c) Diversifikasi produk kelautan dan perikanan
d) Pembangunan industri rumput laut dan hasil perikanan,
e) Peningkatan produksi dan kuallitas garam rakyat menjadi garam industri,
f) Promosi produk kelautan dan perikanan,
g) Revitalisasi Pasar Tradisional dan pembangunan pasar ikan bersih,
h) Penyiasatan pasar (market intelligence),

8. Merehabilitasi Ekosistem dan Perlindungan Lingkungan Laut

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah:

a) Rehabilitasi wilayah pesisir (pembangunan green belt) dan lingkungan laut,


b) Pengaturan kawasan konservasi perairan,
c) Perlindungan dan dan pelestarian keanekaragaman hayati.
9. Membangun Kemandirian Pulau-Pulau Kecil
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu,
b) Promosi dan investasi pemanfaatan pulau-pulau kecil,

10
c) Sertifikasi hak atas tanah pulau kecil/terluar,

d) penyediaan sarana dan prasana infrastruktur di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Meningkatkan pemberdayaan, daya saing, dan kemandirian dalam menjaga keberlanjutan


usaha kelautan dan perikanan dengan strategi :
1) Memberi Perlindungan kepada Nelayan, Pembudi Daya Ikan dan Petambak Garam
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Asuransi nelayan dan Pembudidaya Ikan,
b) Fasilitasi bantuan paceklik/ bencana alam,
c) Penguatan sosial budaya masyarakat adat.
2) Mewujudkan pelaku utama yang mandiri, kompeten, sadar dan peduli terhadap
keberlanjutan sumberdaya Kelautan dan Perikanan
Dengan langkah operasonal adalah:
a) Peningkatan usaha skala mikro ke kecil dan kecil ke menengah melalui pendampingan;
b) Memfasilitasi akses perbankan dan pembentukan lembaga keuangan mikro atau koperasi;
c) Fasilitasi kelembagaan atau kelompok berbadan hukum;
d) Pemenfaatan teknologi informasi dalam rangka memperluas dan mempermudah
aksesinformasi penyuluhan melalui cyber extension.
3) Meningkatkan Usaha dan Investasi Kelautan dan Perikanan
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a) Pembinaan usaha masyarakat,
b) Peningkatan investasi bidang KP,
c) Optimalisasi peran LPUMKP.
4) Meningkatkan Kompetensi Masyarakat KP Melalui Pendidikan, Pelatihan dan Penyuluhan.
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah:
a) Pembangunan Politeknik Kelautan dan Perikanan;
b) Pemberian kesempatan yang lebih besar kepada putra/putri pelaku utama kelautan dan
perikanan untuk memperoleh pendidikan di satuan pendidikan kelautan dan perikanan
c) Peningkatan kualitas pembelajaran dengan pendekatan Teaching Factory dibidang kelautan
dan perikanan;

11
d) Pemanfatan teknologi informasi dalam rangka memperluas jangkauan layanan pelatihan
(trainning online);
e) Pengembangan jejaring kerja pelatihan dan pemberdayaan lulusan pelatihan Kelautan dan
Perikanan;
f) Pengembangan sistem penyuluhan sesuai kebutuhan dan kondisi pelaku utama.
5) Mengembangkan inovasi IPTEK.
Langkah operasional yang akan dilakukan adalah :
a)Meningkatkan dukungan IPTEK bagi peningkatan daya saing produk dan produktivitas melalui
inovasi, penguasaan penelitian dan penerapan Iptek yang disinergikan dengan kegiatan
pendidikan, pelatihan, dan penyuluhan;

b)Meningkatkan peran riset sebagai penyedia teknologi inovatif untuk mendukung Tri Darma
Perguruan Tinggi serta menjadi bahan penyusunan modul kurikulum sehingga sejalan
kemajuan teknologi, dan pemanfaatan sarpras riset dan peneliti dalam meningkatkan kapasitas
peserta didik;

c)Meningkatkan peran riset dalam pengembangan Sistem Informasi Nelayan Pintar Berbasis Mobile
Multimedia, sistem informasi spasial untuk daerah penangkapan ikan dan perubahan
lingkungan pada ekosistem pesisir dan analisis potensi dan kerentanan sumberdaya pesisir
dapat didesiminasikan kepada masyarakat melalui peran penyuluh perikanan

KEBIJAKAN DAN KERANGKA PEMBANGUNAN


Perumusan kebijakan pengelolaan sektor kelautan perlu dievaluasi kembali. Mengingat
kebutuhan pangan Indonesia terus meningkat, dengan suplai pangan dari darat semakin berkurang.
Perubahan guna lahan dari pertanian menjadi lahan terbangun (perumahan, infrastruktur dan fasilitas
umum) terus meningkat. Konversi lahan pertanian yang terus meningkat semakin mengancam
ketahanan pangan nasional. Di satu sisi, sektor pangan dari laut begitu besar dan menjadi harapan
untuk pemenuhan kebutuhan pangan kedepan. Saatnya sektor kelautan menjadi alternatif penting
sebagai sumber pangan utama mendukung ketahanan pangan nasional.
Perumusan kebijakan strategis yang mendorong pengelolaan sektor kelautan yang optimal sangat
dibutuhkan, yaitu:

12
1. membangun dari wilayah terluar (pinggiran)
Sebagai beranda negara sudah saatnya pemerintah memprioritaskan pembangunan di wilayah

perbatasan. Wilayah perbatasan harus berkembang dinamis sebagai wujud kuatnya pertahanan negara

baik dari aspek fisik, sosial, ekonomi, dan budaya. Harapannya masyarakat nelayan di 92 pulau terluar

Indonesia menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional dan semakin sejahtera.

2. menjadikan sektor kelautan sebagai kekuatan ekonomi bangsa.


Pengembangan kegiatan industrialisasi dan modernisasi pendukung sektor kelautan

merupakan faktor kunci mengangkat pertumbuhan ekonomi pesisir. Pemerintah harus kreatif dan

inovatif dalam memilih program dan kebijakan dalam pengelolaan pesisir dengan salah satunya

adanya menarik invetasi masuk. Upaya untuk menarik investasi masuk yaitu kehandalan infrastruktur,

perijinan yang transparan dan bertanggunjawab, dukungan sumberdaya manusia terampil serta

penerapan insentif dan disinsentif. 

3. peningkatan produksi pangan dari sektor kelautan, melalui kebijakan modernisasi teknologi

perikanan tangkap dan budidaya.

Peran pemerintah khususnya badan litbang maupun lembaga riset perguruan tinggi sangat

penting untuk berkolaborasi dalam penemuan teknologi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat

dan program pemerintah.

4. pemanfaatan ruang laut (zonasi pesisir)

Didasarkan daya dukung perairan untuk mendukung produksi pangan. Konflik kepentingan

terhadap pemanfaatan ruang pesisir sangat tinggi. Pihak pemerintah harus menampung dan

mengalokasikan pemanfaatan ruang dengan tujuan wilayah pesisir lebih produktif, mampu

meningkatkan kesejahteraan dan berkelanjutan.

13
PILAR UTAMA KEDAULATAN PANGAN

Mendukung kedaulatan pangan Indonesia, terdapat empat pilar utama yang berperan. Ada pilar
sumber daya alam, baik di darat maupun di laut, ada pilar sumber daya manusia, ada pilar infrastruktur
serta pilar kebijakan pemerintah (keberpihakan kebijakan). Jadi perspektif ketahanan pangan dari
sektor kelautan memiliki arti bahwa ada identifikasi berapa besar potensi sumber daya kelautan,
bagaimana kemampuan sumber daya manusia untuk mengelolanya, bagaimana dukungan infrastruktur
serta kebijakan pemerintah (keberpihakan) dalam mendukung pengelolaan sektor kelautan.
Pemerintahan mengangkat kelautan/kemaritiman menjadi prioritas pembangunan. Indonesia sebagai
poros maritim dunia menjadi wujud bagaimana keberpihakan nyata pemerintah untuk mengelola
sektor kelautan. Visi poros maritim dunia bertujuan untuk mencapai kesejahteraan melalui
pembangunan seluruh wilayah perairan Indonesia dengan segenap sumber daya alam yang ada
didalamnya. Disini peran masyarakat tentunya adalah nelaya. Jadi pilar kedaulatan pangan sektor
kelautan adalah nelayan, sumber daya perairan dan dukungan kebijakan pemerintah.
Penguatan terhadap pilar-pilar tersebut mutlak dilakukan oleh pemangku kebijakan. Potensi
sumberdaya diidentifikasi dengan cermat, kendala dan permasalahan harus dipetakan dengan baik dan
sinergi ketiga pilar tetap dijaga. Nelayan harus diasah pengetahuan dan keterampilannya, adopsi
teknologi yang ramah lingkungan dan memiliki kesadaran tinggi dalam menjaga kelestarian ekosistem
laut. Infrastruktur sektor kelautan dan perikanan harus disiapkan seperti pelabuhan, tempat pelelangan
ikan, stasiun pengisian bahan bakar untuk kapal nelayan, cold storage dan lainnya. Dukungan
kebijakan pemerintah saat ini merupakan sesuatu yang positif dan perlu untuk segera
dioperasionalkan, sehingga memberikan hasil nyata dalam pembangunan sektor kelautan.

14
TANTANGAN PENGEMBANGAN
Upaya mewujudkan ketahanan pangan dari sektor kelautan bukanlah pekerjaan yang ringan.
Banyak tantangan yang dihadapi yaitu: 1. tantangan budaya maritim untuk mengelola potensi
sumberdaya bahari dengan melibatkan masyarakat dalam pengelolaannya. Nelayan yang menjadi
pelaku utama pembangunan harus didorong untuk aktif terlibat dan menjadi bagian penting
pembangunan kelautan. Masyarakat pesisir semakin paham, sadar, mengetahui nilai budaya, wawasan
bahari, revitalisasi hukum adat dan kearifan lokal terkait tata kelola sumber daya kelautan. Perlahan
dan pasti terjadi pergeseran mindset masyarakat untuk bergeser dari darat ke laut dalam pengelolaan
sumber daya alam. 2. tantangan sumber daya manusia yang dari aspek kesiapannya masih terbatas
(jumlah dan kualifikasinya). Arah kebijakan yang bisa dilakukan antara lain mewujudkan pendidikan
dan pelatihan berkualitas di bidang kelautan untuk menjawab kebutuhan yang ada. Selanjutnya
standarisasi kompetensi sumber daya manusia di bidang kelautan serta penguatan kemampuan
terhadap IPTEK, riset dan sistem informasi dalam mendukung pengelolaan kelautan yang
berkelanjutan. 3. tantangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan laut dan kelautan dalam
mewujudkan kedaulatan pangan maritim. Sarana prasarana tersebut antara lain pelabuhan, sarana
prasarana perikanan tangkap modern dan sistem informasi berbasis teknologi.

15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan
laut indonesia, diperlukan implementasi rencana, kebijakan dan strategi dengan membangun
kedaulatan yang mampu menopang ekonomi dalam pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan,
memberantas IUU Fishing, mengembangkan sistem karantina ikan, pembinaan mutu, dan peningkatan
keamaanan hasil perikanan, menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya kelauatan dan
perikanan uang bertanggung jawab, berdaya saing dan berkelanjutan akan mengoptimalkan
pemanfaatan ruang laut dan pesisir, mengendalikan sumberdaya perikanan tangkap, membangun
kemandirian dalam budidaya perikanan dan meningkatkan sistem logistik hasil perikanan, serta
mewujudkan pelaku utama yang mandiri, kompeten, sadar dan pedulu terhadap keberlanjutan
sumberdaya kelautan dan perikanan. Untuk dapat terlaksanannya arah kebijakan, strategi
diperlukannnya kerjasama oleh semua pihak untuk mewujudkan kedaulatan dan kemandirian pangan
laut Indonesia serta dapat mensejaterakan masyarakat kelauatan dan perikanan.

16
DAFTAR PUSKATA

Media Indonesia, 2017, Membangun Kedaulatan Pangan, http://pksl.ipb.a.c.id/berita/detail/membangun-


kedaulatan-pangan (Diakses 30 Maret 2021)

Katadata, 2020, Memperkuat Pangan Laut, https:// katadata.co.id/redaksi/indepth/5(Diakses 30 Maret 2021)

Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2017. Rencana Strategi, Jakatrta

Tranggono, A, dkk,2019, Sistem Pangan Berkelanjutan Indonesia, Kementerian PPN/ BAPPENAS,


Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai