DOSEN PENGAMPU:
Laila 7182210004
MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
dengan judul “Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi Kasus Di PT.
PLN (Persero) Area Semarang”yang diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyususnan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Kelompok 6
2
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
4.3. Analisis 19
3
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 22
5.2 Saran 24
DAFTAR PUSTAKA 26
4
BAB 1
PENDAHULUAN
menggunakan alat-alat produksi yang semakin kompleks. Begitu pula dengan badan
Semakin kompleksnya peralatan kerja yang digunakan, maka semakin besar pula potensi
bahaya kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan
pengendalian sebaik mungkin. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan menciptakan
terwujudnya pemeliharaan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini
ditanamkan pada diri masing- masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan
pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerjabagi dirinya
maupun untuk tempat kerjanya. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi atau
faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja
atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung, atau setiap
PT. PLN (Persero) Area Semarang merupakan salah satu perusahaan milik negara
yang bergerak dalam bidang penyalur listrik. Kegiatan perusahaan ini adalah
menyalurkan energi listrik bagi setiap pelanggan khususnya di daerah Semarang. pada 3
tahun belakangan ini, sudah terjadi 25 kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Area
Semarang. Namun disisi lain, penyakit kerja berdasarkan data yang diperoleh, penyakit
kerja belum didokumentasikan oleh pihak PT. PLN Persero Area Semarang. PT. PLN
Persero Area Semarang mempunyai target tentang K3, yaitu Zero accident atau tidak ada
kecelakaan tiap tahunnya. Pada kenyataannya, 3 tahun terakhir terjadi kecelakaan kerja di
tempat tersebut.
menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut
kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik.
Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi
para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai
kesejahteraan bersama.
2. Bagaimana mengetahui solusi yang telah dan akan dilakukan dalam mengatasi
Area Semarang?
2. Untuk mengetahui solusi yang telah dan akan dilakukan dalam mengatasi
Area Semarang.
Dengan dilakukannya penelitian ini maka diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
bagi masyarakat mengenai Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada PT. PLN
LANDASAN TEORI
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari- hari sering disebut
dengan safety, diartikan oleh American Society of Safety Engineers (ASSE) sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada
kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja (AM. Sugeng Budiono, 2003:171).
Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang
yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di
sebuah institusi maupun lokasi proyek. Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2013:792),
dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan.
Sumber lain mengatakan bahwa, keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur PK., 1989:1).
Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi. Lini dan staf
sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya koordinasi serta
pembagian tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46). Kinerja perusahaan di
bidang keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya relatif, karena tidak pernah ada
keselamatan dan kesehatan kerja yang mencapai sempurna. Dengan demikian selalu
Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan
penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya ialah agar tenaga kerja ditempatkan pada
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan kondisi mentalnya sehingga setiap
tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai
Program keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mencapai sasaran jangka
pendek dan jangka panjang. Dalam keadaan tertentu manajer keselamatan dan kesehatan
kerja dapat menyusun program cepat (Crash Program) untuk mencapai sasaran yang
sebabagi berikut:
1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik,
mungkin.
4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi terhadap pegawai.
6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau
kondisi kerja.
7. Setiap pegawai akan merasa aman dan terlindungi dalam melakukan pekerjaan.
Sedangkan dalam UU No.1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 tentang Keselamatan Kerja,
disebutkan bahwa tujuan pemerintah membuat aturan keselamatan dan kesehatan kerja
adalalah sebagai berikut:
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan
getaran,
9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya,
akibat kerja di tempat kerja sehingga terwujud suatu tempat kerja yang aman dan sehat
yang dapat mendukung proses berproduksi yang efisien dan produktif (Syukri Sahab,
2001:175).
1. Work Life Safe Melindungi buruh dan orang lain di temapat kerja (lingkungan kerja)
2. Property Safe Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien
lingkungan.
Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu program yang wajib ada
bagi semua perusahaan dikarenakan pentingnya program ini untuk menjamin keselamatan
dan kesehatan para pekerja di dalam perusahaan. Occupational Safety and Health
sebagai berikut: (1) Kemauan (commitment) manajemen dan keterlibatan pekerja, (2)
Analisis resiko tempat kerja, (3) Pencegahan dan pengendalian bahaya, (4) Pelatihan
pekerjaan
3. Membuat sarana sebagai jalan untuk menyelamatkan diri pada saat terjadi kebakaran
debu kotoran, asap, uap, gas, embusan angin, radiasi, suara dan getaran
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat pekerjaan, baik secara fisik
(keracunan, infeksi dan penularan) maupun psikis (kelelahan mental, depresi dan
sebagiannya).
tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Semarang. Adapun kegiatan
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang
Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pegawai PT. PLN (Persero) Area
Semarang.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik studi
sumber lain yang relevan dengan materi yang akan digunakan dalam penelitian.
BAB IV
PT. PLN (Persero) Area Semarang merupakan salah satu perusahaan milik negara
yang bergerak dalam bidang penyalur listrik. Kegiatan perusahaan ini adalah
menyalurkan energi listrik bagi setiap pelanggan khususnya di daerah Semarang. pada 3
tahun belakangan ini, sudah terjadi 25 kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Area
Semarang. Namun disisi lain, penyakit kerja berdasarkan data yang diperoleh, penyakit
kerja belum didokumentasikan oleh pihak PT. PLN Persero Area Semarang. PT. PLN
Persero Area Semarang mempunyai target tentang K3, yaitu Zero accident atau tidak ada
kecelakaan tiap tahunnya. Pada kenyataannya, 3 tahun terakhir terjadi kecelakaan kerja di
tempat tersebut.
Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) area
Semarang dapat dilihat dari fenomena yang terdapat pada masing-masing aspek berikut:
semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan sesama rekan kerja,
terutama bagi pegawai yang bekerja secara berkelompok, apabila terjadi konflik
yang timbul dapat memperkeruh suasana kerja dan akan menurunkan semangat
kerja pegawai. Hubungan kerja yang baik antara yang satu dengan yang lain dapat
meningkatkan semangat kerja bagi pegawai, di mana mereka saling bekerja sama
hubungan antar atasan dengan bawahan untuk kerjasama dalam mencapai tujuan
lebih betah untuk bekerja dan dapat menimbulkan semangat kerja bagi pegawai.
gudang saja tanpa ada pengawasan dari petugas keamanan. Proses bongkar
muat merupakan hal yang rutin dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area
barang sudah baik dan sesuai tempatnya dan bila dibutuhkan mudah dicari.
Selain itu, kerjasama yang baik antara pegawai dan petugas yang
dikatakan baik.
3. Jalur evakuasi Jalur evakuasi yang ada adalah jalan utama pegawai dalam
bekerja dan sampai saat ini belum dilakukan perbaikan terhadap jalur
alur evakuasinya saja dan belum pernah ada latihan evakuasi. Tersedianya
denah atau alur evakuasi di kantor PT. PLN (Persero) Area Semarang
memang sudah ada, namun perlu ada sosialisasi dan simulasi evakuasi
terhadap pegawai.
kurang jumlahnya dan sudah tidak layak pakai karena tidak ada
simbol umum saja dan sosialisasi mengenai hal tersebut pun belum pernah
dilakukan.
3. Ketersediaan helm kerja Ketersediaan helm kerja di PT. PLN (Persero)
Area Semarang masih kurang dengan jumlah pegawai lapangan yang ada.
memiliki satu pun alarm kebakaran dan baru diusulkan kepada atasan
untuk diadakan.
Selain itu, ada petugas yang membersihkan sampah jika sudah penuh dan
tempat sampah tersebut sudah terbagi dalam dua kategori yaitu organik
dan unorganik.
dan perlengkapan sudah dilakukan dengan baik oleh petugas yang telah
sendiri
kurang peduli terhadap dirinya sendiri dan alat kerjanya sehingga tidak
4.3 Analisis
teori keselamatan dan kesehatan kerja menurut Sedarmayanti. Berdasarkan teori tersebut,
jika dianalisis dengan fenomena yaitu suasana lingkungan kerja yang kondusif di kantor
PT. PLN (Persero) Area Semarang, semua fenomena sudah sesuai dengan teori
keselamatan dan kesehatan kerja pada aspek non fisik lingkungan kerja yang ada pada
PT. PLN (Persero) Area Semarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,
semua mengatakan suasana lingkungan kerja sudah kondusif dimulai dari komunikasi
antar pegawai hingga komunikasi antara pemimpin dengan pegawai yang baik sehingga
membantu pegawai dalam bekerja untuk lebih efisien dan efektif lagi.
Fenomena keadaan fisik lingkungan kerja tersebut diambil berdasarkan dengan teori
Berdasarkan teori tersebut, jika dianalisis dengan fenomena yaitu kelancaran pekerjaan
bongkar-muat, penataan barang dan penyimpanan barang, jalur evakuasi, dan proses
evakuasi apabila terjadi bahaya, fenomena keadaan fisik lingkungan kerja masih belum
sesuai dengan teori tersebut dimana pada fenomena proses bongkar muat belum terdapat
pengawasan dari petugas keamanan PT. PLN (Persero) Area Semarang. Pada fenomena
jalur evakuasi, jalur evakuasi yang berada di PT. PLN (Persero) Area Semarang belum
layak dipakai karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Fenomena proses evakuasi
juga belum sesuai dengan teori dimana belum dilakukannya proses simulasi evakuasi
bagi pegawai PLN. Namun, fenomena penataan barang dan penyimpanan barang sudah
sesuai dengan teori yang ada dimana PLN telah menyediakan tempat-tempat
berdasarkan dengan teori keselamatan dan kesehatan kerja menurut Ernawati, Suma’mur,
dan Mangkunegara. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan fenomena peralatan dan
perlengkapan gedung dan pegawai sudah sesuai dengan teori yang ada dimana pada
alarm kebakaran, dan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja masih kurang optimal
dalam hal pengadaan. Pada fenomena alat pemadam kebakaran kurang optimal
bahaya yang ada di PLN juga kurang optimal karena belum semua tempat bahaya
diberikan tanda peringatan. Helm kerja yang berada di PLN juga masih kurang dengan
jumlah pegawai lapangan yang bertugas, dan alarm kebakaran di PLN belum tersedia.
Hal tersebut bertolak belakang dengan teori yang memiliki tujuan untuk mencegah dan
dengan teori keselamatan dan kesehatan kerja menurut Ernawati, Lalu Husni, dan
Mangkunegara. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan fenomena kondisi fisik dan
pemahaman pegawai belum sesuai dengan teori yang ada, namun pada fenomena
pemahaman pegawai dalam menggunakan alat kerja dan sikap pegawai dalam
penggunaan alat kerja belum sesuai dengan teori yang ada dimana pegawai PLN masih
kurang paham dalam menggunakan alat kerja dan sikapnya dalam bekerja cenderung
ceroboh dan kurang berhati-hati sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja bagi
pegawai tersebut maupun orang lain yang berada disekitarnya. Fenomena kondisi
psikologis pegawai dan arti penting keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai sudah
sesuai dengan teori yang ada dimana pegawai yang bekerja di PLN bekerja dalam
keadaan yang sehat dan kuat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta pegawai
PLN memberikan perhatian khusus pada keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja,
namun dalam prakteknya masih terdapat pegawai yang bekerja dengan tidak
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
yang sudah baik, keadaan fisik lingkungan kerja yang kurang baik, peralatan dan
perlengkapan gedung dan pegawai yang sudah baik, dan kondisi fisik dan pemahaman
pegawai yang kurang baik. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PT.
PLN (Persero) Area Semarang dapat disimpulkan bahwa masih kurang baik, hal tersebut
tersebut didasarkan pada fenomena peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai yang
sudah baik, namun dalam hal pengadaan dan prakteknya di lapangan masih kurang
optimal.
Keadaan non-fisik lingkungan kerja yang ada di PT. PLN (Persero) Area Semarang
dapat disimpulkan sudah baik dan terlaksana sesuai dengan harapan penyelenggara dan
pelaksana program keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Semarang.
Hal tersebut dapat dilihat pada semua fenomena yang telah dibahas, yaitu suasana
lingkungan kerja yang kondusif seperti komunikasi antar pegawai hingga komunikasi
antara pemimpin dengan pegawai yang terjalin baik. Keadaan non-fisik lingkungan kerja
yang ada di PT. PLN (Persero) Area Semarang mendukung pelaksanaan program
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keadaan
fisik lingkungan kerja di PT. PLN (Pe rsero) Area Semarang masih kurang baik karena
terdapat tiga fenomena yan g dikategorikan kurang baik walaupun ada satu fenomena
yang dikategorikan baik. Fenomena yang dinyatakan kurang baik adalah proses bongkar
muat, jalur evakuasi, dan proses evakuasi saat terjadi bahaya dan fenomena yang dini lai
baik adalah penataan barang dan penyimpanan barang. Pada fenomena proses bongkar
muat dinilai kurang baik karena tidak adanya pengawasan oleh bag ian petugas keamanan
yang bertugas di PT. PLN agar dapat memperlancar pr oses bongkar muat tersebut.
Kemudian pada fenomena jalur evakuasi din ilai kurang baik karena jalur evakuasi yang
ada di PT. PLN (Persero) Area S emarang masih dinilai belum layak pakai dan jalur
evakuasi yang saat ini dipakai sementara adalah jalur utama yang digunakan pegawai
Pada proses evakuasi saat terjadi bahaya dinilai kurang baik karena tida k adanya
simulasi proses evakuasi di PT. PLN (Persero) Area Semarang sehingg a pegawai masih
bingung dalam proses evakuasi apabila terjadi bahaya. Fenom ena penataan barang dan
penyimpanan barang dinilai sudah baik karena pihak penyelenggara dan pelaksana
program keselamatan dan kesehatan kerja P T. PLN (Persero) Area Semarang telah
maupun yang sudah tidak terpakai, dan pegawai PLN turut berkontribusi pada penataan
disediakan.
sudah baik, dari sembilan fenomena te rdapat lima fenomena yang dinilai sudah baik dan
empatfenomena yang dini lai masih kurang baik. Fenomena yang dinilai sudah baik
ketersediaan kot ak P3K, ketersediaan tempat sampah, dan pemeliharaan peralatan dan
perle ngkapan kerja, sedangkan fenomena yang masih kurang baik adalahket ersediaan
alat pemadam kebakaran,ketersediaan helm kerja, ketersed iaan alarm kebakaran, dan
5.2 Saran
PT. PLN (Persero) Area Semarang perlu mempertahankan lingkungan kerja yang
untuk lebih efektif dan efisien. Hubungan antar pegawai maupun dengan pemimpin
yang baik di kantor PT. PLN (Persero) Area Semarang diharapkan konsisten demi
non fisik lingkungan kerja yang baik pada PT. PLN (Persero) Area Semarang
kerja PT. PLN (Persero) Area Semarang agar dapat meningkatkan program K3 dan
Kemudian PT. PLN (Persero) Area Semarang perlu melakukan perbaikan jalur
evakuasi yang dibuat khusus untuk mengantisipasi bahaya yang akan datang dan yang
terakhir yaitu perlu dilakukannya simulasi dan latihan evakuasi bagi pegawai PLN
sehingga apabila terjadi suatu hal yang berbahaya, para pegawai mampu mengatasi
Perlu adanya peningkatan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana yang
menunjang program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PLN (Persero) Area
Semarang. Serta, pemberian sanksi bagi pegawai yang tidak menggunakan alat
pelindung diri dalam bekerja dan memberikan penghargaan bagi pegawai yang selalu
memakai alat pelindung diri dalam bekerja di lapangan sehingga para karyawan sadar
akan kepentingan keselamatan dan kesehatan kerja dan program k3 di PT. PLN
pendidikan yang intensif mengenai prosedur penggunaan alat kerja dan melakukan
seperti mesin-mesin agar seluruh pegawai mampu menggunakan mesin dan peralatan
kerja dengan sebaik-baiknya dan sadar akan arti penting keselamatan dan kesehatan
mewujudkan target perusahaan zero accident atau tidak ada kecelakaan tiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA
https://media.neliti.com/media/publications/97272-ID-program-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja.pdf