Anda di halaman 1dari 26

MINI RISET

STRATEGI DAN KEBIJAKAN SDM

“PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


(STUDI KASUS DI PT. PLN (PERSERO) AREA SEMARANG”

DOSEN PENGAMPU:

APRINAWATI, SE., MM.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 6:

Amelia Indria Artanti 7183210046

Atika Rizki Raudhah Hasibuan 7183510019

Fadia Azzahra Hasibuan 7183510015

Laila 7182210004

M. Rafa Azhari Pasaribu 7183510011

Yusda Taslila Harahap 7183210021

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Mini Riset ini

dengan judul “Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Studi Kasus Di PT.

PLN (Persero) Area Semarang”yang diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Strategi dan Kebijakan SDM.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca pada umumnya.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyususnan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Tuhan senantiasa meridhai usaha kita.

Medan, 3 Mei 2021

Kelompok 6

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 5

1.2. Rumusan Masalah 6

1.3. Tujuan Penulisan 6

1.4. Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja 8

2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 9

2.3 Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja 10

2.4 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 13

3.2. Jenis Penelitian 13

3.3. Subjek Penelitian 13

3.4. Teknik Pengumpulan Data 13

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Singkat PT. PLN (Persero) Area Semarang 14

4.2. Hasil Penelitian 14

4.3. Analisis 19

3
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan 22

5.2 Saran 24

DAFTAR PUSTAKA 26

4
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

berlomba-lomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas dengan

menggunakan alat-alat produksi yang semakin kompleks. Begitu pula dengan badan

organisasi membutuhkan bantuan alat-alat produksi dalam mengerjakan pekerjaannya.

Semakin kompleksnya peralatan kerja yang digunakan, maka semakin besar pula potensi

bahaya kecelakaan kerja yang ditimbulkan apabila tidak dilakukan penanganan dan

pengendalian sebaik mungkin. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) akan menciptakan

terwujudnya pemeliharaan tenaga kerja yang baik. Keselamatan dan kesehatan kerja ini

ditanamkan pada diri masing- masing individu karyawan dengan cara penyuluhan dan

pembinaan yang baik agar mereka menyadari arti penting keselamatan kerjabagi dirinya

maupun untuk tempat kerjanya. Keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi atau

faktor yang mempengaruhi atau dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja

atau pekerja lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung, atau setiap

orang di tempat kerja ( Soehatman Ramli, 2010:62).

PT. PLN (Persero) Area Semarang merupakan salah satu perusahaan milik negara

yang bergerak dalam bidang penyalur listrik. Kegiatan perusahaan ini adalah

menyalurkan energi listrik bagi setiap pelanggan khususnya di daerah Semarang. pada 3

tahun belakangan ini, sudah terjadi 25 kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Area

Semarang. Namun disisi lain, penyakit kerja berdasarkan data yang diperoleh, penyakit

kerja belum didokumentasikan oleh pihak PT. PLN Persero Area Semarang. PT. PLN

Persero Area Semarang mempunyai target tentang K3, yaitu Zero accident atau tidak ada

kecelakaan tiap tahunnya. Pada kenyataannya, 3 tahun terakhir terjadi kecelakaan kerja di
tempat tersebut.

Menurut penjelasan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1992,

menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan ikut

bertanggung jawab atas pelaksanaan program pemeliharaan dan peningkatan

kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik.

Jadi, bukan hanya perusahaan saja yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi

para karyawan juga harus ikut berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai

kesejahteraan bersama.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di PT. PLN Persero Area Semarang?

2. Bagaimana mengetahui solusi yang telah dan akan dilakukan dalam mengatasi

penghambat pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN Persero

Area Semarang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) di PT. PLN Persero Area Semarang.

2. Untuk mengetahui solusi yang telah dan akan dilakukan dalam mengatasi

penghambat pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di PT. PLN Persero

Area Semarang.

1.4 Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini maka diharapkan akan diperoleh manfaat sebagai
berikut:

1. Secara Teoritis

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan dalam

menjalankan program kesehatan dan keselamatan kerja.

b. Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan informasi dan pengetahuan

bagi masyarakat mengenai Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja pada PT. PLN

Persero Area Semarang.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari- hari sering disebut

dengan safety, diartikan oleh American Society of Safety Engineers (ASSE) sebagai

bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada

kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja (AM. Sugeng Budiono, 2003:171).

Menurut Widodo (2015:234), Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah bidang

yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang bekerja di

sebuah institusi maupun lokasi proyek. Sedangkan menurut Rivai dan Sagala (2013:792),

Keselamatan dan Kesehatan Kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal

dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh

perusahaan.

Sumber lain mengatakan bahwa, keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian

dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat

kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Suma’mur PK., 1989:1).

Keselamatan kerja merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi. Lini dan staf

sama-sama bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya koordinasi serta

pembagian tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46). Kinerja perusahaan di

bidang keselamatan dan kesehatan kerja sifatnya relatif, karena tidak pernah ada

keselamatan dan kesehatan kerja yang mencapai sempurna. Dengan demikian selalu

dapat diupayakan perbaikan (Syukri Sahab, 2001:93).

Kesehatan kerja meliputi segala upaya untuk mencegah penyakit akibat kerja dan
penyakit lainnya pada tenaga kerja. Tujuannya ialah agar tenaga kerja ditempatkan pada

pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan kondisi mentalnya sehingga setiap

tenaga kerja berada dalam keadaan sehat dan sejahtera pada saat ia mulai bekerja sampai

selesai masa baktinya (Syukri Sahab, 2001:67).

2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja ditujukan untuk mencapai sasaran jangka

pendek dan jangka panjang. Dalam keadaan tertentu manajer keselamatan dan kesehatan

kerja dapat menyusun program cepat (Crash Program) untuk mencapai sasaran yang

mendesak (Depnaker RI, 1996:46.)

Menurut (Mangkunegara, 2013) Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah

sebabagi berikut:

1. Setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik fisik,

psikologis dan sosial.

2. Setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dan seefektif

mungkin.

3. Agar semua produksi dipelihara keamanannya.

4. Adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi terhadap pegawai.

5. Meningkatnya akan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja.

6. Terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau

kondisi kerja.

7. Setiap pegawai akan merasa aman dan terlindungi dalam melakukan pekerjaan.

Sedangkan dalam UU No.1 Tahun 1970 Pasal 3 ayat 1 tentang Keselamatan Kerja,

disebutkan bahwa tujuan pemerintah membuat aturan keselamatan dan kesehatan kerja
adalalah sebagai berikut:

1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan,

2. Memberi pertolongan pada kecelakaan,

3. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja,

4. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,

debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan

getaran,

5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai,

6. Menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik,

7. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup,

8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban,

9. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan

proses kerjanya,

10. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan,

11. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya,

12. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja yang bahaya

kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.3 Sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sasaran manajemen keselamatan dan kesehatan kerja ialah mengurangi dan

menghilangkan faktor-faktor yang berperan dalam kejadian kecelakaan dan penyakit

akibat kerja di tempat kerja sehingga terwujud suatu tempat kerja yang aman dan sehat

yang dapat mendukung proses berproduksi yang efisien dan produktif (Syukri Sahab,

2001:175).

Menurut UU No.1 tahun 1970 dalam dokumen Binwasnaker Kemenakertrans RI,


sasaran keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:

1. Work Life Safe Melindungi buruh dan orang lain di temapat kerja (lingkungan kerja)

upaya mencegah kecelakaan.

2. Property Safe Menjamin setiap sumber produksi dipakai secara aman dan efisien

upaya mencegah terjadinya kebakaran, peledakan, kerusakan, kerugian, dan lain-lain.

3. Environmental Safe Menjamin proses produksi tidak menimbulkan pencemaran

lingkungan.

2.4 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Program keselamatan dan kesehatan kerja adalah salah satu program yang wajib ada

bagi semua perusahaan dikarenakan pentingnya program ini untuk menjamin keselamatan

dan kesehatan para pekerja di dalam perusahaan. Occupational Safety and Health

Administration, suatu badan yang berwenang mengawasi keselamatan dan kesehatan

kerja di Amerika Serikat, menyarankan 4 program keselamatan dan kesehatan kerja

sebagai berikut: (1) Kemauan (commitment) manajemen dan keterlibatan pekerja, (2)

Analisis resiko tempat kerja, (3) Pencegahan dan pengendalian bahaya, (4) Pelatihan

pekerja, penyelia, dan manajer (Depnaker RI, 1996:47).

Menurut Prawirosentono (2002: 113) menyebutkan di dalam bukunya program

keselamatan dan kesehatan kerja yaitu:

1. Mencegah, mengurangi, dan meminimkan kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam

pekerjaan

2. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, bahaya peledakan

3. Membuat sarana sebagai jalan untuk menyelamatkan diri pada saat terjadi kebakaran

atau kejadian lain yang membahayakan


4. Memberi pertolongan pada kecelakaan (PPK)

5. Memberikan alat pelindung diri kepada karyawan

6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya atau menyebarluasnya suhu, kelembapan,

debu kotoran, asap, uap, gas, embusan angin, radiasi, suara dan getaran

7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat pekerjaan, baik secara fisik

(keracunan, infeksi dan penularan) maupun psikis (kelelahan mental, depresi dan

sebagiannya).

8. Memperoleh penerapan cahaya yang cukup dan sesuai

9. Mengatur suhu dan kelembapan udara dengan baik

10. Memelihara kebersihan lingkungan dan ketertiban

11. Menciptakan keserasian dalam proses kerja

12. Memperlancar bongkar muat dan penyimpanan barang/bahan

13. Mencegah aliran listrik yag berbahaya

14. Menyempurnakan pengawasan atas pekerjaan yang mempunyai potensi kecelakaan

tinggi.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. PLN (Persero) Area Semarang. Adapun kegiatan

penelitian ini dilakukan di bulan May 2021.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan dan

Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada penelitian ini adalah pegawai PT. PLN (Persero) Area

Semarang.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik studi

kepustakaan yang merupakan metode pengumpulan data dan informasi dengan

melakukan kegiatan kepustakaan melalui buku-buku, jurnal, penelitian terdahulu dan

sumber lain yang relevan dengan materi yang akan digunakan dalam penelitian.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Profil Singkat PT. PLN (Persero) Area Semarang

PT. PLN (Persero) Area Semarang merupakan salah satu perusahaan milik negara

yang bergerak dalam bidang penyalur listrik. Kegiatan perusahaan ini adalah

menyalurkan energi listrik bagi setiap pelanggan khususnya di daerah Semarang. pada 3

tahun belakangan ini, sudah terjadi 25 kecelakaan kerja di PT. PLN Persero Area

Semarang. Namun disisi lain, penyakit kerja berdasarkan data yang diperoleh, penyakit

kerja belum didokumentasikan oleh pihak PT. PLN Persero Area Semarang. PT. PLN

Persero Area Semarang mempunyai target tentang K3, yaitu Zero accident atau tidak ada

kecelakaan tiap tahunnya. Pada kenyataannya, 3 tahun terakhir terjadi kecelakaan kerja di

tempat tersebut.

4.2 Hasil Penelitian

Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) area

Semarang dapat dilihat dari fenomena yang terdapat pada masing-masing aspek berikut:

a. Keadaan non-fisik lingkungan kerja

1. Suasana lingkungan kerja pada saat bekerja. Suasana lingkungan kerja

merupakan lingkungan non-fisik yang mempengaruhi kinerja pegawai.

Sedarmayanti (2011:26) menyatakan bahwa, Lingkungan kerja non fisik adalah

semua keadaan yang terjadi yang berkaitan dengan hubungan sesama rekan kerja,

ataupun hubungan dengan bawahan. Hubungan kerja dibagi menjadi dua:

a)Hubungan kerja antar pegawai


Hubungan kerja antar pegawai sangat diperlukan dalam melakukan pekerjaan,

terutama bagi pegawai yang bekerja secara berkelompok, apabila terjadi konflik

yang timbul dapat memperkeruh suasana kerja dan akan menurunkan semangat

kerja pegawai. Hubungan kerja yang baik antara yang satu dengan yang lain dapat

meningkatkan semangat kerja bagi pegawai, di mana mereka saling bekerja sama

atau saling membantu dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.

b) Hubungan kerja antar pegawai dengan pimpinan

Sikap atasan terhadap bawahan memberikan pengaruh bagi pegawai dalam

melaksanakan aktivitas. Sikap yang bersahabat, saling menghormati perlu dalam

hubungan antar atasan dengan bawahan untuk kerjasama dalam mencapai tujuan

perusahaan. Sikap bersahabat yang diciptakan atasan akan menjadikan pegawai

lebih betah untuk bekerja dan dapat menimbulkan semangat kerja bagi pegawai.

Pada perusahaan sikap pemimpin antara pegawainya saling menghormati agar

dapat memajukan perusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

informan, semua mengatakan suasana lingkungan kerja sudah kondusif

dimulai dari komunikasi antar pegawai, hingga komunikasi yang baik

antara pimpinan dan pegawai sehingga membantu pegawai dalam bekerja

untuk lebih efisien dan efektif lagi.

b. Keadaan fisik lingkungan kerja

1. Proses bongkar muat Pekerjaan bongkar muat dilakukan oleh petugas

gudang saja tanpa ada pengawasan dari petugas keamanan. Proses bongkar

muat merupakan hal yang rutin dilakukan oleh PT. PLN (Persero) Area

Semarang. Pegawai atau petugas gudang yang memiliki andil dalam

pekerjaan tersebut, namun perlu adanya pengawasan oleh petugas

keamanan kantor tersebut agar meminimalisir hal-hal yang tidak


diinginkan.

2. Penataan barang dan penyimpanan barang Mengatakan penataan letak

barang sudah baik dan sesuai tempatnya dan bila dibutuhkan mudah dicari.

Selain itu, kerjasama yang baik antara pegawai dan petugas yang

merapikan atau menata letak barangbarang tersebut menjadi alasan

mengapa penataan barang di PT. PLN (Persero) Area Semarang dapat

dikatakan baik.

3. Jalur evakuasi Jalur evakuasi yang ada adalah jalan utama pegawai dalam

bekerja dan sampai saat ini belum dilakukan perbaikan terhadap jalur

evakuasi yang seharusnya.

4. Proses evakuasi apabila terjadi bahaya Pegawai PLN hanya mengetahui

alur evakuasinya saja dan belum pernah ada latihan evakuasi. Tersedianya

denah atau alur evakuasi di kantor PT. PLN (Persero) Area Semarang

memang sudah ada, namun perlu ada sosialisasi dan simulasi evakuasi

terhadap pegawai.

c. Peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai

1. Ketersediaan alat pemadam kebakaran. alat pemadam kebakaran masih

kurang jumlahnya dan sudah tidak layak pakai karena tidak ada

pengecekkan rutin tiap bulannya.

2. Ketersediaan simbol-simbol bahaya. Belum semua simbol bahaya

disediakan, hanya beberapa simbol yang disediakan atau hanya simbol-

simbol umum saja dan sosialisasi mengenai hal tersebut pun belum pernah

dilakukan.
3. Ketersediaan helm kerja Ketersediaan helm kerja di PT. PLN (Persero)

Area Semarang masih kurang dengan jumlah pegawai lapangan yang ada.

4. Ketersediaan denah alur evakuasi Denah alur evakuasi sudah disediakan

dan diletakkan ditempat-tempat yang strategis, hal tersebut berguna untuk

pegawai agar mudah dilihat.

5. Ketersediaan alarm kebakaran PT. PLN (Persero) Area Semarang tidak

memiliki satu pun alarm kebakaran dan baru diusulkan kepada atasan

untuk diadakan.

6. Ketersediaan kotak P3K Ketersediaan kotak P3K di PT. PLN (Persero)

Area Semarang sudah cukup dengan diletakkan ditempat-tempat yang

strategis dan setiap lantai memiliki kotak P3K.

7. Ketersediaan tempat sampah Ketersediaan tempat sampah di kantor PT.

PLN (Persero) Area Semarang sudah memadai dan telah diorganisasikan

dengan baik antara panitia penyelenggara dengan petugas kebersihan dan

diletakkan di setiap ruangan serta setiap lantai memiliki tempat sampah.

Selain itu, ada petugas yang membersihkan sampah jika sudah penuh dan

tempat sampah tersebut sudah terbagi dalam dua kategori yaitu organik

dan unorganik.

8. Pemeliharaan peralatan dan perlengkapan kerja Pemeliharaan peralatan

dan perlengkapan sudah dilakukan dengan baik oleh petugas yang telah

ditunjuk dan pegawai yang memakainya juga ikut berperan

memeliharanya. Dalam penggunaan alat kerja, pegawaipun berhati-hati

dalam memakai alat tersebut.

9. Penggunaan perlengkapan keselamatan kerja Perlengkapan atau alat

pelindung diri jarang digunakan padahal sudah disediakan oleh kantor.


d. Kondisi fisik dan pemahaman pegawai

1. Kondisi psikologis pegawai Pegawai bekerja seharian dalam keadaan yang

memungkinkan, namun beban kerja yang diberikan cukup banyak.

2. Pemahaman pegawai dalam menggunakan alat kerja Pemahaman pegawai

terhadap penggunaan alat kerja masih rendah sehingga menyebabkan

kebingungan dalam mengoperasikan alat kerja dan dapat menimbulkan

terjadinya kecelakaan kerja.

3. Arti penting keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai Keselamatan

dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting bagi kelancaran

pekerjaan pegawai dan bagi keselamatan dan kesehatan pegawai itu

sendiri

4. Sikap pegawai dalam menggunakan alat kerja Sikap pegawai masih

kurang peduli terhadap dirinya sendiri dan alat kerjanya sehingga tidak

banyak alat kerja yang rusak di gudang.

4.3 Analisis

a. Keadaan non-fisik lingkungan kerja

Fenomena keadaan non-fisik lingkungan kerja tersebut diambil berdasarkan dengan

teori keselamatan dan kesehatan kerja menurut Sedarmayanti. Berdasarkan teori tersebut,

jika dianalisis dengan fenomena yaitu suasana lingkungan kerja yang kondusif di kantor

PT. PLN (Persero) Area Semarang, semua fenomena sudah sesuai dengan teori

keselamatan dan kesehatan kerja pada aspek non fisik lingkungan kerja yang ada pada

PT. PLN (Persero) Area Semarang. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan,

semua mengatakan suasana lingkungan kerja sudah kondusif dimulai dari komunikasi
antar pegawai hingga komunikasi antara pemimpin dengan pegawai yang baik sehingga

membantu pegawai dalam bekerja untuk lebih efisien dan efektif lagi.

b. Keadaan fisik lingkungan kerja

Fenomena keadaan fisik lingkungan kerja tersebut diambil berdasarkan dengan teori

keselamatan dan kesehatan kerja menurut Ernawati, Suma’mur, dan Mangkunegara.

Berdasarkan teori tersebut, jika dianalisis dengan fenomena yaitu kelancaran pekerjaan

bongkar-muat, penataan barang dan penyimpanan barang, jalur evakuasi, dan proses

evakuasi apabila terjadi bahaya, fenomena keadaan fisik lingkungan kerja masih belum

sesuai dengan teori tersebut dimana pada fenomena proses bongkar muat belum terdapat

pengawasan dari petugas keamanan PT. PLN (Persero) Area Semarang. Pada fenomena

jalur evakuasi, jalur evakuasi yang berada di PT. PLN (Persero) Area Semarang belum

layak dipakai karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Fenomena proses evakuasi

juga belum sesuai dengan teori dimana belum dilakukannya proses simulasi evakuasi

bagi pegawai PLN. Namun, fenomena penataan barang dan penyimpanan barang sudah

sesuai dengan teori yang ada dimana PLN telah menyediakan tempat-tempat

penyimpanan barang-barang atau dokumen.

c. Peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai

Fenomena peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai tersebut diambil

berdasarkan dengan teori keselamatan dan kesehatan kerja menurut Ernawati, Suma’mur,

dan Mangkunegara. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan fenomena peralatan dan

perlengkapan gedung dan pegawai sudah sesuai dengan teori yang ada dimana pada

fenomena ketersediaan alat pemadam kebakaran, ketersediaan helm kerja, ketersediaan

alarm kebakaran, dan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja masih kurang optimal
dalam hal pengadaan. Pada fenomena alat pemadam kebakaran kurang optimal

dikarenakan hampir semua alat pemadam kebakaran sudah kadaluarsa, simbolsimbol

bahaya yang ada di PLN juga kurang optimal karena belum semua tempat bahaya

diberikan tanda peringatan. Helm kerja yang berada di PLN juga masih kurang dengan

jumlah pegawai lapangan yang bertugas, dan alarm kebakaran di PLN belum tersedia.

Hal tersebut bertolak belakang dengan teori yang memiliki tujuan untuk mencegah dan

mengurangi kecelakaan, mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran dan

mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

d. Kondisi fisik dan pemahaman pegawai

Fenomena kondisi fisik dan pemahaman pegawai tersebut diambil berdasarkan

dengan teori keselamatan dan kesehatan kerja menurut Ernawati, Lalu Husni, dan

Mangkunegara. Berdasarkan teori tersebut, dapat dikatakan fenomena kondisi fisik dan

pemahaman pegawai belum sesuai dengan teori yang ada, namun pada fenomena

pemahaman pegawai dalam menggunakan alat kerja dan sikap pegawai dalam

penggunaan alat kerja belum sesuai dengan teori yang ada dimana pegawai PLN masih

kurang paham dalam menggunakan alat kerja dan sikapnya dalam bekerja cenderung

ceroboh dan kurang berhati-hati sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan kerja bagi

pegawai tersebut maupun orang lain yang berada disekitarnya. Fenomena kondisi

psikologis pegawai dan arti penting keselamatan dan kesehatan kerja bagi pegawai sudah

sesuai dengan teori yang ada dimana pegawai yang bekerja di PLN bekerja dalam

keadaan yang sehat dan kuat dalam menjalankan tugas dan kewajibannya serta pegawai

PLN memberikan perhatian khusus pada keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja,

namun dalam prakteknya masih terdapat pegawai yang bekerja dengan tidak

memperdulikan keselamatan dan kesehatannya.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PLN(Persero) Area

Semarang dilihat dari fenomena-fenomena seperti, keadaan non-fisik lingkungan kerja

yang sudah baik, keadaan fisik lingkungan kerja yang kurang baik, peralatan dan

perlengkapan gedung dan pegawai yang sudah baik, dan kondisi fisik dan pemahaman

pegawai yang kurang baik. Pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja di PT.

PLN (Persero) Area Semarang dapat disimpulkan bahwa masih kurang baik, hal tersebut

tersebut didasarkan pada fenomena peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai yang

sudah baik, namun dalam hal pengadaan dan prakteknya di lapangan masih kurang

optimal.

a. Keadaan non-fisik lingkungan kerja

Keadaan non-fisik lingkungan kerja yang ada di PT. PLN (Persero) Area Semarang

dapat disimpulkan sudah baik dan terlaksana sesuai dengan harapan penyelenggara dan

pelaksana program keselamatan dan kesehatan kerja PT. PLN (Persero) Area Semarang.

Hal tersebut dapat dilihat pada semua fenomena yang telah dibahas, yaitu suasana

lingkungan kerja yang kondusif seperti komunikasi antar pegawai hingga komunikasi

antara pemimpin dengan pegawai yang terjalin baik. Keadaan non-fisik lingkungan kerja

yang ada di PT. PLN (Persero) Area Semarang mendukung pelaksanaan program

keselamatan dan kesehatan kerja pegawai PLN.


b. Keadaan fisik lingkungan kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keadaan

fisik lingkungan kerja di PT. PLN (Pe rsero) Area Semarang masih kurang baik karena

terdapat tiga fenomena yan g dikategorikan kurang baik walaupun ada satu fenomena

yang dikategorikan baik. Fenomena yang dinyatakan kurang baik adalah proses bongkar

muat, jalur evakuasi, dan proses evakuasi saat terjadi bahaya dan fenomena yang dini lai

baik adalah penataan barang dan penyimpanan barang. Pada fenomena proses bongkar

muat dinilai kurang baik karena tidak adanya pengawasan oleh bag ian petugas keamanan

yang bertugas di PT. PLN agar dapat memperlancar pr oses bongkar muat tersebut.

Kemudian pada fenomena jalur evakuasi din ilai kurang baik karena jalur evakuasi yang

ada di PT. PLN (Persero) Area S emarang masih dinilai belum layak pakai dan jalur

evakuasi yang saat ini dipakai sementara adalah jalur utama yang digunakan pegawai

untuk berlalu li ntas.

Pada proses evakuasi saat terjadi bahaya dinilai kurang baik karena tida k adanya

simulasi proses evakuasi di PT. PLN (Persero) Area Semarang sehingg a pegawai masih

bingung dalam proses evakuasi apabila terjadi bahaya. Fenom ena penataan barang dan

penyimpanan barang dinilai sudah baik karena pihak penyelenggara dan pelaksana

program keselamatan dan kesehatan kerja P T. PLN (Persero) Area Semarang telah

menyediakan tempat untuk barang-bara ng dan dokumendokumen yang masih terpakai

maupun yang sudah tidak terpakai, dan pegawai PLN turut berkontribusi pada penataan

barang-barang atau dokumen tersebut dengan memanfaatkan tempat-tempat yang telah

disediakan.

c. Peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa


peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawaidi PT. PLN (Persero) Area Semarang

sudah baik, dari sembilan fenomena te rdapat lima fenomena yang dinilai sudah baik dan

empatfenomena yang dini lai masih kurang baik. Fenomena yang dinilai sudah baik

adalah, ketersedia an denah alur evakuasi, ketersediaan simbol-simbol bahaya,

ketersediaan kot ak P3K, ketersediaan tempat sampah, dan pemeliharaan peralatan dan

perle ngkapan kerja, sedangkan fenomena yang masih kurang baik adalahket ersediaan

alat pemadam kebakaran,ketersediaan helm kerja, ketersed iaan alarm kebakaran, dan

penggunaan perlengkapan keselamatan kerja.

5.2 Saran

1. Keadaan non-fisik lingkungan kerja

PT. PLN (Persero) Area Semarang perlu mempertahankan lingkungan kerja yang

kondusif di dalam pelaksaan kerjanya sehingga membantu pegawai dalam bekerja

untuk lebih efektif dan efisien. Hubungan antar pegawai maupun dengan pemimpin

yang baik di kantor PT. PLN (Persero) Area Semarang diharapkan konsisten demi

pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja setiap pegawainya. Dengan keadaan

non fisik lingkungan kerja yang baik pada PT. PLN (Persero) Area Semarang

diharapkan dapat mengurangi kecelakaan kerja para pegawai.

2. Keadaan fisik lingkungan kerja

Perlu adanya perbaikan dan peningkatan pengawasan K3 dengan cara koordinasi

antara petugas keamanan dengan pihak penyelenggara keselamatan dan kesehatan

kerja PT. PLN (Persero) Area Semarang agar dapat meningkatkan program K3 dan

meminimalisir kecelakaan yang dapat merugikan pegawai maupun perusahaan.

Kemudian PT. PLN (Persero) Area Semarang perlu melakukan perbaikan jalur
evakuasi yang dibuat khusus untuk mengantisipasi bahaya yang akan datang dan yang

terakhir yaitu perlu dilakukannya simulasi dan latihan evakuasi bagi pegawai PLN

sehingga apabila terjadi suatu hal yang berbahaya, para pegawai mampu mengatasi

dan sudah mengetahui tindakan yang tepat yang harus dilakukan.

3. Peralatan dan perlengkapan gedung dan pegawai

Perlu adanya peningkatan anggaran untuk pengadaan sarana dan prasarana yang

menunjang program keselamatan dan kesehatan kerja di PT. PLN (Persero) Area

Semarang. Serta, pemberian sanksi bagi pegawai yang tidak menggunakan alat

pelindung diri dalam bekerja dan memberikan penghargaan bagi pegawai yang selalu

memakai alat pelindung diri dalam bekerja di lapangan sehingga para karyawan sadar

akan kepentingan keselamatan dan kesehatan kerja dan program k3 di PT. PLN

(Persero) Area Semarang dapat lebih meningkat.

4. Kondisi fisik dan pemahaman pegawai

Perlu adanya perbaikan pemahaman pegawai dengan cara pelatihan dan

pendidikan yang intensif mengenai prosedur penggunaan alat kerja dan melakukan

sosialisasi K3 secara berkelanjutan terhadap pegawai yang menggunakan alat kerja

seperti mesin-mesin agar seluruh pegawai mampu menggunakan mesin dan peralatan

kerja dengan sebaik-baiknya dan sadar akan arti penting keselamatan dan kesehatan

kerja sehingga dapat membantu mewujudkan harapan perusahaan dalam upaya

mewujudkan target perusahaan zero accident atau tidak ada kecelakaan tiap tahunnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://media.neliti.com/media/publications/97272-ID-program-keselamatan-dan-kesehatan-

kerja.pdf

Anda mungkin juga menyukai