BAB 4
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)
P embangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penye-
rapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pemba-
ngunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai
faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja.
Kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang
dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah
penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang belum melak-
sanakan ketentuan-ketentuan yang mengarah kepada pencegahan penyakit aki-
bat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan
biaya yang tinggi. Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan pengeta-
huan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat
pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah ke-
selamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus
dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, peru-
sahaan, tenaga kerja maupun organisasi lainnya.
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada dunia usaha dan dunia industri harus
diperhatikan dengan seksama pada semua tenaga kerja yang berada di dalam
lingkup tersebut. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk men-
ciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan.
Dengan menerapkan K3 akan dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. K3 telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja (Anonimous, 1993).
Pengelolaan rumah tangga pabrik yang buruk misalnya, baik yang menyangkut
gudang penyimpanan bahan baku, gudang bahan kemasan, ruang proses atau
pengisian, dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan dianggap tercemar.
Tanggung jawab seluruh karyawan setiap saat wajib yaitu tanggung jawab mengi-
kuti cara dan kebiasaan berproduksi yang baik. Di industri makanan foreman,
supervisor dan manager bertanggung jawab atas pelaksanaan cara dan kebiasa-
an berproduksi yang baik di seluruh unit kerja yang dipimpinnya. Pelaksanaan ini
harus di lakukan di setiap tempat dimana produk atau bahan baku disimpan,
diproses atau dikemas, termasuk tempat penyimpanan bahan kemasan.
Dalam dunia usaha bidang perikanan khususnya budidaya ikan merupakan salah
satu sektor dunia usaha yang menggunakan tenaga kerja untuk memenuhi target
produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau ter-
buka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki
tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Pada dunia usaha budidaya ikan tempat bekerjanya terdapat di dalam
ruangan atau di luar ruangan bergantung pada tingkat usahanya (Gusrina, 2008).
Tenaga kerja pada usaha budidaya dan pengolahan rumput laut perlu mengetahui
dan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja sebelum melakukan peker-
jaannya terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan dan
menjaga keselamatan tenaga kerja baik dari kecelakaan kerja. Pemahaman untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dapat diawali dari pemahaman
peralatan-peralatan kerja yang akan digunakan dalam proses budidaya maupun
pengolahan rumput laut terlebih dahulu. Setelah tenaga kerja mampu memahami
dan mengetahui prosedur kerja dari masing-masing peralatan kerja yang akan
digunakan maka kecelakaan kerja dapat dikurangi atau bahkan dihindari.
Salah satu aspek sanitasi lingkungan kerja adalah menjaga fasilitas yang ada di
lingkungan dan sistem budidaya maupun pada proses pengolahan rumput laut
agar tetap bersih dan bebas dari limbah/ sampah, juga mengatur peralatan-per-
alatan kerja yang digunakan serta penyimpanan peralatan dan bahan.
lingkungan kerja juga perlu dievaluasi untuk menjaga kualitas produk yang
dihasilkan.
Kesehatan kerja sangat perlu untuk dipahami dan diterapkan di lingkungan kerja
oleh tenaga kerja yang terlibat dalam suatu usaha. Pada usaha budidaya dan
pengolahan rumput laut kesehatan kerja dapat diterapkan dilapangan maupun di
dalam ruangan. Kesehatan kerja juga sangat berpengaruh terhadap kinerja dan
produktivitas pekerjaan yang akan dilakukan. Kesehaan kerja meliputi beberapa
aspek yang perlu diperhatikan antara lain, kesehatan karyawan atau tenaga kerja,
kesehatan lingkungan kerja atau sanitasi lingkungan, kesehatan sarana dan
peralatan kerja serta hingga pembuangan limbah dari hasil usaha
,
4.1.1. Pengertian kesehatan
Kesehatan adalah spesialisasi dalam ilmu higien beserta prakteknya yang dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut
serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan setinggi-tingginya (Situmorang, 2004).
Prinsip – prinsip dasar sanitasi dan higien perlu dipelajari dengan baik sehingga
suatu usaha budidaya dan pengolahannya akan dapat mengembangkan dan
menetapkan metoda ataupun program sanitasi, higien dan keselamatan kerja
yang baik, yang diberlakukan di perusahaan tersebut. Adanya suatu program
sanitasi dan higien yang baku akan dapat digunakan sebagai tolak ukur menilai
apakah suatu kondisi kebersihan dan kesehatan telah tercapai dan terpelihara
dengan baik atau belum.
urusan rumah tangga umum, penanganan dan penyimpanan bahan baku, pengo-
lahan, penggudangan, sampai kepada usaha-usaha pengendalian binatang peng-
ganggu, pembuangan dan penanganan limbah dan fasilitas umum lainnya, Pro-
gram higien terutama mencakup higien pekerja, meliputi aspek kesehatan umum,
kebersihan, dan penampilan umum (Diknas RI, 2003).
Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin dicapai, karena
terdapatnya korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas
keja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan berikut:
1) Untuk efisiensi kerja yang optimal, pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan
prosedur dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehat-
an. Lingkungan dan cara dimaksud di antaranya tekanan panas,
penerangan, keamanan kerja sesuai dengan peralatan kerja yang
digunakan.
2) Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan akibat kecelakaan kerja dan
penya-kit umum lebih mahal dibandingkan biaya untuk pencegahan.
4.1.2. Kondisi
Kondisi--kondisi keseha
kesehat
esehatan yang menyebabkan rend
renda
endahnya
produktivitas kerja
kerja
Tempat bekerja pada dunia usaha budidaya pada umumnya di ruang terbuka
sehingga kebutuhan oksigen untuk para pekerja di luar ruangan tercukupi. Pada
kondisi lingkungan budidaya yang berair, ruang budidaya sangat lembab. Oleh
karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya para pekerja harus selalu
menggunakan pakaian kerja sesuai dengan peraturan perusahaan dan tidak
menggunakan pakaian kerja yang basah. Pemakaian baju kerja yang basah dapat
mengganggu kesehatan para pekerja.
Oleh karena itu pada para pekerja yang bekerja berhubungan langsung dengan air
yang akan membasahi pakaian kerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang
terlindung dari air. Atau dapat juga pada saat bekerja yang berhubungan dengan
air menggunakan pakaian kerja yang khusus dan jika sudah selesai dengan
pekerjaan bisa menggunakan pakaian yang lain sehingga kesehatan para pekerja
tetap terjamin.
Peralatan kerja yang akan digunakan dalam proses produksi budidaya maupun
pengolahan rumput laut sebaiknya disiapkan terlebih dahulu, baik dari keterse-
diaan sarana dan prasarana maupun dari kesiapan fungsi alat yang akan
digunakan. Pada produksi budidaya rumput laut yang dilakukan di laut, peralatan
yang harus disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan pada proses yang akan
dilkukan di lapangan seperti :
a. Proses persiapan lokasi budidaya rumput laut, hendaknya dilakukan pada
pagi atau sore hari. Sarana yang digunakan pada proses ini, seperti:
- Sarana transportasi (perahu, bahan bakar, dayung, jangkar, dsb.),
- Kompas,
- Alat tulis,
- Pakaian sampling (pakaian lengan panjang, topi, sepatu/sandal, pelam-
pung, dsb).
b. Proses pembuatan rakit, sebaiknya dilakukan di darat pada tanah lapang atau
pekarangan rumah yang bersih dari sampah/kotoran, peralatan yang diguna-
kan seperti:
- Bambu/ kayu
- Pelampung rakit
- Tali tambang
- Paku
- Palu
- Gergaji
- Golok/pemotong
c. Proses penanaman rumput, pengikatan rumput laut pada rakit dapat dilaku-
kan di darat terlebih dahulu atau langsung diikat pada tali yang sudah
dipancangkan di laut sebelumnya. Pengikatan bibit rumput laut yang dilaku-
kan di darat sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alas duduk sehingga
rumput laut tidak langsung terkena tanah atau pasir di darat. Proses pengika-
tan bibit harus dilakukan ditempat yang jauh dari tumpukan sampah atau
kotoran. Peralatan yang digunakan antara lain :
- Rakit yang telah siap
- Tali rafia/tambang kecil
- Pakaian sampling
- Perahu
- Jangkar/pemancang
d. Proses pemeliharaan, biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, paralatan
yang digunakan seperti:
- Perahu
- Keranjang
- Tongkat kayu
- Alat pemotong (gunting atau golok)
- Tali tambang
e. Proses pemanenan, dilakukan pada pagi hari. Keranjang tempat menampung
hasil panen rumput laut harus terpisah dari peralatan yang digunakan. Pera-
latan yang digunaan, seperti:
- Perahu
- Keranjang
- Alat pemotong
- Plastik penutup
- Alat tulis
f. Proses pasca panen, kegiatan yang dilakukan pada proses ini adalah pencu-
cian dan penjemuran hasil panen sesuai dengan kriteria hasil panen yang
diharapkan dari industri yang membutuhkan. Penjemuran rumput laut harus
dilakukan di tempat yang mendapat cukup sinar matahari dan pada tempat
yang jauh dari sampah atau kotoran. Peralatan yang digunakan, seperti:
- Keranjang
- Timbangan
- Karung goni/plastik
- Para-para/terpal
- Alat tulis
Pada industri pengolahan rumput laut juga perlu dilakukan persiapan sarana dan
prasarana industri sesuai dengan kebutuhan dalam metode pengolahan yang
akan digunakan, seperti:
a. Lokasi industri pengolahan rumput laut tidak terletak pada arah angin dari
sumber pencemaran debu, asap, bau dan pencemaran lainnya, jarak
antara sumber pencemaran dengan pabrik tidak boleh kurang dari 100
meter.
b. Pekarangan di sekeliling lokasi pabrik atau unit pengolahan hendaknya
selalu dipelihara kebersihannya. Kebersihan yang terjaga dengan baik
akan mengu-rangi potensi bahaya dan masalah yang mengancam
kelancaran proses produksi.
c. Lantai, gang, tangga dan jalan keluar /masuk ruang pengolahan harus
bersih, bebas sampah, tidak licin dan tidak berminyak, bebas oli, dan tidak
ada air yang menggenang.
d. Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata
sehingga mudah dibersihkan dan tidak ada genangan air.
e. Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan,
lampu-lampu dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengolahan
harus dalam kondisi bersih.
f. Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan
ven-tilasi yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi
dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara
merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menyilaukan.
g. Kamar mandi, WC, tempat cuci kaki dan tangan juga harus selalu dijaga
kebersihannya. Pada fasilitas ini perlu tersedia air yang cukup,
Sanitasi peraatan kerja dan lingkungan industri yang baik dapat dilihat pada
gambar 4.2 dibawah ini
Berikut dibawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada penanganan dan
peyimpanan bahan baku :
1) Alat–alat yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan bahan baku
baik alat utama atau alat pembantu lainnya harus selalu dalam keadaan
baik, utuh dan bersih.
2) Ruang penyimpanan harus selalu bersih, bebas dari binatang pengganggu.
3) Jika bahan baku disimpan dalam kotak-kotak ataupun kemasan lainnya,
maka untuk penyimpanannya perlu disusun dengan baik dan teratur,
misalnya dengan menggunakan rak-rak atau pallet. Pengaturan ini bertujuan
untuk mempermudah pada waktu pemeriksaan dan pemeliharaan
kebersihan.
4) Tumpahan bahan baku pada lantai hendaknya segera dibersihkan, jangan
dibiarkan tercecer karena dapat mengundang binatang atau pun serangga
yang tidak diinginkan (Anonimous, 2002).
Gusrina (2008) menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha
rumput laut yang mempunyai gudang bahan-bahan kimia harus diperhatikan
tentang proses penyimpanannya. Penyimpanan bahan kimia yang salah dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecerobohan manusia.
Oleh karena itu dalam menyimpan bahan kimia harus diperhatikan beberapa
faktor yang akan mempengaruhi bahan kimia selama penyimpanan digudang
antara lain adalah :
Temperatur,
Temperatur terjadinya kenaikan suhu dalam ruang penyimpanan akan
memicu terjadinya reaksi bahkan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan kimia. Kondisi ini dapat mengubah karakteristik bahan kimia.
Resiko berbaha-yapun dapat terjadi sebagai akibat kenaikan suhu di dalam
ruang penyim-panan. Oleh karena itu di dalam ruangan penyimpanan
bahan kimia harus terdapat alat ukur suhu ruang yaitu termometer. Ada
beberapa termometer yang dapat mengukur temperatur ruangan.
Termometer yang biasa digunakan untuk mengukur suhu ruangan yaitu
temperatur minimum dan maksimum.
Kelembaban,
Kelembaban kelembaban dapat diartikan sebagai perbandingan tekanan
uap air di udara terhadap uap air jenuh pada suhu dan tekanan udara
tertentu. Kelembaban dapat juga diartikan sebagai banyaknya uap air di
udara. Faktor kelembaban sangat penting diperhatikan karena
berhubungan erat dengan pengaruhnya pada zat-zat higroskopis. Bahan
kimia higrokoskopis sangat mudah menyerap uap air dari udara, juga dapat
terjadi reaksi hidrasi eksoter-mis yang akan menimbulkan pemanasan
ruangan. Kontrol terhadap kelemba-ban ruang penyimpanan penting
dilakukan untuk mencegah kerugian-kerugian yang tidak di-inginkan. Ada
beberapa alat pengukur kelembaban yang dapat digunakan seperti
higrometer, termohigrometer atau termometer bola basah dan bola kering.
Interaksi dengan wadah.
wadah Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan
kemasan atau wadah sehingga dapat merusak wadah sampai akhirnya
me-nyebabkan kebocoran. Kebocoran bahan kimia terutama yang
berbahaya da-pat menimbulkan kecelakaan seperti ledakan, kebakaran
dan melukai tubuh. Misalnya, wadah yang terbuat dari bahan besi/ logam,
sebaiknya tidak diguna-kan untuk menyimpan bahan kimia yang bersifat
korosif karena akan terjadi peristiwa karatan/korosif sehingga akan
merusak wadah.
Interaksi antar bahan kimia,
kimia selama penyimpanan bahan kimia dapat
berinter-aksi dengan bahan kimia lainnya. Interaksi ini dapat
mengakibatkan perubah-an karakteristik bahan kimia tersebut, misalnya
interaksi antara bahan kimia yang bersifat oksidator dengan bahan kimia
yang mudah terbakar dapat menimbulkan terjadinya kebakaran, sehingga
dalam penyimpanannya harus terpisah.
Beberapa hal yang hatus diperhatikan pada ketersediaan peralatan dan fasilitas
pengolahan pada industri pangan antara lain :
Dengan semakin besarnya skala usaha, maka semakin banyak pula limbah yang
dihasilkan. Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah yang diha-
silkan tersebut, seperti :
1) Saluran pembuangan limbah cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga
proses pembuangan limbah cair tidak terhambat.
2) Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ke
tempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan umum.
3) Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengaki-
batkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa masalah pence-
maran lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk berkonsultasi
dengan badan pengelolaan limbah.
4) Pemanfaatan limbah adalah sebagai tambahan makanan/minuman untuk
ternak. Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat
pembu-angan sampah padat yang cukup, baik kebersihannya maupun
ukurannya sesuai dengan jumlah sampah diproduksi.
Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat risiko bahayanya
adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.
Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya (Suma’mur, 1985). Tujuan kesela-
matan kerja adalah sebagai berikut :
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan peker-
jaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas perusahaan (Gambar 4.3).
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Pada usaha budidaya rumput laut salah satu contoh upaya untuk menjaga
keselamatan kerja adalah penggunaan pelampung dan pakaian kerja pada saat
melakukan kegiatan di lapangan (di laut), hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
tenggelamnya orang y6ang melakukan kegiatan penanaman atau pemanenan di
laut, seperti terlihat pada Gambar 4.3.
4.2.2.
.2.2. Keselamatan kerja dan perlindungan tenaga kerja
kerja
Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlin-
dungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Jelas bahwa keselamatan
kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja.
Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara mela-
kukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya, harus
sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan.
Pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih
tampil ke depan lagi dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala
seginya termasuk problematik keselamatan kerja menampilkan banyak permasa-
lahan, sedangkan kondisi sosial kultural belum cukup siap untuk menghadapinya.
Keselamatan harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup
yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan suatu bagian dari
keselamatan pada umumnya, masyarakat harus dipahami.
Pada usaha perikanan budidaya rumput laut tenaga kerja atau pembudidaya
hendaknya dapat berenang dengan baik dan tidak lupa menggunakan pelampung
sebelum melakukan penanaman rumput laut yang dilakukan di lapangan (laut), hal
ini sangat penting untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja di lapangan
Higien yang baik adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya
makanan oleh cemaran fisik, kimia, maupun biologis dari tubuh karyawan. Upaya
yang dapat dilakukan adalah memupuk kebiasaan karyawan yang baik dan mela-
tih karyawan untuk meninggalkan kebiasaan karyawan yang buruk (Diknas RI,
2003).
Cara yang
yang Baik untuk Mencegah Pencemaran Mikroba dari Karyawan
Peliharalah rambut dan kumis atau jenggot tetap pendek dan bersih
Rawatlah kuku jari tangan agar selalu pendek dan bersih,
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 125
Agribisnis Rumput Laut
4.3.2.
.3.2. Higien dan sanitasi sarana pengolahan pangan
pangan
4.3.3.
.3.3. Ruang pengolahan
pengolahan
4.3.4.
.3.4. Peralatan pengolahan
pengolahan
4.3.5.
.3.5. Fasilitas higien dan sanitasi
sanitasi
4.3.6.
.3.6. Kontaminasi silang dan cara menghindarinya
menghindarinya
Jika tidak dilindungi dengan baik, produk pangan yang sudah diolah mungkin saja
tercemar kembali oleh cemaran–cemaran fisik, kimia dan biologis. Pencemaran
kembali produk pangan ini disebut pencemaran silang atau kontaminasi silang.
Kontaminasi silang sangat merugikan dihitung dari segi waktu dan biaya, karena
upaya yang telah diberikan untuk membuat produk pangan menjadi mubazir
sebab produk pangan yanng terkontaminasi silang telah terlanjur dijual dan
menimbulkan keracunan pada konsumen. Jika ini terjadi, industri pangan yang
membuat pangan tersebut dapat dituntut ke pengadilan.
Kontaminasi silang terjadi karena produk pangan yang sudah diolah tercemar
kembali oleh cemaran dari bahan mentah yang masih kotor (produk pangan yang
telah diolah diletakkan di dekat bahan mentah yang masih kotor) maupun dari
mesin dan peralatan yang masih kotor seperti meja kerja, alat – alat pengolahan,
kemasan dan lingkungannya yang masih kotor. Produk pangan tercemar kembali
oleh cemaran dari karyawan yang sedang bekerja. Ini terjadi kalau produk pangan
yang sudah diolah diletakkan di tempat sembarangan sehingga karyawan yang
tidak bertanggung jawab terhadap produk pangan (misalnya karyawan bengkel)
dapat mencemari produk pangan yang bersangkutan.
Simpan wadah atau kemasan yang sudah dicuci di tempat khusus yang
bersih,
Letakkan botol bersih dengan posisi mulut botol ke bawah
Melindungi produk pangan yang sudah diolah dari cemaran melalui lingkungan
yang kotor khususnya udara
Gunakan meja yang bersih untuk menyimpan produk pangan yang sudah
diolah,
Jangan gunakan peralatan yang kotor berulang–ulang. Bersihkan dulu
peralat-an yang kotor sebelum digunakan,
Jangan memegang makanan dengan tangan telanjang, gunakan penjepit
atau sendok. Jika harus dipegang, gunakan kantong plastik bersih sebagai
sarung tangan.
4.3.7.
.3.7. Pengendalian proses
proses dalam pengolahan pangan
Untuk mengolah bahan pangan mentah menjadi suatu produk pangan diperlukan
cara–cara pengolahan yang harus dilalui tahap demi tahap secara berurutan.
Setiap tahap pengolahan ini dilakukan dengan tujuan tertentu yang berkaitan
dengan mutu dan keamanan produk pangan yang dihasilkan. Oleh karena itu,
maka setiap tahap pengolahan ini harus dikendalikan supaya benar (Anonimous,
2002).
Proses pengolahan pangan perlu dikendalikan untuk menghasilkan produk
pangan yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi,
Pada prinsipnya pengendalian proses pengolahan adalah untuk
menghindari atau menghilangkan sumber bahaya,
Proses pengendalian hendaknya dilakukan sejak bahan mentah masuk
sampai produk pangan dihasilkan.
4.3.8.
.3.8. Pengendalian tahap–
tahap–tahap pengolahan kritis
Tahap-
Tahap-Tahap yang Dianggap Kritis
a. Pemilihan Bahan Mentah
Memilih bahan mentah yang tidak mengandung bahaya bagi kesehatan
manusia baik bahaya fisik, kimia maupun biologis, dan memilih BTP yang
diizinkan penggunaanya untuk pangan.
b. Formulasi Khusus
Menggunakan BTP dengan takaran tidak melebihi takaran maksimum yang
diperbolehkan, mengatur pH asam yang sesuai untuk menekan
partumbuhan bakteri, misalnya produk saus, dan mengatur kadar gula
tinggi, untuk menekan partumbuhan mikroba, misalnya pada produk sirup.
c. Proses Pengolahan
Pemanasan dengan suhu dan waktu yang tepat, misalnya pada proses
pasteurisasi atau sterilisasi, untuk memusnahkan bakteri pembusuk atau
pathogen, mempertahankan suhu penyimpanan dingin dengan tepat untuk
menjaga agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba, dan mempertahankan
suhu penyimpanan hangat (sekitar 5°C) untuk menjaga agar mikroba tidak
tumbuh.
Disisi lain dalam proses penyediaan barang kebutuhan manusia juga akan
dihasilkan limbah, limbah yang dihasilkan menjadi beban bagi lingkungan untuk
mendegradasinya. Jumlah limbah yang semakin besar yang tidak terdegradasi
akan menimbulkan masalah pencemaran.
Menurut difinisi di atas lingkungan hidup merupakan suatu sistem sehingga tentu
terdiri dari sub-sistem yang merupakan komponen penyusun sistem. Lingkungan
hidup tersusun dari tiga komponen yakni Abiotik, Biotik dan Kultur. Ketiga
komponen tersebut memiliki hubungan saling mempengaruhi dan saling keter-
gantungan antara satu dan lainnya. Hubungan timbal balik antar komponen ling-
kungan hidup akan menuju pada suatu kesetimbangan. Perubahan yang terjadi
pada salah satu sub sistem akan berpengaruh pada kesetimbangan seluru sistem
lingkungan hidup dan akan menuju pada kesetimbangan yang baru. Secara lebih
jelas tergambar pada diagram berikut.
Siklus materi dan siklus energi dimulai dari proses fotosintesa yang terjadi pada
tumbuhan berklorofil membentuk C6H12O6, merupakan senyawa organik pertama
yang akan disintesa membentuk seluruh biomassa dimuka bumi. Melalui rantai
makanan materi biomassa akan berpindah dari biota satu ke biota lainnya, dirom-
bak dan disintesa kembali menjadi bentuk yang lain. Pada akhirnya jika biota mati,
akan terjadi proses dekomposisi biomassa oleh biota dekomposer menjadi unsur
hara yang siap diserap kembali oleh tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa.
Kata energi berasal dari kata Yunani ” Ergenia” yang berarti daya. Energi tidak
dapat dikreasi maupun dimusnahkan, melainkan dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lain. Energi tidak tampak hanya dapat dilihat dari kinerjanya, tetapi
jumlahnya dapat diukur. Sumber utama dari segala bentuk energi yang tersedia
bagi manusia di bumi adalah matahari yang memasok bumi dengan energi
cahaya. Energi cahaya yang dipancarkan matahari selanjutnya akan diubah men-
jadi energi biokimiawi melalui proses fotosintesa. Selanjutnya energi biomassa ini
akan berubah kebentuk energi biomassa yang lain seiring dengan perubahan
materi dalam rantai makanan. Perbedaan antara siklus materi dan siklus energi
adalah, siklus materi merupakan siklus tertutup, sedangkan siklus energi tidak
tertutup.
Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan
hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan
lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi
sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan
tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan
pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan
produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering
terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya
biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.
Tempat kerja adalah suatu tempat yang sangat erat hubungannya dengan pekerja
dan pengelola/yang memiliki serta pengunjung yang digunakan untuk melakukan
suatu kegiatan produksi barang atau jasa dan saling interaksi, tempat tersebut
dapat berupa ruangan terbuka, tertutup, bergerak atau tidak bergerak. Gambar
4.5. menunjukkan lokasi pabrik sebagai tempat usaha yang menjadi bagian dari
lingkungan hidup.
lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress
atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya
promosi kesehatan di tempat kerja.
4.5.1. Dasar-
Dasar-dasar pertolongan pertama
pertama
(a) (b)
Gambar 4.6. Peralatan P3K (a) di dalam ruangan (b) di luar ruangan
a. Prinsip Dasar
b. Sistematika Pertolongan
Pertolongan Pertama
4.5.2. Kasus-
Kasus-kasus kecelakaan
kecelakaan dalam kegiatan alam terbuka
terbuka
Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam
kegiatan di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:
f. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah
kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
• Nyeri di dada
• Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
• Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
• Denyut nadi tak teraba/lemah
• Gangguan nafas
• Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
• Kepala terasa ringan
• Lemas
• Kulit berubah pucat/kebiruan
• Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung.
jantung Hal itu bisa terjadi karena
gangguan pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi ½ duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan
h. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu
ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan (Gambar 4.8 (b)).
Gejala
• Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
• Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh
darah
• Kadang disertai pusing
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan
Pertama
j. Memar yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan
keras.
Gejala
• Warna kebiruan/merah pada kulit
• Nyeri jika di tekan
• Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka
• Pendarahan
• Rasa nyeri
Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril/plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka
m. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja,
dan waktu apa saja. Penghentian darah dengan cara
1. Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll
2. Fisika: dikompres dengan air dingin maka akan mengecil,atau dengan
dikompres dengan air panas sehingga terjadi penjedalan dan akan
mengurangi pendarahan.
3. Kimia: Obat-obatan
4. Biokimia: vitamin K
5. Elektrik: diahermik
Penanganan
1. Tenangkan korban jika sadar
a) Untuk patah tulang tertutup
o Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bias digerak-
kan/diangkat), Sensasi (respon nyeri), Sirkulasi (peredaran darah)
o Ukur bidai disisi yang sehat
o Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela tubuh bawah
o Pasang bantalan didaerah patah tulang
o Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka
o Ikat bidai
b) Untuk patah tulang terbuka
o Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang
mencuat
o Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin
o Ikat dengan ikatan V
o Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup
Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergeseran tulang yang patah
2. memberikan istirahat pada anggota badan yang patah
3. mengurangi rasa sakit
4. Mempercepat penyembuhan
o. Luka Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat
membakar) Gambar 4.10 (a)
Penanganan
a) Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen
b) Perhatikan keadaan umum penderita
c) Pendinginan
o Membuka pakaian penderita/korban
o Merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk
daerah wajah, cukup dikompres air
d) Mencegah infeksi
o Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat
melekat pada luka
o Penderita dikerudungi kain putih
o Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap
dll
e) Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48
jam pertama
f) Bila luka bakar luas penderita diKuasakan
g) Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam
satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24-48 jam
pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan.
h) Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari
tubuh.
p. Hipotermia yaitu suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin (Gambar
4.10 (b))
Gejala
• Menggigil/gemetar
• Perasaan melayang
• Nafas cepat, nadi lambat
• Pandangan terganggu
• Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat
Penanganan
1. Bawa korban ketempat hangat
2. Jaga jalan nafas tetap lancar
3. Beri minuman hangat dan selimut
4. Jaga agar tetap sadar
5. Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak (jika masih
kedinginan)
r. Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu
yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua
jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya
resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
• Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
• Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat
melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:
1) Gigitan
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung
pada ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah
sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi
menjadi 3, yaitu:
1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 146
Agribisnis Rumput Laut
2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang
dengan sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedic
(a) (b)
(c)
Gambar 4.11. Penanganan pertama pada kasus gigitan ular (a) penyedotan bisa
(b) pengeluaran sisa darah dan bisa ular (c) menghambat
penjalaran bisa ke dalam tubuh
Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu
untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk
mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut (Gambar 4.12).
Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu,
namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi
korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut
mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.
Bila penolong satu orang maka penderita dapat:
• Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
• Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah
tulang
• Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas
• Dipanggul/digendong
• Merayap posisi miring
Bila penolong dua orang maka penderita dapat:
Pengangkutan korban tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila
korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban
patah tulang leher atau tulang punggung.
• Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan
(a) (b)
Gambar 4.12. Evakuasi korban tanpa menggunakan alat bantu (a) penolong satu
orang (b) penolong dua orang atau lebih
2. Alat bantu
• Tandu permanen
• Tandu darurat
• Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
• Tali/webbing
4.5.4. Farmakologi
RANGKUMAN
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada dunia usaha dan dunia industri harus
diperhatikan dengan seksama pada semua tenaga kerja yang berada di dalam
lingkup tersebut. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk men-
ciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan.
Dengan menerapkan K3 akan dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. Lingkungan hidup sebagai lingkungan kerja baik secara
fisikdan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi
sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan
tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan
APLIKASI KONSEP
Amati bersama kelompok anda, dan lakukan wawancara terhadap petani budidaya
rumput laut mengenai keselamatan kerja yang perlu diterapkan dilapangan dalam
melakukan penanaman rumput laut, serta upaya-upaya yang dilakukan bila terjadi
kecelakaan kerja. Selanjutnya berkunjunglah ke lokasi pengolahan hasil rumput
laut skala rumah tangga atau skala industri lakukan pengamatan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja di bidang pengolahan pangan.
PEMECAHAN MASALAH
Diskusikan bersama kelompok hasil yang telah anda lakukan dalam aplikasi
konsep:
a. Peluang-peluang terjadinya kecelakaan kerja di bidang budidaya rumput laut
dan bandingkan dengan peluang kecelakaan kerja di bidang pengolahan
b. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan di lapangan budidaya rumput
laut bila terjadi kecelakaan akibat pingsan
c. Pertolongan pertama yang dilakukan bila terjadi luka akibat kebakaran di
tempat pengolahan rumput laut
PENGAYAAN
KUNCI JAWABAN
1. A
2. C
3. D
4. B
5. C
6. D
7. C
8. A
9. D
10. C