Anda di halaman 1dari 45

Agribisnis Rumput Laut

BAB 4
KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA
DAN LINGKUNGAN HIDUP (K3LH)

P embangunan sektor industri saat ini merupakan salah satu andalan dalam
pembangunan nasional Indonesia yang berdampak positif terhadap penye-
rapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan dan pemerataan pemba-
ngunan. Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya selalu disertai
faktor-faktor yang mengandung resiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan
maupun penyakit akibat kerja.

Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah.


Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun
waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih-lebih
perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik
daripada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya
yang lebih besar untuk penanganan dan pemberian kompensasinya.

Kegiatan sektor industri tidak terlepas dengan penggunaan teknologi maju yang
dapat berdampak terhadap keselamatan dan kesehatan kerja terutama masalah
penyakit akibat kerja. Selain itu masih banyak perusahaan yang belum melak-
sanakan ketentuan-ketentuan yang mengarah kepada pencegahan penyakit aki-
bat kerja, hal ini disebabkan karena kurangnya perhatian, waktu dan memerlukan
biaya yang tinggi. Dari pihak pekerja sendiri disamping pengertian dan pengeta-
huan masih terbatas, ada sebagian dari mereka masih segan menggunakan alat
pelindung atau mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah ke-
selamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan sendiri-sendiri, tetapi harus
dilakukan secara terpadu yang melibatkan berbagai pihak, baik pemerintah, peru-
sahaan, tenaga kerja maupun organisasi lainnya.

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada dunia usaha dan dunia industri harus
diperhatikan dengan seksama pada semua tenaga kerja yang berada di dalam
lingkup tersebut. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk men-
ciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan.
Dengan menerapkan K3 akan dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. K3 telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
1970 tentang keselamatan kerja (Anonimous, 1993).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 110


Agribisnis Rumput Laut

Pengelolaan rumah tangga pabrik yang buruk misalnya, baik yang menyangkut
gudang penyimpanan bahan baku, gudang bahan kemasan, ruang proses atau
pengisian, dapat mengakibatkan produk yang dihasilkan dianggap tercemar.
Tanggung jawab seluruh karyawan setiap saat wajib yaitu tanggung jawab mengi-
kuti cara dan kebiasaan berproduksi yang baik. Di industri makanan foreman,
supervisor dan manager bertanggung jawab atas pelaksanaan cara dan kebiasa-
an berproduksi yang baik di seluruh unit kerja yang dipimpinnya. Pelaksanaan ini
harus di lakukan di setiap tempat dimana produk atau bahan baku disimpan,
diproses atau dikemas, termasuk tempat penyimpanan bahan kemasan.

Prosedur dan kebijaksanaan higien pada karyawan seperti makanan dan


minuman hanya boleh disimpan, dibawa dan dikonsumsi di area yang ditentukan
seperti di kantin pada saat istirahat. Pada saat karyawan berada pada area
produksi dilarang untuk merokok, meludah, batuk atau bersin menggigit tusuk gigi,
batang korek api dan sejenisnya karena berhubungan langsung dengan produk
atau peralatan produksi yang akan menyebabkan kontaminasi. Di lingkungan area
produksi tidak boleh mengenakan perhiasan yang meliputi jam tangan, anting,
cincin, peniti, kalung, bros dan lain-lain (Anonimous, 1988).

Dalam dunia usaha bidang perikanan khususnya budidaya ikan merupakan salah
satu sektor dunia usaha yang menggunakan tenaga kerja untuk memenuhi target
produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau ter-
buka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki
tempat kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Pada dunia usaha budidaya ikan tempat bekerjanya terdapat di dalam
ruangan atau di luar ruangan bergantung pada tingkat usahanya (Gusrina, 2008).

Tenaga kerja pada usaha budidaya dan pengolahan rumput laut perlu mengetahui
dan menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja sebelum melakukan peker-
jaannya terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mempermudah pekerjaan dan
menjaga keselamatan tenaga kerja baik dari kecelakaan kerja. Pemahaman untuk
menjaga kesehatan dan keselamatan kerja dapat diawali dari pemahaman
peralatan-peralatan kerja yang akan digunakan dalam proses budidaya maupun
pengolahan rumput laut terlebih dahulu. Setelah tenaga kerja mampu memahami
dan mengetahui prosedur kerja dari masing-masing peralatan kerja yang akan
digunakan maka kecelakaan kerja dapat dikurangi atau bahkan dihindari.

Salah satu aspek sanitasi lingkungan kerja adalah menjaga fasilitas yang ada di
lingkungan dan sistem budidaya maupun pada proses pengolahan rumput laut
agar tetap bersih dan bebas dari limbah/ sampah, juga mengatur peralatan-per-
alatan kerja yang digunakan serta penyimpanan peralatan dan bahan.

Pengelolaan kesehatan lingkungan kerja beserta peralatan dan bahan yang


digunakan tidak dapat dilakukan hanya pada awal dan akhir saja, namun harus
dilakukan secara teratur, dan terencana. Pengelolaan kebersihan dan kesehatan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 111


Agribisnis Rumput Laut

lingkungan kerja juga perlu dievaluasi untuk menjaga kualitas produk yang
dihasilkan.

4.1. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja sangat perlu untuk dipahami dan diterapkan di lingkungan kerja
oleh tenaga kerja yang terlibat dalam suatu usaha. Pada usaha budidaya dan
pengolahan rumput laut kesehatan kerja dapat diterapkan dilapangan maupun di
dalam ruangan. Kesehatan kerja juga sangat berpengaruh terhadap kinerja dan
produktivitas pekerjaan yang akan dilakukan. Kesehaan kerja meliputi beberapa
aspek yang perlu diperhatikan antara lain, kesehatan karyawan atau tenaga kerja,
kesehatan lingkungan kerja atau sanitasi lingkungan, kesehatan sarana dan
peralatan kerja serta hingga pembuangan limbah dari hasil usaha
,
4.1.1. Pengertian kesehatan

Kesehatan adalah spesialisasi dalam ilmu higien beserta prakteknya yang dengan
mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kualitatif dan
kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang
hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut
serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap
derajat kesehatan setinggi-tingginya (Situmorang, 2004).

Prinsip – prinsip dasar sanitasi dan higien perlu dipelajari dengan baik sehingga
suatu usaha budidaya dan pengolahannya akan dapat mengembangkan dan
menetapkan metoda ataupun program sanitasi, higien dan keselamatan kerja
yang baik, yang diberlakukan di perusahaan tersebut. Adanya suatu program
sanitasi dan higien yang baku akan dapat digunakan sebagai tolak ukur menilai
apakah suatu kondisi kebersihan dan kesehatan telah tercapai dan terpelihara
dengan baik atau belum.

Kesehatan lingkungan kerja sangat perlu diperhatikan pada usaha budidaya


rumput laut yang sebagian besar dilakukan di lapangan atau luar ruangan ataupun
usaha pengolahan rumput laut yang dilakukan di dalam ruangan tertutup. Hakekat
kesehatan lingkungan kerja dan kesehatan kerja mencakup dua hal :
1) Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-
tingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau para pekerja be-
bas. Dengan demikian higien dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga
kerja.
2) Sebagai alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada me-
ningkatnya efisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi.

Program sanitasi higien perusahaan dan keselamatan kerja harus mencakup


semua aspek produksi. Program ini hendaknya diterapkan mulai dari aspek-aspek
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 112
Agribisnis Rumput Laut

urusan rumah tangga umum, penanganan dan penyimpanan bahan baku, pengo-
lahan, penggudangan, sampai kepada usaha-usaha pengendalian binatang peng-
ganggu, pembuangan dan penanganan limbah dan fasilitas umum lainnya, Pro-
gram higien terutama mencakup higien pekerja, meliputi aspek kesehatan umum,
kebersihan, dan penampilan umum (Diknas RI, 2003).

Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin dicapai, karena
terdapatnya korelasi antara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas
keja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan berikut:
1) Untuk efisiensi kerja yang optimal, pekerjaan harus dilakukan sesuai dengan
prosedur dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehat-
an. Lingkungan dan cara dimaksud di antaranya tekanan panas,
penerangan, keamanan kerja sesuai dengan peralatan kerja yang
digunakan.
2) Biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan akibat kecelakaan kerja dan
penya-kit umum lebih mahal dibandingkan biaya untuk pencegahan.

4.1.2. Kondisi
Kondisi--kondisi keseha
kesehat
esehatan yang menyebabkan rend
renda
endahnya
produktivitas kerja
kerja

Berdasarkan hasil survei dan pengamatan Lembaga Nasional Higien Perusahaan


dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja tentang kesehatan yang
berhubungan dengan produktivitas kerja diperoleh gambaran adanya kondisi-
kondisi kesehatan yang sangat tidak menguntungkan.

Tempat bekerja pada dunia usaha budidaya pada umumnya di ruang terbuka
sehingga kebutuhan oksigen untuk para pekerja di luar ruangan tercukupi. Pada
kondisi lingkungan budidaya yang berair, ruang budidaya sangat lembab. Oleh
karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya para pekerja harus selalu
menggunakan pakaian kerja sesuai dengan peraturan perusahaan dan tidak
menggunakan pakaian kerja yang basah. Pemakaian baju kerja yang basah dapat
mengganggu kesehatan para pekerja.

Oleh karena itu pada para pekerja yang bekerja berhubungan langsung dengan air
yang akan membasahi pakaian kerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang
terlindung dari air. Atau dapat juga pada saat bekerja yang berhubungan dengan
air menggunakan pakaian kerja yang khusus dan jika sudah selesai dengan
pekerjaan bisa menggunakan pakaian yang lain sehingga kesehatan para pekerja
tetap terjamin.

Penggunaan pakaian kerja yang basah dapat mengakibatkan kesehatan para


pekerja terganggu. Oleh karena itu harus dipikirkan pakaian kerja yang tepat bagi
para pekerja yang bermain dengan air sebagai media hidup ikan yang
dipeliharanya. Pada bidang budidaya di laut penggunaan pakaian lengan panjang,
topi, alas kaki dan pelampung dengan baik merupakan salah satu bentuk

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 113


Agribisnis Rumput Laut

penerapan K3 di lingkungan kerja (Dini, 2003). Sedangkan pada bidang


pengolahan perikanan perlu menggunakan pakaian kerja seperti celemek, sepatu
boot, masker dan tutup kepala seperti terlihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Pakaian kerja bidang pengolahan

Situmorang (2003) menjelaskan bahwa aspek-aspek yang perlu diperhatikan yang


mempengaruhi produkstivitas kerja antara lain adalah:
1. Penyakit Umum
Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan lain-
lainnya, penyakit yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi,
penyakit endemik dan penyakit parasit.
2. Penyakit Akibat Kerja
Penyakit seperti pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunan-kera-
cunan bahan kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan
lain-lain yang terdapat pada tenaga kerja.
3. Kondisi Gizi
Keadaan gizi pada buruh-buruh sering tidak menguntungkan ditinjau dari
sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang baik dikarenakan
penya-kit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian tentang gizi,
kemam-puan pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar.
4. Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal
tenaga kerja. Pada industri budidaya rumput laut yang dilakukan di lapangan
kondisi lingkungan kerja seperti musim, iklim dan curah hujan sangat
berpengaruh terhadap produkstivitas kerja, sedangkan industri pengolahan
rumput laut yang dilakukan di dalam ruangan kondisi lingkungan kerja

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 114


Agribisnis Rumput Laut

seperti suhu udara dan kelembaban di dalam ruangan mempengaruhi


produkstivitas tenaga kerja.

4.1.3. Sanitasi peralatan kerja

Peralatan kerja yang akan digunakan dalam proses produksi budidaya maupun
pengolahan rumput laut sebaiknya disiapkan terlebih dahulu, baik dari keterse-
diaan sarana dan prasarana maupun dari kesiapan fungsi alat yang akan
digunakan. Pada produksi budidaya rumput laut yang dilakukan di laut, peralatan
yang harus disiapkan disesuaikan dengan kebutuhan pada proses yang akan
dilkukan di lapangan seperti :
a. Proses persiapan lokasi budidaya rumput laut, hendaknya dilakukan pada
pagi atau sore hari. Sarana yang digunakan pada proses ini, seperti:
- Sarana transportasi (perahu, bahan bakar, dayung, jangkar, dsb.),
- Kompas,
- Alat tulis,
- Pakaian sampling (pakaian lengan panjang, topi, sepatu/sandal, pelam-
pung, dsb).
b. Proses pembuatan rakit, sebaiknya dilakukan di darat pada tanah lapang atau
pekarangan rumah yang bersih dari sampah/kotoran, peralatan yang diguna-
kan seperti:
- Bambu/ kayu
- Pelampung rakit
- Tali tambang
- Paku
- Palu
- Gergaji
- Golok/pemotong
c. Proses penanaman rumput, pengikatan rumput laut pada rakit dapat dilaku-
kan di darat terlebih dahulu atau langsung diikat pada tali yang sudah
dipancangkan di laut sebelumnya. Pengikatan bibit rumput laut yang dilaku-
kan di darat sebaiknya dilakukan dengan menggunakan alas duduk sehingga
rumput laut tidak langsung terkena tanah atau pasir di darat. Proses pengika-
tan bibit harus dilakukan ditempat yang jauh dari tumpukan sampah atau
kotoran. Peralatan yang digunakan antara lain :
- Rakit yang telah siap
- Tali rafia/tambang kecil
- Pakaian sampling
- Perahu
- Jangkar/pemancang
d. Proses pemeliharaan, biasanya dilakukan pada pagi atau sore hari, paralatan
yang digunakan seperti:
- Perahu
- Keranjang
- Tongkat kayu
- Alat pemotong (gunting atau golok)

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 115


Agribisnis Rumput Laut

- Tali tambang
e. Proses pemanenan, dilakukan pada pagi hari. Keranjang tempat menampung
hasil panen rumput laut harus terpisah dari peralatan yang digunakan. Pera-
latan yang digunaan, seperti:
- Perahu
- Keranjang
- Alat pemotong
- Plastik penutup
- Alat tulis
f. Proses pasca panen, kegiatan yang dilakukan pada proses ini adalah pencu-
cian dan penjemuran hasil panen sesuai dengan kriteria hasil panen yang
diharapkan dari industri yang membutuhkan. Penjemuran rumput laut harus
dilakukan di tempat yang mendapat cukup sinar matahari dan pada tempat
yang jauh dari sampah atau kotoran. Peralatan yang digunakan, seperti:
- Keranjang
- Timbangan
- Karung goni/plastik
- Para-para/terpal
- Alat tulis

Pada industri pengolahan rumput laut juga perlu dilakukan persiapan sarana dan
prasarana industri sesuai dengan kebutuhan dalam metode pengolahan yang
akan digunakan, seperti:
a. Lokasi industri pengolahan rumput laut tidak terletak pada arah angin dari
sumber pencemaran debu, asap, bau dan pencemaran lainnya, jarak
antara sumber pencemaran dengan pabrik tidak boleh kurang dari 100
meter.
b. Pekarangan di sekeliling lokasi pabrik atau unit pengolahan hendaknya
selalu dipelihara kebersihannya. Kebersihan yang terjaga dengan baik
akan mengu-rangi potensi bahaya dan masalah yang mengancam
kelancaran proses produksi.
c. Lantai, gang, tangga dan jalan keluar /masuk ruang pengolahan harus
bersih, bebas sampah, tidak licin dan tidak berminyak, bebas oli, dan tidak
ada air yang menggenang.
d. Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata
sehingga mudah dibersihkan dan tidak ada genangan air.
e. Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan,
lampu-lampu dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengolahan
harus dalam kondisi bersih.
f. Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan
ven-tilasi yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi
dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara
merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur sedemikian
rupa sehingga tidak menyilaukan.
g. Kamar mandi, WC, tempat cuci kaki dan tangan juga harus selalu dijaga
kebersihannya. Pada fasilitas ini perlu tersedia air yang cukup,

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 116


Agribisnis Rumput Laut

tissue/penge-ring, sabun, dan tempat sampah. WC dan kamar mandi


hendaknya terletak jauh dari ruang pengolahan.
h. Peralatan yang digunakan dalam proses produksi harus dicuci dan disterol
terlebih dahulu setelah proses produksi dilakukan yang kemudian dikemba-
likan pada tempat penyimpanan yang telah terkoordinir.

Sanitasi peraatan kerja dan lingkungan industri yang baik dapat dilihat pada
gambar 4.2 dibawah ini

Gambar 4.2, Lingkungan kerja optimal

4.1.4. Penanganan dan penyimpa


penyimpan
enyimpanan bahan baku
baku

Berikut dibawah ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan pada penanganan dan
peyimpanan bahan baku :
1) Alat–alat yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan bahan baku
baik alat utama atau alat pembantu lainnya harus selalu dalam keadaan
baik, utuh dan bersih.
2) Ruang penyimpanan harus selalu bersih, bebas dari binatang pengganggu.
3) Jika bahan baku disimpan dalam kotak-kotak ataupun kemasan lainnya,
maka untuk penyimpanannya perlu disusun dengan baik dan teratur,
misalnya dengan menggunakan rak-rak atau pallet. Pengaturan ini bertujuan
untuk mempermudah pada waktu pemeriksaan dan pemeliharaan
kebersihan.
4) Tumpahan bahan baku pada lantai hendaknya segera dibersihkan, jangan
dibiarkan tercecer karena dapat mengundang binatang atau pun serangga
yang tidak diinginkan (Anonimous, 2002).

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 117


Agribisnis Rumput Laut

Gusrina (2008) menjelaskan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha
rumput laut yang mempunyai gudang bahan-bahan kimia harus diperhatikan
tentang proses penyimpanannya. Penyimpanan bahan kimia yang salah dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh kecerobohan manusia.
Oleh karena itu dalam menyimpan bahan kimia harus diperhatikan beberapa
faktor yang akan mempengaruhi bahan kimia selama penyimpanan digudang
antara lain adalah :
 Temperatur,
Temperatur terjadinya kenaikan suhu dalam ruang penyimpanan akan
memicu terjadinya reaksi bahkan dapat menyebabkan terjadinya
perubahan kimia. Kondisi ini dapat mengubah karakteristik bahan kimia.
Resiko berbaha-yapun dapat terjadi sebagai akibat kenaikan suhu di dalam
ruang penyim-panan. Oleh karena itu di dalam ruangan penyimpanan
bahan kimia harus terdapat alat ukur suhu ruang yaitu termometer. Ada
beberapa termometer yang dapat mengukur temperatur ruangan.
Termometer yang biasa digunakan untuk mengukur suhu ruangan yaitu
temperatur minimum dan maksimum.
 Kelembaban,
Kelembaban kelembaban dapat diartikan sebagai perbandingan tekanan
uap air di udara terhadap uap air jenuh pada suhu dan tekanan udara
tertentu. Kelembaban dapat juga diartikan sebagai banyaknya uap air di
udara. Faktor kelembaban sangat penting diperhatikan karena
berhubungan erat dengan pengaruhnya pada zat-zat higroskopis. Bahan
kimia higrokoskopis sangat mudah menyerap uap air dari udara, juga dapat
terjadi reaksi hidrasi eksoter-mis yang akan menimbulkan pemanasan
ruangan. Kontrol terhadap kelemba-ban ruang penyimpanan penting
dilakukan untuk mencegah kerugian-kerugian yang tidak di-inginkan. Ada
beberapa alat pengukur kelembaban yang dapat digunakan seperti
higrometer, termohigrometer atau termometer bola basah dan bola kering.
 Interaksi dengan wadah.
wadah Bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan
kemasan atau wadah sehingga dapat merusak wadah sampai akhirnya
me-nyebabkan kebocoran. Kebocoran bahan kimia terutama yang
berbahaya da-pat menimbulkan kecelakaan seperti ledakan, kebakaran
dan melukai tubuh. Misalnya, wadah yang terbuat dari bahan besi/ logam,
sebaiknya tidak diguna-kan untuk menyimpan bahan kimia yang bersifat
korosif karena akan terjadi peristiwa karatan/korosif sehingga akan
merusak wadah.
 Interaksi antar bahan kimia,
kimia selama penyimpanan bahan kimia dapat
berinter-aksi dengan bahan kimia lainnya. Interaksi ini dapat
mengakibatkan perubah-an karakteristik bahan kimia tersebut, misalnya
interaksi antara bahan kimia yang bersifat oksidator dengan bahan kimia
yang mudah terbakar dapat menimbulkan terjadinya kebakaran, sehingga
dalam penyimpanannya harus terpisah.

4.1.5. Peralatan dan fasilitas pengolahan


pengolahan

Beberapa hal yang hatus diperhatikan pada ketersediaan peralatan dan fasilitas
pengolahan pada industri pangan antara lain :

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 118


Agribisnis Rumput Laut

1) Semua peralatan yang digunakan untuk penanganan dan pengolahan harus


selalu diperhatikan kebersihannya, dan juga alat tersebut harus terbuat dari
bahan yang tidak mudah rusak.
2) Setelah penggunaan alat selesai atau pekerjaan telah selesai semua
peralatan tersebut dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus
dibersihkan juga dengan bahan saniter. Saniter adalah senyawa kimia yang
dapat membantu membunuh bakteri dan mikroba
3) Ketel, wadah pencampuran, tong-tong, drum-drum dan peralatan lain yang
mempunyai mulut besar dan terbuka harus dilindungi dari kemungkinan
konta-minasi
4) Semua platform harus dikonstruksi dengan baik sehingga tidak menjadi
sum-ber kontaminasi bagi proses atau produk di bagian bawahnya.
5) Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang
memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air bersih
mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak
berbau

4.1.6. Fasilitas pergudangan

Pada ruang penggudangan sebaiknya terdapat fasilitas-fasilitas sebagai berikut :


1) Ruangan, dinding, bangunan dan pekarangan bangunan harus selalu bersih,
bebas sampah dan kotoran.
2) Barang-barang yang disimpan dalam gudang harus diatur dan disusun
secara baik dan teratur, dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak
antar tum-pukan maupun dengan dinding tembok
3) Barang yang telah rusak atau bahan baku yang telah busuk, hendaknya
diam-bil dan dipisahkan dari barang-barang yang masih baik.

4.1.7. Pembuangan limbah

Dengan semakin besarnya skala usaha, maka semakin banyak pula limbah yang
dihasilkan. Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah yang diha-
silkan tersebut, seperti :
1) Saluran pembuangan limbah cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga
proses pembuangan limbah cair tidak terhambat.
2) Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ke
tempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan umum.
3) Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengaki-
batkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa masalah pence-
maran lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk berkonsultasi
dengan badan pengelolaan limbah.
4) Pemanfaatan limbah adalah sebagai tambahan makanan/minuman untuk
ternak. Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat
pembu-angan sampah padat yang cukup, baik kebersihannya maupun
ukurannya sesuai dengan jumlah sampah diproduksi.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 119


Agribisnis Rumput Laut

4.2. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja di lingkungan usaha sangat mendukung produktifitas kerja,


karena sangat berpengaruh terhadap keselamatan para tenaga kerja untuk
menghindari terjadinya kecelakaan kerja. Prosedur-prosedur atau langkah kerja
yang akan dilakukan perlu dipahami terlebih dahulu oleh para tenaga kerja,
terutama tenaga kerja yang berhubungan dengan peralatan kerja seperti mesin,
kelistrikan atau peralatan lain yang memiliki resiko tinggi. Salah satu bentuk
melindungi keselamatan kerja pada usaha budidaya rumput laut adalah perlunya
menggunakan pelampung dan perahu yang layak pada saat penanaman rumput
laut yang dilakukan di laut,

4.2.1. Pengertian keselamatan kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan dengan mesin, pesa-


wat, alat kerja, bahan dan proses pengolaannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja me-
nyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa.

Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat risiko bahayanya
adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir.
Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja.

Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang
lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya (Suma’mur, 1985). Tujuan kesela-
matan kerja adalah sebagai berikut :
1) Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan peker-
jaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas perusahaan (Gambar 4.3).
2) Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3) Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dini-


lai seperti berikut :
1) Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan,
cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja
yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.
2) Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk
atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya dewasa ini
seolah-olah relatif rendah dibandingkan banyaknya jam kerja bagi tenaga
kerja.
3) Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai
sektor kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasikan, misalnya sektor industri
disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-keracunan bahan kimia,
kecela-kaan-kecelakaan karena mesin, kebakaran, ledakan-ledakan, dan
lain-lain.
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 120
Agribisnis Rumput Laut

4) Menurut observasi, angka frekuensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan


yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih
terlalu tinggi.
5) Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada
faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat
mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Sebanyak 85%
dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia.

Pada usaha budidaya rumput laut salah satu contoh upaya untuk menjaga
keselamatan kerja adalah penggunaan pelampung dan pakaian kerja pada saat
melakukan kegiatan di lapangan (di laut), hal ini bertujuan untuk mengantisipasi
tenggelamnya orang y6ang melakukan kegiatan penanaman atau pemanenan di
laut, seperti terlihat pada Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Pemanenan rumput laut di lapangan dengan menggunakan


pelampung untuk menjaga keselamatan kerja

4.2.2.
.2.2. Keselamatan kerja dan perlindungan tenaga kerja
kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlin-
dungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang
sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Jelas bahwa keselamatan
kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja.

Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja,
bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara mela-
kukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya, harus
sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 121


Agribisnis Rumput Laut

4.2.3. Keselamatan kerja dan peningkatan produksi dan produktivitas


produktivitas

Keselamatan kerja erat hubungannya dengan peningkatan produksi dan produk-


tivitas. Produktivitas adalah perbandingan antara hasil kerja (output) dan upaya
yang dipergunakan (input). Keselamatan kerja dapat membantu peningkatan
produksi dan produktivitas atas dasar:
1) Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan
sekecil-kecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
2) Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggu-
naan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian
dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.
3) Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi
pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenagaan
kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha
yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

4.2.4. Latar belakang sosial-


sosial-ekonomi dan kultural
kultural

Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomi dan kultural yang


sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti
kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat hubungannya
dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Demikian juga, keadaan ekonomi ada
sangkut pautnya dengan permasalahan keselamatan kerja tersebut.

Pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, maka keselamatan kerja lebih
tampil ke depan lagi dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala
seginya termasuk problematik keselamatan kerja menampilkan banyak permasa-
lahan, sedangkan kondisi sosial kultural belum cukup siap untuk menghadapinya.

Keselamatan harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup
yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan suatu bagian dari
keselamatan pada umumnya, masyarakat harus dipahami.

4.2.5. Metoda pencegahan kecelakaan kerja

Pencegahan kecelakaan kerja pada dasarnya merupakan tanggung jawab para


manajemen yang wajib memelihara kondisi kerja agar selamat sesuai dengan
ketentuan perusahaan. Umumnya kejadian kecelakaan kerja disebabkan
kesalahan manusia (human error), dimana penyebab kecelakaan bermula pada
kesalahan atau ketidakdisiplinan pekerja dalam menjalankan prosedur kerja yang
telah ditetapkan. Ada beberapa perbuatan yang mengusahakan keselamatan
kerja, antara lain:
1) Setiap karyawan bertugas sesuai dengan pedoman dan penuntun yang
diberikan.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 122


Agribisnis Rumput Laut

2) Setiap kecelakaan atau kejadian yang merugikan harus segera dilaporkan


kepada atasan.
3) Setiap peraturan dan ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja harus
dipatuhi secermat mungkin.
4) Semua karyawan harus bersedia saling mengisi atau mengingatkan akan
perbuatan yang dapat menimbulkan bahaya.
5) Peralatan dan perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja dipakai
(digu-nakan) bila perlu.

Anonimous (2000) menerangkan bahwa kecelakaan-kecelakaan akibat kerja


dapat dicegah dengan cara:
1) Peraturan perundangan yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi-
kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan,
pemeliha-raan pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri,
tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan supervisi medis, P3K, dan
pemeriksaan kese-hatan.
2) Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi setengah resmi atau
tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat
keselamat-an jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek
keselamatan dan higien umum, dan alat-alat pelindung diri.
3) Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4) Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan ciri bahan yang berbahaya,
penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan
diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, penelaahan
tentang bahan-bahan dan desain di tempat kerja.
5) Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis
dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan fisik
yang mengakibatkan kecelakaan.
6) Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7) Penelitian syarat statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang
terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa
sebab-sebabnya.
8) Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9) Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga
kerja yang baru dalam keselamatan kerja
10) Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan
lain untuk menimbul-kan sikap untuk selamat.
11) Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh
perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12) Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran
utama efektivitas penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah,
kecelaka-an-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola kecelakaan pada

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 123


Agribisnis Rumput Laut

suatu perusahaan tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan


kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.
13) Organisasi K3, dalam era industrialisasi dengan kompleksitas
permasalahan dan pene-rapan prinsip manajemen modern, masalah usaha
pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang-perorang atau
secara pribadi, tapi memerlukan keterlibatan banyak orang, berbagai
jenjang dalam organisasi yang memadai.

Soebandono menjelaskan bahwa penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja


merupakan suatu hambatan pada tingkat keamanan dalam bekerja. Dalam hal ini
perlu adanya pengertian serta usaha pencegahan, baik untuk keselamatan
maupun kesehatan kerja disamping perlu adanya hubungan baik antara sesame
tenaga kerja maupun pimpinan. Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis
di bidang konstruksi dapat dilakukan dengan desain kerja yang baik dan
organisasi/pengaturan kerja. Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan
dengan :
1. Substitusi, yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan
dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan
maupun mutunya.
2. Isolasi, yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang
mengganggu / membahayakan.
3. Ventilasi, Baik secara umum maupun secara lokal yaitu dengan udara bersih
yang dialirkan ke ruang kerja dengan menghisap udara keluar ruangan.
4. Alat pelindung diri, alat ini dapat berbentuk pakaian, topi, pelindung kepala,
sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan
beban yang berat, masker khusus untuk melindungi pernafasan terhadap
debu atau gas berbahaya, kaca mata khusus las dsb.
5. Pemeriksaan kesehatan, hal ini meliputi pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja dan pemeriksaan secara berkala untuk mencari faktor penyebab
yang menimbulkan gangguan maupun kelainan kesehatan terhadap tenaga
kerja
6. Latihan dan informasi sebelum bekerja, agar pekerja mengetahui dan
berhati-hati terhadap berbagai kemungkinan adanya bahaya.
7. Pendidikan dan penyuluhan tentang K3, dilaksanakan secara teratur

Organisasi ini dapat berbentuk struktural seperti Safety Department (Departemen


K3), fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina K3). Pernyataan
berikut sesuai dengan International Labour Office (ILO) tentang langkah-langkah
yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja, yakni agar organisa-
si K3 ini berjalan dengan baik maka harus didukung oleh adanya :
 Seorang pimpinan (Safety Director),
 Seorang atau lebih teknisi (Safety Engineer),
 Adanya dukungan manajemen,
 Prosedur yang sistimatis, kreativitas dan pemeliharaan motivasi dan moral
pekerja.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 124


Agribisnis Rumput Laut

Pada usaha perikanan budidaya rumput laut tenaga kerja atau pembudidaya
hendaknya dapat berenang dengan baik dan tidak lupa menggunakan pelampung
sebelum melakukan penanaman rumput laut yang dilakukan di lapangan (laut), hal
ini sangat penting untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja di lapangan

4.3. Penerapan K3 pada Industri Pengolahan Rumput Laut


Kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha budidaya dan pengolahan rumput
laut terdapat beberapa aspek yang perlu dipahami dan diterapkan, berikut di
bawah ini beberapa aspek yang perlu dipahami oleh karyawan terutama pada
industri pengolahan rumput laut, karena pentingnya penerapan K3 di lingkungan
industri terutama industri pangan yang sebagian di hasilkan oleh industri pengo-
lahan rumput laut.

4.3.1. Higien karyawan


karyawan yang baik

Higien yang baik adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah tercemarnya
makanan oleh cemaran fisik, kimia, maupun biologis dari tubuh karyawan. Upaya
yang dapat dilakukan adalah memupuk kebiasaan karyawan yang baik dan mela-
tih karyawan untuk meninggalkan kebiasaan karyawan yang buruk (Diknas RI,
2003).

Kebiasaan karyawan yang baik diantaranya


diantaranya antara lain :
 Selalu membersihkan diri (mencukur rambut, kumis atau jenggot, mandi,
gosok gigi) sebelum bekerja
 Selalu bekerja dengan penuh perhatian (tidak bicara dan tidak mengunyah
makanan atau merokok sambil bekerja)
 Selalu menjaga lingkungan kerjanya supaya tetap bersih
 Selalu memakai pakaian kerja termasuk penutup kepala, penutup hidung
dan mulut serta sarung tangan (jika perlu) dan memakai alas kaki yang
bersih

Kebiasaan karyawan yang buruk diantaranya antara lain :


 Meludah di mana saja (ludah merupakan sumber mikroba yang dapat
mence-mari pangan)
 Berbicara sambil bekerja dapat mengganggu pekerjaan berbicara juga dapat
mencemari pangan
 Bersin atau batuk di depan pangan, mikroba dari bersin atau batuk dapat
mencemari pangan
 Mengunyah makanan atau merokok sambil bekerja
 Memakai perhiasan saat sedang bekerja

Cara yang
yang Baik untuk Mencegah Pencemaran Mikroba dari Karyawan
 Peliharalah rambut dan kumis atau jenggot tetap pendek dan bersih
 Rawatlah kuku jari tangan agar selalu pendek dan bersih,
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 125
Agribisnis Rumput Laut

 Lepas semua perhiasan dari tubuh sebelum memulai pekerjaan,


 Cucilah tangan sebersih–bersihnya dengan air dan sabun sebelum memulai
pekerjaan, sesudah memegang benda – benda yang kotor, atau sesudah
kembali dari toilet atau WC.
 Pakailah baju kerja dan penutup kepala yang bersih,
 Gunakan sarung tangan atau cukup kantong plastik yang bersih saat meme-
gang pangan terutama pangan yang sudah diolah,
 Jangan bekerja menangani pangan jika sedang sakit atau baru sembuh dari
suatu penyakit.
 Bekerjalah serius, tidak berbicara, tidak mengunyah makanan, dan tidak
merokok pada saat sedang bekerja,
 Jauhi pangan jika mau bersin atau batuk.

4.3.2.
.3.2. Higien dan sanitasi sarana pengolahan pangan
pangan

Kebersihan sarana pengolahan dan lingkungannya mempengaruhi mutu dan kea-


manan produk pangan
 Sarana pengolahan dan lingkungannya yang kotor dapat menjadi sumber
bahaya yang mencemari pangan, baik bahaya fisik, kimia dan biologis,
 Untuk menghindari berbagai bahaya, baik bahaya fisik, kimia, biologis
maka sarana pengo-lahan pangan dan lingkungannya harus selalu bersih,.
 Untuk menghindari adanya sarang hama (serangga seperti kecoa dan lalat,
tikus dan binatang penyebar penyakit lainnya), bersihkan lingkungan dari
tanaman liar seperti alang–alang dan sampah–sampah yang berserakan.
 Keringkan genangan–genangan air dengan membuat saluran yang benar.
Genangan air juga dapat mengundang hama yang membawa mikroba,
 Jangan biarkan ternak dan hewan–hewan peliharaan seperti kambing,
ayam, anjing, dan kucing berkeliaran secara bebas di lingkungan sarana
pengo-lahan oleh hewan–hewan ini dapat membawa mikroba yang
mencemari pangan.
 Buang sampah setiap saat di tempat sampah agak jauh dari sarana pengo-
lahan,
 Tutup tempat sampah dengan rapat agar tidak dihinggapi lalat dan tidak
me-nebarkan bau busuk,
 Jaga kebersihan sarana pengolahan dan lingkungannya setiap saat,
 Tutup lubang–lubang yang memungkinkan hama masuk, gunakan saringan
kawat untuk mencegah hama masuk melewati saluran pembuangan,
 Pasang kawat kasa pada lubang–lubang ventilasi, dan bersihkan secara
berkala,
 Tangkap hama khususnya tikus dengan perangkap hama.

4.3.3.
.3.3. Ruang pengolahan
pengolahan

Kondisi ruang pengolahan sangat menentukan mutu dan keamanan produk


pangan yang dihasilkan suatu industri pangan. Kondisi ruang pengolahan yang

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 126


Agribisnis Rumput Laut

nyaman akan menyebabkan karyawan dapat bekerja dengan tenang. Berikut


dibawah ini kondisi ruang yang disarankan dalam ruang pengolahan pangan:
 Upayakan agar tata ruang pengolahan diatur sedemikian rupa sehingga
setiap karyawan yang sedang bekerja dapat leluasa bergerak. Dengan
demi-kian, kegiatan pengolahan akan berjalan dengan lancar,
 Tempatkan lampu penerangan secukupnya sehingga karyawan dapat me-
ngerjakan tugas dengan baik, teliti, serta nyaman,
 Buat ventilasi secukupnya agar udara panas dan lembab di dalam ruang
pengolahan dapat dibuang keluar dan diganti dengan udara segar,
 Pelihara ruang pengolahan agar selalu dalam keadaan bersih,
 Sediakan tempat mencuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan lap
yang bersih serta kering.

4.3.4.
.3.4. Peralatan pengolahan
pengolahan

Peralatan pengolahan pangan khususnya yang langsung kontak dengan pangan


dapat mencemari pangan jika kotor. Oleh karena itu peralatan pengolahan pangan
harus dijaga agar selalu tetap bersih (Gambar 4.4).
 Gunakan peralatan yang mudah dibersihkan. Peralatan yang terbuat dari
baja tahan karat umumnya mudah dibersihkan. Ingat! karat dari peralatan
logam dapat menjadi bahaya kimia dan lapisan logam yang terkelupas
dapat menja-dikan bahaya fisik jika masuk ke dalam makanan,
 Bersihkan segera, peralatan yang telah digunakan. Mesin–mesin seperti
pe-ngaduk dan penggiling hendaknya dapat dibongkar agar bagian–
bagiannya mudah dibersihkan,
 Bersihkan peralatan dengan sabun atau detergen.

Gambar 4.4. Peralatan pengolahan pangan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 127


Agribisnis Rumput Laut

4.3.5.
.3.5. Fasilitas higien dan sanitasi
sanitasi

Untuk dapat tetap mempertahankan kebersihan sarana pengolahan, industri


pangan harus mempunyai fasilitas higien dan sanitasi. Selain itu, industri pangan
harus juga mempunyai kegiatan rutin higien dan sanitasi, antara lain:
 Suplai air bersih dapat berasal dari air PAM atau sumur dan sumur bor. Air
untuk pengolahan harus memenuhi persyaratan bahan baku air minum. Air
yang berasal dari sumur seharusnya diberi perlakuan penjernihan dan
penyuci-hamaan terlebih dahulu,
 Fasilitas pencucian atau pembersihan seperti sapu lidi, sapu ijuk, sikat,
selang air, kain lap, dan sejenisnya harus ada dan digunakan secara rutin
untuk membersihkan sarana pengolahan,
 Industri pangan harus mempunyai juga fasilitas higien karyawan seperti
tempat mencuci tangan dan jamban. Hendaknya pintu jamban tidak
berhadapan langsung dengan ruang pengolahan.

4.3.6.
.3.6. Kontaminasi silang dan cara menghindarinya
menghindarinya

Jika tidak dilindungi dengan baik, produk pangan yang sudah diolah mungkin saja
tercemar kembali oleh cemaran–cemaran fisik, kimia dan biologis. Pencemaran
kembali produk pangan ini disebut pencemaran silang atau kontaminasi silang.
Kontaminasi silang sangat merugikan dihitung dari segi waktu dan biaya, karena
upaya yang telah diberikan untuk membuat produk pangan menjadi mubazir
sebab produk pangan yanng terkontaminasi silang telah terlanjur dijual dan
menimbulkan keracunan pada konsumen. Jika ini terjadi, industri pangan yang
membuat pangan tersebut dapat dituntut ke pengadilan.

Kontaminasi silang terjadi karena produk pangan yang sudah diolah tercemar
kembali oleh cemaran dari bahan mentah yang masih kotor (produk pangan yang
telah diolah diletakkan di dekat bahan mentah yang masih kotor) maupun dari
mesin dan peralatan yang masih kotor seperti meja kerja, alat – alat pengolahan,
kemasan dan lingkungannya yang masih kotor. Produk pangan tercemar kembali
oleh cemaran dari karyawan yang sedang bekerja. Ini terjadi kalau produk pangan
yang sudah diolah diletakkan di tempat sembarangan sehingga karyawan yang
tidak bertanggung jawab terhadap produk pangan (misalnya karyawan bengkel)
dapat mencemari produk pangan yang bersangkutan.

Cara Menghindari Kontaminasi Silang


 Jauhkan produk pangan yang sudah diolah dari bahan mentah atau bahan
– bahan lainnya yang dianggap dapat mencemari,
 Jauhkan produk pangan yang sudah diolah dari mesin dan peralatan yang
kotor,
 Hindari pencemaran oleh karyawan yang tidak bertugas di ruang
pengolahan,
 Simpan produk pangan yang sudah diolah di tempat khusus yang bersih,

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 128


Agribisnis Rumput Laut

 Simpan wadah atau kemasan yang sudah dicuci di tempat khusus yang
bersih,
 Letakkan botol bersih dengan posisi mulut botol ke bawah

Melindungi produk pangan yang sudah diolah dari cemaran melalui lingkungan
yang kotor khususnya udara
 Gunakan meja yang bersih untuk menyimpan produk pangan yang sudah
diolah,
 Jangan gunakan peralatan yang kotor berulang–ulang. Bersihkan dulu
peralat-an yang kotor sebelum digunakan,
 Jangan memegang makanan dengan tangan telanjang, gunakan penjepit
atau sendok. Jika harus dipegang, gunakan kantong plastik bersih sebagai
sarung tangan.

4.3.7.
.3.7. Pengendalian proses
proses dalam pengolahan pangan

Untuk mengolah bahan pangan mentah menjadi suatu produk pangan diperlukan
cara–cara pengolahan yang harus dilalui tahap demi tahap secara berurutan.
Setiap tahap pengolahan ini dilakukan dengan tujuan tertentu yang berkaitan
dengan mutu dan keamanan produk pangan yang dihasilkan. Oleh karena itu,
maka setiap tahap pengolahan ini harus dikendalikan supaya benar (Anonimous,
2002).
 Proses pengolahan pangan perlu dikendalikan untuk menghasilkan produk
pangan yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi,
 Pada prinsipnya pengendalian proses pengolahan adalah untuk
menghindari atau menghilangkan sumber bahaya,
 Proses pengendalian hendaknya dilakukan sejak bahan mentah masuk
sampai produk pangan dihasilkan.

Pengendalian proses pengolahan pangan dapat dilakukan dengan cara:


 Tentukan jenis, jumlah, dan persyaratan dari bahan mentah, bahan peno-
long, sumber air bersih, dan bahan tambahan pangan (BTP) yang
digunakan untuk suatu proses pengolahan tertentu,
 Periksa bahan mentah, bahan penolong, BTP dengan teliti sesuai dengan
persyaratan yang telah ditentukan sebelum pengolahan pangan dimulai.
Singkirkan bahan–bahan yang tidak memenuhi syarat,
 Tentukan komposisi bahan yang digunakan atau komposisi formulasi untuk
satu jenis produk pangan tertentu,
 Catat komposisi ini dan gunakan komposisi yang telah ditentukan secara
baku ini setiap saat,
 Tentukan jenis, ukuran dan persyaratan kemasan yang digunakan.

Catat dan gunakan informasi ini untuk pemantauan.


 Tentukan proses pengolahan pangan yang baku, kemudian buat bagan
alir-nya secara jelas,

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 129


Agribisnis Rumput Laut

 Tentukan kondisi baku dari setiap tahap pengolahan, misalnya berapa


menit lama pengadukan, berapa suhu pemanasan dan berapa lama bahan
dipa-naskan, berapa kecepatan putaran pengadukkan, dan sebagainya,
 Tentukan karakteristik produk pangan yang dihasilkan.

4.3.8.
.3.8. Pengendalian tahap–
tahap–tahap pengolahan kritis

Di dalam pengolahan pangan ada tahap–tahap yang dianggap sangat penting


yang menentukan keamanan produk pangan yang dihasilkan. Tahap–tahap ini
disebut tahap pengolahan kritis. Tahap ini disebut tahap kritis karena jika tidak
dilakukan dengan benar produk pangan tidak dapat terjamin keamanannya. Jadi
yang termasuk tahap kritis adalah tahap pengolahan yang dapat menurunkan dan
menjamin bahaya sampai batas aman (Syarief, 1996).

Tahap-
Tahap-Tahap yang Dianggap Kritis
a. Pemilihan Bahan Mentah
Memilih bahan mentah yang tidak mengandung bahaya bagi kesehatan
manusia baik bahaya fisik, kimia maupun biologis, dan memilih BTP yang
diizinkan penggunaanya untuk pangan.
b. Formulasi Khusus
Menggunakan BTP dengan takaran tidak melebihi takaran maksimum yang
diperbolehkan, mengatur pH asam yang sesuai untuk menekan
partumbuhan bakteri, misalnya produk saus, dan mengatur kadar gula
tinggi, untuk menekan partumbuhan mikroba, misalnya pada produk sirup.
c. Proses Pengolahan
Pemanasan dengan suhu dan waktu yang tepat, misalnya pada proses
pasteurisasi atau sterilisasi, untuk memusnahkan bakteri pembusuk atau
pathogen, mempertahankan suhu penyimpanan dingin dengan tepat untuk
menjaga agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba, dan mempertahankan
suhu penyimpanan hangat (sekitar 5°C) untuk menjaga agar mikroba tidak
tumbuh.

4.4. Konsep Lingkungan Hidup


a. Manusia dan lingkungan hidupnya
Manusia sangat bergantung pada lingkungan hidupnya, manusia akan musnah
jika lingkungan hidupnya rusak. Lingkungan hidup yang rusak adalah lingkungan
hidup yang tidak dapat lagi menjalankan fungsinya dalam mendukung kehidupan.
Keinginan setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup merupakan sesuatu
yang tak dapat dihindari, namun tanpa disertai kearifan dalam proses pencapaian-
nya, justru kemerosotan kualitas hidup yang akan diperoleh. Untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya manusia melakukan eksploitasi sumberdaya alam. Seiring
dengan perubahan peradapan, kebutuhan terus berkembang baik jenis maupun
jumlahnya, sedangkan penyediaan sumberdaya alam terbatas. Eksploitasi yang
berlebihan akan mengakibatkan merosotnya daya dukung alam.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 130


Agribisnis Rumput Laut

Disisi lain dalam proses penyediaan barang kebutuhan manusia juga akan
dihasilkan limbah, limbah yang dihasilkan menjadi beban bagi lingkungan untuk
mendegradasinya. Jumlah limbah yang semakin besar yang tidak terdegradasi
akan menimbulkan masalah pencemaran.

Langkah efisiensi dan rehabilitasi dalam pengelolaan sumberdaya alam harus


dilakukan agar peningkatan kualitas hidup dapat dicapai secara adil merata dan
berkesinambungan.

b. Lingkungan hidup sebagai suatu sistem


Lingkungan hidup adalah sistem kehidupan yang merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda (materi), daya (energi), keadaan (tatanan alam) dan mahluk
hidup, termasuk manusia dengan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Menurut difinisi di atas lingkungan hidup merupakan suatu sistem sehingga tentu
terdiri dari sub-sistem yang merupakan komponen penyusun sistem. Lingkungan
hidup tersusun dari tiga komponen yakni Abiotik, Biotik dan Kultur. Ketiga
komponen tersebut memiliki hubungan saling mempengaruhi dan saling keter-
gantungan antara satu dan lainnya. Hubungan timbal balik antar komponen ling-
kungan hidup akan menuju pada suatu kesetimbangan. Perubahan yang terjadi
pada salah satu sub sistem akan berpengaruh pada kesetimbangan seluru sistem
lingkungan hidup dan akan menuju pada kesetimbangan yang baru. Secara lebih
jelas tergambar pada diagram berikut.

c. Siklus Materi dan Energi


Lingkungan hidup sebagai suatu sistem dilengkapi perangkat penggerak sistem,
berupa siklus materi dan siklus energi . Siklus materi dan siklus energi berjalan
seiring mengikuti alur rantai makanan, shingga kehidupan di muka bumi dapat
berlangsung.

Siklus materi dan siklus energi dimulai dari proses fotosintesa yang terjadi pada
tumbuhan berklorofil membentuk C6H12O6, merupakan senyawa organik pertama
yang akan disintesa membentuk seluruh biomassa dimuka bumi. Melalui rantai
makanan materi biomassa akan berpindah dari biota satu ke biota lainnya, dirom-
bak dan disintesa kembali menjadi bentuk yang lain. Pada akhirnya jika biota mati,
akan terjadi proses dekomposisi biomassa oleh biota dekomposer menjadi unsur
hara yang siap diserap kembali oleh tumbuhan hijau untuk proses fotosintesa.

Kata energi berasal dari kata Yunani ” Ergenia” yang berarti daya. Energi tidak
dapat dikreasi maupun dimusnahkan, melainkan dapat berubah dari satu bentuk
ke bentuk yang lain. Energi tidak tampak hanya dapat dilihat dari kinerjanya, tetapi
jumlahnya dapat diukur. Sumber utama dari segala bentuk energi yang tersedia
bagi manusia di bumi adalah matahari yang memasok bumi dengan energi
cahaya. Energi cahaya yang dipancarkan matahari selanjutnya akan diubah men-
jadi energi biokimiawi melalui proses fotosintesa. Selanjutnya energi biomassa ini

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 131


Agribisnis Rumput Laut

akan berubah kebentuk energi biomassa yang lain seiring dengan perubahan
materi dalam rantai makanan. Perbedaan antara siklus materi dan siklus energi
adalah, siklus materi merupakan siklus tertutup, sedangkan siklus energi tidak
tertutup.

Lingkungan hidup sebagai tempat kerja

Bekerja dengan tubuh dan lingkungan yang sehat, aman serta nyaman merupakan
hal yang di inginkan oleh semua pekerja. Lingkungan fisik tempat kerja dan
lingkungan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi
sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan
tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan
pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan
produktifitas. Sebaliknya tempat kerja yang kurang sehat atau tidak sehat (sering
terpapar zat yang bahaya mempengaruhi kesehatan) dapat meningkatkan angka
kesakitan dan kecelakaan, rendahnya kualitas kesehatan pekerja, meningkatnya
biaya kesehatan dan banyak lagi dampak negatif lainnya.

Pada umumnya kesehatan tenaga pekerja sangat mempengaruhi perkembangan


ekonomi dan pembangunan nasional. Hal ini dapat dilihat pada negara-negara
yang sudah maju. Secara umum bahwa kesehatan dan lingkungan dapat
mempengaruhi pembangunan ekonomi. Dimana industrilisasi banyak memberikan
dampak positif terhadap kesehatan, seperti meningkatnya penghasilan pekerja,
kondisi tempat tinggal yang lebih baik dan meningkatkan pelayanan, tetapi
kegiatan industrilisasi juga memberikan dampak yang tidak baik juga terhadap
kesehatan di tempat kerja dan masyarakat pada umumnya.

Dengan makin meningkatnya perkembangan industri dan perubahan secara global


dibidang pembangunan secara umum di dunia, Indonesia juga melakukan per-
ubahan-perubahan dalam pembangunan baik dalam bidang tehnologi maupun
industri. Dengan adanya perubahan tersebut maka konsekuensinya terjadi per-
ubahan pola penyakit/kasus-kasus penyakit karena hubungan dengan pekerjaan.
Seperti faktor mekanik (proses kerja, peralatan), faktor fisik (panas, bising, radiasi)
dan faktor kimia. Masalah gizi pekerja juga merupakan hal yang sangat penting
yang perlu diperhatikan, stress, penyakit Jantung, tekanan darah tinggi dan lain-
lainnya. Perubahan ini banyak tidak disadari oleh pengelola tempat kerja atau
diremehkan. Atau walaupun mengetahui pendekatan pemecahan masalahnya ha-
nya dari segi kuratif dan rehabilitatif saja tanpa memperhatikan akan pentingnya
promosi dan pencegahan

Tempat kerja adalah suatu tempat yang sangat erat hubungannya dengan pekerja
dan pengelola/yang memiliki serta pengunjung yang digunakan untuk melakukan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 132


Agribisnis Rumput Laut

suatu kegiatan produksi barang atau jasa dan saling interaksi, tempat tersebut
dapat berupa ruangan terbuka, tertutup, bergerak atau tidak bergerak. Gambar
4.5. menunjukkan lokasi pabrik sebagai tempat usaha yang menjadi bagian dari
lingkungan hidup.

Upaya promosi kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk


memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan melin-
dungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang
sehat.

Gambar 4.5. Lokasi pabrik pengolahan sebagai tempat kerja

Tujuan menjaga kesehatan di tempat kerja adalah :


a. Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
b. Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
c. Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
d. Menciptakan lingkungan kerja yang sehat, medukung dan aman.
e. Membantu berkembangnya gaya kerja dan gaya hidup yang sehat.
f. Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masayarakat.
Dua konsep yang sangat penting untuk meningkatkan kesehatan pekerja dan
lingkungannya adalah pencegahan dan peningkatan kesehatan.Secara mendasar
menjaga kesehatan di tempat kerja adalah perlu melindungi individu (pekerja),

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 133


Agribisnis Rumput Laut

lingkungan didalam dan diluar tempat kerja dari bahan-bahan berbahaya, stress
atau lingkungan kerja yang jelek. Gaya kerja yang memperhatikan kesehatan dan
menggunakan pelayanan kesehatan yang ada dapat mendukung terlaksananya
promosi kesehatan di tempat kerja.

4.5. Pertolongan Pertama pada Kecelakaan

Bidang perikanan merupakan salah satu kegiatan yang mayoritas dilakukan di


alam terbuka, kegiatan ini ternyata memiliki resiko yang cukup tinggi. Karena tidak
seperti kegiatan wisata lainnya yang didukung oleh fasilitas yang menunjang
keselamatan pelaku atau pengunjung, Kegiatan Alam Terbuka justru sangat
rentan terjadinya kecelakaan karena memang kegiatan ini dilaksanakan ditempat
yang masih alami seperti kondisi perbukitan terjal, jurang, aliran sungai yang
deras, dan kondisi alam lainnya yang berpotensi menimbulkan bahaya dan juga
mempersulit upaya penyelamatan bagi korban atau penderita.

Meskipun bukan suatu hal yang diharapkan, kecelakaan (accident) memerlukan


langkah antisipatif yang diantaranya dengan mengetahui atau mendiagnosa pe-
nyakit maupun akibat kecelakaan, penanganan terhadap korban dan evakuasi
korban bila diperlukan. Hal ini memerlukan pengetahuan agar korban tidak meng-
alami resiko cidera yang lebih besar.

Pertolongan Pertama adalah sebagai suatu tindakan antisipatif dalam keadaan


darurat namun memiliki dampak yang sangat besar bagi penderita atau korban.
Kesalahan diagnosa dan penanganan dapat mendatangkan bahaya yang lebih
besar, cacat bahkan kematian. Satu hal yang perlu diingat adalah Pertolongan
Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan
tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban mendapatkan
perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan Pertama (PP) ini
bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diagnosa penyakit agar
si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Serahkan penanganan
selanjutnya (bila diperlukan) pada dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

Pertolongan Pertama (PP) adalah perawatan pertama yang diberikan kepada


orang yang mendapat kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum
mendapatkan pertolongan dari tenaga medis. Hal ini berarti:
1. Pertolongan Pertama harus diberikan secara cepat walaupun perawatan
selanjutnya tertunda.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 134


Agribisnis Rumput Laut

2. Pertolongan Pertama harus tepat sehingga akan meringankan sakit korban


bukan menambah sakit korban.

4.5.1. Dasar-
Dasar-dasar pertolongan pertama
pertama

Pertolongan Pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap


korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum si korban
mendapatkan perawatan dari tenaga medis resmi. Jadi tindakan Pertolongan
Pertama (PP) ini bukanlah tindakan pengobatan sesungguhnya dari suatu diag-
nosa penyakit agar si penderita sembuh dari penyakit yang dialami. Pertolongan
Pertama biasanya diberikan oleh orang-orang disekitar korban yang diantaranya
akan menghubungi petugas kesehatan terdekat. Pertolongan ini harus diberikan
secara cepat dan tepat sebab penanganan yang salah dapat berakibat buruk,
cacat tubuh bahkan kematian.

Namun sebelum kita memasuki pembahasan kearah penanggulangan atau peng-


obatan terhadap luka, akan lebih baik kita berbicara dulu mengenai pencegahan
terhadap suatu kecelakaan (accident), terutama dalam kegiatan di alam bebas.
Selain itu harus kita garis bawahi bahwa situasi dalam berkegiatan sering
memerlukan bukan sekedar pengetahuan kita tentang pengobatan, namun lebih
kepada pemahaman kita akan prinsip-prinsip pertolongan terhadap korban.
Sekedar contoh, beberapa peralatan yang disebutkan dalam materi ini kemung-
kinan tidak selalu ada pada setiap kegiatan, aka kita dituntut kreatif dan mampu
menguasai setiap keadaan. Berikut ini gambar peralatan P3K yang harus tersedia
di lingkungan kerja Gambar 4.6.

(a) (b)
Gambar 4.6. Peralatan P3K (a) di dalam ruangan (b) di luar ruangan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 135


Agribisnis Rumput Laut

a. Prinsip Dasar

Adapun prinsip-prinsip dasar dalam menangani suatu keadaan darurat tersebut


diantaranya:
1. Pastikan Anda bukan menjadi korban berikutnya. Seringkali kita lengah atau
kurang berfikir panjang bila kita menjumpai suatu kecelakaan. Sebelum kita
menolong korban, periksa dulu apakah tempat tersebut sudah aman atau
masih dalam bahaya.
2. Pakailah metode atau cara pertolongan yang cepat, mudah dan efesien.
Hindarkan sikap sok pahlawan. Pergunakanlah sumberdaya yang ada baik
alat, manusia maupun sarana pendukung lainnya. Bila Anda bekerja dalam
tim, buatlah perencanaan yang matang dan dipahami oleh seluruh anggota.
3. Biasakan membuat cataan tentang usaha-usaha pertolongan yang telah
Anda lakukan, identitas korban, tempat dan waktu kejadian, dsb. Catatan ini
berguna bila penderita mendapat rujukan atau pertolongan tambahan oleh
pihak lain.

b. Sistematika Pertolongan
Pertolongan Pertama

Secara umum urutan Pertolongan Pertama pada korban kecelakaan adalah :


1. Jangan Panik
Berlakulah cekatan tetapi tetap tenang. Apabila kecelakaan bersifat
massal, korban-korban yang mendapat luka ringan dapat dikerahkan untuk
membantu dan pertolongan diutamakan diberikan kepada korban yang
menderita luka yang paling parah tapi masih mungkin untuk ditolong.
2. Jauhkan atau hindarkan korban dari kecelakaan berikutnya.
Pentingnya menjauhkan dari sumber kecelakaannya adalah untuk
mencegah terjadinya kecelakan ulang yang akan memperberat kondisi
korban. Keun-tungan lainnya adalah penolong dapat memberikan
pertolongan dengan tenang dan dapat lebih mengkonsentrasikan
perhatiannya pada kondisi korban yang ditolongnya. Kerugian bila
dilakukan secara tergesa-gesa yaitu dapat membahayakan atau
memperparah kondisi korban.
3. Perhatikan pernafasan dan denyut jantung korban.
Bila pernafasan penderita berhenti segera kerjakan pernafasan bantuan.
4. Pendarahan.
Pendarahan yang keluar pembuluh darah besar dapat membawa kematian
dalam waktu 3-5 menit. Dengan menggunakan saputangan atau kain yang
bersih tekan tempat pendarahan kuat-kuat kemudian ikatlah saputangan
tadi dengan dasi, baju, ikat pinggang, atau apapun juga agar saputangan
tersebut menekan luka-luka itu. Kalau lokasi luka memungkinkan, letakkan
bagian pendarahan lebih tinggi dari bagian tubuh.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 136


Agribisnis Rumput Laut

Gambar 4.7. Penangan luka pendarahan ringan

5. Perhatikan tanda-tanda shock.


Korban-korban ditelentangkan dengan bagian kepala lebih rendah dari
letak anggota tubuh yang lain. Apabila korban muntah-muntah dalm
keadaan sete-ngah sadar, baringankan telungkup dengan letak kepala
lebih rendah dari bagian tubuh yang lainnya. Cara ini juga dilakukan untuk
korban-korban yang dikhawatirkan akan tersedak muntahan, darah, atau
air dalam paru-parunya. Apabila penderita mengalami cidera di dada dan
penderita sesak nafas (tapi masih sadar) letakkan dalam posisi setengah
duduk.
6. Jangan memindahkan korban secara terburu-buru.
Korban tidak boleh dipindahakan dari tempatnya sebelum dapat dipastikan
jenis dan keparahan cidera yang dialaminya kecuali bila tempat kecelakaan
tidak memungkinkan bagi korban dibiarkan ditempat tersebut. Apabila
korban hendak diusung terlebih dahulu pendarahan harus dihentikan serta
tulang-tulang yang patah dibidai. Dalam mengusung korban usahakanlah
supaya kepala korban tetap terlindung dan perhatikan jangan sampai
saluran perna-fasannya tersumbat oleh kotoran atau muntahan.
7. Segera transportasikan korban ke sentral pengobatan.
Setelah dilakukan pertolongan pertama pada korban setelah evakuasi
korban ke sentral pengobatan, puskesmas atau rumah sakit. Perlu diingat
bahwa pertolongan pertama hanyalah sebagai life saving dan mengurangi
kecacatan, bukan terapi. Serahkan keputusan tindakan selanjutnya kepada
dokter atau tenaga medis yang berkompeten.

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 137


Agribisnis Rumput Laut

4.5.2. Kasus-
Kasus-kasus kecelakaan
kecelakaan dalam kegiatan alam terbuka
terbuka

Berikut adalah kasus-kasus kecelakaan atau gangguan yang sering terjadi dalam
kegiatan di alam terbuka berikut gejala dan penanganannya:

a. Pingsan (Syncope/collapse) yaitu hilangnya kesadaran sementara karena otak


kekurangan O2, lapar, terlalu banyak mengeluarkan tenaga, dehidrasi (keku-
rangan cairan tubuh), hiploglikemia, animea.
Gejala
• Perasaan limbung
• Pandangan berkunang-kunang
• Telinga berdenging
• Nafas tidak teratur
• Muka pucat
• Biji mata melebar
• Lemas
• Keringat dingin
• Menguap berlebihan
• Tak respon (beberapa menit)
• Denyut nadi lambat
Penanganan
1. Baringkan korban dalam posisi terlentang
2. Tinggikan tungkai melebihi tinggi jantung
3. Longgarkan pakaian yang mengikat dan hilangkan barang yang mengham-
bat pernafasan
4. Beri udara segar
5. Periksa kemungkinan cedera lain
6. Selimuti korban
7. Korban diistirahatkan beberapa saat
8. Bila tak segera sadar >> periksa nafas dan nadi >> posisi stabil >> Rujuk
ke instansi kesehatan

b. Dehidrasi yaitu suatu keadaan dimana tubuh mengalami kekurangan cairan.


Hal ini terjadi apabila cairan yang dikeluarkan tubuh melebihi cairan yang
masuk. Keluarnya cairan ini biasanya disertai dengan elektrolit (K, Na, Cl, Ca).
Dehidrasi disebabkan karena kurang minum dan disertai kehilangan
cairan/banyak keringat karena udara terlalu panas atau aktivitas yang terlalu
berlebihan.
Gejala dan tanda dehidrasi
Dehidrasi ringan
• Defisit cairan 5% dari berat badan
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 138
Agribisnis Rumput Laut

• Penderita merasa haus


• Denyut nadi lebih dari 90x/menit
Dehidrasi sedang
• Defisit cairan antara 5-10% dari berat badan
• Nadi lebih dari 90x/menit
• Nadi lemah
• Sangat haus
Dehidrasi berat
• Defisit cairan lebih dari 10% dari berat badan
• Hipotensi
• Mata cekung
• Nadi sangat lemah, sampai tak terasa
• Kejang-kejang
Penanganan
1. Mengganti cairan yang hilang dan mengatasi shock
2. mengganti elektrolit yang lemah
3. Mengenal dan mengatasi komplikasi yang ada
4. Memberantas penyebabnya
5. Rutinlah minum jangan tunggu haus

c. Asma yaitu penyempitan/gangguan saluran pernafasan.


Gejala
• Sukar bicara tanpa berhenti, untuk menarik nafas
• Terdengar suara nafas tambahan
• Otot Bantu nafas terlihat menonjol (dileher)
• Irama nafas tidak teratur
• Terjadinya perubahan warna kulit (merah/pucat/kebiruan/sianosis)
• Kesadaran menurun (gelisah/meracau)
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Bawa ketempat yang luas dan sejuk
3. Posisikan ½ duduk
4. Atur nafas
5. Beri oksigen (bantu) bila diperlukan

d. Pusing/Vertigo/Nyeri Kepala yaitu sakit kepala yang disebabkan oleh


kelelahan, kelaparan, gangguan kesehatan dll (Gambar 4.8 (a))
Gejala
• Kepala terasa nyeri/berdenyut

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 139


Agribisnis Rumput Laut

• Kehilangan keseimbangan tubuh


• Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban
2. Beri minuman hangat
3. beri obat bila perlu
4. Tangani sesuai penyebab

e. Maag/Mual yaitu gangguan lambung/saluran pencernaan.


Gejala
• Perut terasa nyeri/mual
• Berkeringat dingin
• Lemas
Penanganan
1. Istirahatkan korban dalam posisi duduk ataupun berbaring sesuai kondisi
korban
2. Beri minuman hangat (teh/kopi)
3. Jangan beri makan terlalu cepat

f. Lemah jantung yaitu nyeri jantung yang disebabkan oleh sirkulasi darah
kejantung terganggu atau terdapat kerusakan pada jantung.
Gejala
• Nyeri di dada
• Penderita memegangi dada sebelah kiri bawah dan sedikit membungkuk
• Kadang sampai tidak merespon terhadap suara
• Denyut nadi tak teraba/lemah
• Gangguan nafas
• Mual, muntah, perasaan tidak enak di lambung
• Kepala terasa ringan
• Lemas
• Kulit berubah pucat/kebiruan
• Keringat berlebihan
Tidak semua nyeri pada dada adalah sakit jantung.
jantung Hal itu bisa terjadi karena
gangguan pencernaan, stress, tegang.
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Istirahatkan
3. Posisi ½ duduk
4. Buka jalan pernafasan dan atur nafas
5. Longgarkan pakaian dan barang barang yang mengikat pada badan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 140


Agribisnis Rumput Laut

6. Jangan beri makan/minum terlebih dahulu


7. Jangan biarkan korban sendirian (harus ada orang lain didekatnya)

g. Histeria yaitu sikap berlebih-lebihan yang dibuat-buat (berteriak, berguling-


guling) oleh korban; secara kejiwaan mencari perhatian.
Gejala
• Seolah-olah hilang kesadaran
• Sikapnya berlebihan (meraung-raung, berguling-guling di tanah)
• Tidak dapat bergerak/berjalan tanpa sebab yang jelas
Penanganan
1. Tenangkan korban
2. Pisahkan dari keramaian
3. Letakkan di tempat yang tenang
4. Awasi

h. Mimisan yaitu pecahnya pembuluh darah di dalam lubang hidung karena suhu
ekstrim (terlalu panas/terlalu dingin)/kelelahan/benturan (Gambar 4.8 (b)).
Gejala
• Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
• Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung tersumbat oleh
darah
• Kadang disertai pusing
Penanganan
1. Bawa korban ke tempat sejuk/nyaman
2. Tenangkan korban
3. Korban diminta menunduk sambil menekan cuping hidung
4. Diminta bernafas lewat mulut
5. Bersihkan hidung luar dari darah
6. Buka setiap 5/10 menit. Jika masih keluar ulangi tindakan Pertolongan
Pertama

i. Kram yaitu otot yang mengejang/kontraksi berlebihan (Gambar 4.8 (c)).


Gejala
• Nyeri pada otot
• Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Istirahatkan
2. Posisi nyaman
3. Relaksasi
4. Pijat berlawanan arah dengan kontraksi

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 141


Agribisnis Rumput Laut

(a) (b) (c)


Gambar 4.8. Berbagai kasus yang sering terjadi di alam terbuka (a) pusing, (b)
mimisan (c) keram otot

j. Memar yaitu pendarahan yang terdi di lapisan bawah kulit akibat dari benturan
keras.
Gejala
• Warna kebiruan/merah pada kulit
• Nyeri jika di tekan
• Kadang disertai bengkak
Penanganan
1. Kompres dingin
2. Balut tekan
3. Tinggikan bagian luka

k. Keseleo yaitu pergeseran yang terjadi pada persendian biasanya disertai


kram.
Gejala
• Bengkak
• Nyeri bila tekan
• Kebiruan/merah pada derah luka
• Sendi terkunci
• Ada perubahan bentuk pada sendi
Penanganan
1. Korban diposisikan nyaman
2. Kompres es/dingin
3. Balut tekan dengan ikatan 8 untuk mengurangi pergerakan
4. Tinggikan bagian tubuh yang luka

l. Luka yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan secara tiba-tiba


karena kekerasan/injury.
Gejala
• Terbukanya kulit

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 142


Agribisnis Rumput Laut

• Pendarahan
• Rasa nyeri
Penanganan
1. Bersihkan luka dengan antiseptic (alcohol/boorwater)
2. Tutup luka dengan kasa steril/plester
3. Balut tekan (jika pendarahannya besar)
4. Jika hanya lecet, biarkan terbuka untuk proses pengeringan luka

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menangani luka:


a) Ketika memeriksa luka: adakah benda asing, bila ada:
o Keluarkan tanpa menyinggung luka
o Kasa/balut steril (jangan dengan kapas atau kain berbulu)
o Evakuasi korban ke pusat kesehatan
b) Bekuan darah: bila sudah ada bekuan darah pada suatu luka ini berarti
luka mulai menutup. Bekuan tidak boleh dibuang, jika luka akan berdarah
lagi.

m. Pendarahan yaitu keluarnya darah dari saluran darah kapan saja, dimana saja,
dan waktu apa saja. Penghentian darah dengan cara
1. Tenaga/mekanik, misal menekan, mengikat, menjahit dll
2. Fisika: dikompres dengan air dingin maka akan mengecil,atau dengan
dikompres dengan air panas sehingga terjadi penjedalan dan akan
mengurangi pendarahan.
3. Kimia: Obat-obatan
4. Biokimia: vitamin K
5. Elektrik: diahermik

n. Patah Tulang/fraktur yaitu rusaknya jaringan tulang, secara keseluruhan mau-


pun sebagian (Gambar 4.9)
Gejala
• Perubahan bentuk
• Nyeri bila ditekan dan kaku
• Bengkak
• Terdengar/terasa (korban) derikan tulang yang retak/patah
• Ada memar (jika tertutup)
• Terjadi pendarahan (jika terbuka)
Jenisnya
• Terbuka (terlihat jaringan luka)
• Tertutup

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 143


Agribisnis Rumput Laut

(a) (b) (c)


Gambar 4.9. Jenis-jenis patah tulang (a) patah tulang tertutup, (b) patah tulang
terbuka, dan (c) patah intraarticular (persendian)

Penanganan
1. Tenangkan korban jika sadar
a) Untuk patah tulang tertutup
o Periksa Gerakan (apakah bagian tubuh yang luka bias digerak-
kan/diangkat), Sensasi (respon nyeri), Sirkulasi (peredaran darah)
o Ukur bidai disisi yang sehat
o Pasang kain pengikat bidai melalui sela-sela tubuh bawah
o Pasang bantalan didaerah patah tulang
o Pasang bidai meliputi 2 sendi disamping luka
o Ikat bidai
b) Untuk patah tulang terbuka
o Buat pembalut cincin untuk menstabilkan posisi tulang yang
mencuat
o Tutup tulang dengan kasa steril, plastik, pembalut cincin
o Ikat dengan ikatan V
o Untuk selanjutnya ditangani seperti pada patah tulang tertutup
Tujuan Pembidaian
1. Mencegah pergeseran tulang yang patah
2. memberikan istirahat pada anggota badan yang patah
3. mengurangi rasa sakit
4. Mempercepat penyembuhan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 144


Agribisnis Rumput Laut

o. Luka Bakar yaitu luka yangterjadi akibat sentuhan tubuh dengan benda-benda
yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik, atau zat-zat yang bersifat
membakar) Gambar 4.10 (a)
Penanganan
a) Matikan api dengan memutuskan suplai oksigen
b) Perhatikan keadaan umum penderita
c) Pendinginan
o Membuka pakaian penderita/korban
o Merendam dalam air atau air mengalir selama 20 atau 30 menit. Untuk
daerah wajah, cukup dikompres air
d) Mencegah infeksi
o Luka ditutup dengan perban atau kain bersih kering yang tak dapat
melekat pada luka
o Penderita dikerudungi kain putih
o Luka jangan diberi zat yang tak larut dalam air seperti mentega, kecap
dll
e) Pemberian sedative/morfin 10 mg im diberikan dalam 24 jam sampai 48
jam pertama
f) Bila luka bakar luas penderita diKuasakan
g) Transportasi kefasilitasan yang lebih lengkap sebaiknya dilakukan dalam
satu jam bila tidak memungkinkan masih bisa dilakukan dalam 24-48 jam
pertama dengan pengawasan ketat selama perjalanan.
h) Khusus untuk luka bakar daerah wajah, posisi kepala harus lebih tinggi dari
tubuh.

p. Hipotermia yaitu suhu tubuh menurun karena lingkungan yang dingin (Gambar
4.10 (b))
Gejala
• Menggigil/gemetar
• Perasaan melayang
• Nafas cepat, nadi lambat
• Pandangan terganggu
• Reaksi manik mata terhadap rangsangan cahaya lambat
Penanganan
1. Bawa korban ketempat hangat
2. Jaga jalan nafas tetap lancar
3. Beri minuman hangat dan selimut
4. Jaga agar tetap sadar
5. Setelah keluar dari ruangan, diminta banyak bergerak (jika masih
kedinginan)

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 145


Agribisnis Rumput Laut

q. Keracunan makanan atau minuman (Gambar 4.10 (c))


Gejala
• Mual, muntah
• Keringat dingin
• Wajah pucat/kebiruan
Penanganan
1. Bawa ke tempat teduh dan segar
2. Korban diminta muntah
3. Diberi norit
4. Istirahatkan
5. Jangan diberi air minum sampai kondisinya lebih baik

(a) (b) (c)


Gambar 4.10.Kasus yang sering terjadi di lapangan (a) luka bakar, (b) hipotermia
(c) keracunan makanan

r. Gigitan binatang gigitan binatang dan sengatan, biasanya merupakan alat dari
binatang tersebut untuk mempertahankan diri dari lingkungan atau sesuatu
yang mengancam keselamatan jiwanya. Gigitan binatang terbagi menjadi dua
jenis; yang berbisa (beracun) dan yang tidak memiliki bisa. Pada umumnya
resiko infeksi pada gigitan binatang lebih besar daripada luka biasa.
Pertolongan Pertamanya adalah:
• Cucilah bagian yang tergigit dengan air hangat dengan sedikit antiseptik
• Bila pendarahan, segera dirawat dan kemudian dibalut
Ada beberapa jenis binatang yang sering menimbulkan ganguan saat
melakukan kegiatan di alam terbuka, diantaranya:
1) Gigitan
Gigitan Ular
Tidak semua ular berbisa, akan tetapi hidup penderita/korban tergantung
pada ketepatan diagnosa, maka pada keadaan yang meragukan ambillah
sikap menganggap ular tersebut berbisa. Sifat bisa/racun ular terbagi
menjadi 3, yaitu:
1. Hematotoksin (keracunan dalam)
2. Neurotoksin (bisa/racun menyerang sistem saraf)
Direktorat Pembinaan SMK (2008) 146
Agribisnis Rumput Laut

3. Histaminik (bisa menyebabkan alergi pada korban)


Nyeri yang sangat dan pembengkakan dapat timbul pada gigitan, penderita
dapat pingsan, sukar bernafas dan mungkin disertai muntah. Sikap peno-
long yaitu menenangkan penderita adalah sangat penting karena rata-rata
penderita biasanya takut mati.
Penanganan untuk Pertolongan Pertama (Gambar 4.11):
1. Telentangkan atau baringkan penderita dengan bagian yang tergigit
lebih rendah dari jantung.
2. Tenangkan penderita, agar penjalaran bisa ular tidak semakin
cepat
3. Cegah penyebaran bias penderita dari daerah gigitan dengan cara:
o Torniquet di bagian proximal daerah gigitan pembengkakan
untuk membendung sebagian aliran limfa dan vena, tetapi
tidak menghalangi aliran arteri. Torniquet / toniket
dikendorkan setiap 15 menit selama + 30 detik
o Letakkan daerah gigitan dari tubuh
o Berikan kompres es
o Usahakan penderita setenang mungkin bila perlu diberikan
petidine 50 mg/im untuk menghilangkan rasa nyeri
4. Perawatan luka
o Hindari kontak luka dengan larutan asam KMn04, yodium atau
benda panas
o Zat anestetik disuntikkan sekitar luka jangan kedalam luka-
nya, bila perlu pengeluaran ini dibantu dengan pengisapan
melalui breastpump sprit atau dengan isapan mulut sebab
bisa ular tidak berbahaya bila ditelan (selama
selama tidak ada luka di
mulut).
mulut
5. Bila memungkinkan, berikan suntikan anti bisa (antifenin)
6. Perbaikan sirkulasi darah, dengan cara:
o Meminum kopi pahit pekat
o Kafein nabenzoat 0,5 gr im/iv
o Bila perlu diberikan pula vasakonstriktor
7. Obat-obatan lain
o Ats
o Toksoid tetanus 1 ml
o Antibiotic misalnya: PS 4:1
2) Gigitan Lipan
Ciri-ciri
1. Ada sepasang luka bekas gigitan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 147


Agribisnis Rumput Laut

2. Sekitar luka bengkak, rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya hilang
dengan sendirinya setelah 4-5 jam
Penanganan
1. Kompres dengan yang dingin dan cuci dengan obat antiseptik
2. Beri obat pelawan rasa sakit, bila gelisah bawa ke paramedic

(a) (b)

(c)
Gambar 4.11. Penanganan pertama pada kasus gigitan ular (a) penyedotan bisa
(b) pengeluaran sisa darah dan bisa ular (c) menghambat
penjalaran bisa ke dalam tubuh

3) Gigitan Lintah dan Pacet


Ciri-ciri
1. Pembengkakan,
2. Gatal
3. Kemerah-merahan (lintah)
Penanganan
1. Lepaskan lintah/pacet dengan bantuan air tembakau/air garam
2. Bila ada tanda-tanda reaksi kepekaan, gosok dengan obat atau salep
anti gatal
4) Sengatan Lebah/Tawon dan Hewan Penyengat lainnya
Biasanya sengatan ini kurang berbahaya walaupun bengkak, memerah,
dan gatal. Namun beberapa sengatan pada waktu yang sama dapat me-
masukkan racun dalam tubuh korban yang sangat menyakiti.
Perhatian:

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 148


Agribisnis Rumput Laut

• Dalam hal sengatan lebah, pertama cabutlah sengat-sengat itu tapi


jangan menggunakan kuku atau pinset, Anda justru akan lebih banyak
memasukkan racun kedalam tubuh. Cobalah mengorek sengat itu
dengan mata pisau bersih atau dengan mendorongnya ke arah
samping
• Balutlah bagian yang tersengat dan basahi dengan larutan garam
inggris.

4.5.3. Evakuasi korban

Evakuasi korban adalah salah satu tahapan dalam Pertolongan Pertama yaitu
untuk memindahkan korban ke lingkungan yng aman dan nyaman untuk
mendapatkan pertolongan medis lebih lanjut (Gambar 4.12).

Prinsip evakuasi korban adalah :


1. Dilakukan jika mutlak perlu
2. Menggunakan teknik yang baik dan benar
3. Penolong harus memiliki kondisi fisik yang prima dan terlatih serta memiliki
semangat untuk menyelamatkan korban dari bahaya yang lebih besar atau
bahkan kematian

Alat Pengangkutan
Dalam melaksanakan proses evakusi korban ada beberapa cara atau alat bantu,
namun hal tersebut sangat tergantung pada kondisi yang dihadapi (medan, kondisi
korban ketersediaan alat). Ada dua macam alat pengangkutan, yaitu:
1. Manusia
Manusia sebagai pengangkutnya langsung. Peranan dan jumlah pengangkut
mempengaruhi cara angkut yang dilaksanakan.
Bila penolong satu orang maka penderita dapat:
• Dipondong : untuk korban ringan dan anak-anak
• Digendong : untuk korban sadar dan tidak terlalu berat serta tidak patah
tulang
• Dipapah : untuk korban tanpa luka di bahu atas
• Dipanggul/digendong
• Merayap posisi miring
Bila penolong dua orang maka penderita dapat:
Pengangkutan korban tergantung cidera penderita tersebut dan diterapkan bila
korban tak perlu diangkut berbaring dan tidak boleh untuk mengangkut korban
patah tulang leher atau tulang punggung.
• Dipondong : tangan lepas dan tangan berpegangan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 149


Agribisnis Rumput Laut

• Model membawa balok


• Model membawa kereta

(a) (b)
Gambar 4.12. Evakuasi korban tanpa menggunakan alat bantu (a) penolong satu
orang (b) penolong dua orang atau lebih

2. Alat bantu
• Tandu permanen
• Tandu darurat
• Kain keras/ponco/jaket lengan panjang
• Tali/webbing

Persiapan yang perlu diperhatikan:


a) Kondisi korban memungkinkan untuk dipindah atau tidak berdasarkan
penilaian kondisi dari: keadaan respirasi, pendarahan, luka, patah tulang
dan gangguan persendian
b) Menyiapkan personil untuk pengawasan pasien selama proses evakuasi
c) Menentukan lintasan evakusi serta tahu arah dan tempat akhir korban
diangkut
d) Memilih alat yang tepat
e) Selama pengangkutan jangan ada bagian tuhuh yang berjuntai atau badan
penderita yang tidak daolam posisi benar

4.5.4. Farmakologi

Farmakologi adalah pengetahuan mengenai obat-obatan. Yang dibahas disini


hanya sekedar obat-obatan standar yang sering dibutuhkan dalam Kegiatan Alam
Terbuka. Berikut dibawah ini obat-obatan dan kegunaannya yang dapat diberikan
dalam proses P3K (Tabel 4.1)

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 150


Agribisnis Rumput Laut

Tabel 4.1. Obat-obatan dan kegunaannya dalam P3K


No Nama Obat Kegunaan
1 CTM Alergi, obat tidur
2 Betadine Antiseptik
3 Povidone Iodine Antiseptik
4 Neo Napacyne Asma, sesak nafas
5 Asma soho Asma,sesak nafas
6 Konidin Batuk
7 Oralit Dehidrasi
8 Entrostop Diare
9 Demacolin Flu, batuk
10 Norit Keracunan
11 Antasida doen Maag
12 Gestamag Maag
13 Kina Malaria
14 Oxycan Memberi tambahan oksigen murni
15 Damaben Mual
16 Feminax Nyeri haid
17 Spasmal Nyeri haid
18 Counterpain Pegal linu
19 Alkohol 70% Pembersih luka/antiseptic
20 Rivanol Pembersih luka/antiseptic
21 Chloroetil (obat semprot luar) Pengurang rasa sakit
22 Pendix Pengurang rasa sakit
23 Antalgin Pengurang rasa sakit, pusing
24 Paracetamol Penurun panas
25 Papaverin Sakit perut
26 Vitamin C Sariawan
27 Dexametason Sesak nafas
Sumber : Materi Latihan PP Ospek. KSR PMI Unit UNSOED Purwokerto.2006

RANGKUMAN

Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada dunia usaha dan dunia industri harus
diperhatikan dengan seksama pada semua tenaga kerja yang berada di dalam
lingkup tersebut. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk men-
ciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan.
Dengan menerapkan K3 akan dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi
dan produktivitas kerja. Lingkungan hidup sebagai lingkungan kerja baik secara
fisikdan organisasi merupakan hal yang sangat penting dalam mempengaruhi
sosial,mental dan phisik dalam kehidupan pekerja. Kesehatan suatu lingkungan
tempat kerja dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap kesehatan

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 151


Agribisnis Rumput Laut

pekerja, seperti peningkatan moral pekerja, penurunan absensi dan peningkatan


produktifitas. Pekerjaan di bidang perikanan merupakan kegiatan yang mayoritas
kegiatannya dilakukan di alam terbuka dengan resiko yang cukup tinggi dan
berpotensi menimbulkan bahaya. Meskipun bukan suatu hal yang diharapkan,
kecelakaan (accident) memerlukan langkah antisipatif yang diantaranya dengan
mengetahui atau mendiagnosa penyakit maupun akibat kecelakaan, penanganan
terhadap korban dan evakuasi korban bila diperlukan. Pertolongan Pertama (PP)
adalah perawatan pertama yang diberikan kepada orang yang mendapat
kecelakaan atau sakit yang tiba-tiba datang sebelum mendapatkan pertolongan
dari tenaga medis

APLIKASI KONSEP

Amati bersama kelompok anda, dan lakukan wawancara terhadap petani budidaya
rumput laut mengenai keselamatan kerja yang perlu diterapkan dilapangan dalam
melakukan penanaman rumput laut, serta upaya-upaya yang dilakukan bila terjadi
kecelakaan kerja. Selanjutnya berkunjunglah ke lokasi pengolahan hasil rumput
laut skala rumah tangga atau skala industri lakukan pengamatan mengenai
kesehatan dan keselamatan kerja di bidang pengolahan pangan.

PEMECAHAN MASALAH

Diskusikan bersama kelompok hasil yang telah anda lakukan dalam aplikasi
konsep:
a. Peluang-peluang terjadinya kecelakaan kerja di bidang budidaya rumput laut
dan bandingkan dengan peluang kecelakaan kerja di bidang pengolahan
b. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan di lapangan budidaya rumput
laut bila terjadi kecelakaan akibat pingsan
c. Pertolongan pertama yang dilakukan bila terjadi luka akibat kebakaran di
tempat pengolahan rumput laut

PENGAYAAN

1. Pelaksanaan K3 di dunia usaha dan industri merupakan upaya yang


memiliki tujuan akhir…
a. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja
b. Meningkatkan jumlah tenaga kerja
c. Mengurangi pencemaran lingkungan
d. Mengurangi biaya produksi
2. Undang-undang yang mengatur tentang keselamatan kerja adalah…

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 152


Agribisnis Rumput Laut

a. No. 1 Tahun 1960


b. No. 3 Tahun 1065
c. No. 1 Tahun 1970
d. No. 1 Tahun 1990
3. Kesehatan kerja yang perlu diperhatikan meliputi beberapa aspek, kecuali…
a. Kesehatan karyawan
b. Kesehatan sarana dan peralatan kerja
c. Kesehatan lingkungan kerja
d. Kesehatan organisasi perusahaan
4. Dibawah ini peralatan kerja yang diperlukan untuk menjaga keselamatan
kerja dalam melakukan budidaya rumput laut di lapangan…
a. Helm, sepatu, pelampung
b. Pelampung, wearpak, sepatu
c. Wearpak, pelampung, helm
d. Masker, helm, sepatu
5. Aspek yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan bahan baku
pengolahan atau penggudangan antara lain, adalah…
a. Temperature, kelembaban, pembukuan
b. Kelembaban, sirkulasi udara, temperatur
c. Interaksi wadah, kelembaban, temperature
d. Interaksi antar bahan kimia, kelembaban, kerapihan
6. Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan cara berikut,
kecuali…
a. Pengawasan peraturan
b. Latihan praktek bagi tenaga kerja
c. Penentuan dan kedisiplinan pada standart operasional kerja
d. Pemahaman mengenai lingkungan kerja
7. Kondisi ruang pengolahan pangan sebaiknya memenuhi kriteria dibawah
ini…
a. Penerangan seadanya
b. Tersedia AC
c. Terdapat tempat untuk cuci tangan
d. Dekat dengan kamar mandi
8. Pencemaran kembali produk pangan disebut juga…
a. Kontaminasi silang
b. Kontaminasi fisik
c. Kontaminasi biologis
d. Kontaminsai kimia
9. Dalam pengolahan pangan terdapat tahap yang dianggap kritis yang dapat
menurunkan kualitas pangan antara lain, kecuali …

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 153


Agribisnis Rumput Laut

a. Pemilihan bahan mentah


b. Penggunaan BTP sesuai takaran
c. Mempertahankan suhu penyimpanan
d. Pemanasan dengan suhu dan waktu yang tinggi
10. Mimisan yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah dalam hidung
karena suhu ekstrim/kelelahan/benturan, memiliki gajala seperti dibawah
ini, kecuali…
a. Dari lubang hidung keluar darah dan terasa nyeri
b. Korban sulit bernafas dengan hidung karena lubang hidung
tersumbat oleh darah
c. Korban hilang kesadaran
d. Kadang disertai pusing

KUNCI JAWABAN

1. A
2. C
3. D
4. B
5. C
6. D
7. C
8. A
9. D
10. C

Direktorat Pembinaan SMK (2008) 154

Anda mungkin juga menyukai