1 Rev2drnico Membangunan Budaya Keselamatan Di Era Pandemi Covid19 82
1 Rev2drnico Membangunan Budaya Keselamatan Di Era Pandemi Covid19 82
• Good Hospital
Good
Sistem Pelayanan Governance &
Good Clinical Klinis • Good Clinical
Ethical Governance Asuhan Pasien / Patient Care Governance
Practice Tata Kelola Klinis
yang Baik
Sistem
Good Ps 36 UU 44/2009
Hospital Manajemen
Governance • Good Patient Care
Tata Kelola RS
yang Baik • Good Ethical Practice
SNARS Edisi 1
Manajemen Pelayanan
Risiko RS Fokus Pasien
→ Risiko Klinis (Patient Centred
Care)
Primum, non nocere” 2000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2011 2012 2017 2020
(“First, do no harm”)
2011 : World
Patient
PMK 1691/2011 Safety
ttg KPRS Day
21 Agustus 2005 Pencanangan 17-09-2020
Gerakan Keselamatan Pasien 2017 :
2008 :
oleh Menteri Kesehatan RI,
Keselamatan Pasien PMK 11/2017 ttg
di Jakarta
RS telah mulai di Keselamatan
Florence Nightingale 2004, 27 Oktober : WHO Akreditasi oleh Pasien
memimpin gerakan KARS
keselamatan pasien
dengan membentuk : 2006, KKI : Standar
World Alliance for Kompetensi Dokter :
Patient Safety, sekarang Keselamatan Pasien
“WHO Patient Safety” 6
Pencanangan Gerakan Keselamatan Pasien Rumah Sakit
Oleh Menteri Kesehatan
Seminar Nasional PERSI
21 Agustus 2005, JCC
What is patient safety?
• Patient safety is the absence of • Keselamatan pasien (KP) adalah
preventable harm to a patient and ✓ keadaan tanpa bahaya-(yg dapat dicegah) pada
reduction of risk of unnecessary harm pasien dan
associated with health care to an
✓ pengurangan risiko bahaya yang tidak perlu
acceptable minimum.
terkait dengan pelayanan Kesehatan, seminimal
• An acceptable minimum refers to the
collective notions of given current mungkin (yang dapat diterima).
• Minimum yang dapat diterima mengacu pada gagasan kolektif
knowledge, resources available and the
dari pengetahuan saat ini yang diberikan, sumber daya yang
context in which care was delivered tersedia dan konteks di mana pelayanan diberikan
weighed against the risk of non- dipertimbangkan terhadap risiko non-pengobatan atau
treatment or other treatment. pengobatan lain.
• The discipline of patient safety is the • Disiplin Keselamatan Pasien merupakan upaya
coordinated efforts to prevent harm, terkoordinasi untuk mencegah terjadinya kerugian
caused by the process of health care
yang disebabkan oleh proses pelayanan kesehatan
itself, from occurring to patients.
itu sendiri terhadap pasien.
• Patient safety has been increasingly
recognized as an issue of global • KP semakin diakui sebagai masalah global yang
importance. penting.
(www.who.int/patientsafety/about/en/)
WHO : GLOBAL PATIENT SAFETY ACTION PLAN 2021-2030
Towards Eliminating Avoidable Harm in Health Care
January 2021
Vision Visi
A world in which Dunia di mana tidak
no one is harmed ada seorangpun
in health care, dirugikan dalam
and every patient pelayanan kesehatan,
receives safe and dan setiap pasien
respectful care, menerima pelayanan
every time, yg aman dan hormat,
everywhere. setiap saat, di mana
saja.
Third Draft
January 2021
Kerangka Kerja Komprehensif
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(Comprehensive Framework)
(KKPRS, 2006)
KERANGKA KERJA KOMPREHENSIF KESELAMATAN PASIEN.
Hosp Risk Mgt
Clinical Risk Mgt
3.
1. Upaya Umum Upaya Khusus 2.
▪ Pelaporan
(Klasik) (Baru)
IKP
Keselamatan Keselamatan
▪ Diagnostik
Pasien Pasien
▪ Solusi
4.
Taksonomi Keselamatan Pasien
Definisi, Sistematika, Klasifikasi
Upaya Umum (Klasik) Keselamatan Pasien 1.
*Organisasi/Manajemen
1. Standar Yan RS, Standar Profesi
2. Good Professional Practice, EB Practice
3. Good Corporate Governance, Komite Etik RS
4. Good Clinical Governance, Komite Medis, Komite Etik,
Medical Audit, Clinical Indicator, Credentialling, EBM
5. Konsep & Evaluasi Mutu : QA, TQM, PDCA, Akreditasi, ISO
6. Sistem Rekam Medis, Informed consent
7. …dsb…
*Pelayanan
1. Pengendalian Infeksi Nosokomial
2. Safe blood transfusion
3. Yan Peristi
4. Hospital Pharmacy, Penggunaan obat rasional
5. Yan Laboratorium, Radiologi (D/, Th/), Penunjang Medis
lain
6. ….dsb….
2.
Upaya Khusus (Baru) Keselamatan Pasien
* 7 LANGKAH MENUJU KESELAMATAN PASIEN RS
KTD=Kejadian
Insiden Keselamatan
Tidak Diharapkan Cedera (Adverse Event)
KNC=Kejadian
Pasien
Nyaris Cedera Tidak cedera (Near Miss)
Third Draft
January 2021
Visi
Vision:A world in which no
Sebuah dunia di mana tidak ada seorangpun dirugikan
one is harmed in health care,
and every patient receives
dalam pelayanan kesehatan, dan setiap pasien
safe and respectful care, menerima pelayanan yg aman dan hormat, setiap saat,
every time, everywhere.
di mana saja.
Misi
Mission:Drive forward Mendorong kebijakan dan tindakan, berdasarkan
policies and actions,
based on science, patient sains, pengalaman pasien, desain sistem dan
experience, system
Goal:Achieve the
maximum possible
design and partnerships, kemitraan, untuk menghilangkan semua sumber risiko
to eliminate all sources of
reduction in avoidable
harm due to unsafe
avoidable risk and harm dan bahaya yg dapat dihindari, pada pasien dan
to patients and health
health care globally. workers. petugas kesehatan.
Tujuan
Capai pengurangan semaksimal mungkin bahaya yg
bisa dihindari pada pelayanan kesehatan yg tidak aman
secara global.
Kerangka kerja tersebut mencakup 7 tujuan strategis, yang
dapat dicapai melalui 35 strategi khusus.
1.Kebijakan 1.1 Kebijakan KP, 1.2 Mobilisasi dan 1.3 Tindakan 1.4 Standar 1.5 World Patient
untuk strategi dan alokasi sumber legislatif yang keselamatan, Safety Day dan
menghilangk kerangka daya bersifat regulasi dan Global Patient
an bahaya yg
@ 5 Spesific Strategy
implementasi protektif akreditasi Safety
dapat
dihindari dlm
Challenges
Yan Kes
2. Sistem 2.1 Transparansi, 2.2 Tata kelola 2.3 Kapasitas 2.4 Faktor 2.5 Rencana dan
dengan keterbukaan dan yang baik untuk kepemimpinan manusia / proses kesiap-
keandalan budaya “Jangan sistem Yan Kes untuk fungsi ergonomi utk siagaan darurat
tinggi
salahkan” klinis dan ketahanan sistem
manajerial Kesehatan
3. Keaman- 3.1 Keamanan 3.2 Global Patient 3.3 PPI & 3.4 Keamanan 3.5 KP dalam
an proses prosedur klinis Safety Challenges resistensi alat kesehatan, FKTP dan
klinis yang rentan :Obat2 Tanpa antimikroba obat-obatan, transisi
terhadap risiko Bahaya darah dan vaksin pelayanan
(Global Patient Safety Action Plan 2021-2030, WHO 2021)
7 Strategic Objectives
4. Keterlibat- 4.1Pengembang 4.2 Belajar dari 4.3 Advokasi 4.4 Pengungkap- 4.5 Keterlibatan
an pasien & an bersama pengalaman pasien dan an /disclosure pasien dalam
keluarga kebijakan dan pasien untuk Champion KP insiden KP implementasi
program dgn peningkatan kepada korban rencana tindakan
pasien keselamatan
5. Pendidikan, 5.1 KP dalam 5.2 Pusat 5.3 Kompetensi 5.4 Menghubung- 5.5 Lingkungan
@ 5 Spesific Strategy
keterampil-an pendidikan dan unggulan untuk KP sebagai kan KP dengan kerja yang aman
dan pelatihan pendidikan dan persyaratan sistem penilaian bagi petugas kes
keselamat-an
profesional pelatihan KP regulasi petugas kes
tenaga kes
6. Informasi, 6.1 Sistem 6.2 Surveilans KP 6.3 Program 6.4 Program 6.5 Teknologi
penelitian, pelaporan dan dan sistem peningkatan KP penelitian KP digital untuk KP
manajemen pembelajaran informasi
risiko
insiden KP
7. Sinergi, 7.1 Keterlibatan 7.2 Pemahaman 7.3 Jaringan dan 7.4 Inisiatif lintas 7.5 Hubungan
kemitraan dan pemangku bersama dan kolaborasi KP geografis dan dengan program
solidaritas kepentingan komitmen multisektoral dan inisiatif
bersama untuk KP teknis
Di Pelayanan Kesehatan :
Keselamatan Pasien
“Menggerakkan” orang
dalam kelompok
(Kita berkata)
“Inilah cara
kita
menyelesaikan
sesuatu”
o Some aspects of
organizational
culture are visible
on the surface, like
the tip of an
iceberg, while
others are implicit
and submerged
within the
organization…..
“Cara kita o Don’t leave the
benar-benar organizational
menyelesaikan iceberg
sesuatu” unattended
Berbagai Definisi Budaya
• Culture : a way of thinking, behaving, or working that exists in a place or
organization (Merriam Webster)
• Budaya terbentuk dari elemen2 : kebijakan, prosedur, kondisi2 kerja,
struktur untuk pembuatan keputusan dan tipe2 perilaku yang didukung.
(The Just Culture Community, Outcome Engineering, 2009)
Budaya keselamatan adalah nilai, sikap, persepsi, kompetensi dan pola perilaku
Wagner et al., Morello, 2013 Budaya keselamatan merupakan bagian dari budaya organisasi.
individu dari kelompok yang menggambarkan komitmen sebuah organisasi dalam
2018
mengelola kesehatan dan keselamatan.
Great Britain, Budaya keselamatan yang positif akan mengurangi angka insiden dan kecelakan di
Budaya keselamatan memiliki tingkat berbeda di tiap unit dan akan berdampak 2011 pelayanan kesehatan.
AHRQ, 2018
pada budaya keselamatan organisasi menyeluruh.
Carthey & Budaya keselamatan terdiri dari open culture, just culture, reporting culture,
Budaya keselamatan merupakan (core concept), dimana DNA of Care adalah Clare, 2009 learning culture, informed culture.
Hardy, 2017
Safety, Quality, and Culture.
Griffin & WHO, 2006 Budaya keselamatan berkaitan dengan manajemen risiko dan keselamatan.
Budaya keselamatan dapat mengarahkan perilaku individu dalam suatu organisasi.
Curcuroto, 2016
PMKP 10
Pengukuran/Evaluasi Budaya
Keselamatan
• Regulasi
• Pelaksanaan
Pola SEMI-A
Vertikal & Horizontal
Standar TKRS 13 → 5ep : Direktur RS menciptakan dan mendukung
budaya keselamatan di seluruh area di RS sesuai peraturan perUUan.
Komitmen organisasi menyediakan sumber daya, seperti staf, pelatihan, metode pelaporan yg
aman, dsb-nya untuk menangani masalah keselamatan
Masih banyak RS yg masih memiliki budaya untuk menyalahkan suatu pihak yg akhirnya
merugikan kemajuan budaya keselamatan. Just culture adalah model terkini mengenai
pembentukan suatu budaya yg terbuka, adil dan pantas, menciptakan budaya belajar,
merancang sistem2 yg aman, serta mengelola perilaku yg terpilih (human error, at risk
behavior, dan reckless behavior). Model ini melihat peristiwa2 bukan sbg hal2 yg perlu
diperbaiki, tetapi sbg peluang2 utk memperbaiki pemahaman baik thd risiko dari sistem
maupun risiko perilaku.
Ada saat2 individu seharusnya tidak disalahkan atas suatu kekeliruan; sbg contoh, ketika
ada komunikasi yg buruk antara pasien & staf, ketika perlu pengambilan keputusan secara
cepat, dan ketika ada kekurangan faktor manusia dlm pola proses pelayanan. Namun,
terdapat juga kesalahan tertentu yg merupakan hasil dari perilaku yg sembrono dan hal ini
membutuhkan pertangg-jwban.
Contoh dari perilaku sembrono mencakup kegagalan dlm mengikuti pedoman kebersihan
tangan, tdk melakukan time-out sebelum mulainya operasi, atau tdk memberi tanda pd
lokasi pembedahan.
Budaya keselamatan mencakup mengenali dan menujukan masalah yg terkait dgn sistem yg
mengarah pada perilaku yg tidak aman. Pada saat yg sama, RS harus memelihara pertangg-
jwban dgn tidak mentoleransi perilaku sembrono.
Pertangg-jwban membedakan kesalahan unsur manusia (seperti kekeliruan), perilaku yg
berisiko (contohnya mengambil jalan pintas), dan perilaku sembrono (spt mengabaikan
langkah2 keselamatan yg sudah ditetapkan).
Direktur RS melakukan evaluasi rutin dgn jadwal yg tetap dgn menggunakan
bbrp metode, survei resmi, wawancara staf, analisis data, dan diskusi
kelompok.
Direktur RS mendorong agar dapat terbentuk kerja sama utk membuat
struktur, proses, dan program yg memberikan jalan bagi perkembangan
budaya positif ini
Direktur RS harus menanggapi perilaku yg tidak terpuji dari semua individu
dari semua jenjang RS, termasuk manajemen, staf administrasi, staf klinis,
dokter tamu atau dokter part time, serta anggota representasi pemilik
Maksud dan Tujuan PMKP 10.
Budaya keselamatan :
1) Staf klinis memperlakukan satu sama lain secara hormat dengan,
2) Melibatkan dan memberdayakan pasien dan keluarga
3) Staf klinis pemberi asuhan bekerja sama dalam tim yang efektif dan
mendukung proses kolaborasi interprofesional
4) Asuhan berfokus pada pasien → PCC & APT.
5) Setiap individu anggota staf (klinis atau administratif) melaporkan
hal-hal yang menguatirkan tentang keselamatan atau mutu
pelayanan
2/8
( A Roadmap to a Just Culture, Enhancing the Safety Environment. GAIN Working Group E , 2004)
(Based on Reason,J)
Safety Culture
Flexible Culture
Reporting Culture Suatu budaya dimana organisasi mampu
Suatu iklim organisasi dimana orang-orang merubah diri dan wajah mereka jadi
disiapkan untuk melaporkan error serta mampu beroperasi dengan tempo tinggi
KNC/near miss yg mereka lakukan atau berbagai bahaya tertentu – seringkali
Just Culture beralih dari cara hierarkis konvensional ke
Suatu suasana saling percaya/trust dimana cara yang lebih datar/sederhana
orang- orang didorong (bahkan diberi
hadiah) untuk memberikan informasi
penting terkait safety, tetapi dimana
mereka juga jelas tentang garis batas
antara perilaku akseptabel dan tidak
akseptabel
Leadership culture Pemimpin mengakui lingkungan yan kes adalah lingkungan berisiko tinggi dan
berusaha menyelaraskan visi / misi, kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan
manusia dari ruang rapat ke garis depan.
Teamwork culture Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja sama ada di kalangan eksekutif, staf, dan
praktisi independen. Hubungan terbuka, aman, hormat, dan fleksibel.
Culture of evidence-based practice Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti. Standardisasi utk mengurangi variasi
terjadi pada setiap kesempatan. Prosesnya dirancang utk mencapai kehandalan yg
tinggi.
Communication culture Lingkungan ada di tempat anggota staf individu, tidak peduli apa deskripsi
pekerjaannya, memiliki hak dan tangg-jwb untuk berbicara atas nama pasien.
Learning culture RS belajar dari kesalahannya dan mencari peluang baru untuk peningkatan kinerja.
Belajar dihargai di antara semua staf, termasuk staf medis.
Just culture Budaya yg mengenali kesalahan sbg kegagalan sistem daripada kegagalan individu
dan, pada saat yg sama, akuntabilitas individu atas tindaka
Patient-centered culture Asuhan pasien berpusat di sekitar pasien dan keluarga. Pasien bukan hanya peserta
aktif dalam asuhannya sendiri, tapi juga bertindak sbg penghubung antara RS dan
masyarakat.
(Botwinick, L., Bisognano, M., & Haraden, C. (2006). Leadership guide to patient safety. Cambridge, MA: Institute for Healthcare Improvement. Retrieved
from www.ihi.org/knowledge/Pages/ IHIWhitePapers/LeadershipGuide toPatientSafetyWhitePaper.aspx)
4/8
(Strategies for Creating, Sustaining, and Improving a Culture of Safety in Health Care. (2017) .JCI)
5/8
American College of
Healthcare Executives,
“Leading a Culture
of Safety: A Blueprint
for Success”.
1 Leadership culture
2 Teamwork culture
4 Communication culture
5 Learning culture
6 Just culture
1
Iklim
Pelatihan pelatihan, pelaporan, pembelajaran
Keselamatan
organisasi) terhadap Kematangan budaya
Pelaporan keselamatan rumah sakit meliputi mutu
layanan RS, keselamatan pasien, keselamatan
Pembelajaran Organisasi dan kesehatan pekerja.
Mutu Rumah Sakit
Kepemimpinan Situasional
Kematangan
Budaya
Keselamatan
Keselamatan pasien
2 keselamatan (regulasi, kepemimpinan,
manajemen risiko) terhadap Kematangan
budaya keselamatan rumah sakit meliputi
Manajemen Risiko mutu layanan RS, keselamatan pasien,
Keselamatan dan keselamatan dan kesehatan pekerja.
Kesehatan Pekerja
• Regulasi • Kepatuhan
• Pelatihan • Kepemimpinan Mutu dan
• Komunikasi Keselamatan
• Manajemen Keselamatan
• Pembelajaran • Partisipasi
risiko pasien serta
• Lingkungan kerja Keselamatan keselamatan
• Pembelajaran • Komunikasi • Perilaku & kesehatan
• Kerjasama • Kerjasama tim Menganggu pekerja
• Pelaporan • Pelatihan
• Regulasi • Pelaporan
• Komitmen • Pembelajaran
• Kepatuhan
• Kepatuhan
• Partisipasi
Model Modifikasi Determinisme Timbal Balik Cooper Kematangan Budaya Keselamatan MaPSAF
(University of Manchester, 2006)
07/04/2021
(Duta Liana: Model DUTA-RS (Dewasakan Upaya Tatanan Akreditasi Rumah Sakit) Untuk Kematangan Budaya Keselamatan, Disertasi, FKMUI, 2021)
*DNA of Care
🌏 Safety
🌏 Quality Kepemimpinan
🌏 Culture
Keterlibatan Pasien
Kolaborasi
Interprofesional
Just Culture-Budaya Adil
Respek/Trust Keseimbangan Sistem & Manusia
Komunikasi
Pelaporan IKP-
Patient Centred Care Pembelajaran
Kolaborasi
Interprofesional Keterlibatan Pasien
Komunikasi
“What is Cultural
Competency”
(3,5’)
Penutup
Membangun Budaya Keselamatan Melalui SNARS 1.1.
TKRS 13
Direktur TKRS 13.1.
Menciptakan & Mendukung Direktur
Budaya Keselamatan Pasien Melaksanakan, Memonitor,
• Keterbukaan Memperbaiki Budaya Keselamatan
• Perbaiki Perilaku • Sistem Pelaporan IKP
• Pendidikan • Keamanan Pelapor
• Identifikasi masalah budaya • Investigasi laporan
• Sumber daya • Identifikasi perilaku Staf
• Pengukuran budaya, indikator mutu
PMKP 10
Pengukuran/Evaluasi Budaya
Keselamatan
• Regulasi
• Pelaksanaan
Bila Keselamatan Pasien tidak dijadikan
“Sahabat” Rumah Sakit, cepat atau
lambat dia akan berbalik menjadi
“Musuh” Rumah Sakit.
(Nico Lumenta, 2008)
Patient Safety …
References
- Botwinick, L., Bisognano, M., & Haraden, C. (2006). Leadership guide to patient safety. Cambridge, MA: Institute for Healthcare
Improvement. Retrieved from www.ihi.org/knowledge/Pages/ IHIWhitePapers/LeadershipGuide toPatientSafetyWhitePaper.aspx
- Institute of Medicine (IOM). (2000). To err is human: Building a safer health system. Washington, DC: National Academy Press.
Retrieved from http://www. iom.edu/Reports/1999/To-Err-isHuman-Building-A-Safer-HealthSystem.aspx
- Institute of Medicine (IOM). (2001). Crossing the quality chasm: A new health system for the 21st Century. Washington, DC:
National Acade mies Press. Retrieved from http://iom.edu/ Reports/2001/Crossing-the-QualityChasm-A-New-Health-System-forthe-
21st-Century.aspx
- Leape, L.L., Berwick, D.M., & Bates, D.W. (2002). What practices will most improve safety? Evidence-based medicine meets
patient safety. Journal of the American Medical Association, 288(4), 501–507.
- The Joint Commission. (2009). Joint Commission Standards. Retrieved February 16, 2009, from http://www.jointcommission.org/
- Agency for Healthcare Research & Quality - AHRQ. (2016). Hospital Survey on Patient Safety Culture: User’s Guide.
- Stavrianopoulos, T. (2012). The Development of Patient Safety Culture. Health Science Journal. 2012; vol 6 issue 2.
- Duta Liana: Model DUTA-RS (Dewasakan Upaya Tatanan Akreditasi Rumah Sakit) Untuk Kematangan Budaya Keselamatan,
Disertasi, FKMUI, 2021
- Leading a Culture of Safety: A Blueprint for Success. (2016). American College of Healthcare Executives, and The National Patient
Safety Foundation’s Lucian Leape Institute
- Botwinick, L., Bisognano, M., & Haraden, C. (2006). Leadership guide to patient safety. Cambridge, MA: Institute for Healthcare
Improvement. Retrieved from www.ihi.org/knowledge/Pages/ IHIWhitePapers/LeadershipGuide toPatientSafetyWhitePaper.aspx)
70
dr. Nico A. Lumenta, K.Nefro, MM, MHKes.
WS. PMKP di Era Pandemi Covid-19, Rabu 7 April 2021
“Leading a Culture
of Safety: A Blueprint
for Success”.
(2016).
(2016)
1
DIMENSIONS OF PSC
Through a qualitative meta-analysis the seven subcultures of patient safety
culture were identified as:
1. Leadership culture
2. Teamwork culture
3. Culture of evidence-based practice
4. Communication culture
5. Learning culture
6. Just culture
7. Patient-centered culture
(Source: Botwinick, Bisognano, & Haraden, 2006.)
1. Leadership: Leaders acknowledge the Pemimpin mengakui lingkungan yan kes
healthcare environment is a high-risk adalah lingkungan berisiko tinggi dan
environment and seek to align vision/mission,
staff competency, and fiscal and human
berupaya menyelaraskan visi / misi,
resources from the boardroom to the frontline kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan
manusia dari ruang rapat ke garis depan.
2. Teamwork: A spirit of collegiality, Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja
collaboration, and cooperation exists among sama diantara para eksekutif, staf, dan praktisi
executives, staff, and independent
practitioners. Relationships are open, safe,
independen. Hubungan terbuka, aman, hormat,
respectful, and flexible. dan fleksibel.
3. Evidence-based: Patient care practices Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti.
are based on evidence. Standardization to Standardisasi utk mereduksi variasi pada
reduce variation occurs at every opportunity.
Processes are designed to achieve high
setiap kesempatan. Prosesnya dirancang utk
reliability. mencapai kehandalan yg tinggi.
4. Communication: An environment exists Ada lingkungan di mana seorang anggota staf,
where an individual staff member, no matter apapun deskripsi pekerjaannya, memiliki hak
what his or her job description, has the right
and the responsibility to speak up on behalf of
dan tangg-jwb untuk berbicara atas nama
a patient. pasien.
5. Learning: The hospital learns from its RS belajar dari kesalahannya dan mencari
mistakes and seeks new opportunities for peluang baru untuk peningkatan kinerja.
performance improvement. Learning is valued Pembelajaran dihargai di antara semua
among all staff, including the medical staff.
staf, termasuk staf medis.
• Traditionally, health care’s culture has held • Secara tradisional, budaya pelayanan kes telah membuat
individuals accountable for all errors or mishaps semua individu bertangg-jwb menangani error atau KTD yg
that befall patients under their care menimpa pasien yg berada dalam asuhan mereka
• A just culture recognizes that individual • Suatu just culture mengakui bhw individu tdk seharusnya
practitioners should not be held accountable for dianggap bertangg-jwb atas kegagalan sistem dimana
system failings over which they have no control. mereka tidak punya kendali
• A just culture also recognizes many errors • Suatu just culture juga menyatakan banyak error
represent predictable interactions between merepresentasikan interaksi yg dapat diramalkan antara
human operators and the systems in which they operator manusia dgn sistem dimana mereka bekerja.
work. Recognizes that competent professionals Mengakui bhw professional yg kompeten dpt berbuat
make mistakes. kesalahan
• Acknowledges that even competent • Mengakui bhw bahkan professional yg kompeten sekalipun, bisa
professionals will develop unhealthy norms mengembangkan norma-norma yg tidak sehat (jalan pintas,
(shortcuts, “routine rule violations”). “routine rule violations” = “pelanggaran peraturan secara rutin”)
• Suatu just culture memiliki zero tolerance (sama sekali tidak
• A just culture has zero tolerance for reckless
toleran) thd perilaku sembrono / serampangan
behavior.,
(Meyer, GS: Just Culture The Key to Quality and Safety, The Just Culture Community, 2010)
The Just Culture Model (simplified)
© 2012
Core Concept “Just Culture” / “Budaya Yang Adil”
(David Marx)
Just Culture is the balance between human and system accountability, and it is a hot
topic in patient and provider safety in today’s medical industry.
(2019, February. https://www.centerforpatientsafety.org/emsforward/just-culture/)
1. Kepemimpinan: Para pemimpin mengakui bahwa lingkungan pelayanan kesehatan adalah lingkungan berisiko tinggi
dan berupaya menyelaraskan visi / misi, kompetensi staf, dan sumber daya fiskal dan manusia dari ruang rapat ke garis
depan. Kurangnya kepemimpinan dianggap sbg penghalang budaya keselamatan. Sementara kepemimpinan yg kuat
sering disebut sbg hal yg penting bagi budaya keselamatan organisasi, tidak ada jawaban yg mudah ttg bagaimana
kepemimpinan dapat berkembang atau dikembangkan untuk memastikan budaya keselamatan. Pemimpin membutuhkan
wawasan dasar ttg masalah keselamatan dan perlu alasan untuk berfokus pada keselamatan pasien. Mereka perlu dididik
tentang ilmu keamanan dan kekuatan data.
2. Kerja Tim: Semangat kolegialitas, kolaborasi, dan kerja sama ada di antara eksekutif, staf, dan praktisi independen.
Hubungan terbuka, aman, hormat, dan fleksibel. Organisasi pelayanan kesehatan merawat pasien dengan proses penyakit
yg semakin kompleks dan dgn asuhan serta teknologi yg semakin kompleks yg membutuhkan upaya yg lebih kuat
terhadap penerapan kerja tim dan kolaborasi di antara PPA untuk mencapai budaya keselamatan pasien di seluruh sistem.
3. Asuhan berbasis bukti: Praktik asuhan pasien didasarkan pada bukti. Standarisasi untuk mereduksi variasi terjadi di
setiap kesempatan. Proses dirancang untuk mencapai keandalan yg tinggi. Organisasi pelayanan kesehatan yg
mendemonstrasikan praktik terbaik berbasis bukti, termasuk proses, protokol, daftar tilik, dan pedoman standar, dianggap
menunjukkan budaya keselamatan.
(Stavrianopoulos, T : The Development of Patient Safety Culture. Health Science Journal. 2012; vol 6 issue 2.)
4. Komunikasi: Sebuah lingkungan ada di mana seorang anggota staf, apa pun uraian tugasnya, memiliki hak dan tangg-jwb untuk
berbicara atas nama pasien. Staf lini depan ingin mengetahui bahwa komunikasi dengan manajer didengarkan dan diakui. Memberikan
umpan balik atau menutup lingkaran membangun kepercayaan dan keterbukaan sifat penting dari budaya keselamatan
5. Belajar: RS belajar dari kesalahannya dan mencari peluang baru untuk peningkatan kinerja. Pembelajaran dihargai di antara semua
staf, termasuk staf medis. Budaya belajar menciptakan kesadaran keselamatan di antara karyawan dan staf medis dan mendorong
lingkungan belajar melalui peluang pendidikan. Pendidikan dan pelatihan harus mencakup, setidaknya, pemahaman dasar tentang (a)
ilmu keselamatan, (b) apa artinya menjadi organisasi dgn keandalan tinggi, (c) nilai asesmen budaya keselamatan, dan (d) proses
peningkatan kinerja, termasuk pengujian siklus perubahan yg cepat.
6. Adil: Sebuah budaya yg mengakui kesalahan sbg kegagalan sistem daripada kegagalan individu dan, pada saat yg sama, tidak
segan meminta pertanggungjawaban individu atas tindakan mereka. Beban kerja dpt menjadi faktor penyebab terjadinya kesalahan.
Kesalahan diklasifikasikan sebagai (a) slips dan lapses/penyimpangan atau kesalahan pelaksanaan, dan (b) kesalahan atau kesalahan
pengetahuan.17 Beban kerja yg tinggi dalam bentuk tekanan waktu dpt mengurangi perhatian yg dicurahkan oleh perawat untuk
tugas2 keselamatan kritis, sehingga menciptakan kondisi untuk kesalahan dan perawatan pasien yg tidak aman.
7. Asuhan yang berpusat pada pasien: Asuhan pasien berpusat di sekitar pasien dan keluarga. Pasien tidak hanya menjadi peserta
aktif dlm pelayanannya sendiri, tetapi juga bertindak sbg penghubung antara RS dan masyarakat. Asuhan yg berpusat pada pasien
adalah kualitas hubungan pribadi, profesional, dan organisasi. Dgn demikian, upaya untuk mempromosikan asuhan yg berpusat pd
pasien harus mempertimbangkan keterpusatan pasien pd pasien (dan keluarganya), dokter, dan sistem kesehatan. Membantu pasien
untuk lebih aktif dlm konsultasi mengubah dialog yg didominasi dokter selama berabad-abad menjadi dialog yg melibatkan pasien sbg
peserta aktif. Melatih dokter agar lebih penuh perhatian, informatif, dan empati mengubah peran mereka dari yg berkarakteristik otoritas
menjadi peran yg memiliki tujuan kemitraan, solidaritas, empati, dan kolaborasi.
(Stavrianopoulos, T : The Development of Patient Safety Culture. Health Science Journal. 2012; vol 6 issue 2.)
VI Kerangka Konsep
Kematangan Budaya Keselamatan DUTA-RS Hipotesis
Kerjasama Tim
Komunikasi
Ada pengaruh variabel iklim keselamatan
Lingkungan Kerja
(kerjasama tim, komunikasi, lingkungan kerja,
1
Iklim
Pelatihan pelatihan, pelaporan, pembelajaran
Keselamatan
organisasi) terhadap Kematangan budaya
Pelaporan keselamatan rumah sakit meliputi mutu
layanan RS, keselamatan pasien, keselamatan
Pembelajaran Organisasi dan kesehatan pekerja.
Mutu Rumah Sakit
Kepemimpinan Situasional
Kematangan
Budaya
Keselamatan
Keselamatan pasien
2 keselamatan (regulasi, kepemimpinan,
manajemen risiko) terhadap Kematangan
budaya keselamatan rumah sakit meliputi
Manajemen Risiko mutu layanan RS, keselamatan pasien,
Keselamatan dan keselamatan dan kesehatan pekerja.
Kesehatan Pekerja
• Regulasi • Kepatuhan
• Pelatihan • Kepemimpinan Mutu dan
• Komunikasi Keselamatan
• Manajemen Keselamatan
• Pembelajaran • Partisipasi
risiko pasien serta
• Lingkungan kerja Keselamatan keselamatan
• Pembelajaran • Komunikasi • Perilaku & kesehatan
• Kerjasama • Kerjasama tim Menganggu pekerja
• Pelaporan • Pelatihan
• Regulasi • Pelaporan
• Komitmen • Pembelajaran
• Kepatuhan
• Kepatuhan
• Partisipasi
Model Modifikasi Determinisme Timbal Balik Cooper Kematangan Budaya Keselamatan MaPSAF
(University of Manchester, 2006)
07/04/2021