Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

“ HEPATITIS ”

OLEH :

YESSI KLANA WATY


BT1901034

CI LAHAN CI INSTITUSI

AKADEMI KEPERAWATAN BATARI TOJA


WATAMPONE
2021
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Pengertian
Hepatitis adalah inflamasi hepar yang disebabkan oleh salah satu dari
lima agen virus yang berbeda, hepatitis dapat ringan dan dapat
disembuhkan sampai kronis dan vatal (Carpenito L. J, 1996 page
1332). Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai
reaksi terhadap virus, obat, atau alkohol (Dr. Jan Tambayong,2000.
Patofisiologi Untuk Keperawatan.page 145) Kesimpulan hepatitis
adalah inflamasi sebagai reaksi yang disebabkan agen virus, obat, atau
alkohol.

2. Epidemiologi
Kita mengenal beberapa macam hepatitis viral akut, dari hepatitis
A sampai dengan hepatitis C. berhubungan dengan cepatnya
perkembangan teknologi kedokteran terutama dibidang molekuler,
dapat dipastikan bahwa akibat hepatitis akan segera bertambah.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting bukan
hanya di amerika tetapi di seluruh dunia. Lebih dari 60.000 kasus
dilaporkan ke pusat pengawasan kesehatan di amerika dan setiap tahun
jumlahnya secara bertahap.
Walaupun mortilitas dari hepatitis virus relative rendah,morbiditas
dan kerugian ekonomi yang besar dihubungkan dengan penyakit ini
(pince,1995) 60-90% dari kasus hepatitis virus diperkirakan
berlangsung tanpa dilaporkan. Keadaan kasus subklinis,
ketidakberhasilan untuk mengenali kasus yang ringan dan kesalahan
diagnosis diperkirakan turut menjadi penyebab pelaporan yang kurang
lebih 50% orang dewasa di amerika telah memiliki antibody terhadap
virus hepatitis A, banyak orang tidak dapat mengingat kembali episode
atau kejadian sebelumnya yang memperlihatkan gejala hepatitis
(brunner,dkk, 2002)

3. Etiologi
Penyebab dari hepatitis yaitu (Sylvia A. Price.2006.Patofisiologi
konsep klinis proses-proses penyakit. page 485-488) :
 Virus

Type A Type B Type C Type D Type E Type G


Metode Fekal-oral Parenteral Parenteral, Parenteral Fekal- Tranfusi
transmi melalui orang seksual, jarang perinatal, oral darah,
si lain perinatal seksual, memerlukan jarum
orang ke koinfeksi suntik
orang, dengan type B
perinatal
Kepara Tak ikterik Parah Menyebar Peningkatan Sama Tidak
han dan asimto- luas, dapat insiden kronis dengan D menyebab
matik berkembang dan gagal hepar kan
sampai kronis akut hepatitis
fulminan
ataupun
hepatitis
kronik.
Sumber Darah, feces, Darah, saliva, Terutama Melalui darah Darah, Darah
virus saliva semen, melalui darah feces,
sekresi saliva
vagina
 Alkohol
Menyebabkan alkohol hepatitis dan selanjutnya
menjadi alkohol sirosis.
 Obat-obatan
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering
disebut hepatitis toksik dan hepatitis akut.

4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan
oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia serta
infeksi virus melalui cairan tubuh seperti darah, saliva, semen dan
cairan vagina. Setelah virus hepatitis sampai di tubuh melalui
peredaran darah akan menyerang hati dan akan menyebabkan
peradangan atau inflamasi pada hepar sehingga menyebabkan
kerusakan hati di lobulus dan generasi sel, nekrosis parenkim hati dan
menyebabkan penurunan fungsi sel hati sehingga mempengaruhi
kekebalan tubuh, adanya reaksi antara antigen antibodi menimbulkan
respon imun seperti demam sehingga timbul hipertermi, respon imun
yang timbul kemudian mendukung respon peradangan.
Perangsangan komponen dan lisis sel serta serangan antibody
langsung terhadap antigen-antigen virus menyebabkan degenerasi sel-
sel yang terinfeksi sehingga hati menjadi edematosa (hepatomegali).
Terjadinya hepatomegali menimbulkan keluhan seperti nyeri abdomen
pada kuadran kanan atas, nyeri pada epigastrium, nyeri di hulu hati
sehingga menimbulkan perubahan kenyamanan dan perubahan
pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan, pemenuhan nutrisi yang
tidak adekuat dan disertai dengan hipermetabolik sehingga akan
menimbulkan keletihan.
Akibat lain dari hepatomegali yaitu muncul blokir drainase hepar
yang menyebabkan stasis empedu dan empedu tetap menkonjugasikan
bilirubin, tetapi bilirubin tidak dapat mencapai usus halus sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan ekskresi urobilinogen di tinja
sehingga tinja berwarna gelap. Bilirubin terkonjugasi tersebut akan
masuk kealiran darah sehingga terjadi kelebihan bilirubin dalam darah
yang akan menyebabkan terjadinya ikterus pada sclera mata, kulit dan
membran mukosa lainnya sehingga menimbulkan kerusakan integritas
jaringan. Pada kulit biasanya menyebabkan terjadinya pruritus yang
akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit sebagian besar
dari bilirubin terkonjugasi tersebut akan diekresikan melalui ginjal
sehinga warana urin menjadi berwarna sangat gelap.

5. Klasifikasi
Adapun 6 jenis hepatitis viral yaitu (Sylvia A.
Price.2006.Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Page
485) :
1. Hepatitis A

Seringkali infeksi hepatitis A pada anak-anak tidak


menimbulkan gejala, sedangkan pada orang dewasa
menyebabkan gejala mirip flu, rasa lelah, demam, diare,
mual, nyeri perut, mata kuning dan hilangnya nafsu
makan. Gejala hilang sama sekali setelah 6-12 minggu.
Orang yang terinfeksi hepatitis A akan kebal terhadap
penyakit tersebut. Berbeda dengan hepatitis B dan C,
infeksi hepatitis A tidak berlanjut ke hepatitis kronik.
Masa inkubasi 30 hari. Penularan melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi feces pasien, misalnya
makan buah-buahan, sayur yang tidak dimasak atau makan
kerang yang setengah matang. Minum dengaN es batu
yang prosesnya terkontaminasi.
Saat ini sudah ada vaksin hepatitis A, memberikan
kekebalan selama 4 minggu setelah suntikan pertama,
untuk kekebalan yang panjang diperlukan suntikan vaksin
beberapa kali. Pecandu narkotika dan hubungan seks anal,
termasuk homoseks merupakan risiko tinggi tertular
hepatitis A.
2. Hepatitis B

Gejala mirip hepatitis A, mirip flu, yaitu hilangnya nafsu


makan, mual, muntah, rasa lelah, mata kuning dan muntah
serta demam. Penularan dapat melalui jarum suntik atau
pisau yang terkontaminasi, transfusi darah dan gigitan
manusia. Pengobatan dengan interferon alfa-2b dan
lamivudine, serta imunoglobulin yang mengandung
antibodi terhadap hepatitis-B yang diberikan 14 hari
setelah paparan.
Vaksin hepatitis B yang aman dan efektif sudah tersedia
sejak beberapa tahun yang lalu. Yang merupakan risiko
tertular hepatitis B adalah pecandu narkotika, orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual. Mengenai hepatitis
C akan kita bahas pada kesempatan lain.
3. Hepatitis C

Hepatitis C mencakup sekitar 20% dari semua kasus


hepatitis viral dan paling sering ditularkan melalui yang
ditransfusi dari donor asimtomatik, berbagi jarum dengan
pengguna obat intra vena dan cairan tubuh atau didapat
dari tato.
4. Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus


yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi
memerlukan keberadaan virus hepatitis B. Penularan
melalui hubungan seksual, jarum suntik dan transfusi
darah. Gejala penyakit hepatitis D bervariasi, dapat
muncul sebagai gejala yang ringan (ko-infeksi) atau amat
progresif.
5. Hepatitis E

Gejala mirip hepatitis A, demam pegel linu, lelah, hilang


nafsu makan dan sakit perut. Penyakit yang akan sembuh
sendiri ( self-limited ), keculai bila terjadi pada kehamilan,
khususnya trimester ketiga, dapat mematikan. Penularan
melalui air yang terkontaminasi feces.
6. Hepatitis F

Baru ada sedikit kasus yang dilaporkan. Saat ini para pakar
belum sepakat hepatitis F merupakan penyakit hepatitis
yang terpisah.
7. Hepatitis G

Gejala serupa hepatitis C, seringkali infeksi bersamaan dengan


hepatitis B atau C. Tidak menyebabkan hepatitis fulminan
ataupun hepatitis kronik. Penularan melalui transfusi darah
jarum. Hepatitis B , dapat terjadi tanpa gejala. Namun dapat
juga terjadi artalgia dan ruam pada kulit.

6. Tanda dan gejala


 Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan
mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam,
hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan
kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang
terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti
demam yang lainnya yaitupada demam berdarah, tbc,
thypus, dll.
 Secara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B
yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning
(terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun
bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak
tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan
kepada orang lain
menjadi lebih beresiko.
 Penderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita
Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun
infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun
beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah,
Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap.
Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan
enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian
pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati
fluktuasi bahkan normal.

7. Pemeriksaaan Fisik
Difokuskan pada bagian yang terganggu :
 Mata
inspeksi : lihat perubahan sclera ikterus
 Kulit
Inspeksi : lihat perubahan kulit ikterus
 Abdomen
Inspeksi : apakah ada perubahan warna kulit dan luka
Perkusi : apakah ada massa
Palpasi : apakah ada pembesaran hepar dan nyeri tekan
Auskultasi : untuk mengetahui oeristaltik usus.
8. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostic yang dilakukan menurut Marilynn E.
Doenges.2000. Rencana Asuhan Keperawatan.page 535-536 :
1. Laboratorium
a. Tes fungsi hati seperti :
 AST (SGOT)/ ALT (SGPT) : awalnya meningkat
dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik
kemudian tampak menurun.
 Alkali Fospatase : agak meningkat (kecuali ada
kolestasis berat )
 Bilirubin serum : di atas 2,5 mg/100 ml (bila diatas
200 mg/ml prognosis buruk mungkin berhubungan
dengan peningkatan nekrosis seluler).
b. Darah lengkap : SDM menurun sehubungan dengan
penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati).
c. Leukemia : trombositopenia mungkin ada
(splenomegali).
d. Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi
hati).
e. Albumin serum menurun.
f. Anti-HAVIgM : positif pada tipe A.
g. HbsAG : dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).
h. Urinalisa : peninggian kadar bilirubin,
protein/hematuria dapat terjadi.
i. Tes ekskresi BSP : kadar darah meningkat
2. Radiologi
a. Foto polos abdomen : menunjukkan densitas kalsifikasi
pada kandung empedu, pankreas, hati juga dapat
menimbulkan splenomegali.
b. Skan hati : membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan
parenkim.
3. Pemeriksaan Tambahan
Biopsi hati : menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis

9. Diagnosis
pada stadium pra ikterik, hepatitis dapat dikacaukan dengan penyakit
infeksi akut lain seperti appendiksitis akut/gastroenteritis akut

10. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Istirahat sesuai kebutuhan
b. Pendidikan mengenai menghindari pemakaian
alkohol/obat lain
c. Pendidikan mengenai cara penularan kepada mitra
sehubungan dan anggota keluarga
2. Penatalaksanaan Medis
a. Memberikan Gamma Globulin murni yang spesifik
terhadap HAV/HBV pada keluarga pasien hepatitis yang
dapat memberikan imunitas pasif terhadap infeksi, imunitas
ini bersifat sementara.
b. Tersedia vaksin untuk HBV, karena sifat virus yang sangat
menular dan berpotensi menyebabkan kematian, maka
sangat dianjurkan bahwa semua individu yang termasuk
kelompok berisiko tinggi, termasuk pekerja kesehatan atau
orang-orang yang terpajan ke produk darah, divaksinasi.
Yang juga dianjurkan untuk divaksinasi adalah orang-orang
yang beresiko terinfeksi virus termasuk homosek atau
heterosek yang aktif secara seksual, pecandu obat bius dan
bayi.
c. Medikametosa
 Kortikosteroid tidak diberikan bila mempercepat
penurunan bilirubin darah, kortikosreroid dapat
digunakan pada kolestasis.
 Yang berkepanjangan, dimana transaminase serum
sudah kembali normal tetapi bilirubin masih tinggi.
 Berikan obat-obat yang bersifat melindungi hati.
 Antibiotik jika diperlukan.
 Antiemetik jika diperlukan.
d. Vitamin K diberikan pada kasus dengan kecenderungan
pendarahan.

11. Komplikasi
 Edema serebral, gagal ginjal, gangguan elektrolit,
gangguan pernafasan, hipoglikemi, hipotensi dan sepsis
 Sindroma Guilain Baire
 Hepatitis kronik persisten
 Hepatitis agresif
 Perkembangan karsinoma hepato seluler

12. Prognosis
Menurut Dienstag J.L (2008), 95-99% dari pasien hepatitis
yang akut, sembuh secara total. Namun prognosis penyakit
hepatitis memburuk pada pasien yang mempunyai penyakit
lain. Bagi pasien yang telah didiagnosa menderita penyakit
hepatitis yang kronis, prognosisnya baik jika pasien mendapat
terapi yang baik sehingga dapat memperbaiki kondisi pasien.
Perubahan dari fase akut ke fase kronik sangat bergantung pada
umur pasien dan cara terinfeksi. Prognosis memburuk pada
pasien-pasien yang menderita sirosis hati. Karsinoma hepar
merupakan komplikasi tersering bagi infeksi VHB yang
kronik.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas
Di dalam identitas meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat, pendidikan, status perkawinan,
agama, pekerjaan, tanggal masuk RS
2. Identitas Penanggung Jawab
Pada idenitas penanggung jawab berisi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, serta hubungan dengan pasien
3. Riwayat kesehatan
 Keluhan utama
Pada pasien hepatitis biasanya mengeluh nyeri, perut
kembung,diare dan nafsu makan menurun.
 Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya pasien pernah mengalami sakit
hepatitis, apakah tidak pernah, apakah menderita
penyakit lain.
 Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya penyakit pada pasien hepatitis adalah
nyeri pada perut bagian atas, perut kembung, nafsu
makan menurun dan diare.
 Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam kesehatan keluarga ada yang pernah
menderita hepatitis atau sakit lain
 Genogram
Adalah gambar bagan riwayat keturunan atau struktur
anggota keluarga dari atas hingga ke bawah yang
didasarkan atas tiga generasi sebelum pasien. Berikan
keterangan manakah symbol pria, wanita, keterangan
tinggal serumah, yang sudah meninggal dunia serta
pasien yang sakit.
4. Pengkajian Aktivitas sehari-hari :

a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan


 Apakah kondisi sekarang menyebabkan
perubahan persepsi terhadap kesehatan?
 Bagaimana pemeliharaan kesehatan klien
setelah mengalami gangguan ini?
b. Nutrisi/ metabolic
 Bagaimana asupan nutrisi klien sejak terkena
gangguan?
 Apakah klien mau memakan makanannya?
c. Pola eliminasi
 Bagaimana pola BAB klien sejak gangguan
mulai terasa?
 Apa konstipasi zatau diare?
 Bagaimana pola BAK klien?
 Apakah kencing lancar, tidak bisa kencing,
sakit
d. Pola aktivitas dan latihan
Meliputi kmampuan ADL sepertii makan minum,
mandi, toileting, mobilisasi di tempat tidur,
kemampuan berpindah, serta ambulasi ROM
apakah pasien melakukannya secara mandiri atau
dengan bantuan orang lain atau bantuan alat.
Adapaun skor yang dapat diberikan berkaitan
dengan pola akivitas dan latihan seperti: 0:
mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3:
dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
 Bagaimana pola tidur klien, apakah mengalami
perubahan?
 Bagaimana istirahanya, dapatkah klien
beristirahat dengan tenang?
f. Pola kognitif-perseptual
 Bagaimana perasaan klien terhadap panca
indranya?
 Apakah klien menggunakan alat bantu?
g. Pola persepsi diri/konsep diri
 Bagaimana perasaan klien tentang kondisinya
saat ini?
h. Pola seksual dan reproduksi
 Apakah klien mengalami gangguan pada alat
reproduksinya?
 Apakah klien mengalami gangguan saat
melakukan hubungan seksual? (jika sudah
menikah)
i. Pola peran-hubungan
 Apakah setelah sakit, peran klien di keluarga
berubah?
 Bagaimana hubungan klien dengan orang
sekitar setelah sakit?
j. Pola manajemen koping stress
 Apakah klien merasa depresi dengan
keadaannya saat ini?
k. Pola keyakinan-nilai
 Apakah klien selalu rajin sembahyang?
 Apakah hal tersebut dipengaruhi oleh
gangguan ini?
C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan
hepatitis
1) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif ditandai dengan penurunan
turgor kulit, membrane mukosa kering dan kulit
kering
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan factor biologis dan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan di
tandai dengan nyeri abdomen dan ketidakmampuan
memakan makanan
3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera
biologis ditandai dengan melaporkan nyeri secara
verbal, perubahan selera makan dan gangguan tidur

D.INTERVENSI
A. Dukungan mobilisasi
1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
3. Fasikitasi aktivitas mobilisasi
4. Libatkan keluarga untuk membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan klien
5. Monitor kondisi umum sebelum melakukan mobilisasi
B. Pemantauan Nutrisi
1. Identifikasi perubahan berat badan
2. Identifikasi kemampuan menelan
3. Monitor mual dan muntah
4. Dokumentasikan hasil pemantauan
5. Monitor asupan oral
C. Perawatan integritas kulit
1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
2. Gunakan produk berbahan minyak pada kulit kering
3. Anjurkan minum air yang cukup
4. Anjurkan menubgkatkan asupan nutrisi
5. Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
D. Redusi Nutrisi
1. Monitor tanda-tanda ansietas
2. Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
3. Pahami situasi yang membuat ansietas
4. Anjurkan keluarga untuk tetap bersama klien,jika perlu
5. Anjurkan mengungkapkan perasaan atau persepsi
E. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan adalah tahap pelaksananan terhadap rencana tindakan
keperawatan yang telah ditetapkan untuk perawat bersama pasien.
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, disamping itu juga dibutuhkan ketrampilan interpersonal,
intelektual, teknikal yang dilakukan dengan cermat dan efisien pada
situasi yang tepat dengan selalu memperhatikan keamanan fisik dan
psikologis. Setelah selesai implementasi, dilakukan dokumentasi yang
meliputi intervensi yang sudah dilakukan dan bagaimana respon
pasien.
F. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah
implementasi keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam
perencanaan.
Perawat mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana
tujuan tercapai:
Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau
tanggal yang ditetapkan di tujuan.
Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik
yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan
prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan
DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Buku 1.


Jakarta :
Salemba Medika.
Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah.Volume 2. (edisi Delapan). Jakarta : EGC.

Carpenito, L.J. (1999). Rencana Asuhan& Dokumentasi Keperawatan.


(Edisi dua). Jakarta : EGC.

Dienstag, J. L., 2008. Acute Viral Hepatitis. Dalam: Harrison’s


Principles of Internal Medicine Volume II 17th Edition. The
Mc Graw Hill Company,1932-1948.
Doenges, Marlynn E, Mary Frances Moorhouse., dan Alice C.
Geissler. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. (1999). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : FKUI

NANDA. 2010. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2009


- 2011. Jakarta : EGC
NANDA. 2012. Diagnose keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014. Jakarta :EGC

Tambayong, Jan.(2000). Patifisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai