Anda di halaman 1dari 2

4.

2 Bakteri

4.2.1 Bakteri Antagonis

Banyak ditemukan di sekitar sistem perakaran akar tanaman (bakteri rhizosfir). Beberapa strain bakteri
rhizosfir adalah bakteri PGPR, karena pengaplikasiannya dapat mensitimulasi pertumbuhan dan
meningkatkan daya tahan tanaman pada kondisi kurang menguntungkan.

Bakteri PGPR dapat diklasifikasikan berdasarkan pada kemampuannya :

1. Biofertilitzer, dapat mengikat nitrogen yang kemudian dapat digunakan oleh tanaman sehingga
mampu meningkatkan pertumbuhannya.
2. Photostimulator, secara langsung dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman dengan
menghasilkan hormon-hormon.
3. Agen biokontrol, mampu melindungi tanaman dari infeksi patogen.

4.2.2 Bakteri Entomopatogen

Digunakan petani untuk mengendalikan hama-hama tertentu. Insektisida yang dijual dipasaran juga
banyak yang mengandung bahan aktif bakteri salah satunya yang paling banyak dipergunakan adalah
insektisida yang berbahan aktif bakteri Bacillus thuringiensis Var.aizawai. Bakteri tersebut cirinya gram
positif, aerob, tetapi dapat bersifat anaerob fakultatif. Sel berbentuk batang, membentuk endospora,
suhu pertumbuhan min 10-15 C ̊ dan maks 40 – 45 ̊C. membentuk spora berbentuk oval diujung sel
berwarna hijau kebiruan. Spora ini relatif tahan terhadap pengaruh fisik dan kimia.

4.3 Virus

4.3.1 Virus Entomopatogen

Digunakan sebagai biokontrol dan sudah banyak digunakan oleh petani. Pengendalian menggunakan
virus memilki keunggulan yakni :

1) Tidak terdapat efek samping terhadap musuh alami hama sasaran, manusia dan lingkungan.
2) Serangga hama yang resisten terhadap suatu insektisida tetap peka terhadap virus.
3) Virus dapat persisten di lapangan, sehingga dapat menyebabkan infeksi pada generasi hama
sasaran berikutnya.
4) Tidak meninggalkan residu beracun di alam

Contoh virus yang digunakan agen biokontrol Phthorimae operculella Granulosis Virus (PoGV) dan
Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNVP).

4.3.2 Mekanisme Pengendalian

Mekanisme pengendalian GV dan NVP terhadap serangga relatif sama. Infeksi larva terjadi karena larva
menelan polihedra atau virion  inti sel yang terinfeksi mengadakan replikasi sehingga virion baru akan
terbentuk dan sebagian meninggalkan sel dan menginfeksi sel hemocoel dan jaringan lain seperti lemak
tubuh, epidermis, sel hemolimpa, trakhea, kelenjar sutra  virion mengambil tempat dan proses
berlanjut hingga terjadi cell-lysis  larva mati setelah banyak jaringan terinfeksi.
Ciri larva yang terinfeksi NPV, yaitu :

- Daya makan berkurang


- Gerakan menjadi lamban
- Warna pucat kekuningan
- Tubuh membengkak dan lemah
- Integumen menjadi rapuh
- Tubuh mengeluarkan cairan hemolims berisi jaringan rusak dan banyak terdapat polihedra.

4.4 Nematoda

4.4.1 Nemotoda Entomopatogen

Patogen serangga golongan nematoda ada 2 genus yang dikenal yaitu Steinernema dan Heterorhabditis.
Keunggulan genus tersebut sebagai agen pengendali hama yaitu :

- Daya bunuh cepat


- Kisaran inangnya luas
- Aktif mencari inang sehingga efektif untuk mengendalikan serangga dalam jaringan
- Tidak menimbulkan resistensi
- Mudah diperbanyak

4.4.2 Mekanisme Patogenisitas

Terjadi melalui simbiosis dengan patogen Xenorhabdus untuk Steinernema dan Photorhabdus untuk
Heterorhabditis. Infeksi dilakukan oleh stadium larva instar III  setelah mencapai haemacoel serangga,
bakteri simbion yang dibawa akan dilepaskan ke dalam haemolim untuk berkembangbiak dan
memperoduksi toksin mematikan  serangga yang terinfeksi dapat mati 24-48 jam setelah infeksi.

Anda mungkin juga menyukai