Anda di halaman 1dari 3

TES TEORI 1 GENETIKA 2

Prosedur Pelaksanaan Tes Teori 1


Sehubungan dilaksanakannya Tes Teori 1 secara daring, maka mahasiswa
peserta ujian harap memperhatikan beberapa hal berikut.
1. Sebelum memulai ujian, mahasiswa mengisi presensi pada link yang
tercantum di deskripsi grup WhatsApp.
2. Tes teori akan dilakukan secara daring melalui link google drive yang telah
dibuat oleh asisten.
3. Soal akan diberikan dalam bentuk gambar dan mahasiswa mengerjakan soal
tersebut pada file PDF dengan ketentuan yaitu:
a. Identitas berupa Nama, NIM, & Offr wajib ditulis. (Jika lembar
jawaban tidak ada indentitas, maka tidak akan dikoreksi atau nilai 0).
b. Ukuran font 12, Times New Rowman, Line and Paragraph Spacing
(1,5).
c. Soal tes dikerjakan secara berurutan, meminimalisir typo, dan
dilarang keras mencontek dan mengambil gambar dari buku,
internet, atau bekerja sama dengan yang lain.
d. Segala bentuk plagiasi terhadap buku atau jawaban mahasiswa lain, maka
otomatis tidak akan dikoreksi atau nilai 0.
e. Jika mahasiswa akan melampirkan gambar, mohon melampirkan
gambar atau skema hasil tulisan tangan sendiri kemudian difoto
baru dilampirkan.
4. Waktu pengerjaan dimulai pada pukul 07.50 s/d 10.30 WIB atau 150 menit.
5. Mahasiswa wajib mengakhiri pengerjaan pada pukul 10.25 WIB, dan file
jawaban wajib diberi nama lengkap & offr, contoh Maya Agustin_Offr A.
6. Pengumpulan jawaban dilaksanakan serentak 5 menit sebelum ujian
berakhir pada folder di link google drive yang telah disediakan asisten.
7. Mohon dikerjakan secara jujur, segala bentuk kecurangan yang Anda
lakukan tidak ada toleransi.

Sekian, terima kasih.

Mengetahui,
Dosen Genetika
1) Prof. Dr. Siti Zubaidah, S.Pd., M.Pd.
2) Deny Setiawan, M.Pd.
Baik pak indra jadi begini pak. Kemarin kami sudah survey kebetulan ke dua desa
yaitu desa selorejo dan juga desa sumberbendo. Berikut ringkasan hasil surveynya
pak
Desa selorejo
1. Permasalahan 10% kemarin yang dibahas ternyata para petani disana
sudah menemukan solusi yaitu pemakaian pupuk kimia abamectin
2. Akan tetapi saat ditanya terkait efek ke tanah dan udara, beliau menjawab
masih belum tau. Mungkin yang ini bisa dijadikan potensi penyuluhan pak
3. Lalu ternyata di desa selorejo ternyata belum ada pemanfaat limbah daun.
Untuk yang ini bisa berpotensi untuk dijadikan pelatihan pembuatan
pupuk pak.
4. Lalu saat saya bertanya kira-kira produk apa yang ingin dikembangkan
tapi masih belum bisa beliaunya menjawab inginnya membuat teh daun
jeruk tetapi saat ini masih belum mengetahui caranya. Ini juga bisa
dijadikan potensi untuk pelatihan pembuatan teh dari daun jeruk juga pak
5. Akan tetapi, menurut pendapat teman-teman desa selorejo ini sudah
termasuk desa maju pak. Jadi teman-teman berfikir 2 kali untuk
mengalokasikan dana 40 jt ini ke desa selorejo
Lalu untuk desa kedua yaitu desa sumberbendo
1. Permasalahan yang ditemui yaitu permasalahan mengenai hama lalat buah
dan jamur debu yang efeknya ke buah jeruk itu nanti membuat bercak
pada buah sehingga tidak laku dijual ke pengepul. Hanya dijual di pinggir
jalan saja.
2. Selain itu juga pestisida yang dipakai yaitu abacel dan sildok. Akan tetapi
menurut petani tersebut jika sampai telat menyemprot pestisida itu akan
membuat buah semakin rusak. Jadi tanaman buah jeruk ini seperti
ketergantungan pestisida begitu pak. Untuk permasalahan ini teman-teman
mengusulkan kita membuat biopestisida dari daun jeruk yang nanti itu bisa
dipakai berselingan dengan pestisida yang dipakai untuk mengurangi
ketergantungan tanaman jeruk terhadap pestisida kimianya itu pak.
3. Desa ini jika dilihat dari akses jalannya dan keadaan desanya sepertinya
lebih membutuhkan program pemberdayaan pak. Jika kita bandingkan
dengan selorejo. Sehingga ide untuk pembuatan teh dan pupuk bisa
dialihkan ke desa sumberbendo saja mengingat komoditasnya juga sama-
sama jeruk pak..

Lalu disini kami menemukan masalah baru lagi pak. Kalau kita tetap melanjutkan
yang biopestisida ini nantinya masih akan dibutuhkan uji efektivitas apakah dia
bisa mengurangi ketergantungan tanaman jeruk terhadap pestisida. Selain itu
pastinya butuh untuk ke laboratorium. Dari informasi yang saya dapat saat ini
laboratorium di um masih belum boleh digunakan saat pandemi. Lalu teman-
teman menyarankan untuk menyewa laboratorium sendiri dengan dana 40jt. Akan
tetapi dana 40jt itu masih akan didapat pada bulan juli. Jadi saya rasa waktunya
kurang mengingat pelaksanaan php2 ini dari bulan juli hingga november.

Setelah saya baca lagi panduan php2d bagian latar balakang disebutkan begini
pak.
“Mahasiswa pelaksana PHP2D ini diharapkan mampu menumbuhkan rasa peduli dan
berkontribusi kepada masyarakat di desa agar terbangun desa binaan yang aktif,
mandiri, berwirausaha, dan sejahtera. Di sisi lain, masyarakat desa diharapkan mampu
menemukan dan mengembangkan potensi yang sudah ada untuk diwujudkan menjadi
kegiatan nyata atau mengembangkan kegiatan yang telah dirintis masyarakat menjadi
lebih berkembang dan bermanfaat sehingga dapat mewujudkan ketahanan nasional di
wilayah Republik Indonesia.”

Dari kalimat tersebut saya mengambil point yang berwirausaha dan mengembangkan
potensi yang sudah ada. Jadi kalau menurut saya pak jika kita tetap memakai pestisida
itu dimana masih membutuhkan penelitian lanjutan tentang uji efektivitasnya itu baik
pak karena kita memberikan solusi sesuai yang masyarakat butuhkan akan tetapi sudah
terlalu jauh dengan yang diharapkan php2d. Menurut saya pelatihan pembuatan pupuk
dan teh itu saja sudah cukup untuk latar belakang proposal kita ini pak.
Selain itu pertimbangan lainnya selain kendala waktu dan biaya jika kita tetap memilih
pestisida yaitu pestisida ini kan kami buat khusus untuk desa ini ya pak. Kalau untuk
dijual keluar itu saya rasa permasalahan setiap daerah berbeda pak. Kembali lagi ke
point php2d dimana diharapkan desa berwirausaha, jika kita ingin memasarkan produk
biopestisida ini keluar saya rasa pasar yang membutuhkan biopestisida ini kurang pak
karena permasalahan setiap desa pasti berbeda.

Anda mungkin juga menyukai