Anda di halaman 1dari 8

PAJANG DARI ABAD KE-15 SAMPAI TAHUN

1625

Disusun oleh :
Nugroho Taufiq Yusron (202015500161)
Yunita Cahyani (202015500312)
Bentanglahan Pengging dan Pajang

• Lembah Bengawan Solo terletak di antara Gunung Lawu di sebelah timur dan Gunung Merapi di sebelah
barat. Sebelum tahun 1000 M, Bengawan Solo tidak memiliki arti penting, baik secara politis maupun
ekonomis jika dibandingkan dengan Kali Progo dan Kali Opak.
• Di sana telah ditemukan prasasti penambangan berangka tahun 903 yang berada di tempat penyeberangan
Bengawan Solo di sebelah utara Wonogiri. Dari situ, dapat diketahui pentingnya perhubungan Jawa Tengah
dengan Jawa Timur. Dengan melalui lereng-lereng selatan Lawu, Wilis, dan Semeru, orang-orang dari
Mataram dapat sampai ke Blambangan.
• Dalam abad ke-14, Pajang sudah disebut dalam Kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam
Wuruk dalam perjalanannya memeriksa wilayah bagian barat. Antara abad ke-11 dan 14, di Jawa Tengah
bagian selatan belum terdapat kerajaan, namun wilayah tersebut masih menjadi daerah kekuasaan Majapahit.
Sementara itu, di Demak mulai muncul kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam.
Meskipun telah muncul kerajaan kecil bercorak Islam. Namun demikian, hingga awal abad ke-16,
kewibawaan raja Majapahit masih diakui.
• Berbeda dengan sejarah kawasan pesisir dari Demak hingga Blambangan yang bersumberkan laporan dari orang
Portugis atau Belanda, berita mengenai Pajang dalam abad ke-15 dan ke-16 hanyalah berdasarkan penuturan turun-
temurun masyarakat.
• Sebagai pemimpin Pengging pertama adalah Andayaningrat yang wilayahnya mencakup lereng tenggara Gunung
Merapi atau yang sekarang merupakan kabupaten Klaten dan Boyolali bagian selatan. Tokoh tersebut pernah berjasa
bagi Majapahit di zaman Gajah Mada dalam peperangan menundukkan Blambangan serta Bali, dengan bantuan
Sapulaga dari Probolinggo. Dengan demikian, Raja Menak Badong dari Badung-Denpasar dapat ditaklukkan.
• Kesohoran Andayaningrat dimitoskan dalam sebuah legenda. Ia diceritakan menjadi raja dari bangsa buaya di
Bengawan Solo. Kemudian, ia dikenal dengan gelar Bajul Sangara dari Semanggi.Dalam abad yang sama pula,
diduga telah dibangun kompleks Candi Sukuh dan Candi Cetho di lereng Gunung Lawu.
• Nama lain untuk Pengging adalah Bobodo. Dalam abad ke-15, seorang musafir dari Pasundan pernah mengunjungi
Bobodo. Berdasarkan laporan musafir tersebut menyebutkan bahwa yang berkuasa di wilayah tersebut adalah Jaka
Sangara atau Jaka Bodo. Adapun kegiatan ekonomi yang berkaitan dengan lalu lintas sungai diceritakan berpusat di
Desa Semanggi yang letaknya berada di dekat Desa Sala. Oleh karena itu, pada abad yang bersangkutan, nama
Bengawan Semanggi yang banyak dikenal orang. Setelah kelak Sala atau Solo menjadi ibu kota Mataram
menggantikan Kartasura pada awal abad ke-18, namanya berubah menjadi Surakarta.
• Raja Pajang yang pertama, sewaktu kecil bernama Mas Karebet, karena
untuk menyambut kelahirannya digelar pertunjukkan wayang beber.
Kemudian, ia dikenal sebagai Jaka Tingkir karena sepeninggal orang
tuanya, ia diangkat anak oleh janda di Tingkir, sebelah selatan Kota
Salatiga sekarang.
• Dari sana, ia mengabdi ke keraton Demak sebagai tamtama. Jalur kuno
Sultan yang ditempuh Jaka Tingkir untuk mencapai Demak dimulai dari Tingkir
melalui Bringin kemudian Godong. Rute ini dipakai pula oleh utusan VOC
pada tahun 1620 dalam rangka mengunjungi ibu kota Mataram di
Hadiwijaya dan Kartasura.
• Setelah gugurnya Sultan Demak yaitu Raden Trenggana di Jawa Timur
Wilayah pada tahun 1546, melalui berbagai ujian politik di Jawa Tengah, Jaka
Tingkir berhasil memindahkan pusat kerajaan ke pedalaman Jawa. Sebagai

Kekuasaannya ibu kota ia memilih Pajang, suatu hal yang sudah semetisnya, apabila
dihubungkan dengan asal-usulnya sebagai cucu Andayaningrat.
• Setelah berhasil memindahkan pusat kekuasaan kerajaan ke Pajang, Jaka
Tingkir diangkat sebagai raja pertama yang selanjutnya bergelar Adipati
Pajang atau Sultan Hadiwijaya. Sangat disayangkan, karena mengenai
keagungan pemerintah Hadiwijaya di Pajang tidak banyak terdapat bukti
tertulis, kemungkinan karena pengaruh penguasa Mataram yang tergesa
gesa menandinginya.
• Di zaman Hadiwijaya memerintah Pajang, tepatnya pada tahun 1578, seorang tokoh pemimpin
Wirasaba yang bernama Wargautama pernah ditindak oleh pasukan-pasukan kerajaan dari
Mataram. Berita dari Babad Banyumas ini menunjukkan masih kuatnya Pajang menjelang akhir
pemerintahan Hadiwijaya.
• Daerah kekuasaan Pajang mencakup sebelah barat Bagelen di lembah Sungai Bogowonto dan
Kedu di lembah Sungai Progo. Sedangkan kekuasaan Pajang di wilayah timur meliputi Madiun.
• Dalam daftar tahun-tahun bersejarah susunan Raffles yang berjudul Chronological Table,
disebutkan bahwa Blora pada tahun antara 1584-1586 menjadi rebutan antara Pajang dan
Mataram, karena Senopati merasa berkepentingan atas Blora pada perempat akhir abad ke-16.
Sementara itu, bupati Surabaya pun merasa berhak menempatkan tokoh pimpinannya di Blora.
Kemungkinan,ditundukkannya Blora oleh Pajang pada tahun 1584 merupakan episode dari
peperangan antara raja Pajang dan penguasa di Jipang. Hal yang sama berlaku bagi penundukkan
atas wilayah di sebelah barat Bojonegoro
• Ada dugaan bahwa Hadiwijaya sebagai raja Islam berhasil dalam diplomasinya, sehingga pada
tahun 1581 ia diakui oleh raja-raja kecil yang penting di kawasan pesisir Jawa Timur
• Pajang sebagai suatu kerajaan yang pernah berdaulat di Jawa Tengah
memang hanya diperhitungkan masanya dari tahun 1546 sampai 1586,
yaitu di antara runtuhnya Demak dan munculnya Mataram
• Negeri Pajang sebenarnya memiliki kemungkinan untuk dapat tumbuh
menjadi suatu negeri kombinasi agraris-mantim dengan alasan bahwa
negeri tersebut bertulang punggung daerah agraris yang menghasilkan
beras. Hal ini dikarenakan daerah ini dialiri Sungai Solo dengan anak

Dari Pengging sungainya yaitu Dengkeng dan Pepe. Selain itu, didukung dengan
keberadaan pelabuhan ekspor di muara Bengawan Solo yang letaknya
strategis.

ke Pajang • Wilayah Pajang pusat, luasnya kurang lebih 300 km dengan panjang dari
utara ke selatan adalah 20 km, dan lebar dari barat ke timur kurang lebih 15
km. Wilayah segi empat panjang ini ditempati oleh pertemuan Kali Pepe
dan Kali Dengkeng dengan sungai induknya yaitu Bengawan Solo yang
sebelumnya bernama Bengawan Wiluyu.
• Dalam masa jayanya, Pajang memegang hegemoni di 10 daerah lain yang
tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Adapun rinciannya sebagai
berikut. Daerah induk Pajang meliputi Kabupaten Klaten seluruhnya,
Kabupaten Boyolali bagian selatan dan Kabupaten Sukaharjo sekarang. Di
luar itu, ada daerah-daerah yang bupatinya tunduk kepada raja Pajang
seperti Surabaya, Tuban, Pati, Demak, Pemalang, Tegal, Purboyo, Madiun,
Blitar, Kediri, Slarong, Banyumas, Mataram (Yogyakarta sekarang)
• Kerajaan kombinasi agraris-maritim ini memiliki front
yang menghadap ke wilayah Indonesia timur, yang menjadi
ajang perniagaan lautan yang kelak bersifat internasional
menurut ukuran zamannya, Pelabuhan-pelabuhan yang
besar di Jawa Timur seperti Gresik dan Jaratan berada di
dekat muara Bengawan Solo.

Geografi Politik • Sayap kiri dari urat nadi ini berupa daerah pesisir dengan
pelabuhanpelabuhan dari barat ke timur, terdiri dari Demak,

Negeri Pajang Jepara, Juwana, Rembang, Lasem, dan Tuban.


• Sayap kanannya berupa lembah Sungai Brantas dengan
daerahdaerah penting, seperti Kediri, Kertosono, dan
Wirosobo.
• Meskipun negara ideal di Jawa Tengah seperti yang
dilukiskan tersebut belum pernah tercapai secara nyata,
tetapi fakta-fakta historis menunjukkan bahwa cita-cita itu
hidup dari abad ke abad dalam benak para pemimpin di
Pajang dan Surakarta

Anda mungkin juga menyukai