Anda di halaman 1dari 18

Pola Asuh Demokratis Yang Di Integrasikan Dengan Aspek Perkembangan

Motorik, dan Bahasa AUD

DOSEN PENGAMPU: Kamtini, S.Pd., M.Pd / Dwi Maya Novitri, M.Hum /

May Sari Lubis, S.Pd., M.Pd.

OLEH:

KELOMPOK 5

Nama : Salindri Wansa Putri (1181113015)

Ayu Lestari Br Harahap (1181113020)

Anggun Wulandari (1183113045)

Mata Kuliah : Parenting

Kelas : Reguler C 2018

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas berkatnya yang melimpah akhirnya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “Pola Asuh Demokratis Yang Di Integrasikan Dengan Aspek Perkembangan Seni,
Motorik, dan Bahasa AUD”.Penyusun juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepadaIbu
dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Keluarga (Parenting) yang telah memberikan arahan
dan bimbingan dalam proses penyusunan makalah ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan, dan kemampuan
yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan adanya saran dan kritik
yang sifatnya membangun untuk perbaikan dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini, kiranya Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca
umumnya.

Medan, April 2021

Tim Penyusun

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB IPENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1

1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3

2.1Pengertian Pola Asuh Demokratis...........................................................................3

2.2Ciri-ciri Pola Asuh Demokratis...............................................................................4

2.3Elemen yang mempengaruhi Pola Asuh Demokratis..............................................5

2.4Manfaat Pola Asuh Demokratis...............................................................................7

2.5Pola Asuh yang Integritas pada Aspek Perkembangan Motorik.............................8

2.6 Pola Asuh yang Integritas pada Aspek Perkembangan Bahasa..............................10

2.7 Pola Asuh yang Integritas pada Aspek Perkembangan Bahasa..............................11

BAB III PENUTUP.................................................................................................... 13


3.1 Kesimpulan............................................................................................................. 13

3.2 Saran....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola asuh demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap saling terbuka antara
orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang
tua yang demokratis mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. Pola asuh
demokratis dipandang paling memadai untuk diterapkan terhadap para remaja dan anggota
keluarga lainnya. Hal ini mengingat dalam sistem pola asuh demokratis aspirasi setiap individu
terakomodasi dengan baik sehingga setiap individu dihormati sesuai dengan kapasitas dan
kapabilitasnya Sistem pola asuh demokrasi mengajarkan kepada para remaja bahwa hak dan
kewajiban setiap individu harus dihormati sebagaimana mestinya.
Sistem pola asuh demokratis menghargai dan menghormati perbedaan sehingga setiap orang
dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Dengan demikian, sistem pola asuh
demokratis akan mendorong setiap remaja dan anggota keluarga lainnya untuk bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas mereka. Terdapat beberapa cara yang
dilakukan orang tua untuk memberikan dorongan positif demokratis pada anak, di antaranya
adalah memperlihatkan kepercayaan, membangun respek diri atau tidak membanding-
bandingkan, menghargai usaha dan perbaikan, fokus pada kekuatan atau kelebihan yang dimiliki
anak, dan selalu miliki rasa humor.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian pola asuh demokratis?
2. Apa ciri-ciri pola asuh demokratis?
3. Apa elemen yang mempengaruhi pola asuh demokratis?
4. Apa manfaat pola asuh demokratis?
5. Bagaimana pola asuh demokratis yang integritas dengan aspek perkembangan motorik?
6. Bagaimana pola asuh demokratis yang integritas dengan aspek perkembangan bahasa?
7. Bagaimana pola asuh demokratis yang diintegritas dengan aspek perkembangan seni?

1
1.3. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui apa pengertian pola asuh demokratis.
2. Agar dapat mengetahuiapa ciri-ciri pola asuh demokratis.
3. Agar dapat mengetahuiapa elemen yang mempengaruhi pola asuh demokratis.
4. Agar dapat mengetahui apa manfaat pola asuh demokratis.
5. Agar dapat mengetahui bagaimana pola asuh demokratis yang integritas dengan aspek
perkembangan motorik.
6. Agar dapat mengetahuibagaimana pola asuh demokratis yang integritas dengan aspek
perkembangan bahasa.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengertian Pola Asuh Demokratis


Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada
anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak
yang bersikap rasional atau pemikiran-pemikiran.Pola asuh demokratis ini memperhatikan dan
menghargai kebebasan anak, namun kebebasan yang bertanggung jawab dan dengan bimbingan
secara penuh pengertian antara kedua belah pihak. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan
dan jika sesuai dengan norma-norma pada orang tua, maka disetujui untuk dilakukan.
Sebaliknya, jika keinginan dan pendapatnya tidak sesuai, maka akan diberikan pengertian kepada
anak secara rasional dan obyektif dengan meyakinkan perbuatannya. Jika itu baik, maka perlu
dibiasakan dan jika tidak baik hendaknya tidak dilakukan kembali.
Pola asuh ini dilakukan dengan mengedepankan kasih sayang dan perhatian, yang diiringi
oleh penerapan disiplin yang tegas dan konsekuen. Di sisi lain, anak diberikan kebebasan untuk
berpendapat dan kesempatan waktu untuk berdiskusi, sehingga terjalin komunikasi dua arah.
Ketika terjadi perbedaan pendapat, ia tetap dihargai dan diberikan pengertian. Pola asuh
demokratis adalah pola asuh yang di antaranya bercirikan adanya kesamaan hak dan kewajiban
orang tua dan anak, di mana anak di latih untuk mampu mempertanggungjawabkan sikap,
ucapan, dan perilakunya. Pola asuh demokratis akan menghasikan karakteristik anak-anak yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi
stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
percaya terhadap kemampuan dirinya dan koperatif terhadap orang lain.
Pola asuh demokratis menggunakan penjelasan mengapa sesuatu boleh atau tidak boleh
dilakukan. Orang tua terbuka untuk berdiskusi dengan anak. Orang tua memandang anak sebagai
individu yang patut di dengar, dihargai, dan diberi kesempatan. Pola asuh orang tua yang
diterapkan pada anak yang mencerminkan hubungan keluarga yang sehat dan bahagia
menimbulkan dorongan untuk berprestasi pada anak. Hubungan keluarga yang sehat dan bahagia
dikenal sebagai hasil dari pola asuh demokratis.

3
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa definisi pola asuh demokratis
adalah pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada anak dalam rangka membentuk
kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan anak secara rasional dengan
mengedepankan kasih sayang dan perhatian. Pola asuh demokratis ditandai dengan adanya sikap
saling terbuka antara orang tua dan anak. Pola asuh demokratis menghasilkan karakteristik yang
mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi
stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, anak yang mandiri, dapat mengontrol diri,
percaya terhadap kemampuan dirinya dan kooperatif terhadap orang lain.

2.2 Ciri-Ciri Pola Asuh Demokratis


Pola asuh demokratis memiliki ciri-ciri pengasuhan sebagai berikut:

a. Anak diberikan kesempatan untuk mandiri dan mengembangkan kontrol internal.


b. Anak diakui sebagai pribadi oleh orang tua dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
c. Menerapkan peraturan serta mengatur kehidupan anak. Saat orang tua menggunakan
hukuman fisik dan diberikan ketika seorang anak melakukan kesalahan, terbukti anak secara
sadar menolak dan melakukan apa yang telah disetujui bersama, sehingga lebih bersikap
edukatif.
d. Memprioritaskan kepentingan anak, namun tidak ragu-ragu mengendalikan dan membimbing
mereka.
e. Bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan dan melampaui
kemampuan anak.
f. Memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.
g. Pendekatan kepada anak bersifat hangat.

Dari beberapa ciri yang disebutkan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri pola
asuh demokratis adalah anak diberikan kesempatan untuk mandiri yang diakui sebagai individu
dan mampu mengambil keputusan dengan memprioritaskan kepentingan anak dan menjalin
komunikasi yang hangat pada anak.

4
2.3 Elemen Yang Mempengaruhi Pola Asuh Demokratis
Terdapat beberapa elemen yang mempengaruhi pola asuh anak dengan baik, di antaranya
adalah usia orang tua, keterlibatan orang tua, pendidikan orang tua, pengalaman sebelumnya
mengasuh anak, stres orang tua, hubungan suami istri, budaya, dan status sosial ekonomi.
Berikut penjelasan dari berbagai elemen yang mempengaruhi pola asuh :

a. Usia orang tua


Tujuan dari Undang-Undang Perkawinan sebagai salah satu upaya di dalam setiap pasangan
dimungkinkan untuk siap secara fisik maupun psikososial untuk membentuk rumah tangga
dan menjadi orang tua. Meskipun demikian, rentang usia tertentu adalah baik untuk
menjalankan peran pengasuhan. Bila terlalu muda dan terlalu tua, maka tidak akan dapat
menjalankan peran-peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan
psikososial.
b. Keterlibatan Orang Tua
Pendekatan dalam hubungan ayah dan bayi yang baru lahir, sama pentingnya dengan
hubungan antara ibu dan bayi sehingga dalam proses persalinan, ibu dianjurkan ditemani
suami dan begitu bayi lahir, suami diperbolehkan untuk menggendong langsung setelah
ibunya mendekap dan menyusuinya. Dengan demikian, kedekatan hubungan antara ibu dan
anaknya sama pentingnya dengan ayah dan anak walaupun secara kodrati akan ada
perbedaan, tetapi tidak mengurangi makna penting hubungan tersebut. Seandainya ayah tidak
dapat terlibat secara langsung pada saat bayi lahir, beberapa hari atau minggu dilanjutkan
untuk terlibat dalam perawatan bayi seperti mengganti popok, bermain, dan berinteraksi.
c. Pendidikan Orang Tua
Pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan
mereka menjalankan peran pengasuhan. Hal tersebut bertujuan agar menjadi lebih siap dalam
menjalankan peran pengasuhan yaitu dengan terlibat aktif dalam setiap upaya pendidikan
anak, menjaga kesehatan anak dengan secara reguler memeriksakan dan mencari pelayanan
imunisasi, memberikan nutrisi yang kuat, memperhatikan keamanan dan melaksanakan
praktik pencegahan kecelakaan, selalu berupaya menyediakan waktu untuk anak dan menilai
perkembangan fungsi keluarga dalam perawatan anak.
d. Pengalaman sebelumnya dalam mengasuh anak

5
Hasil penelitian membuktikan bahwa orang tua yang telah memiliki pengalaman sebelumnya
dalam merawat anak akan lebih siap menjalankan peran pengasuhan dan lebih tenang. Dalam
hal lain, mereka akan lebih mampu mengamati tanda-tanda pertumbuhan dan perkembangan
anak yang normal.
e. Stres Orang Tua
Stres yang dialami oleh ayah atau ibu atau keduanya akan mempengaruhi kemampuan orang
tua dalam menjalankan peran sebagai pengasuh, terutama dalam kaitannya dengan strategi
menghadapi masalah yang dimiliki dalam menghadapi permasalahan anak. Walaupun
demikian, kondisi anak juga dapat menyebabkan stres pada orang tua misalnya anak dengan
tempramen yang sulit atau anak dengan masalah keterbelakangan mental. Stres sebagai suatu
perasaan tertekan yang disertai dengan meningkatnya emosi yang tidak menyenangkan yang
dirasakan oleh orang tua, seperti marah yang berlangsung, lama, gelisah, cemas dan takut.
Orang tua mengatasi stres dengan cara yang berbeda-beda. Orang tua yang mengalami stres,
akan mencari kenyamanan atas kegelisahan jiwanya dengan cara berbicara kepada anak.
f. Hubungan Suami Istri
Hubungan yang kurang harmonis antara suami dan istri akan berpengaruh atas kemampuan
mereka dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan merawat serta mengasuh anak
dengan penuh rasa bahagia karena satu sama lain dapat saling memberi dukungan dan
menghadapi segala masalah dengan strategi yang positif.
g. Budaya
Orang tua mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua merasa bahwa
orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, maka mereka menggunakan teknik
yang serupa dalam mendidik anak asuh mereka.
h. Status Sosial Ekonomi
Orang tua dari kelas menengah rendah cenderung lebih keras/lebih permisif dalam mengasuh
anak. Hal tersebut dikarenakan orang tua lebih disibukkan dengan pekerjaan untuk
mencukupi kehidupan sehari-hari. Sehingga orang tua memberikan kebebasan pada anak dan
tidak memiliki waktu untuk mengontrol kegiatan sehari-hari mereka.

Dari beberapa elemen yang mempengaruhi pola asuh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
elemen yang dapat mempengaruhi pola asuh adalah usia orang tua untuk menjalankan peran

6
secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial, keterlibatan orang tua dalam
pengasuhan, tingkat pendidikan orang tua, hubungan hangat antara ibu dan ayah, juga kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di sekelilingnya.

2.4 Manfaat Pola Asuh Demokratis


Pola asuh tidak dapat terlepas dari indikator-indikator yang mempengaruhi terutama hal
yang mendukung terjadinya proses pola pengasuhan tersebut.Pola asuh demokratis memberikan
manfaat kepada keluarga dan anak karena melalui pola asuh ini setiap anak dan anggota keluarga
lainnya akan belajar hal-hal sebagai berikut:

a. Menghargai pendapat orang lain


b. Menghormati perbedaan pendapat
c. Membangun dan membina dialog
d. Menghindarkan sikap mau menang sendiri
e. Memupuk persaudaraan dan persahabatan
f. Mengedepankan sikap tenggang rasa
g. Membangun kerjasama
h. Kepemimpinan kolektif
i. Menumbuhkan sikap kritis
j. Menghormati kesetaraan peran
k. Menumbuhkan semangat gotong royong
l. Mengembangkan potensi diri.
m. Memelihara hubungan erat antara orang tua dan anak
Dari beberapa manfaat di atas, dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis dapat
menjadikan anak bersikap tenggang rasa yang menghargai pendapat orang lain, mampu
bekerjasama dengan menghormati kesetaraan peran dan mampu mengembangkan potensi diri
yang dimilikinya. Pola asuh demokratis menjunjung keterbukaan, pengakuan terhadap pendapat
anak, dan kerjasama. Anak diberikan kebebasan, namun kebebasan yang dapat
dipertanggungjawabkan. Ia diberikan kepercayaan untuk mandiri tapi tetap dalam pengawasan.

7
2.5 Pola Asuh Demokratis Yang Integritas Dengan Aspek Perkembangan Motorik

Anak merupakan bagian dari keluargadan masyarakat, asuhan kesehatan padaanak


berpusat pada keluarga.Keluargamerupakan sebuah sistem terbuka dimanaanggota-anggotanya
merupakansubsistem.Anak yang sakit dapatmenimbulkan suatu stres bagi anak itusendiri
maupun pada keluarga. Perubahanmasalah kesehatan pada anak dapatmempengaruhi seluruh
anggota keluarga.Masa anak usia dini merupakan periodeyang sangat peka terhadap lingkungan
danmasa ini berlangsung sangatpendek.Periode ini disebut sebagai masakeemasan (The golden
period)perkembangan anak, jendela kesempatan(The window of oportunity) dan masa
kritis(Critical periode). Masa ini merupakan masa peka/sensitif, masa pertumbuhan
danperkembangan yang cepat dan penting ,memerlukan zat gizi yang cukup baikkualitas maupun
kuantitasnya. Apabilapada masa ini mendapat stimulus yangtepat, gizi yang baik menjadi
modalpenting bagi pertumbuhan danperkembanganya dikemudian hari.
Pertumbuhan dan perkembangan anakusia dini dapat dilihat pada pertambahanberat dan
tinggi/panjang badan,bertambahnya organ tubuh dan meningkatdan bertambahnya fungsi-fungsi
anggotatubuh serta bertambahnya kualitasmerespon stimulus yang diberikan.Pertumbuhan dan
perkembangan anakbiasanya menjadi satu dalam bahasakesehatan yaitu tumbuh kembang
anak,karena tumbuh dan kembang merupakansatu kaitan yang erat satu sama lain. Pertumbuhan
selalu diikuti olehbertambahnya fungsi. Pendidikan danpembiasann perilaku hidup sehat,
danpemeliharaan kesehatan serta pemberiangizi seimbang dibutuhkan untuk mencapaitingkat
pertumbuhan dan perkembanganyang optimal setiap anak melewati tahap tumbuhkembang
secara fleksibel dan berkesinambungan.
Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah akhir (4-5
tahun). Pada anak usia 4-5 tahun perkembangan yang paling menonjol adalah keterampilan
motorik. Perkembangan motorik sangat berkaitan erat dengan kegiatan fisik. Perkembangan
motorik terbagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus. Perkembangan motorik
halus (fine motor adaptive)merupakan aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk
mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatakan bagian-bagiantubuh tertentu saja dan
dilakukan otot-ototkecil, tetapi melakukan koordinasi yang cermat, misalnya kemapuan
untukmenggambarkan, memegang sesuatubenda, dan lain. Sedangkan perkembangan motorik
kasar (Grossmotor) aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap

8
tubuh.Perkembanganmotorik kasar merupakan aspekperkembangan yang menarik
perhatian,karena mudah diamati. Seorang ibubiasanya mengetahui saat bayinya dapattengkurep,
duduk atau berdiri danberjalan.Ibu atau orang tua sangat banggabila perkembangan motorik
cepat.Yangperlu diingat oleh bidan atau orang tua adalah perkembangan kasar sangat
sedikithubungannya dengan intelegansidikemudian hari. Anak dengan perkembangan motorik
yang cepat belumtentu merupakana anak yang pintar,sebaliknya anak dengan
perkembanganmotorik yang lambat belum tentu merupakan anak yang bodoh.
Pola asuh orang tua memiliki pengaruhyang kuat bagi perkembangan emosi anak.Pola
asuh terbukti memiliki pengaruhterhadap kendali diri anak, empati,mengungkapkan dan
memahami perasaan,kemampuan menyesuaikan diri,mengendalikan amarah,
kemandirian,disukai, kemampuan memecahkan masalahantar pribadi, ketekunan,
kesetiakawanan,keramahan dan sikap hormat.
Adanya hubungan pola asuh demokratis dengan perkembangan motorik kasar anak
disebabkan anak yang mendapatkan pola asuh demokratis cendrung perkembangan motoriknya
normal. Sebaliknya anak yang mendapatkan pola asuh tidak demokratis cendrung mengalami
perkembangan motorik kasar meragukan. Dengan adanya pola asuh demokratis yang diterapakan
orang tua, berdampak pada anak yang memiliki rasa percaya diri, dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi. Adanya kesempatan yang diberikan orang tua pada anak, maka anak akan berupaya
maksimal untuk melakukan suatu perkembangan baru dalam motoriknya, dengan adanya
kesempatan untuk memilih melakukan suatu tindakan maka anak bisa memutuskan dan
melakukan tindakan sesuai dengan keinginan dan kemampuannya seperti memanjat, melompat-
lompat, dll. Bagi orangtua yang memiliki pola asuh demokratis tetapi anaknya mengalami
perkembangan motorik kasar yang meragukan disebabkan orang tua tidak mengetahui cara
menstimulasi perkembangan motorik kasar anak. Mereka hanya memberikan mainan sesuai
permintaan anak, dan dirasa membawa efek positif pada anak seperti permainan puzzle,
mewarnai,dll.
Orangtua dengan pola asuh demokratis mempunyai anak dengan perkembangan motorik
halusnormal. Penerapan pola asuh yangdemokratis akan mendorong anak untukmenjadi mandiri,
tetapi tetap memberikan batasan-batasan (aturan) serta mengontrol perilaku anak (Muallifah,
2009). Salah satu contoh misalnya, jika anak mereka mencorat coret tembok, orang
tuamengambil sikap dengan menyiapkan kertas. Dengan demikian perkembangan motorik halus

9
anak tidak terhambat tetapi orang tua tetap memegang kendali terhadap anak.

2.6 Pola Asuh Demokratis Yang Integritas Dengan Aspek Perkembangan Bahasa
Keluarga terutama orang tua memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
pengembangan pribadi dan bahasa anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan
pengasuhan tentang nilai-nilai kehidupan yang baik merupakan salah satu mempersiapkan anak
untuk menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat dalam bersosialisasi terutama dalam
berbahasa dengan lingkungan. Orang tua merupakan sarana dan prasarana anak untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan bahasa anak (Yusuf, 2011). Perkembangan bahasa anak dapat terlihat
sejak anak usia 6 bulan dan terus berkembang pesat di masa balita. Namun tidak sedikit orang
tua keliru menilai perkembangan bahasa anak. Oleh sebab itu, sebagai orang tua haruslah peka
terhadap kata-kata yang digunakan anak sebagai pertumbuhan bahasanya.
Hubungan keluarga merupakan proses interaksi dan berkomunikasi dengan lingkungan
keluarga, terutama denga orangtua yang memberikan contoh berbahasa pada anak dan hubungan
yang penuh perhatian dan kasih sayang serta memfasilitasi perkembangan bahasa anak.
Hubungan yang tidak sehat bisa berupa sikap orang tua yang kasar, kurang kasih sayang atau
kurang perhatian dan contoh dalam berbahasa yang baik kepada anak. Hubungan yang tidak
sehat ini mengakibatkan perkembangan bahas anak cenderung akan mengalami stagnasi atau
kelainan seperti, gagap dalam berbicara, tidak jelas dalam mengungkapkan kata-kata, merasa
tajut mengungkapkan pendapat, dan berkata kasar atau tidak sopan (Yusuf, 2011).
Pakar emotional intelligence dari Radani Edutainment, Hanny Muchtar Darta,
mengatakan bahwa pengaruh pola asuh orang tua mempunyai dampak besar pada kehidupan
anak dikemudian hari. Sebenarnya, semua orangtua mempunyai tujuan yang sangat baik untuk
anaknya, namun kebanyakan orangtua tidak memahami dampak jangka panjang akibat dari pola
asuh yang tidak tepat. Pada prinsipnya pola pengasuhan yang tepat adalah otoritatif atau
demokratis. Yang dimaksud dengan pengasuhan otoritatif atau demokratis adalah pola
pengasuhan dimana orang tua mendorong anak untuk menjadi mandiri, tetapi tetap memberikan
batasan-batasan atau aturan serta mengontrol perilaku dan bahasa anak. Orang tua bersikap
hangat, mengasuh dengan penuh kasih sayang serta penuh perhatian. Orang tua juga memberikan
ruang kepada anak untuk membicarakan apa yang mereka inginkan atau harapkan dari orang
tuanya.

10
Proses pembentukan pola asuh orang tua yang demokratis akan dapat berlangsung
dengan baik apabila didukung oleh interaksi yang baik antara orang tua dengan anak. Interaksi
yang terjadi antara orang tua dan anak akan dapat membantu anak untuk memecahkan
masalahnya serta menambah kedekatan antara orang tua dengan anak. Demikian halnya dengan
pola asuh orang tua akan mampu membantu pembentukan sikap dan perilaku anak menjadi lebih
terarah, mandiri dan mempunyai rasa tanggung jawab terhadap dirinya sendiri dengan tetap
memandang orang tua sebagai sosok yang dihormati dan patut untuk dijadikan teladan.

2.7 Pola Asuh yang Integritas pada Aspek Perkembangan Seni


Dalam pengembangan seni diperlukan kreativitas, perkembangan kreativitas diperlukan
pada keterampilan bereksplorasi berfikir kreatif dan mengembangkan bakat anak. Anak usia dini
menyukai berekplorasi dengan apa yang diinginkan dan bagi anak melakukan kreasi menjadi
kesenangan tersendiri bagi mereka. Menurut Pamungkas (2015) dalam seni, setiap orang dinilai
memiliki kreativitas dan kecerdasannya masing-masing sehingga seni dapat memfasilitasi setiap
anak untuk menuangkan atau mencurahkan segala kreativitas berdasarkan kehendak masing-
masing anak . Secara khusus, kerativitas berkarya seni diartikan sebgaai kemampuan
menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan memadukan suatu gagasan baru
maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan ke dalam komposisi suatu karya seni
dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya (Rohani, 2017). Kreativitas merupakan
suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau
mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada diri anak (Y.
Rachmawati, 2005).

Apabila kita menghubungkan antara pola asuh demokratis dengan aspek perkembangan
seni pada anak maka akan terlihat jelas hubungannya. Seperti yang kita ketahui bahwa pada pola
asuh demokratis orangtua memberikan anak kebebasan untuk bereksplorasi atau
mengembangkan rasa ingin tau nya,maka anak dengn pola asuh demokratis dapat memilih aspek
perkembangan seni lebih baik bila dibandingkan dengan pola asuh yang lain karna ada nya peran
orangtua yang selalu mendampingi anak dalam mengembangkan aspek perkembangan seninya.
Dalam hal ini orangtua selalu memberikan kebebasan berekplorasi, memproritaskan
perkembangan anak, berhubungan hangat dengan anak atau dengan kata lain menjadi support
system' utama bagi anak dalam mengembangkan seninya sehingga melalui ekplorasi yng ia

11
lakukan aspek perkembangan seni anak dapat meningkat. Sebagai contoh , ketika orangtua
mengajak anaknya berjalan jalan di taman dengan membawa fasilitas alat tulis untuk anak
menggambar ataupun mewarnai tentang alam. Ketika berada di taman anak beraktivitas,
berekplorasi dengan rasa ingin tau yang tinggi dan menemukan beragam warna bunga dan
bentuk dari bunga tersebut lalu ia memberitahu ayah dan ibunya tentang apa yang ia lihat di
taman dan kemudian anak menuangkan apa yang ia ketahui melalui menggambar bunga tersebut
dan mewarnai nya. Nah disini dapat kita lihat fasilitas yang diberikan orangtua juga mendukung
perkembangan anak sehingga aspek perkembangan seni anak semakin meningkat.

12
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pola asuh demokratis adalah pola asuh orang tua yang menerapkan perlakuan kepada
anak dalam rangka membentuk kepribadian anak dengan cara memprioritaskan kepentingan
anak secara rasional dengan mengedepankan kasih sayang dan perhatian. Pola asuh
demokratis ditandai dengan adanya sikap saling terbuka antara orang tua dan anak.

Pola asuh demokratis menghasilkan karakteristik yang mandiri, dapat mengontrol diri,
mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, percaya terhadap
kemampuan dirinya dan kooperatif terhadap orang lain. Beberapa elemen yang
mempengaruhi pola asuh anak dengan baik, di antaranya, yaitu : (1) usia orang tua, (2)
keterlibatan orang tua, (3) pendidikan orang tua, (4) pengalaman sebelumnya mengasuh
anak, (5) stres orang tua, (6) hubungan suami istri, (7) budaya, dan (8) status sosial ekonomi.

Pola asuh demokratis dapat menjadikan anak bersikap tenggang rasa yang menghargai
pendapat orang lain, mampu bekerjasama dengan menghormati kesetaraan peran dan mampu
mengembangkan potensi diri yang dimilikinya. Pola asuh demokratis menjunjung
keterbukaan, pengakuan terhadap pendapat anak, dan kerjasama. Anak diberikan kebebasan,
namun kebebasan yang dapat dipertanggungjawabkan. Ia diberikan kepercayaan untuk
mandiri tapi tetap dalam pengawasan.

3.2 SARAN

Sebaiknya orangtua harus tepat dalam memilih dan menerapkan pola asuh, pemilihan dan
penerapan pola asuh yang tepat dan sesuai dapat membantu anak berkembang sesuai dengan
tahap perkembangannya. Pola pengasuhan yang dipilih orangtua akan mempengaruhi
karakteristik anak kedepannya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, Marlina.2016.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perkembangan Motorik


Kasar Pada Balita Usia 3-5 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas Simpati Kecamatan Simpati
Kabupaten Pasaman Tahun 2015.Afiyah (Vol. 3, No 1)

Oktavia,Reni.2015.Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik Halus


Anak Usia 4-6 Tahun Di Tk Dharma Wanita Suruhan Lor Kecamatan Bandung Kabupaten
Tulungagung. J. Ilmu Keperawatan dan Kebidanan (JIKK). (Vol. 2, No. 3)

Sulasmini, Igut. 2015. Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Bahasa
Pada Anak Usia 3-4 Tahun. Jurnal Ilmiah STIKES Kendal. (Vol. 4, No. 2)

Mutiara, Violita Siska. 2017. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan Motorik
Anak Prasekolah. CHMK Nursing Scientific Journal. (Vol. 1, No. 2)

Mulqiah, Zuraidah. Dkk. 2017. Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkeembangan Bahasa Anak
Prasekolah (Usia 3-6 Tahun). Jurnal Dunia Keperawatan. (Vol. 5, No.1)

14

Anda mungkin juga menyukai