Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF

Volume XXI No. 3 Tahun 2016 Edisi September

PERKAWINAN ADAT MERARIQ DAN TRADISI SELABAR


DI MASYARAKAT SUKU SASAK

Hilman Syahrial Haq


Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram
e-mail: hilmansyahrialhaq@gmail.com

Hamdi
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Mataram
e-mail: hadijahijah82@gmail.com

ABSTRAK
Merariq sebagai tradisi perkawinan adat di masyarakat suku Sasak ternyata menyimpan
potensi konflik yang tidak jarang berakhir dengan sengketa, karena diawali dengan peristiwa
memaling atau mencuri atas dasar persetujuan si gadis dari kekuasaan orangtuanya, sebagai
wujud sikap ksatria sekaligus bentuk keseriusan si laki-laki untuk menikahi si gadis. Namun di
tengah kelemahannya ternyata sistem merariq telah menyediakan sarana alternatif penyelesaian
berupa pelaksanaan negosiasi antara perwakilan pihak calon mempelai laki-laki dengan keluarga
calon mempelai perempuan yang diistilahkan dengan selabar untuk menyepakati pembayaran
ajikrame dan pisuke guna menuju perdamaian para pihak.
Kata Kunci: Suku Sasak, Merariq, Selabar.

ABSTRACT
Merariq is a customary law of marriage in Sasak society, this Merariq turned out to
potentially create conflict that is commonly ended up with a dispute. The reason is because
it begins with the events of rob (steal) on the consent of the girl approval from the power of
her parents. The rob (steal) be done as a form of chivalry of the man’s seriousness marrying
the girl. But amid that weakness, Merariq has provided an alternative dispute settlement by
the process of negotiation between the representatives of the prospective groom to the bride
family, which are termed selabar to agree on payment ajikrame and pisuke towards peaceful
relationship between the parties.
Keywords: Sasak, Merariq, Selabar.

PENDAHULUAN
Mayoritas penduduk yang mendiami Pulau oleh Kerajaan Karang Asem terhadap Kerajaan
Lombok merupakan Suku Sasak yang umumnya Selaparang Lombok pada abad ke 16.1
beragama Islam dan memegang teguh nilai-nilai Umumnya ekonomi masyarakat Lombok
budaya. Selain itu terdapat juga Suku Bali, Mbojo, bertumpu pada sektor pertanian yang tanah
Jawa, dan berbagai suku lain yang umumnya datang garapannya berbentuk sawah yang dilengkapi dengan
dan menetap di Lombok. Secara sosio-cultural sistem irigasi teknis dan sebagian besar menanam
masyarakat Lombok lebih dekat kepada Jawa dan padi. Sebagai masyarakat agraris, kehidupan
Bali, hal ini terlihat dari sistem pertanian dan kesenian masyarakat Sasak masih tetap mempertahankan
yang berkembang di Lombok. Adanya pengaruh nilai-nilai tradisional atau traditional indigenous
Jawa di Lombok disebabkan karena pada masa lalu seperti kekerabatan dan kegotongroyongan dalam
Lombok merupakan bagian dari wilayah Kerajaan mengerjakan sawah maupun upacara adat.
Majapahit. Sedangkan pengaruh budaya Bali masuk
melalui penaklukan secara politik yang dilakukan
1
Widodo Dwi Saputro dkk, Balai Mediasi Desa, Perluasan
Akses Hukum dan Keadilan untuk Rakyat, LP3ES & NZAID,
Jakarta, 2007, h. 115.

157
Haq dan Hamdi, Perkawinan Adat Merariq dan Tradisi Selabar ....

Tradisi tersebut tidak hanya berlaku pada adalah ras Mongoloid. Ras Mongoloid adalah sub
aspek ekonomi saja tetapi juga dipraktikkan dalam ras Melayu-Indonesia tersebar di sebagian besar
perkawinan adat merarik. Merarik merupakan salah wilayah Indonesia terutama yang terletak di bagian
satu cara masyarakat suku Sasak melangsungkan barat dan selatan antara lain; Sumatera, Jawa, Bali,
perkawinan yang diawali dengan janji antara wanita dan Lombok.3
dan perjaka yang telah terikat dalam hubungan Ada juga dugaan bahwa leluhur orang Sasak
beberaye atau berpacaran, untuk melarikan sang adalah orang Jawa, hal ini dapat dibuktikan dengan
gadis dari rumahnya tanpa sepengetahuan orangtua, tulisan Sasak yang disebut Jejawen. Kedatangan
kerabat lainnya dan pihak-pihak yang diduga dapat orang Jawa ke Lombok diperkirakan pada zaman
menggagalkan niat tersebut. Peristiwa ini dilakukan Medang, saat pengembangan agama Islam oleh para
pada malam hari. Calon suami dibantu oleh orang wali-wali dari Jawa sekitar abad XV dan XVI. Dasar
yang dipercaya untuk membawa calon istri ke tempat pemikiran ini menyimpulkan bahwa yang menjadi
peseboan atau persembunyian, yaitu rumah keluarga dasar pikiran orang-orang Sasak pada masa-masa
calon mempelai laki-laki. perkembangannya adalah kebudayaan Jawa sebelum
Guna mencegah terjadinya konflik atas peristiwa dan sejaman dengan Majapahit dan kemudian agama
tersebut, maka oleh adat disediakan sarana alternatif Islam.4
penyelesaian masalah melalui pelaksanaan negosiasi Pada masa berikutnya Lombok kemudian di
atau selabar antara pihak laki-laki dengan keluarga bawah raja-raja Karang Asem Bali (1740), yang
sang gadis berkenan dengan keinginan dan harapan memberi corak pergaulan Hindu dan Islam di
mereka untuk melangsungkan pernikahan. Berangkat Lombok. Pada waktu kekuasaan raja-raja Bali di
dari uraian tersebut, penulis akan membahas tentang Lombok selain terdapat kerjasama yang baik, namun
praktik perkawinan adat merarik dan tradisi selabar sekalipun diketahui banyak terjadi peperangan atau
dari sudut pandang Hukum Islam. perlawanan yang dilakukan oleh orang-orang Sasak
yang beragama Islam atas kesemena-mena kerajaan
METODE PENELITIAN Bali. Nilai yang dibawa oleh adat istiadat Hindu
Penelitian hukum yang digunakan dalam Bali telah banyak memberikan sumbangan bagi
penelitian ini adalah yuridis empiris. Untuk menjawab perkembangan adat istiadat di Lombok di kemudian
permasalahan digunakan pendekatan perundang- hari. Tahun 1895, Lombok jatuh ke tangan Belanda,
undangan atau statute approach, pendekatan sejarah namun pemerintah Belanda tidak memberikan
atau historical approach, Pendekatan konseptual atau peranan penting dalam rangka kebudayaan dan adat
conceptual approach. Adapun Jenis dan sumber istiadat, karena hanya bersifat pemerintahan yang
bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk kepentingan material belaka.5
adalah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder Sebelum kedatangan pengaruh asing di Lombok,
dan bahan hukum tersier sedangkan data diperoleh nenek moyang orang Sasak percaya bahwa setiap
dari lapangan dengan wawancara. benda memiliki roh atau animisme, hal ini dibuktikan
dengan penemuan situs penguburan di Gunung
PEMBAHASAN Piring yang berada di daerah perbukitan. Menurut
Suku Sasak merupakan penduduk asli dan mereka, di bukit-bukit yang tinggi tersebutlah nenek
kelompok etnik mayoritas yang mendiami Pulau moyang bersemayam. Selain itu mereka percaya
lombok. Mereka meliputi lebih dari 90% keseluruhan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Seiring
penduduk Lombok. Kelompok-kelompok etnik lain dengan banyaknya pengaruh dari luar, maka integrasi
seperti Bali, Sumbawa, Jawa, Bugis, Arab, dan Cina kepercayaan lokal dengan luar menimbulkan adanya
adalah para pendatang.2 sinkretisme dalam ajaran-ajaran yang telah dianut
Lombok Mirah atau Gumi Selaparang merupakan 3
Sudirman, Gumi Sasak dalam Sejarah, Yayasan Budaya
sebutan untuk pulau Lombok, di mana masyarakat Sasak Lestari, Lombok Timur, 2007, h. 4.
Sasak melakukan serangkaian proses kehidupan dari 4
Tim Peneliti Depdikbud, Adat dan Upacara Perkawinan
generasi ke generasi. Adapun asal-usul suku Sasak Daerah Nusa Tenggara Barat, Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek
2
Erni Budiwanti, Islam Sasak Wetu Telu Versus Waktu Lima, Penelitian dan Catatan Kebudayaan Daerah, 1978/1979, h. 21.
5
LKIS, Yogyakarta, 2000, h. 6. Ibid., h. 21.

158
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 3 Tahun 2016 Edisi September

sehingga muncul sistem kepercayaan yang disebut ghaib yang ditimbulkan oleh roh-roh atau para dewa.9
Boda.6 Boda merupakan kepercayaan orang Sasak. Selain itu mereka juga hanya mengakui tiga rukun
Kendati demikian agama Boda bukan merupakan dari lima rukun Islam: syahadat, shalat, dan puasa,
Budhisme karena ia tidak mengikuti Sidartha Gautama dan mereka tidak mengharamkan minuman keras.
atau Sang Budha sebagai figur utama pemujaannya Keberadaan Islam wetu telu terus diperangi
maupun terhadap ajaran pencerahannya, melainkan oleh para pendakwah dari golongan Islam waktu
kepercayaan Boda ditandai dengan anemisme dan lima, usaha untuk mengikis ajaran Islam wetu telu
panteisme, pemujaan dan penyembahan roh-roh di kalangan masyarakat Sasak dimulai sejak awal
leluhur dan berbagai dewa lokal lainnya merupakan abad ke-20, mereka para tokoh dari Islam waktu lima
fokus utama dari sebelum praktik keagamaan Sasak- tidak mengenal lelah dalam penyempurnaan ajaran
Boda.7 Islam di kalangan Islam wetu telu, sehingga buah
Agama Islam dibawa pertama kalinya oleh para dari kegigihan para tokoh Islam waktu lima dalam
raja jawa muslim pada abad ke-13 ke kalangan orang mendakwahkan ajaran Islam yang sesuai dengan Al-
Sasak Lombok dari barat laut, Islam segera menyatu Qur’an dan Al-Hadits berbuah manis, jumlah dari
dengan ajaran sufisme Jawa yang penuh dengan penganut Islam wetu telu menjadi semakin susut, dan
mistikisme. Kemudian pada abad ke-16, orang-orang mereka menjadi minoritas, dan sekarang keberadaaan
Makasar tiba di Lombok Timur, kedatangan mereka mereka masih dapat ditemukan di Kecamatan Bayan
mula-mula untuk berdagang, kemudian banyak di Kabupaten Lombok Utara.10
antara mereka yang bertempat tinggal dan menetap, Namun sisa-sisa dari pengaruh Animisme,
bahkan mendirikan perkampungan, kemudian Budha, dan Hindu masih dapat ditemukan dalam
terjadilah hubungan yang intens antara pendatang beberapa tata cara adat istiadat, kesenian, lingkaran
dengan masyarakat Sasak, dari hubungan tersebut hidup, dan perkawinan mereka. Walaupun sejak
timbul rasa saling menghormati dan menghargai, kebangkitan Islam kembali di Lombok pada abad
sehingga terjadi inkulturasi dalam berbagai bidang ke-20 yang dipelopori para haji dan alim ulama,
seperti budaya dan agama. Dalam hal ini orang-orang selain meningkatkan tauhid dan menegakkan syariat
Bugis Makasar lebih berhasil dalam mendakwahkan Islam, juga diserangnya adat istiadat dan kesenian
Islam suni bila dibandingkan dengan orang Jawa. secara besar-besaran, terutama yang berhubungan
Mereka orang-orang Bugis berhasil mengkonversikan dengan seni tari dan musik perkusi dan tiup yang
hampir seluruh orang Sasak ke dalam Islam, meskipun instrumennya terbuat dari perunggudan seruling,
kebanyakan mereka masih mencampurkan Islam dan sebagai gantinya ialah dikembangkan rebana
dengan kepercayaan lokal yang non Islami.8 yang instrumennya terbuat dari kayu dan jangat, juga
Pada masa awal Islam di Pulau Lombok kehidupan seni rudat yang dikembangkan pertama kali pada
agama Islam sangat terbengkalai jika dibandingkan tahun1920 oleh Haji Lalu Moh. Said dari Kopang
dengan pembinaan agama Islam di pulau Sumbawa Lombok Tengah sepulang beliau dari Mekkah.11
yang masih berada pada propinsi NTB. Kebanyakan Hal ini menandakan betapa kuatnya pengaruh selain
dari orang Sasak masih memeluk agama Islam yang ajaran Islam di masa lampau.
belum sempurna, mereka menyerahkan urusan Patron klein merupakan sistem yang dianut
ibadahnya kepada para kiyai (pemimpin agama), oleh masyarakat Sasak dalam sistem sosial, hal
golongan ini menamakan dirinya sebagai Islam ini dibentuk akibat otoritas kekuasaan, yang mana
wetu telu. Mereka percaya kepada Allah dan juga dipengaruhi oleh pendudukan Kerajaan Karang
Nabi Muhammad, akan tetapi lebih banyak menjaga Asem Bali terhadap kerajaan yang ada di Lombok.
kesucian batin dan tingkah lakunya menurut ajaran Secara umum sistem sosial yang terbangun dalam
nenek moyang. Selain itu mereka banyak melakukan masyarakat Sasak terbagi menjadi dua yakni;
upacara di tempat yang dianggap dihuni roh nenek golongan yang berada di kelas sosial tinggi disebut
moyang atau kemali, dan golongan ini sangat percaya 9
Zulyani Hidayah, Ensiklopedi Suku Bangsa Indonesia,
bahwa di alam sekitar mereka terdapat kekuataan LP3ES, Jakarta, 1996, h. 234
10
6 Lalu Wacana dkk., Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah
Sudirman, Op.Cit., h. 4.
Nusa Tenggara Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
7
Erni Budiwanti, Op.Cit., h. 8. Mataram, 1991, h. 31.
8 11
Ibid., h. 9. Ibid., h. 61.

159
Haq dan Hamdi, Perkawinan Adat Merariq dan Tradisi Selabar ....

dengan golongan bangsawan dalam istilah Sasak masyarakat yang berasal dari golongan perwangse
adalah perwangse atau menak, sedangkan masyarakat atau menak menggunakan bahasa utama dan sebagian
biasa atau masyarakat kebanyakan disebut golongan menggunakan bahasa madya dalam kehidupan sehari-
masyarakat kelas bawah atau jajar karang. harinya, umumnya bahasa utama dipergunakan jika
Namun klasifikasi secara khusus masyarakat seseorang berbicara dengan orang yang dituakan.
Sasak terbagi mnejadi tiga golongan sosial yakni; Sedangkan bahasa biasa umum dipakai oleh orang
dedatuan adalah golongan yang pernah ada pada kebanyakan atau orang biasa dalam kehidupan
masyarakat Sasak awal, pada masa sekarang golongan sehari-hari. Bahasa sasak terdiri atas beberapa dialek,
ini disebut dengan komunitas perwangse atau yaitu: dialek Sasak Pejanggi, Sasak Selaparang,
bangsawan kelas atas, yang mana mereka diyakini Sasak Bayan, Sasak Tanjoang, Sasak Pujut, Sasak
sebagai keturunan langsung para datu atau raja dan Sembalun, Sasak Tebango, dan Sasak Pengantap.13
bergelar raden. Klasifikasi kedua adalah golongan Namun pada zaman sekarang, klasifikasi dan
perbape atau bangsawan kelas menengah, golongan strata sosial ini mulai luntur, hal ini dipengaruhi
ini adalah hasil dari perkawinan silang antara golongan oleh perkembangan zaman, sumber daya manusia,
bagsawan kelas atas dan golongan yang berstrata di doktrin agama, dan proses pertukaran sosial yang
bawahnya dan bergelar lalu-baiq, dan gede-lale. Dan semakin menunjukkan peningkatan dari masa
klasifikasi yang terakhir adalah jajar karang atau ke masa. Sehingga mereka termasuk golongan
kaula, kelas masyarakat ini adalah golongan yang bangsawan, tidak begitu mendapat keistimewaan
teridentifikasi sebagai masyarakat kebanyakan atau dalam masyarakat Sasak.
rakyat biasa, dan penyebutan amaq untuk ayah dan
inaq untuk ibu, yang belum mempunyai anak disebut Pelaksanaan Perkawinan Adat Merariq Suku
loq untuk laki-laki dan laq sebutan untuk perempuan. Sasak
Sedangkan kaum bangsawan akan dipanggil mamiq Perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu
untuk ayah dan inaq untuk ibu. Klasifikasi-klasifikasi akad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan
sosial ini masih ada sampai sekarang pada masyarakat kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam
Sasak, dan merupakan sisa dari bentuk pelapisan rangka mewujudkan kebahagiaan hidup keluarga,
sosial lama. yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang
Perkawinan antara golongan perwangse/menak dengan cara yang diridhai Allah.14 Perkawinan dalam
dengan golongan jajar karang sangat dihindari oleh pandangan masyarakat Sasak adalah untuk menjaga
para golongan perwangse/menak, apalagi calon kelangsungan keturuan serta memelihara harta
mempelai perempuannya berasal dari golongan warisan, dalam hal ini dikenal lembaga perkawinan
yang lebih tinggi yakni golongan perwangse atau dalam kerabat sendiri.15 Selain dari itu perkawinan
menak dan calon mempelai laki-lakinya berasal juga bertujuan menyatukan kedua keluarga/kerabat.
dari masyarakat biasa atau jajar karang. Karena Oleh karenanya perkawinan bukan hanya urusan
perkawinan ini dipandang oleh mereka tidak dapat pribadi yang satu dengan pribadi yang lain, melainkan
mewariskan garis kebangsawanan, anak-anak yang menjadi urusan kedua keluarga/kerabat, bahkan
dilahirkan otomatis akan mewariskan garis keturunan menjadi urusan masyarakat.
dari ayah. Karena mereka menganut perkawinan Masyarakat Sasak yang didominasi agama
dengan sistem patrilineal, perkawinan bertujuan Islam, memandang perkawinan sebagai menjalankan
guna mempertahankan garis keturunan bapak, anak suruhan agama,16 sebagai wujud ketaqwaan hamba
yang dilahirkan dari perkawinan tersebut akan ikut kepada Penciptanya, karena Islam sebagai agama
kekerabatan bapaknya, sehingga anak laki-laki harus yang mayoritas dianut oleh masyarakat Sasak
melaksanakan bentuk perkawinan ambil istri dengan menyuruh pemeluknya untuk segera melangsungkan
pembayaran uang jujur. perkawinan bila mempunyai kemampuan untuk
Dalam penggunaan bahasa, bahasa Sasak juga
13
mengenal tingkatan bahasa yakni ada tiga tingkatan Ibid., h. 232.
14
bahasa yaitu bahasa halus/utama, bahasa madya, Ahmad Azhar Basyir, Hukum Perkawinan Islam, UII
Press, Yogyakarta, 2004, h. 14.
dan bahasa biasa.12 Pada umumnya para golongan 15
Tim Peneliti Depdikbud, Op.Cit., h. 25.
12 16
Zulhani Hidayah, Op.Cit., h. 233. Ibid., h. 26.

160
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 3 Tahun 2016 Edisi September

melaksanakannya. Islam memandang perkawinan sebagai pembantu rumah tangga bagi orangtua si
sebagai perbuatan yang mulia yakni untuk mencegah gadis.
pemeluknya dari perbuatan zina atau perbuatan Kawin gantung atau kawin tadong merupakan
terlarang dengan orang yang tidak sah, hal ini perkawinan anak-anak, perkawinan ini dilakukan
dimaksudkan agar keturunan yang dihasilkan dari penundaan waktu untuk beberapa waktu sampai
perkawinan mempunyai garis keturunan yang jelas salah satu atau kedua pengantin menjadi dewasa,
dan juga untuk menjaga ketertiban masyarakat atau namun perkawinan bentuk ini sudah jarang dilakukan
umum. Dalam perkawinan yang diajarkan oleh Islam disebabkan perubahan zaman yang semakin maju.
juga terkandung tujuan-tujuan yakni untuk membina Belakok atau meminang adalah bentuk
keluarga dunia dan akhirat. perkawinan yang dilakukan dengan meminta atau
Sedangkan dari golongan menak atau bangsawan, melakukan peminangan seorang laki-laki kepada
selain perkawinan bertujuan seperti yang dijelaskan si gadis, kedua bentuk perkawinan terakhir adalah
di atas, juga untuk mempertahankan status sosial.17 merupakan pengaruh ajaran Islam, yang mana
Maka dengan tujuan ini mereka tidak menghendaki dalam kawin gantung mengikuti Sunnah Rasul
perkawinan dengan masyarakat biasa, dan perempuan yang menceritakan perkawinan Nabi Muhammad
dari golongan menak yang melangsungkan perkawinan dengan Siti Aisyah, sedangkan perkawinan dengan
dengan laki-laki dari golongan biasa akan dibuang cara peminangan merupakan cara yang diajarkan
oleh keluarganya dan untuk diakui lagi sebagai bagian oleh Islam sendiri sesuai dengan firman Allah dalam
dari keluarga besarnya sangat sulit. Akibat dari Surat Al-Baqarah ayat 235, yang menyatakan bahwa
perlakuan ini seseorang yang berasal dari golongan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita
jajar karang akan berfikir ulang untuk menikahi itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan
perempuan yang berasal dari golongan menak atau keinginan untuk mengawini mereka dalam hatimu.
bangsawan karena akan mendapat kesulitan dalam Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-
hubungan kekerabatan di kemudian hari. Masyarakat nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu
Sasak mengenal beberapa bentuk perkawinan, yang mengadakan janji kawin dengan mereka secara
pada umumnya dibagi menjadi lima bentuk,18 yakni: rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada
memagah, nyerah hukum, kawin gantung, belakoq mereka) perkataan yang ma’ruf. Dan janganlah
atau melamar, dan lari bersama atau memaling atau kamu ber’azam atau bertetap hati untuk beraqad
merarik. nikah, sebelum habis ‘iddahnya. Dan ketahuilah
Memagah atau disebut juga memoger merupakan bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam
bentuk perkawinan dengan cara melarikan disertai hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan ketahuilah
dengan paksaan serta dilakukan pada siang hari. bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Seorang laki-laki dengan dibantu oleh beberapa Merariq atau memaling merupakan bentuk
temannya membawa lari si gadis dengan paksaan perkawinan yang paling populer di kalangan orang
ketika gadis tersebut jauh dari pengawasan Sasak. Merariq berasal dari bahasa Sasak berari
orangtuanya. Terkadang pencurian tersebut dilakukan yang artinya berlari, dan mengandung dua makna,
dengan membopong yang membahayakan si gadis, yang pertama adalah arti sebenarnya dan yang
tidak jarang terjadi bentrokan antara pihak pemuda kedua adalah keseluruhan dari pada pelaksanaan
dan keluarga si gadis sebagai akibat dari peristiwa perkawinan menurut adat Sasak. Berari atau berlari
tersebut. berarti teknik atau cara, sehubungan dengan ini berarti
Nyerah hukum merupakan bentuk perkawinan bahwa tindakan dari melarikan atau membebaskan
yang dilakukan dengan cara pelaksanaan adat dan si gadis dari ikatan orangtuanya serta keluarganya.
upacara perkawinan diserahkan kepada keluarga Perkawinan dengan bentuk merariq muncul
pihak gadis. Biaya perkawinan ditanggung oleh dari pengaruh Hindu-Bali setelah melakukan invasi
pihak perempuan, biasanya cara ini dilakukan oleh terhadap Lombok pada abad 17, intimidasi kekuasaan
gadis sasak dengan laki-laki dari luar Sasak. Akibat dilakukan Bali dengan semena-mena dalam
dari nyerah hukum kedudukan seorang suami adalah memberikan sikap terhadap wanita Sasak, yakni
sebagai pemuas nafsu, perlakuan ini memunculkan
17
Ibid. inisiatif dalam diri orang Sasak terutama para
18
Ibid., h. 33.

161
Haq dan Hamdi, Perkawinan Adat Merariq dan Tradisi Selabar ....

pemudanya, dari pada wanita Sasak ini diambil dilakukan dengan cara midang atau ngayo, di mana
oleh orang Hindu-Bali untuk dijadikan gundiknya pemuda berkunjung ke rumah si gadis, untuk sekedar
maka lebih baik mereka atau pemuda Sasak yang bincang-bincang kecil tentang banyak hal dengan
membawa lari wanita Sasak untuk menyelamatkan ditemani oleh orang tua atau saudara dari si gadis,
dan dinikahinya. Pada awalnya merariq merupakan hal ini dilakukan untuk mencegah perbuatan atau
sebuah bentuk kepedulian serta keberanian pemuda tuduhan negatif dari masyarakat yang melihat proses
Sasak untuk menyelamatkan para wanitanya dari midang atau ngayo.
perlakuan Bali. Dari sini terjadi dua arus akulturasi Pelarian atau pencurian gadis baru dilakukan
kebudayaan antara nilai kebudayaan Bali dan setelah ada kesepakatan antar pemuda dan pemudi
nilai Islam yang mana merupakan obyektifitas untuk melanjutkan hubungan ke jenjang yang lebih
yang melahirkan realitas yakni merariq.19 Dalam serius yakni perkawinan. Proses ini diawali dengan
praktiknya perkawinan merariq dibagi menjadi tiga pelarian atau pencurian yang dilakukan calon
tahapan, yaitu: tahap sebelum perkawinan, proses mempelai laki-laki kepada si gadis, untuk selanjutnya
pelaksanaan perkawinan, dan upacara adat setelah dibawa ke persembunyian yang telah dipersiapkan
perkawinan.20 oleh si calon mempelai laki-laki, namun sebelum
Tahap sebelum perkawinan dimulai dari cara pelarian atau pencurian terlebih dahulu kedua calon
pemilihan jodoh, yakni dengan cara kemele mesak dan mempelai sudah merencanakan untuk bertemu di
suka lokaq. Kemele mesak atau atas kemauan sendiri tempat dan waktu yang telah ditentukannya, atau
adalah cara yang paling banyak dilakukan untuk terlebih dahulu calon mempelai laki-laki mengajak
memilih jodoh, dibandingkan dengan suka lokaq si gadis ke suatu tempat misalnya ke tempat wisata
atau pilihan orangtua. Cara kemele mesak atau atas atau semacamnya. Adapun tempat persembunyian
kemauan sendiri dimulai dengan cara melarikan atau yang dituju adalah rumah kerabat calon mempelai
mencuri gadis dari pengawasan wali dan lingkungan laki-laki (biasanya rumah si paman calon mempelai
sosialnya atau induk semang terlebih dahulu, cara ini laki-laki).
dinilai oleh sebagian masyarakat Sasak sebagai wujud Selanjutnya tahap pelaksanaan merariq dimulai
atas kesungguhan si laki-laki untuk mempersunting dengan pemberitahuan kerabat yang dijadikan tempat
si gadis. persembunyian kepada orangtua dari calon mempelai
Kemele mesak oleh sebagian masyarakat Sasak laki-laki, untuk selanjutnya kedua calon mempelai
diyakini sebagai evidensi kelaki-lakian calon suami dijemput untuk di bawa pulang ke rumah orangtua
dengan menunjukkan keberanian, keseriusan, calon mempelai laki-laki.
dan gambaran artikulasi tanggung jawab dalam Sebagai akibat dari pelarian atau pencurian
perkawinan serta dalam kehidupan upacara adat tersebut, maka pihak keluarga calon mempelai laki-
setelah perkawinan nantinya.21 Selain itu banyaknya laki harus melakukan besejati. Besejati diawali
pemuda Sasak memilih cara ini disebabkan oleh dengan laporan kepada keliang atau kepala kampung
kondisi sosial dengan meningkatnya otonomi anak oleh orangtua atau keluarga calon mempelai laki-laki.
dan terkait dengan persepsi bahwa pilihan perkawinan Selanjutnya informasi disampaikan oleh pembayun
merupakan hak prerogatif si anak dalam menentukan kepada pihak pihak keluarga perempuan melalui
pilihan jodohnya. keliang atau kepala kampung daerah asal mempelai
Namun sebelum keputusan melarikan atau perempuan secepatnya. Pembayun memberitahukan
mencuri gadis, pertemuan pemuda dengan pemudi kebenaran terjadinya merariq tersebut dan siapa yang
19 telah melakukan pelarian atau pencurian tersebut,
Lalu Darmawan, Sistem Perkawinan Masyarakat Sasak
(Interpretasi atas Dialetika Agama dengan Tradisi Merarik kapan, dan di mana calon mempelai perempuan
Masyarakat Lombok Nusa Tenggara Barat), Skripsi UIN Sunan dilarikan.
Kalijaga, Yogyakrta, 2006, h. 125. Berdasarkan informasi dari pembayun, keliang
20
Kaharudin, “Perkawinan Adat Merariq (Kawin Lari) Pada
menyampaikan secepatnya kepada pihak orangtua
Masyarakat Sasak dalam Perspektif Hukum Perkawinan Islam
di Nusa Tenggara Barat”, Media Hukum, Vol. 19, 2007, h. 320. atau keluarga perempuan, kemudian pihak keluarga
21
Jhon Ryan Bartholomew, Alif Lam Mim: Recording Islam, mengadakan musyawarah tentang berbagai masalah
Modernity and Traditional in an Indonesia Kampung, alih bahasa, tata krama perkawinan setempat, termasuk berbagai
Imron Rosyidi, Alif Lam Mim:Kearifan Masyarakat Sasak, Tiara pembayaran yang dibebankan kepada pihak laki-
Wacana, Yogyakarta, 2001, h. 201.

162
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 3 Tahun 2016 Edisi September

laki. Semuanya menjadi catatan untuk kemudian Setelah kedua belah pihak mencapai kata sepakat
disampaikan kepada utusan selabar. selama proses selabar dan pihak laki-laki bersedia
Selabar merupakan proses meminta kesediaan menunaikan apa yang diminta oleh pihak perempuan,
orangtua atau keluarga calon mempelai perempuan maka proses selanjutnya adalah bait wali, di mana
untuk memberikan persetujuan dan perwalian terhadap dalam proses ini, penghulu dari tempat kediaman
kedua calon mempelai. Dalam proses selabar banyak si calon mempelai laki-laki pergi untuk menemui
yang harus dimusyawarahkan atau dinegosiasikan ayah atau yang dituakan di keluarga si gadis untuk
untuk mencapai kesepakatan, sehingga kepentingan dimintakan wali nikah.
kedua belah pihak keluarga atau kerabat terakomodir Setelah adanya kepastian dan kesediaan akan wali
dengan baik. Dalam proses negosiasi, beberapa nikah dari pihak perempuan, maka akad nikah atau
yang menjadi pembicaraan penting yakni masalah ngawinang disebut juga nikahang dapat dilaksanakan,
pembayaran adat yang disebut ajikrame dan pisuke. biasanya yang menjadi tempat ngawinang adalah
Ajikrame merupakan sejumlah pembayaran yang masjid. Acara akad nikah dilaksanakan berdasarkan
telah ditetapkan oleh adat sebagai lambang dan status ketentuan hukum Islam atau fiqh, maka hubungan
sosial dari pasangan mempelai dan setiap keturunan kedua mempelai menjadi sah dan diperkenankan
yang akan dilahirkan. Pembayaran ajikrame melakukan hubungan suami istri.
bersifat wajib dan menjadi upaya agar akad nikah Upacara adat setelah akad nikah adalah sorong
dapat segera dilaksanakan. Sedangkan pisuke yakni serah, nyongkolan, dan balik tampak. Sorong
permintaan pembayaran lain, seperti sejumlah uang serah secara harfiah berarti menyodorkan dan
atau barang-barang berharga, diperuntukkan untuk menyerahkan, adapun barang yang disodorkan dan
‘pengobat atau penyenang’ sehingga pihak keluarga diserahkan adalah pembayaran ajikrame dan pisuke,
perempuan menjadi suke atau saling merelakan namun di bagian daerah Lombok yang lain misalnya
atau mengikhlaskan. Pisuke juga bertujuan sebagai di desa Kekait sorong serah dilaksanakan sebelum
penghibur rasa sedih orangtua yang akan ditinggal acara bait wali karena mereka beranggapan bahwa
oleh anak gadisnya. Dengan demikian, pisuke semata- pembayaran aji krame dan pisuke merupakan syarat
mata permintaan orangtua untuk dirinya. Namun untuk pemberian wali nikah dan menandakan pihak
ada sebagian pendapat masyarakat Sasak bahwa keluarga perempuan telah memberikan restu kepada
uang pisuke tersebut digunakan untuk penyambutan kedua calon mempelai.
pada acara nyongkolan dan untuk mengadakan acara Nyongkolan merupakan suatu rangkaian proses
syukuran atau resepsi di rumah pihak perempuan. perkawinan merariq, di dalamnya terdapat upacara
Dalam penentuan jumlah pisuke ini menjadi rentan iring-iringan pengantin dari rumah pihak laki-laki
terjadinya konflik antara kedua belah pihak keluarga menuju rumah pihak keluarga perempuan dengan
mempelai yang membutuhkan waktu serta tenaga diiringi musik-musik tradisional Sasak, misalnya
dan pikiran. rudat, gendang belek, dan kecimol. Upacara
Besejati dan selabar merupakan laku-laku adat nyongkolan dilakukan setelah akad nikah atau
yang ada di masyarakat Sasak yang harus dilakukan ngawinang yang bertujuan untuk memberitahukan
oleh pihak laki-laki sebagai akibat dari perlakuannya kepada khalayak ramai jika telah terjadi suatu
membawa lari atau mencuri anak gadis seseorang perkawinan antara kedua mempelai agar di kemudian
untuk dipersunting. Untuk menebus kesalahannya hari si laki-laki tidak lagi mengganggu atau main mata
pihak laki-laki harus melakukan dua proses tersebut dengan gadis lain karena ia telah berstatus sebagai
terutama proses selabar karena besejati dan selabar suami, dan begitu pun sebaliknya.
merupakan cermin kerendahan hati dan pengakuan Sedangkan balik tumpak merupakan upacara yang
jujur sebagai sikap tanggung jawab dan kejujuran dilaksanakan sehari setelah proses nyongkolan, dalam
serta momentum meminta maaf atas kesalahan yang acara ini keluarga mempelai laki-laki berkunjung
diperbuat. Hal ini merupakan cermin dari kelonggaran ke rumah keluarga mempelai perempuan yang diisi
adat atas masyarakat untuk melaksanakan ritual adat dengan acara silaturahmi dengan tujuan agar kedua
sebagai bukti bahwa adat itu sifatnya menyesuaikan belah keluarga saling mengenal lebih jauh. Acara
dan memaafkan dengan keadaan dan kondisi yang balik tampak merupakan acara terakhir dari proses
ada. perkawinan merarik pada suku Sasak.

163
Haq dan Hamdi, Perkawinan Adat Merariq dan Tradisi Selabar ....

Pada hakikatnya perkawinan bertujuan untuk halangan untuk menjalankan aturan yang diajarkan
membina rumah tangga yang bahagia dan kekal, oleh oleh Islam.
karena itu sebelum perkawinan dilaksanakan, maka Organisasi keagamaan yang ada di Lombok
diperlukan persetujuan dan kesukarelaan dari pihak- seperti Nandathul Wathan (yang selanjutnya disebut
pihak yang mempunyai hak, yakni hak orang-orang dengan NW), Nahdatul Ulama (yang selanjutnya
yang akan melangsungkan perkawinan dan hak wali.22 disebut dengan NU), dan Muhammadiyah menyikapi
Untuk mencapai persetujuan dan kerelaan tersebut budaya merariq dengan melarang atau mengecam,
maka Islam mengajarkan khitbah atau peminangan, namun pelarangan ini dilakukan dengan berbagai
yakni pernyataan atau permintaan dari seorang laki- macam, Muhammadiyah misalnya sangat mengecam
laki kepada seorang wanita untuk mengawininya, dan melarang anggotanya untuk melakukan
baik dilakukan secara langsung maupun dengan perkawinan dengan cara merariq, sedangkan NW dan
melalui perantara pihak lain yang dipercayai. NU menyikapinya dengan mengimbau, tetapi tidak
Oleh karena itu perkawinan dengan cara merariq sampai melarangnya, namun jika terdapat perkawinan
atau pencurian harus dihindari dan ditinggalkan, merariq maka diselesaikan dengan proses selabar
karena Islam mengajarkan Khitbah atau peminangan. dengan meminta kepada para pihak untuk mencari
Hal yang sudah jelas bahwa melamar atau meminang nilai kesamaan yakni mempercepat akad nikah kedua
merupakan cara yang diperintahkan oleh ajaran Islam, mempelai dengan aturan hukum Islam.24 Kaharudin
dan setiap muslim harus mengikuti apa yang telah menambahkan bahwa masyarakat Islam Sasak
diajarkan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist, sebagai yang terdidik melihat dampak merariq, maka perlu
dua sumber utama dalam menjalankan kehidupan dicarikan solusi alternatif yang lebih baik karena tidak
bagi setiap muslim. Mengingat masyarakat Sasak ada ketentuan hukum Islam tentang praktik merariq.25
juga mengenal bentuk perkawinan meminang atau
Belakok yang berarti meminta ijin pada orangtua si Pelaksanaan Tradisi Selabar dalam Perkawinan
gadis, dan sebelumnya telah ada janji perkawinan di Merariq Suku Sasak
antara keduanya, dalam pelaksanaannya orangtua si Selabar atau negosiasi merupakan komunikasi
gadis pada umumnya menerima permintaan tersebut dua arah antara kedua pihak yakni pihak keluarga
setelah mengajukan permintaan persyaratan terutama mempelai laki-laki dan pihak keluarga mempelai
pembayaran sejumlah uang untuk biaya pesta.23 perempuan dalam rangka mencapai kesepakatan,
Cara ini adalah cara masyarakat Sasak melakukan di mana kedua belah pihak sama-sama memiliki
perkawinan sebelum dipengaruhi oleh budaya Hindu- kepentingan yang berbeda. Adapun kepentingan
Bali yang mengadakan invasi terhadap Lombok pada yang sama di antara kedua belah pihak adalah sama-
awal abad 17. sama berkeinginan agar permasalahan cepat selesai
Perkawinan yang diawali dengan cara belakok yakni kedua mempelai pengantin segera dinikahi
pada masyarakat Sasak merupakan cara yang lebih sesuai dengan ajaran Islam. Dan kepentingan yang
dekat dengan ajaran Islam, karena dengan caaraa berbeda adalah pihak perempuan berkeinginan
belakok akan menghindari terjadinya konflik, dan agar tuntutannya kepada pihak keluarga laki-laki
perkawinan didasarkan persetujuan dan kesukarelaan terpenuhi, yakni berkenaan dengan pembayaran
untuk menjamin kelangsungan rumah tangga yang ajikrame, dan pembayaran sejumlah atau harta
akan dibangun. Sedangkan budaya merariq harus berharga atau pembayaran pisuke. Sedangkan pihak
ditinggalkan, walaupun pada awalnya merupakan laki-laki menginginkan pembayaran ajikrame dan
perilaku yang dianggap baik karena untuk pisuke tidak begitu besar sesuai dengan permintaan
menyelamatkan perempuan bangsa Lombok dari pihak keluarga perempuan, diharapkan pembayaran
ancaman Bali. Merariq sudah tidak sesuai dengan ajikrame dan terutama pisuke sesuai dengan
keadaan sekarang, yang mana suku Sasak yang kemampuan finansial pihak keluarga laki-laki.
mayoritas beragama Islam bebas dan tidak ada Proses negosiasi atau selabar ini terbagi ke dalam

22 24
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang- Wawancara dengan Ahmad Baihaqi, Pegawai KUA
Undang Perkawinan (Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Kecamatan Gunung Sari pada tanggal 18 Juni 2016 di Gunung
Perkawinan), Liberty, Yogyakarta, 1986, h. 22. Sari.
23 25
Tim Peneliti Depdikbud, Op.Cit., h. 35. Kaharudin, Op.Cit., h. 332.

164
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 3 Tahun 2016 Edisi September

tiga tahapan, yakni tahap awal, tahap kesepakatan, berbeda-beda; Keempat, Memiliki pemahaman
dan tahap pelaksanaan kesepakataan. ajaran agama Islam dengan baik; Kelima, Memiliki
Selabar dimulai setelah besejati. Negosiasi atau kemampuan dalam menyelesaikan permasalahan; dan
selabar adalah komunikasi dua arah di antara para Keenam, Memiliki kepribadian yang baik.
pihak, yang mana pihak laki-laki diwakilkan oleh Adapun ketentuan besar kecilnya pembayaran
kepala lingkungan atau bawahannya yang dipandang ajikrame ditentukan oleh ketetapan yang telah
memiliki kemampuan diplomasi, sedangkan pihak disepakati oleh aparat desa atau awig-awig desa,
perempuan dihadiri oleh pihak keluarga yakni orang sedangkan ketentuan harga pisuke sangat beragam,
yang dituakan misalnya ayah atau paman si gadis. namun secara umum ditentukan oleh status sosial
Proses selabar pada tahap ini dilakukan di rumah keluarga si gadis, tingkat pendidikan yang ditempuh,
keluarga si gadis biasanya di berugaq atau semacam dan pekerjaan si gadis. Jika seorang gadis berasal dari
bale atau di teras rumah. keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi, si
Komunikasi yang terjadi diawali oleh wakil dari gadis menempuh pendidikan sampai perguruan tinggi
pihak laki-laki, dengan memaparkan beberapa hal, dan memiliki pekerjaan yang mapan misalnya bekerja
yakni diantaranya permohonan maaf atas terjadinya sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), maka harga
pencurian atau pelarian si gadis, menyambung tali pisuke yang ditetapkan oleh pihak keluarga si gadis
silaturahmi, dan menyelesaikan permasalahan yang berkisar antara dua puluh sampai tiga puluh lima juta,
terkait dengan perkawinan merariq diantaranya namun sebaliknya jika si gadis berasal dari keluarga
pembayaran ajikrame dan pembayaran uang pisuke, yang memiliki status sosial biasa, dan pendidikan
dan indengan wali. tidak sampai perguruan tinggi, maka harga pisuke
Pada tahap ini, pelaksanaannya membutuhkan yang ditetapkan berkisar antara lima sampai sepuluh
waktu yang panjang, berkisar antara tiga hingga juta rupiah.
lima kali pertemuan, tergantung pada penjajakan Menurut Muhirdan, jika dilihat dari teknik
kepentingan masing-masing pihak. Namun pada yang digunakan dalam komunikasi dua arah yang
umumnya dari pertemuan ke pertemuan selanjutnya terbangun dalam proses selabar yakni teknik negosiasi
terdapat jeda atau tenggang waktu yakni biasanya dua kompetitif dan teknik negosiasi kooperatif. Adapun
atau tiga hari. Jeda atau tenggang waktu ini berfungsi penyebab terjadinya teknik negoiasi kompetitif
untuk memberi kesempatan kepada kedua belah dalam selabar adalah karena adanya beberapa faktor
pihak untuk mempertimbangkan hasil negosiasi, yang terdapat dalam pihak perempuan yakni faktor
selain bertujuan agar pihak laki-laki mempunyai ekonomi, pendidikan si gadis hingga status sosial si
kesempatan untuk mencari kekurangan finansial. gadis misalnya anak seorang tokoh masyarakat.
Pada akhir pelaksanaan tahap ini terjadi penyelesaian Lebih lanjut Muhirdan menjelaskan bahwa di
pembicaraan untuk selanjutnya dibuat kesepakatan sebagian daerah di Lombok, misalnya di Desa Kekait
dan pelaksanaan kesepakatan tersebut. negosiasi yang terbangun kebanyakan negosiasi yang
Negosiasi atau selabar dapat berlangsung secara bersifat kooperatif. Teknik negosiasi kooperatif
efektik dan cepat menghasilkan kesepakatan sesuai menganggap pihak negosiator lawan bukan sebagai
dengan yang diinginkan oleh kedua belah pihak, musuh, melainkan sebagai mitra untuk mencapai
dipengaruhi oleh kredibilitas negosiator yakni kesepakatan yang tidak merugikan kedua belah pihak.
meliputi hal-hal sebagai berikut:26 Selabar atau negosiasi pada umumnya bertujuan
Pertama, Memiliki kemampuan dalam untuk mencapai kesepakatan di antara para pihak yang
berdiplomasi yang baik; Kedua, Memiliki kemampuan bersengketa atau dalam rangka mencari perdamaian
dalam berkomunikasi dan berargumentasi yang baik; seperti yang disebutkan dalam Kitab Undang-Undang
Ketiga, Negosiator pihak laki-laki mengetahui aturan Hukum Perdata (KUHPerdata) Pasal 1851 bahwa
adat atau awig-awig gubuk, di mana tempat tinggal perdamaian adalah suatu persetujuan dengan mana
keluarga pihak perempuan, karena masing-masing kedua belah pihak, dengan menyerahkan, menjanjikan
desa terdapat aturan adat yang tidak tertulis yang atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara

26
Wawancara dengan Muhirdan, Pengasuh Pondok
Pesantren Al-Adiyat Gunung Sari Lombok Barat di Mataram
pada tanggal 22 Juni 2016.

165
Haq dan Hamdi, Perkawinan Adat Merariq dan Tradisi Selabar ....

yang sedang bergantung ataupun mencegah timbulnya merupakan suatu alternatif penyelesaiaan masalah
suatu perkara.27 yang disediakaan adat sebagai tindak lanjut dari
Islam sebagai agama yang sempurna mengajarkan peristiwa memaling atau merariq berupa negosiasi
kepada penganutnya untuk melakukan perdamaian antara keluarga calon mempelai laki-laki dengan
jika terdapat perselisihan di antara mereka. keluarga calon mempelai perempuan berkenaan
Perdamaian dalam Islam disebut dengan istilah dengan pembayaran ajikrame dan pisuke.
islah, yakni menurut bahasa adalah memutuskan
suatu persengketaan antara dua pihak yang saling Rekomendasi
bersengketa. 28 Allah berfirman sebagaimana Mewujudkan perdamaian untuk menegakkan
dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat keadilan merupakan hal yang wajib dalam ajaran
9, yang menyatakan bahwa apabila dua golongan Islam. Dalam mengupayaakan perdamaian tersebut,
dari mereka yang beriman itu berpegang hendaklah Islam menuntun untuk mewujudkannya dengan cara
kamu damaikan antara keduanya, tapi kalau yang satu musyawarah, karena dalam musyawarah memuat
melanggar perjanjian terhadap yang lain, hendaklah unsur persaudaraan dan tolong menolong dalam
yang melanggar perjanjian itu kamu perangi sampai memecahkan persoalan di antara para pihak yang
surut kembali pada perintah Allah. Kalau dia telah bersengketa, hal ini sesuai dengan firman Allah dalam
surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, Surat Asy-Syura ayat 38 yang menyatakan bahwa
dan hendaklah kamu berlaku adil. Sesungguhnya urusan mereka diputuskan dengan musyawarah antara
Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. mereka.
Dari ayat tersebut terlihat jelas, Islam
mengajarkan kepada pemeluknya bahwa perdamaian DAFTAR PUSTAKA
itu sangat penting dan harus dijaga, karena umat Islam Buku:
yang satu dengan umat Islam yang lain merupakan Basyir, Ahmad Azhar, 2004, Hukum Perkawinan
saudara, dan jika terjadi perselisihan di antara mereka Islam, Yogyakarta: UII Press.
harus segera didamaikan, dan bagi pihak yang Bartholomew, Jhon Ryan, 2001, Alif Lam Mim:
melanggar perdamaian tersebut, maka dalam ayat Recording Islam, Modernity and Traditional
di atas diperintahkan untuk memeranginya sampai in an Indonesia Kampung, alih bahasa, Imron
ia kembali kepada perdamaian tersebut, karena Allah Rosyidi, Alif Lam Mim:Kearifan Masyarakat
menyukai orang-orang yang berbuat adil. Sasak, Yogyakarta: Tiara Wacana.
Budiwanti, Erni, 2000, Islam Sasak Wetu Telu Versus
PENUTUP Waktu Lima, Yogyakarta: LKIS.
Kesimpulan Kaharudin, 2007, “Perkawinan Adat Merariq (Kawin
Merariq merupakan salah satu cara perkawinan Lari) Pada Masyarakat Sasak dalam Prespektif
yang umum dilakukan oleh masyarakat Sasak. Hukum Perkawinan Islam di Nusa Tenggara
Tradisi ini muncul dari pengaruh budaya Hindu- Barat”, Media Hukum, Vol. 19.
Bali setelah melakukan invasi terhadap Lombok Darmawan, Lalu, 2006, Sistem Perkawinan
pada abad ke 17, yang dalam praktiknya seringkali Masyarakat Sasak (Interpretasi atas Dialetika
menimbulkan konflik karena dilakukan dengan Agama dengan Tradisi Merarik Masyarakat
cara mencuri si gadis atau berlari lari bersama tanpa Lombok Nusa Tenggara Barat), Yogyakarta:
diketahui oleh orangtua si gadis, kerabat atau pihak Skripsi UIN Sunan Kalijaga.
lain yang dapat menghalangi niatan tersebut. Karena Wacana, Lalu, dkk., 1991, Sejarah Kebangkitan
itu tradisi ini dianggap bertentangan dengan ajaran Nasional Daerah Nusa Tenggara Barat, Mataram:
Islam yang menghendaki terjadinya perkawinan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
awali dengan khitbah atau peminangan, dan Salabar Soemiyati, 1986, Hukum Perkawinan Islam dan
27 Undang-Undang Perkawinan (Undang-Undang
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Pradnya
Paramita, Jakarta, 2008, h. 468. Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan),
28
As Sayyid Sabiq, Fiqh As Sunnah Juz II, (Beirut: Dar Yogyakarta: Liberty.
Al Fikr, 1977), h. 305 dalam Abdul Halim, Kontekstualisasi Sudirman, 2007, Gumi Sasak dalam Sejarah, Lombok
Mediasi dalam Perdamaian, www.badilag.net di akses pada Timur: Yayasan Budaya Sasak Lestari.
tanggal 25 Juni 2016.

166
PERSPEKTIF
Volume XXI No. 3 Tahun 2016 Edisi September

Tim Peneliti Depdikbud, 1978/1979, Adat dan Hidayah, Zulyani, 1996, Ensiklopedi Suku Bangsa
Upacara Perkawinan Daerah Nusa Tenggara Indonesia, Jakarta: LP3ES.
Barat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Subekti, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum
Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya Proyek Perdata, Jakarta: Paradya Paramita.
Penelitian dan Catatan Kebudayaan Daerah.
Saputro, Widodo Dwi dkk., 2000, Balai Mediasi Website:
Desa, Perluasan Akses Hukum dan Keadilan www.badilag.net
untuk Rakyat, Jakarta: LP3ES & NZAID.

167

Anda mungkin juga menyukai