Anda di halaman 1dari 19

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN PESERTA DIDIK DENGAN KECERDASAN

GANDA
A.   Pengertian Kecerdasan
Menurut William Stern, kecerdasan adalah kapasitass umum dari kesadaran individu
untuk menyesuaikan pikirannya terhadap persyaratan atau tuntutan baru. Sedangkan,Charless
Spearman menyebutkan bahwa kecerdasan merupakan dua kemampuan, yaitu kemampuan yang
memegang tugas-tugas Intelektual dan sejumlah kemampuan khusus (memecahkan persoalan).
Bailer dan charles mengungkapkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan seseorang untuk
menyesuaikan dan memecahkan persoalan-persoalan baru. Menurut Woudworh, kecerdasan itu
sebagai suatu tindakan yang bijaksana dalam menghadapi setiap situasi secara tepat dan berhasil.
Menurut Gardner, intelegensi bukan hanya sekedar nilai-nilai IQ semata, melainkan merupakan
kepingan-kepingan kemampuan yang berlokasi pada bagian-bagian yang berbeda dari otak.
Kemampuan-Kemampuan ini saling berhubungan, namun strategi mengembangkan potensi
kecerdasan anak bekerja secara mandiri.Intelegensi itu tidak statis atau menetap sejak lahir.Jean
Piaget melakukan penelitian pada perkembangan intelektual anak sejak lahir hingga dewasa. Dan
ia membagi perkembnagan itu menjadi empat tahap, yaitu tahap sensori motorik, praoperasional
formal. Dalam perkembnagan sensori-motorik, anak dapat menghubungkan anatara indra dan
aktifitas, motoriknya melalui percobaan, dan anak mulai membedakan diri dari realitas diluar
dirinya. Dalam perkembnagan praopreasional, anak mulai menggunakan bahasa dan dapat
mengubah objek-objek kedalam bentuk simbol, baik dalam pikiran maupun kata, namun masih
bersifat egosentris.Perkembnagan operasional konkret yaitu anak mulai mampu berpikir logis
dan memahami konsep konservasi.

B. Faktor Yang Memengaruhi Kecerdasan


Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kecerdasan, yaitu:
1. Faktor Bawaan atau Biologis
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau
kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
Meskipun banyak argumentasi para ahli tentang besaran pengaruh genetika atau faktor keturunan
dalam perkembangan kecerdasan seseorang, tetapi semua sepakat bahwa genetika sedikit banyak
berpengaruh.Hasil riset dibidang neuroscience menunjukkan bahwa faktor genetika berpengaruh
terhadap respon kognitif seperti kewaspadaan, memori, dan sensori. Artinya seseorang akan
berpikir dan bertindak dengan menggunakan ketiga aspek itu secara simultan.

2. Faktor Minat dan Pembawaan yang Khas


Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi
perbuatan itu.

3. Faktor Pembentukan atau Lingkungan


Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi
perkembangan inteligensi.

4. Faktor Kematangan
Dimana tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

5. Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode tertentu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi.Di samping kebebasan memilih metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai
dengan kebutuhannya.

6. Pengalaman
Pengalaman merupakan ruang belajar yang dapat mendorong pertumbuhan potensi
seseorang.Penelitian menunjukkan bahwa potensi otak tumbuh dan berkembang sejalan dengan
pengalaman hidup yang dilaluinya. Sejak lahir hingga masa kanak-kanak yang memperoleh
pengasuhan yang baik dari ibunya akan tumbuh lebih cepat dan lebih sukses dibanding anak
yang kurang mendapat perhatian cenderung menimbulkan rasa rendah diri dan frustasi. Bila hal
ini berjalan secara berulang-ulang akan menentukan besaran potensi kecerdasan yang
dimilikinya.
7. Lingkungan
Lingkungan atau konteks akan banyak membentuk kepribadian termasuk potensi kecerdasan
seseorang. Lingkungan yang memberikan stimulus dan tantangan diikuti upaya pemberdayaan
serta dukungan akan memperkuat mental dan kecerdasan.
8. Kemauan dan Keputusan
Kemauan yang kuat dalam diri seseorang membantu meningkatkan daya nalar dan kemampuan
memecahkan masalah.Kemauan dan keputusan sering dijelaskan dalam teori motivasi. Dorongan
positif akan timbul dalam diri seseorang sejalan dengan lingkungan yang kondusif, sebaliknya
jika lingkungan kurang menantang sulit untuk membangun kesadaran untuk berkreasi. Otak yang
paling cerdas sekalipun akan sulit mengembangkan potensi intelektualnya.

9. Aktivitas Belajar dan Kegiatan Harian


Aktivitas dan kebiasaan manusia merupakan pengalaman yang sangat berharga dan bermakna
bagi kesuksesan seseorang.Menggali kebiasaan hidup sehari-hari sangat membantu dalam
memetakan pengalaman belajar yang dipadukan dengan pengetahuan dan keterampilan yang
dibutuhkan dalam masyarakat.Implikasi dari model belajar terpadu melalui aktivitas dan
pengalaman nyata pada intinya menyerukan perubahan fundamental dalam praktek bersekolah-
di-rumah yang bersifat padagogis dengan rangkaian pengembangan kemampuan majemuk
melalui kebiasaaan dan pengalaman yang berlangsung sepanjang hayat.Dalam konteks
pembelajaran di rumah, aktivitas merupakan pengalaman itu sendiri yang dibangun berdasarkan
nilai-nilai, kebiasaan, tindakan, kerjasama dan keputusan yang dirangkaikan melalui pola
hubungan positif dengan keluarga dan lingkungan di sekitarnya.Pelatihan bukan upaya
menerampilan suatu kemampuan tertentu kepada sebagian kelompok masyarakat, tetapi
membangun kemampuan belajar berinteraksi dan merencanakan perubahan kedepan.

C. Alat Kecerdasan
Di dalam tubuh manusia terdapat sebuah alat yang sangat mempengaruhi tingkat
kecerdasan seseorang yaitu otak.Otak adalah organ yang sangat kompleks.Seluruh tubuh dan
gerak kita selalu ada di bawah kendali otak.Otak bergerak berdasarkan pikiran.Antara otak dan
pikiran sulit dipisahkan.Otak adalah orang nyata yang kasatmata, sebaliknya pikiran bersifat
abstrak dan tidak bisa dilihat. Hasil kerja pikiran adalah nyata, dan ini merupakan hasil kerja
otak juga, yang menandakan bahwa pikiran dan otak pada saat bekerja selalu bekerja sama.

D. Kecerdasan Ganda
1. Pengertian Kecerdasan Ganda
Istilah kecerdasan atau intelegensi bukanlah sesuatu yang baru bagi kita sebagai pendidik.Namun
sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, ilmu tentang kecerdasanpun
berkembang.Banyak ahli dari berbagai bidang disiplin ilmu melakukan penelitian tentang otak
manusia.Setiap individu tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga
multiple intelligences atau kecerdasan ganda.
Teori Kecerdasan Ganda (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh Howard Gardner –
seorang professor psikologi dari Harvard University – akan dijadikan acuan untuk lebih
memahami bakat dan kecerdasan individu.Jerold E. Kemp dan kawan-kawan mengemukakan
(1996) beberapa karakteristik individu siswa yang perlu dipahami antara lain :
• Age and maturity level
• Motivation and attitude toward subject
• Expectation and vocational level
• Special Talent
• Mechanical Dexterity
• Ability to work under various enviro condition.
Salah satu karakteristik penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik
adalah bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak didik akan
memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan potensi individu menjadi yang
dicita-citakan. Generalisasi terhadap kemampuan dan potensi individu memberikan dampak
negatif yaitu siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengebangkan secara optimal pternsi yang
aa pada dirinya. Akibat penanganan salah seperti yang dilakukan oleh sistem persekolahan saat
ini kita telah kehilangan bakat-bakat cemerlang.Individu-individu yang cerdas tidak dapat
mengembangkan potensi diri mereka secara optimal.

2. Jenis – Jenis Kecerdasan


Ada delapan jenis kecerdasan yang dikemukakan oleh Howard Gardner yaitu :
A. Intelegensi Bahasa (Linguistik)
Kecerdasan bahasa berisi kemampuan untuk berfikir dengan kata-kata dan menggunakan bahasa
untuk mengekspresikan arti yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam intelegensi bahasa :
a. Senang membaca buku, bercerita atau mendongeng.
b. Senang berkomunikasi, berbicara,berdialog, berdiskusi dan senang berbahasa asing.
c. Pandani menghubungkan atau merangkaikan kata – kata atau kalimat baik lisan ataupun
tertulis.
d. Pandai menafsirkan kata – kata atau paragraph baik secara lisan maupun tertulis.
e. Senang mendengarkan musik dan sebagainya dengan baik.
f. Pandai mengingat dan menghafal.
g. Humoris.
Contoh orang-orang yang memiliki kecerdasan bahasa yaitu
• Pengarang
• Penyair
• Wartawan
• Pembicara
• Pembaca berita

B. Intelegensi Logis – matematis

Kecerdasan logis matematis memungkinkan seseorang terampil dalam melakukan


hitungan, penghitungan atau kuantifikasi, mengemukakan proposisi dan hipotesis dan melakukan
operasi
matematis yang kompleks.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi logis
matematis :
a. Senang bereksperimen, bertanya, menyusun atau merangkai teka – teki.
b. Senang dan pandai berhitung dan bermain angka.
c. Senang mengorganisasikan sesuatu, menyusun scenario.
d. Mampu berfikir logis baik induktif maupun deduktif.
e. Senang silogisme .
f. Senang berfikir abstraksi dan simbolis.
Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan matematis logis adalah ilmuwan,
matematikawan, akuntan, insinyur, dan pemprogram computer
C. Intelegensi Visual Spasial
Orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah orang yang memiliki kapasitas dalam berfikir
secara tiga dimensi. Contoh – contoh orang yang memiliki kecerdasan spasial adalah pelaut,
pilot, pematung, pelukis daan arsitek. Kecerdasan spasial memungkinkan individu dapat
mempersepsikan gambar-gambar baik internal maupun eksternal dan mengartikan atau
mengkomunikasikan informasi grafis.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi visual
spasiall :
a. Senang merancang sketsa, gambar, desain grafik dan table.
b. Peka terhadap citra, warna dan sebagainya.
c. Pandai menvisualisasikan ide.
d. Imaginasinya aktif.
e. Mudah menemukan jalan pada ruang.
f. Mempunyai presepsi yang tepat dari berbagai sudut.
g. Mengenal relasi benda – benda dalam ruang.

D. Intelegensi Musikal
Kecerdasan musikal dibuktikan dengan adanya rasa sensitif terhadap nada, melodi, irama musik.
Orang-orang yang memilki kecerdasan musikal yang baik antara lain ; komposer, konduktor,
musisi, kritikus musik, pembuat instrumen dan orang-orang sensitif terhadap unsur suara.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi musikal :
a. Pandai mengubah atau mencipta musik.
b. Senang dan padai bernyanyi.
c. Pandai mengoperasikan musik serta menjaga ritme.
d. Mudah menangkap musik.
e. Peka terhadap suara dan musik.

E. Intelegensi Kinestetik Tubuh


Kecerdasan kinestetik tubuh adalahkecerdasan yang memungkinkan seorang memanipulasi objek
dan cakap melakukan aktivitas fisik.Contoh-contoh orang yang memiliki kecerdasan kinestetik
yaitu atlet, penari, ahli bedah, dan pengrajin.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi kinestetik tubuh. :
a. Senang menari atau akting.
b. Pandai dan aktif dalam olahraga tertentu.
c. Mudah berekspresi dengan tubuh.
d. Mampu memainkan mimic.
e. Koordinasi dan fleksibilitas tubuh tinggi.
f. Senang dan efektif berfikir sambil berjalan, berlari dan berolahraga.
g. Pandai merakit sesuatu menjadi suatu produk.
h. Senang bergerak atau tidak bisa diam dalam waktu yang lama.
i. Senang kegiatan di luar rumah.

F. Intelegensi Intrapersonal
Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat
memahami dan dapat melakukan interaksi secara fektif dengan orang lain. Kecerdasan
interpersonal akan dapat dilihat dari beberapa oranng seperti; guru yang sukses, pekerja sosial,
aktor, politisi. Saat ini orang mulai menyadari bahwa kecerdasan interpersonal merupakan salah
satu faktor yang sangat kesuksesan seseorang.
Berikut ini individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intra personal :
a. Mampu menilai diri sendiri dan bermediasi.
b. Mampu mencanangkan tujuan, menyusun cita – cita dan rencana hidup yang jelas.
c. Berjiwa bebas.
d. Mudah berkonsentrasi.
e. Keseimbangan diri.
f. Senang mengekspresikan perasaan – perasaan yang berbeda.
g. Sadar akan realitas spiritual.

G. Intelegensi Interpersonal (Sosial)


Kecerdasan intrapersonal diperlihatkan dalam bentuk kemampuan dalam membangun
persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan kemampuan tersebut dalam membuat
rencana dan mengarahkan orang lain.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi intrapersonal
:
a. Mampu berorganisasi, menjadi pemimpin dalam organisasi.
b. Mampu bersosialisasi, menjadi mediator, bermain dalam kelompok bekerja sama dalam tim.
c. Senang permainan berkelompok dari pada individual.
d. Biasanya menjadi tempat mengadu orang lain.
e. Senang berkomunikas verbal dan nonverbal.
f. Peka terhadap teman.
g. Suka memberi feedback.
h. Mudah mengenal dan membedakan perasaan dan pribadi orang lain.

H. Intelegensi Naturalis
Keahlian mengenali dan mengkategorikan spesies-flora dan fauna di lingkungannya.Para pecinta
alam adalah contoh orang tergolong sebagai orang – orang yang memiliki kecerdasan ini.
Berikut ini karakteristik individu yang menunjukkan kemampuan dalam inteligensi naturalis :
a. Senag terhadap flora dan fauna, bertani, berkebun, memelihara binatang, berinteraksi dengan
binatang dan berburu.
b. Pandai melihat perubahan cuaca, meneliti tanaman.
c. Senang kegiatan di alam terbuka.

3.Cara Meningkatkan Kecerdasan Ganda


Gambaran umum dalam pembelajaran saat guru menjelaskan adalah ada anak yang senang
menerima pelajaran dan berbagai macam sifat siswa di dalam tingkat kecerdasannya. Menurut
Thomas Amstrong, kita tidak dapat memberi label mereka sebagai “pebelajar verbal”, “pebelajar
visual” atau “pebelajar kinestesis” atau seterusnya karena tujuan dari suatu kegiatan
pembelajaran adalah untuk memperluas dan mengembangkan intelegensi/ kecerdasan anak didik.
Tugas guru dan pendidik adalah bagaimana menciptakan suasana belajar yang dapat
mengembangkan semua kecerdasan yang ada pada setiap individu anak didik. Ada beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk menciptakan suasana belajar yang mengembangkan semua
kecerdasan yaitu sebagai berikut :
• Mengaktifkan seluruh indra anak didik
• Melatih intelegensi / kecerdasan yang berimbang
• Melatih silang intelegensi / kecerdasan yang bebeda.

4. Faktor – Faktor Penting dalam Meningkatkan Kecerdasan Ganda


Implementasi teori kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
• Orang tua murid
• Guru
• Kurikulum dan fasilitas
• Sistem penilaian
Komponen masyarakat, dalam hal ini orang tua murid perlu memberikan dukungan yang optimal
agar implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil.Orang tua, dalam konteks
pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada anak mereka untuk
dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai dengan kecerdasan dan bakat yang
mereka miliki.
Guru memegang peran yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda.
Agar implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan ada dua
hal yang perlu diperhatikan yaitu :
• Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan individu siswa
Kemampuan guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan proses belajar
yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk
mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh siswa. Semakin dekat hubungan antara guru
dengan siswa, maka akan semakin mudah bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan
tingkat kecerdasan siswa.
• Kemampuan mengajar dan memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Setelah mengetahui kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah
merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu yang dapat
digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda yaitu :
30 % pembelajaran langsung
30 % belajar kooperatif
30% belajar independent
Implementasi teori kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan
sebagai sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran.Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu menyediakan
guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi
kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan instrumen
musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi panutan yang baik bagi
siswa yang memiliki kecerdasan musikal. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga
perlu menyediakan fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas.Fasilitas tersebut dapat
digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang spesifik.
Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta perlengkapan pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda. Contoh fasilitas pembelajaran
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik,
peralatan olah raga dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan
spesifik.
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda
dengan sistem penilaian yang digunkan pada sekolah konvensional.Sekolah yang menerapkan
teori kecerdasan ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian
yang digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih berorientasi
pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa dalam mempelajari suatu
keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok dengan sistem seperti ini adalah
metode penilaian portofolio.Sistem penilaian portofolio menekankan pada perkembangan
bertahap yang harus dilalui oleh siswa dalam mempelajari sebuah keterampilan atau
pengetahuan.
5. Kecerdasan Ganda dalam pembelajaran
Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan fungsi kognitif yang menyatakan bahwa
seseorang memiliki kapasitas dalam kesepuluh kecerdasan tersebut dan berjalan secara
bersamaan dengan cara yang berbeda pada setiap orang. Orang pada umumnya mengembangkan
setiap kecerdasan sampai pada tingkat penguasaan tertentu. Kecerdasan umumnya bekerja
bersamaan dengan cara yang kompleks, karena kecerdasan selalu berinteraksi satu sama lain.
Kecerdasan majemuk menekankan keanekaragaman cara orang menunjukkan bakat baik dalam
satu kecerdasan tertentu maupun antarkecerdasan.
Setiap individu memiliki kesepuluh kecerdasan dan dapat dikembangkan sampai pada
tingkat kompetensi yang paling optimal. Di sisi lain, masing-masing anak memiliki
kecenderungan terhadap kecerdasan tertentu atau kelebihan yang ditunjukkan melalui perilaku
spesifik. Dalam pembelajaran harus dihindari pembatasan kemampuan hanya dalam satu
kategori atau wilayah kecerdasan tertentu saja. Tetapi lebih penting bagaimana anak di
perlakukan sebagai orang yang sedang melakukan perjalanan hidupnya dengan cara yang
memungkinkan mengoptimalkan apa yang ada dalam dirinya.

Dalam proses pembelajaran di sekolah, pengembangan kecerdasan dapat dilakukan


dengan teknik “tutor sebaya”, dengan cara guru menyeleksi anak yang memiliki keunggulan
dalam bidang tertentu. Anak yang memiliki keunggulan di bidang matematika misalnya,  diminta
untuk membimbing teman-temannya yang kurang dalam bidang matematika. Demikian juga
untuk bidang kecerdasan yang lain.

Menilai potensi dan cara anak dalam mencapai tujuan tertentu merupakan langkah awal
dalam mengenal kecerdasan ganda. Tidak sada satu tes pun yang dapat menghasilkan keputusan
yang komprehensif mengenai kecerdasan dan potensi pembelajar. Tidak selamanya tes formal
mampu memberikan informasi yang cukup mengenai kecerdasan seseorang, namun perlu
dilengkapi dengan berbagai alat uji lain seperti catatan sederhana, laporan pertumbuhan fisik,
dan observasi. Indikator pengamatan yang baik dapat menunjukkan kecenderungan terhadap
aspek kecerdasan seseorang, terutama cara menggunakan waktu luang, minat terhadap suatu
objek, kebiasaan dan tindakan yang menonjol. Secara sederhana observasi membantu dalam
menggali kecenderungan kemampuan seseorang dan menentukan wilayah lain yang perlu
dioptimalkan. Menyatukan seluruh kecerdasan yang dimiliki menjadi prinsip yang dipegang oleh
pendidik dan orang tua.

E. Implikasi Perkembangan Kreatifitas


Secara umum kreativitas dapat diartikan sebagai kemampuan berpikir dan bersikap
tentang sesuatu dengan cara yang baru dan tidak biasa guna menghasilkan penyelesaian yang
unik terhadap berbagai persoalan. Menurut pendapat Galdner (Depdikbud, 1999:88), kreativitas
merupakan suatu aktivitas otak yang terorganisasikan, komprehensif, dan imajinatif tinggi untuk
menghasilkan sesuatu yang orisinil.Oleh karena itu, kreativitas lebih dikatakan sebagai suatu
yang lebih inovatif daripada reproduktif.Desmita dalam bukunya Psikologi Perkembangan
(2008:176) memaparkan tentang perhatian para psikolog dan kalangan dunia pendidikan
terhadap kreativitas sebagai salah satu aspek dari fungsi kognitif yang berperan dalam prestasi
anak di sekolah, yang bermula dari pidato Guilford tahun 1950.Guilford dalam pidatonya
menegaskan bahwa kreativitas perlu dikembangkan melalui jalur pendidikan guna
mengembangkan potensi peserta didik secara utuh dan bagi kemajuan ilmu pengetahuan dan
seni.
Menyadari posisi strategis kreativitas dalam kehidupan peserta didik, perlu dikemukakan
berbagai upaya yang dapat mendukung pengembangan kreativitas terhadap pendidikan.Namun
dalam kenyataannya, kreativitas bukanlah sesuatu yang diajarkan kepada peserta didik,
melainkan hanya memungkinkan untuk dapat dimunculkan. Oleh sebab itu, Treffinger
(Depdikbud, 1999:105) mengemukakan sejumlah pengalaman belajar yang dapat dikembangkan
oleh pendidik agar mampu mendorong kreativitas peserta didik, khususnya dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut antara lain guru diharapkan dapat menyajikan materi pembelajaran,
menyiapkan berbagai media, menggunakan pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
posisi peserta didik sebagai subjek daripada objek pembelajaran, serta mengadakan evaluasi
yang tepat sehingga mampu mendukung pengembangan kreativitas peserta didik.

F. Kecerdasan Ganda dalm Hubungan dengan Teman Sebaya


A. latar belakang dari hubungan dengan teman sebaya:
1)   Adanya perkembangan proses sosialisasi. Pada usia remaja (usia anak SMP dan SMA),
individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar memperoleh
kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang dewasa yang baru. Sehingga
individu mencari kelompok yang sesuai dengan keinginannya, di mana individu bisa saling
berinteraksi satu sama lain dan merasa diterima dalam kelompok.

2)   Kebutuhan untuk menerima penghargaan. Secara psikologis, individu butuh penghargaan
dari orang lain, agar mendapat kepuasan dari apa yang telah dicapainya. Oleh karena itu individu
bergabung dengan teman sebayanya yang mempunyai kebutuhan psikologis yang sama yaitu
ingin dihargai. Sehingga individu merasakan kebersamaan/kekompakan dalam kelompok teman
sebayanya.

3)   Perlu perhatian dari orang lain. Individu perlu perhatian dari orang lain terutama yang
merasa senasib dengan dirinya. Hal ini dapat ditemukan dalam kelompok sebayanya, di mana
individu merasa sama satu dengan yang lainnya, mereka tidak merasakan adanya perbedaan
status, seperti jika mereka bergabung dengan dunia orang dewasa.

4)   Ingin menemukan dunianya. Di dalam peer group individu dapat menemukan dunianya, di
mana berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai persamaan pembicaraan di
segala bidang. Misalnya: pembicaraan tentang hobi dan hal-hal yang menarik lainnya.

B. Hakikat teman sebaya / peer group


Peer group bagaimanapun juga terbentuk mulai dari kelompok informal ke organisasi.
Semula individu yang bukan anggota kelompok sekarang menjadi anggota kelompok teman
sebayanya. Anak-anak sebaya akan berinteraksi dengan anggota teman sebayanya, sehingga ia
bertumbuh di dalamnya.

Peer group mempunyai aturan-aturan tersendiri baik ke dalam maupun ke luar. Hal ini
juga dimiliki oleh organisasi sosial lainnya dan merupakan harapan bagi anggota
kelompoknya.Aturan-aturan itu, misalnya bagaimana menolong teman sekelompoknya atau
bagaimana memanggil teman bila bertemu di jalan.Peer group menyatakan tradisi-tradisi
mereka, kebiasaan-kebiasaan, nilai-nilai, bahkan bahasa mereka. Karena dalam peer group
mempunyai aturan-aturan tersendiri maka mereka juga ingin menunjukkan ciri khas
kelompoknya dengan tradisi atau kebiasaan mereka. Dalam kelompok itu ada standar tertentu
dalam berpakaian, berbicara antar anggota kelompok dan dalam bertingkah laku.

Situasi daripada harapan peer group, sepenuhnya disetujui oleh harapan-harapan orang
dewasa. Pembentukan kelompok sebaya seperti kelompok bermain di sekitar anak secara tidak
langsung disetujui oleh orang tua, karena orang tua mudah mengawasinya.Atau kelompok teman
di sekolahnya disetujui oleh guru, karena memenuhi harapan guru agar anak berkembang
hubungan sosialnya. Pada kenyataannya peer group diketahui dan diterima oleh sebagian besar
orang tua dan guru. Kepentingan dalam hubungan sosial individu sering tidak dikenal oleh anak.
Sebagai perbandingan dengan lembaga sosial lainnya seperti keluarga atau sekolah, maka peer
group anak belajar tentang hubungan sosialnya dari yang sempit sampai hubungan sosialnya
yang semakin luas, dari teman sebaya di rumah sampai teman sekolahnya dan hal ini dapat

C. Fungsi teman sebaya


Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan kebudayaan. Dalam peer group ini diajarkan kebudayaan yang berada di
tempat itu. Misalnya: orang luar negeri masuk ke Indonesia, maka teman sebayanya di
Indonesia mengajarkan kebudayaan Indonesia.
2. Mengajarkan mobilitas sosial. Mobillitas sosial adalah perubahan status yang lain.
Misalnya ada kelas menengah dan kelas rendah (tingkat sosial). Dengan adanya kelas
rendah pindah ke kelas menengah dinamakan mobilitas sosial. Dalam hal ini Neugarten
mengadakan penyelidikan pada kelas V dan VI, mendapatkan data bahwa apabila mereka
ditanya siapa teman mereka yang paling baik, kebanyakan mereka menunjuk anak yang
berasal di atas sosial mereka, baru kemudian anak dari kelas mereka sendiri.
3. Membantu peranan sosial yang baru. Peer group memberi kesempatan bagi anggotanya
untuk mengisi peranan sosial yang baru. Misalnya: anak yang belajar bagaimana menjadi
pemimpin yang baik, dan sebagainya.
4. Peer group sebagai sumber informasi bagi orang tua dan guru bahkan untuk masayarakat.
Kelompok teman sebaya di sekolah bisa sebagai sumber informasi bagi guru dan orang
tua tentang hubungan sosial individu dan seorang yang berprestasi baik dapat
dibandingkan dalam kelompoknya. Peer group di masyarakat sebagai sumber informasi,
kalau salah satu anggotanya berhasil, maka di mata masyarakat peer group itu berhasil.
Atau sebaliknya, bila suatu kelompok sebaya itu sukses maka anggota-anggotanya juga
baik.
5. Dalam peer group, individu dapat mencapai ketergantungan satu sama lain. Karena
dalam peer group ini mereka dapat merasakan kebersamaan dalam kelompok, mereka
saling tergantung satu sama lainnya.
6. Peer group mengajar moral orang dewasa. Anggota peer group bersikap dan bertingkah
laku seperti orang dewasa, untuk mempersiapkan diri menjadi orang dewasa mereka
memperoleh kemantapan sosial. Tingkah laku mereka seperti orang dewasa, tapi mereka
tidak mau disebut dewasa. Mereka ingin melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan
orang dewasa, mereka ingin menunjukkan bahwa mereka juga bisa berbuat seperti orang
dewasa.
7. Di dalam peer group, individu dapat mencapai kebebasan sendiri. Kebebasan di sini
diartikan sebagai kebebasan untuk berpendapat, bertindak atau untuk menemukan
identitas diri. Karena dalam kelompok itu, anggota-anggota yang lain juga mempunyai
tujuan dan keinginan yang sama. Berbeda dengan kalau anak bergabung dengan orang
dewasa, maka anak akan sulit untuk mengutarakan pendapat atau untuk bertindak, karena
status orang dewasa selalu berada di atas dunia anak sebaya.
8. Di dalam peer group, anak-anak mempunyai organisasi sosial yang baru. Anak belajar
tentang tingkah laku yang baru, yang tidak terdapat dalam keluarga. Dalam keluarga yang
strukturnya lebih sempit, anak belajar bagaimana menjadi anak dan saudara. Sekarang
dalam peer group mereka belajar tentang bagaimana menjadi teman, bagaimana mereka
berorganisasi, bagaimana berhubungan dengan anggota kelompok yang lain, dan
bagaimana menjadi seorang pemimpin dan pengikut. Peer group menyediakan peranan
yang cocok bagi anggotanya untuk mengisi peranan sosial yang baru.

D. Ciri-ciri teman sebaya


Adapun ciri-ciri daripada peer group adalah sebagai berikut:

1. Tidak mempunyai struktur organisasi yang jelas. Peer group terbentuk secara spontan. Di
antara anggota kelompok mempunyai kedudukan yang sama, tetapi ada satu di antara
anggota kelompok yang dianggap sebagai pemimpin. Di mana semua anggota
beranggapan bahwa dia memang pantas dijadikan sebagai pemimpin, biasanya anak yang
disegani dalam kelompok itu. Semua anggota merasa sama kedudukan dan fungsinya.
2. Bersifat sementara. Karena tidak ada struktur organisasi yang jelas, maka kelompok ini
kemungkinan tidak bisa bertahan lama, lebih-lebih jika yang menjadi keinginan masing-
masing anggota kelompok tidak tercapai, atau karena keadaan yang memisahkan mereka
seperti pada teman sebaya di sekolah. Yang terpenting dalam peer group adalah mutu
hubungan yang bersifat sementara.
3. Peer group mengajarkan individu tentang kebudayaan yang luas. Misalnya teman sebaya
di sekolah, mereka pada umumnya terdiri dari individu yang berbeda-beda
lingkungannya, di mana mempunyai aturan-aturan atau kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda-beda pula. Lalu mereka memasukkannya dalam peer group, sehingga mereka
saling belajar secara tidak langsung tentang kebiasan-kebiasaan itu dan dipilih yang
sesuai dengan kelompok kemudian dijadikan kebiasaan-kebiasaan kelompok.
4. Anggotanya adalah individu yang sebaya. Contoh konkritnya pada anak-anak usia SMP
atau SMA, di mana mereka mempunyai keinginan dan tujuan serta kebutuhan yang sama.
E. Pengaruh perkembangan teman sebaya
Menurut Havinghurst pengaruh perkembangan peer group ini mengakibatkan adanya:

1. Kelas-kelas sosial. Pembentukan kelompok sebaya berdasarkan tingkat status sosial


ekonomi individu, sehingga dapat digolongkan atas kelompok kaya dan kelompok
miskin.
2. ‘In’ dan ‘Out’ group. ‘In’ group adalah teman sebaya dalam kelompok. ‘Out’ group
adalah teman sebaya di luar kelompok. Contoh yang mudah mengenai ‘in’ dan ‘Out’
group ini dapat kita rasakan dalam kelas, di mana kita mempunyai teman akrab dan
teman tidak akrab (biasa). Teman yang akrab tersebut dinamakan ‘in’ group dan teman
yang lainnya kita sebut ‘Out’ group.

Pengaruh lain dalam peer group ini ada yang positif dan ada yang negatif.

Pengaruh positif dari peer group adalah:

1. Apabila individu di dalam kehidupannya memiliki peer group maka mereka akan lebih
siap menghadapi kehidupan yang akan datang.
2. Individu dapat mengembangkan rasa solidaritas antar kawan.
3. Bila individu masuk dalam peer group, maka setiap anggota akan dapat membentuk
masyarakat yang akan direncanakan sesuai dengan kebudayaan yang mereka anggap baik
(menyeleksi kebudayaan dari beberapa temannya).
4. Setiap anggota dapat berlatih memperoleh pengetahuan, kecakapan dan melatih bakatnya.
5. Mendorong individu untuk bersikap mandiri.
6. Menyalurkan perasaan dan pendapat demi kemajuan kelompok.

Pengaruh negatif dari peer group adalah;

1. Sulit menerima seseorang yang tidak mempunyai kesamaan.


2. Tertutup bagi individu lain yang tidak termasuk anggota.
3. Menimbulkan rasa iri pada anggota satu dengan anggota yang lain yang tidak memiliki
kesamaan dengan dirinya.
4. Timbulnya persaingan antar anggota kelompok.
5. Timbulnya pertentangan/gap-gap antar kelompok sebaya, misalnya: antara kelompok
kaya dengan kelompok miskin.

Berikut ini akan diuraikan beberapa aspek perkembangan hubungan peserta didik dengan
teman sebayanya.
a. Karakteristik hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya.
Seperti halnya dengan masa awal anak-anak, berinteraksi dengan teman sebaya
merupakan aktivitas yang banyak menyita waktu anak selama masa pertengahan dan akhir anak-
anak. Barker dan Wright dalam Desmita (2009:224) mencatat bahwa: anak-anak usia 2 tahun
menghabiskan 10 % dari waktu siangnya untuk berinteraksi dengan teman sebaya. Pada usia 4
tahun, waktu yang dihabiskan untuk berinteraksi dengan teman sebaya meningkat menjadi 20 %.
Sedangkan anak usia 7 hingga 11 tahun meluangkan lebih dari 40 % waktunya untuk berinteraksi
dengan teman sebaya.
b. Pembentukan kelompok
Interaksi teman sebaya dari kebanyakan anak usia sekolah ini terjadi dalam grup atau
kelompok, sehingga periode ini sering disebut “usia kelompok”. Pada masa itu, anak tidak lagi
puas bermain sendirian di rumah, atau melakukan kegiatan-kegiatan dengan anggota
keluarga.Hal ini adalah karena anak memiliki keinginan yang kuat untuk diterima sebagai
anggota kelompok, serta merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temanya.
Dalam menentukan sebuah kelompok teman, anak usia sekolah dasar lebih menekankan
pentingnya aktivitas bersama-sama, seperti berbicara, berkeluyuran, berjalan ke sekolah,
berbicara melalui telepon, mendengarkan musik, bermain game, dan melucu. Tinggal di
lingkungan yang sama , bersekolah di sekolah yang sama, dan berpartisipasi dalam organisasi
masyarakat yang sama, merupakan dasar bagi kemungkinan terbentuknya kelompok teman
sebaya.
Krasnor dalam Desmita (2009:225) mencatat bahwa:
Adanya perubahan sifat dari kelompok teman sebaya pada anak usia sekolah. Ketika anak
berusia 6 hingga 7 tahun, kelompok teman sebaya tidak lebih dari pada kelompok bermain;
mereka memiliki sedikit peraturan dan tidak terstruktur untuk menjelaskan peran dan kemudahan
berinteraksi di antara anggota-anggotanya.Kelompok terbentuk secara spontan.Ketika anak
berusia 9 tahun, kelompok-kelompok menjadi lebih formal. Sekarang anak-anak berkumpul
menurut minat yang sama dan merencanakan perlombaan-perlombaan. Mereka membentuk klub
atau perkumpulan dengan aturan-aturan tertentu.Kelompok-kelompok ini mempunyai
keanggotaan inti; masing-masing anggota harus berpartisipasi dalam aktivitas kelompok, dan
yang bukan anggota dikeluarkan.
c. Popularitas, Penerimaan Sosial, dan Penolakan
Pada anak usia sekolah dasar mulai terlihat adanya usaha untuk mengembangkan suatu
penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara. Hal ini terlihat pada anak-anak kelas dua
atau kelas tiga yang telah memiliki stereotip budaya tentang tubuh.Misalnya saja dalam hal ini
mereka menilai bahwa anak laki-laki yang tegap (berotot) lebih disenangi dari pada anak laki-
laki yang gemuk atau kurus.Kemudian, pemilihan teman dari anak-anak ini terus meningkat
dengan lebih mendasarkan pada kualitas pribadi, seperti kejujuran, kebaikan hati, humor, dan
kreativitas.
Para ahli psikologi perkembangan telah lama mempelajari pembentukan kelompok teman
sebaya dan status dalam kelompok untuk mengetahui anak-anak yang cenderung menjadi
populer. Para peneliti juga telah melakukan penelitian untuk menentukan mana anak-anak yang
sering sendiri dan mana anak yang disenangi oleh anak-anak lain. Dalam penelitian ini, mereka
telah menggunakan suatu teknik yang disebut sosiometri (Hallinan, 1981), yaitu suatu teknik
penelitian yang digunakan untuk menentukan status dan penerimaan sosial anak di antara teman
sebayanya. Dalam hal ini, mereka secara khas menanyakan kepada anak-anak yang tergabung
dalam suatu organisasi (misalnya dalam ruang kelas), tentang mana anak-anak yang pantas
dikelompokkan sebagai “teman baik”, yang “paling disukai oleh anak-anak lain”, atau yang
“kurang disukai”. Atas dasar jawaban-jawaban dari anak-anak tersebut, para peneliti menyusun
sebuah sosiogram, yaitu suatu diagram yang menggambarkan interaksi anggota suatu kelompok,
atau bagaimana perasaan masing-masing anak dalam suatu kelompok terhadap anak-anak lain.
Sosiogram ini menentukan mana anak-anak yang diterima oleh anak-anak lain, mana yang
diterima sedikit teman sekelas, dan mana anak yang tidak diterima oleh seorang pun.
Berdasarkan informasi ini, kemudian peneliti membedakan anak-anak atas dua, yaitu anak yang
populer dan anak yang tidak popular.
  Anak yang Populer
Popularitas seorang anak ditentukan oleh berbagai kualitas pribadi yang dimilikinya. Hartup,
1983 (dalam Desmita, 2009) mencatat bahwa anak yang populer adalah anak yang ramah, suka
bergaul, bersahabat, sangat peka secara sosial, dan sangat mudah bekerjasama dengan orang lain.
Asher et al., 1982 (dalam Desmita, 2009), juga mencatat bahwa anak-anak yang populer adalah
anak-anak yang dapat menjalin interaksi sosial dengan mudah, memahami situasi sosial,
memiliki keterampilan yang tinggi dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak
dengan cara-cara yang kooperatif, prososial, serta selaras dengan norma-norma
kelompok.Popularitas juga dihubungkan dengan IQ dan prestasi akademik.Anak-anak lebih
menyukai anak yang memiliki prestasi sedang, mereka sering menjauh dari anak yang sangat
cerdas dan yang sangat rajin di sekolah, demikian juga halnya dengan mereka yang pemalas
secara akademis (Zigler & Stevenson, 1993).
  Anak yang tidak Populer
Anak yang tidak populer dibedakan atas dua tipe, yaitu: anak-anak yang ditolak dan anak-
anak yang diabaikan. Anak-anak yang diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian
dari teman-teman sebaya mereka, tapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman-teman
sebayanya.Anak-anak yang ditolak adalah anak yang tidak disukai oleh teman-teman sebaya
mereka.Mereka cenderung bersifat mengganggu, egois, dan mempunyai sedikit sifat-sifat positif.
Anak-anak yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif, hiperaktif, kurang
perhatian atau ketidak dewasaan, sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis di
sekolah (Putallaz & Waserman, 1990).Akan tetapi tidak semua anak-anak yang ditolak bersifat
agresif.

Anda mungkin juga menyukai