Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS

Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit


Hendra Laksamana Jaya, 2Ricky Aditya
1

Rumah Sakit Siloam Sriwijaya Palembang


1

2
Departemen Anestesi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung

Abstrak

Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
Tetanus ditandai dengan spasme otot yang periodik dan berat. Tetanus masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat di negara berkembang karena akses program imunisasi yang buruk. Ada tiga sasaran penatalaksanaan
tetanus yaitu membuang sumber tetanospasmin, netralisasi toksin yang tidak terikat, perawatan penunjang (suportif)
sampai tetanospasmin yang berikatan dengan jaringan habis dimetabolisme. Sebagian besar kasus membutuhkan
waktu 4−6 minggu untuk pengobatan suportif di ICU. Faktor beratnya penyakit dan keberhasilan terapi suportif
akan menentukan outcome.

Kata Kunci: Intensive care unit, tatalaksana, tetanus

Tetanus Patient Management in Intensive Care Unit

Abstract

Tetanus is an acute toxemia caused by neurotoksin produced by Clostridium tetani. Tetanus is characterized
by periodic and severe muscle spasms. Tetanus is still an important health issue in developing countries due
to poor immunization programme. Three goals of tetanus management areeradication of tetanospasmin source,
neutralization of unbound toksin, supportive care until tissue-bound tetanospasmin is completely metabolized.
Most cases take 4−6 weeks of supportive care in ICU. Severity of the disease and the quality of supportive care
determine the patien outcome.

Key words: Intensive care unit, management, tetanus

Korespondensi:Hendra Laksamana Jaya,dr.,SpAn ,Rumah Sakit Siloam Sriwijaya Palembang, Komplek Wayhitam blok
G no 56 Palembang, Email fey1979@yahoo.com

114
115

Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit

Pendahuluan dikode oleh plasmid. Toksin ini secara serologis


mirip dengan Streptolysin O (Streptococcus
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang pyogenes) dan hemolisin yang dihasilkan
disebabkan oleh neurotoksin yang dihasilkan oleh clostridium perfringens dan listeria
oleh clostridium tetani. Tetanus ditandai dengan monocytogenes. Kepentingan klinis dari toksin
spasme otot yang periodik dan berat. Sampai saat ini tidak diketahui karena sifatnya yang mudah
1−3
ini tetanus masih merupakan masalah kesehatan dihambat oleh oksigen dan serum kolesterol.
masyarakat di negara berkembang karena akses Tetanospasmin adalah toksin yang berperan
program imunisasi yang buruk. P e natalaksanaan dalam manifestasi klinis dari tetanus. Begitu
tetanus modern juga membutuhkan fasilitas toksin ini terikat dengan saraf, toksin tidak
intensive care unit (ICU) yang jarang tersedia dapat dieliminasi. Penyebaran tetanospasmin
di sebagian besar populasi penderita tetanus dapat melalui hematogen ataupun limfogen yang
berat. Di negara berkembang, mortalitas kemudian mencapai targetnya di ujung saraf
tetanus melebihi 50% dengan perkiraan motorik.
jumlah kematian 800.000−1.000.000 orang Toksin ini memiliki 2 subunit dan 3 domain,
pertahun.2−4 Di bagian Neurologi RS Hasan subunit A (light chain) dan subunit B (heavy
Sadikin Bandung, dilaporkan 156 kasus tetanus chain). Begitu toksin disekresikan, suatu
pada tahun 1999−2000 dengan mortalitas 35,2%. protease endogen akan memecah tetanospasmin
Tetanus adalah penyakit yang dapat dicegah. mejadi 2 subunit. Reseptor untuk toksin ini
Implementasi imunisasi tetanus global telah adalah gangliosida pada neuron motoris. Domain
menjadi target WHO sejak tahun 1974. Imunitas pengikat karbohidrat (carbohydrate- binding
terhadap tetanus tidak berlangsung seumur hidup domain) pada ujung karboksi-terminal subunit
dan dibutuhkan injeksi booster jika seseorang B berikatan dengan reseptor asam sialat yang
mengalami luka yang rentan terinfeksi tetanus. spesifik dan glikoprotein pada permukaan sel
Akses program imunisasi yang buruk dilaporkan saraf motorik. Toksin akan diinternalisasi oleh
menyebabkan tingginya prevalensi penyakit ini vesikel endosom.
dinegara sedang berkembang.3 Asidifikasi endosom akan menyebabkan
perubahan konformasi ujung N-terminal subunit
Etiologi B, kemudian terjadi insersi subunit B kedalam
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram positif; membran endosom, sehingga memungkinkan
Clostridium tetani. Bakteri ini berspora, dijumpai subunit A keluar menembus membran endosom
pada tinja binatang terutama kuda, juga bisa pada menuju ke sitosol. Toksin mengalami retrograde
manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi axonal transport dari perifer kemudian menuju
dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan saraf presinaps, tempat toksin tersebut bekerja.
beberapa bulan bahkan beberapa tahun. Jika spora Subunit A merupaan suatu zinc-dependent
menginfeksi luka seseorang, bersamaan dengan metalloprotease yang memecah vesicle-
daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh associated membrane protein-2, VAMP-2
penderita tersebut, lalu mengeluarkan toksin yang (atau sinaptobrevin). Protein ini merupakan
bernama tetanospasmin.1 komponen utama SNARE-complex yang
berperan dalam endositosis dan pelepasan
Patofisiologi neurotransmitter. Toksin ini menghambat
Clostridium tetani menghasilkan dua jenis toksin, pelepasan neurotransmitter inhibitorik, yaitu
yaitu tetanolysin dan tetanospasmin. Tetanolysin glisin dan gamma-amino butyric acid (GABA).
merupakan suatu hemolisin dan bersifat oxygen Hal ini menyebabkan aktifitas motor neuron
labile (mudah diinaktivasi oleh oksigen), menjadi tidak terinhibisi dan memberikan
sedangkan tetanospasmin merupakan suatu gambaran kekakuan otot, spasme dan paralisis
neurotoksin yang bersifat heat labile (tidak tahan spastik. Proses ini terjadi di semua sinaps,
panas). Tetanolysin merupakan suatu toksin yang termasuk neuromuscular junction (NMJ). Otot-
otot yang memiliki jaras persarafan (neuronal

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018


116

Hendra Laksamana Jaya, Ricky Aditya

Tabel 1 Severitas Tetanus Berdasarkan Klasifikasi Ablett


Grade Kategori Temuan pada Pemeriksaan Fisik
1 Ringan Trimus ringan, spastisitas menyeluruh, tidak ada yang membahayakan
respirasi, tidak ada spasme, tidak ada disfagia

2 Sedang Trimus sedang, rigiditas, spasme singkat, disfagia ringan, keterlibatan


respirasi sedang, frekuensi pernapasan >30

3 Berat Trimus berat, rigiditas menyeluruh, spasme memanjang,disfagia berat,


serangan apneu, denyut nadi>120, frekuensi pernapasan>40

4 Sangat berat Grade dengan ketidakstabilan otonom berat

pathways) terpendek akan terkena lebih dahulu, kelompok otot dengan jalur neuronal pendek.
seperti otot-otot mastikasi. Sehingga pada awal Oleh karena itu, gejala yang tampak pada lebih
gejala dapat timbul trismus (kaku rahang) dan dari 90% kasus saat masuk rumah sakit adalah
disfagia.1−3 trismus, kaku leher, dan nyeri punggung.
Keterlibatan otot-otot wajah dan faringeal
Gejala Klinis menimbulkan ciri khas risus sardonicus, sakit
Periode inkubasi tetanus antara 3−21 hari (rata- tenggorokan, dan disfagia. Peningkatan tonus
rata 7 hari). Pada 80%−90% penderita, 3
gejala otot- otot trunkal mengakibatkan opistotonus.
muncul 1–2 minggu setelah terinfeksi. Selang Kelompok otot yang berdekatan dengan tempat
waktu sejak munculnya gejala pertama sampai infeksi sering terlibat,
1,3,6,7
menghasilkan penampakan
terjadinya spasme pertama disebut periode onset. tidak simetris.
Periode onset maupun periode inkubasi secara Spasme otot yang muncul spontan dapat
signifikan menentukan prognosis. Makin singkat diprovokasi oleh stimulus fisik, visual, auditori,
(periode onset<48 jam dan periode inkubasi1 <7 atau emosional. Spasme otot menimbulkan nyeri
hari) menunjukkan makin berat penyakitnya. dan dapat menyebabkan ruptur tendon, dislokasi
Tetanus memiliki gambaran klinis dengan sendi serta patah tulang. Spasme laring dapat
ciri khas trias rigiditas otot, spasme otot, dan terjadi dalam waktu singkat, mengakibatkan
ketidakstabilan otonom. Gejala awalnya meliputi obstruksi saluran napas atas akut dan henti napas.
kekakuan otot yang lebih dahulu terjadi pada Pernapasan juga dapat terpengaruh akibat

Tabel 2 Dakar Score


Faktor prognosis Dakar score
Score 1 Score 0
Periode inkubasi <7 hari ≥7 hari atau tidak diketahui

Periode onset <2 hari ≥2 hari


Tempat masuk Umbilikus, luka bakar, uterus, Selain dari yang telah disebut, atau
fraktur terbuka, luka operasi, tidak diketahui
injeksi intramuskular
Spasme Ada Tidak ada
Demam >38,4 ̊C <38,4 ̊C
Takikard Dewasa >120 kali/menit Neonatus Dewasa <120 kali/menit Neonatus
>150 kali/menit <150 kali/menit

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018


117

Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit

spasme yang melibatkan otot-otot dada. terkendali. Gangguan otonom biasanya mulai
Bila spasme berkepanjangan, dapat terjadi beberapa hari setelah spasme dan berlangsung
hipoventilasi
3,6
berat dan apnea yang mengancam 1−2 minggu. Meningkatnya tonus simpatis yang
nyawa. Tanpa fasilitas ventilasi mekanik, dominan menyebabkan periode vasokonstriksi,
gagal napas akibat spasme otot adalah penyebab takikardia dan hipertensi. Autonomic storm
kematian paling sering. Hipoksia biasanya berkaitan dengan peningkatan kadar katekolamin.
terjadi pada tetanus akibat spasme atau kesulitan Keadaan ini silih berganti dengan episode
membersihkan sekresi bronkial yang berlebihan hipotensi, bradikardia dan asistol yang tiba-
dan aspirasi. Spasme otot paling berat terjadi tiba. Gambaran gangguan otonom lain meliputi
selama minggu pertama dan kedua, dan dapat salivasi, berkeringat, meningkatnya sekresi
berlangsung selama 3 sampai 4 minggu, setelah bronkus,
1,3
hiperpireksia, stasis lambung dan
itu rigiditas1 masih terjadi sampai beberapa ileus.
minggu lagi. Pada keadaan berat dapat timbul berbagai
Tetanus berat berkaitan dengan hiperkinesia komplikasi. Intensitas spasme paroksismal
sirkulasi, terutama bila spasme otot tidak kadang cukup untuk mengakibatkan ruptur otot

Tabel 3 Phillips score


Faktor Skor
Masa Inkubasi
<48 jam 5
2–5 hari 4
5–10 hari 3
10–14 hari 2
>14 hari 1
Lokasi infeksi
Organ dalam dan umbilikus 5
Kepala, leher, dan badan 4
Perifer proksimal 3
Perifer distal 2
Tidak diketahui 1
Status proteksi
Tidak ada 10
Mungkin ada atau imunisasi pada ibu bagi pasien- 8
pasien neonatus
Neonatus 4
Terlindungi >10 tahun 2
Terlindungi <10 tahun Proteksi lengkap 0
Faktor-faktor komplikasi
Cedera atau penyakit yang mengancam nyawa 10
Cedera berat atau penyakit yang tidak segera 8
mengancam nyawa
Ciedera atau penyakit yang tidak mengancam nyawa 4
Cedera atau penyakit minor 2
ASA grade I 0

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018


118

Hendra Laksamana Jaya, Ricky Aditya

spontan dan hematoma intramuskular. Fraktur tetani hipokalsemia, histeri, ensefalisis, terapi
kompresi atau subluksasi vertebra5 dapat terjadi, fenotiazin, serum sickness, epilepsi dan rabies.4
biasanya pada vertebra torakal. Gagal ginjal
akut merupakan komplikasi tetanus yang dapat Penatalaksanaan di ICU
dikenali akibat dehidrasi, rhabdomiolisis karena Ada tiga sasaran penatalaksanaan tetanus, yakni:
spasme, dan gangguan otonom. Komplikasi membuang sumber tetanospasmin; menetralisasi
lain meliputi atelektasis, penumonia aspirasi, toksin yang tidak terikat; perawatan penunjang
ulkus peptikum, retensi urine, infeksi traktus (suportif) sampai tetanospasmin yang
urinarius, ulkus1 dekubitus, trombosis vena, dan berikatan dengan jaringan telah habis
tromboemboli. dimetabolisme.4,5,7−14

Diagnosis Membuang Sumber Tetanospasmin


Diagnosis tetanus adalah diagnosis klinis Luka harus dibersihkan secara menyeluruh
murni berdasarkan riwayat penyakit dan untuk mengurangi muatan bakteri1,3,5
dan mencegah
temuan saat pemeriksaan. Pada pemeriksaan pelepasan toksin lebih lanjut. Antibiotika
fisik dapat dilakukan uji spatula, dilakukan diberikan untuk mengeradikasi bakteri,
dengan menyentuh dinding posterior faring sedangkan efek untuk tujuan pencegahan tetanus
menggunakan alat dengan ujung yang lembut secara klinis adalah minimal. Pada penelitian
dan steril. Hasil tes positif jika terjadi kontraksi di Indonesia, metronidazole telah menjadi
rahang involunter (menggigit spatula) dan hasil terapi pilihan di beberapa pelayanan kesehatan.
negatif berupa refleks muntah. Laporan singkat Metronidazol diberikan secara IV dengan dosis
The American Journal of Tropical Medicine and inisial 15 mg/kgBB dilanjutkan dosis 30 mg/
Hygiene menyatakan bahwa uji spatula memiliki kgBB/ hari setiap 6 jam selama 7−10 hari.
spesifisitas tinggi (tidak ada hasil positif palsu) Metronidazol efektif mengurangi jumlah kuman
dan sensitivitas tinggi (94% pasien terinfeksi C. tetani bentuk vegetatif. Lini kedua dapat
menunjukkan hasil positif). Pemeriksaan darah diberikan prokain penisilin 50.000−100.000 U/
dan cairan cerebrospinal biasanya normal. Kultur kgBB/hari selama 7−10 hari, jika hipersensitif
C. tetani dari luka sangat sulit (hanya 30% terhadap penisilin dapat diberi tetrasiklin 50
positif), dan hasil kultur positif mendukung mg/kgBB/hari (untuk anak berusia lebih dari 8
4 tahun). Penisilin membunuh bentuk vegetatif
diagnosis, bukan konfirmasi. C. tetani. Sampai saat ini, pemberian penisilin G
100.000 U/kgBB/hari IV, setiap 6 jam selama 10
Diagnosis Banding hari direkomendasikan pada semua kasus tetanus.
Membedakan diagnosis banding dari tetanus Sebuah penelitian menyatakan bahwa penisilin
dapat melalui pemeriksaan fisik, tes laboratorium mungkin berperan sebagai agonis terhadap
(cairan serebrospinal normal dan pemeriksaan tetanospasmin dengan menghambat 3-5, 12
pelepasan
darah rutin normal atau sedikit meninggi, asam aminobutirat gama (GABA).
sedangkan serum glutamate-oxaloacetate
transferase (SGOT), creatinine phosphokinase Netralisasi toksin yang tidak terikat
(CPK) dan serum aldolase sedikit meninggi Antitoksin harus diberikan untuk menetralkan
disebabkan oleh kekakuan otot-otot tubuh), toksin-toksin yang belum berikatan. Setelah
riwayat imunisasi, adanya kekakuan pada otot- evaluasi awal, human tetanus immunoglobulin
otot tubuh, risus sardonicus dan kesadaran yang (HTIG) segera diinjeksikan intramuskular
tetap normal. Beberapa keadaan yang dapat dengan dosis total 3.000−10.000 unit, dibagi
disingkirkan dengan pemeriksaan cermat adalah tiga dosis yang sama dan diinjeksikan di tiga
meningitis, perdarahan subarachnoid, infeksi tempat berbeda. Tidak ada konsensus dosis tepat
orofasial serta artralgia temporomandibular mengenai HTIG. Rekomendasi British National
yang menyebabkan trismus, keracunan striksin, Formulary adalah 5.000−10.000 unit intravena.

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018


119

Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit

Untuk bayi, dosisnya adalah 500 IU intramuskular Spasme otot dan rigiditas diatasi secara
dosis tunggal. Sebagian dosis diberikan secara efektif dengan sedasi. Pasien tersedasi lebih
infiltrasi di tempat sekitar luka. Hanya dibutuhkan sedikit dipengaruhi oleh stimulus perifer dan
sekali pengobatan karena waktu paruhnya 25−30 kecil5 kemungkinannya mengalami spasme
hari. Makin cepat pengobatan diberikan, makin otot. Diazepam efektif mengatasi spasme dan
efektif. Kontraindikasi HTIG adalah riwayat hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal.
hipersensitivitas terhadap imunoglobulin atau Dosis diazepam yang di- rekomendasikan adalah
komponen human immunoglobulin sebelumnya; 0,1−0,3 mg/kgBB/ kali dengan interval 2−4 jam
trombositopenia berat atau keadaan koagulasi lain sesuai gejala klinis, dosis yang direkomendasikan
yang dapat merupakan kontraindikasi pemberian untuk usia <2 tahun adalah 8 mg/kgBB/hari oral
intramuskular. Bila tidak tersedia maka digunakan dalam dosis 2−3 mg/kgBB setiap 3 jam. Spasme
ATS dengan dosis 100.000- 200.000 unit harus segera dihentikan dengan diazepam 5 mg
diberikan 50.000 unit intramuskular dan 50.000 per rektal untuk berat badan <10 kg dan 10 mg
unit intravena pada hari pertama, kemudian per rektal untuk anak dengan berat badan ≥10
60.000 unit dan 40.000 unit intramuskuler kg, atau diazepam intravena untuk anak 0,3 mg/
masing-masing pada hari kedua dan ketiga.1,4,5 kgBB/kali. Setelah spasme berhenti, pemberian
Setelah penderita sembuh, sebelum keluar diazepam dilanjutkan dengan dosis rumatan
rumah sakit harus diberi immunisasi aktif sesuai keadaan klinis. Alternatif lain, untuk bayi
dengan toksoid, karena seseorang yang (tetanus neonatorum) diberikan dosis awitan 0,1-
sudah sembuh dari tetanus tidak memiliki 0,2 mg/ kgBB IV untuk menghilangkan spasme
kekebalan.1,3,5 akut, diikuti infus tetesan tetap 15−40 mg/ kgBB/
hari. Setelah 5−7 hari dosis diazepam diturunkan
Pengobatan suportif bertahap 5−10 mg/hari dan dapat diberikan
melalui pipa orogastrik. Dosis maksimal adalah 40
Penatalaksanaan lebih lanjut terdiri dari terapi mg/kgBB/hari. Tanda klinis membaik bila tidak
suportif sampai efek toksin yang telah terikat dijumpai spasme spontan, kesadaran membaik
habis. Semua pasien yang dicurigai tetanus (tidak koma) dan tidak dijumpai gangguan
1,10,13,14
sebaiknya ditangani di ICU agar bisa diobservasi pernapasan. Tambahan efek sedasi bisa
secara berkelanjutan. Untuk meminimalkan didapat dari barbiturat khususnya fenobarbital dan
risiko spasme paroksismal yang dipresipitasi Fenotiazin seperti klorpromazin, penggunaannya
stimulus ekstrinsik, pasien sebaiknya dirawat di dapat menguntungkan
1,3
pasien dengan gangguan
ruangan gelap dan tenang.3−5,12 Pasien diposisikan otonom. Fenobarbital diberikan dengan dosis
agar mencegah pneumonia aspirasi. Cairan 120−200 mg intravena, dan diazepam dapat
intravena harus diberikan, pemeriksaan elektrolit ditambahkan terpisah dengan dosis sampai 120
serta analisis gas darah penting sebagai penuntun mg/hari. Klorpromazin diberikan setiap 4−8 jam
terapi.5 dengan dosis dari 4−125,10 mg bagi bayi sampai
Penanganan jalan napas merupakan prioritas. 50−150 mg bagi dewasa. Morfin bisa memiliki
Spasme otot, spasme laring, aspirasi, atau dosis efek sama dan biasanya digunakan sebagai
besar sedatif semuanya dapat mengganggu tambahan sedasi benzodiazepine.
respirasi. Sekresibronkus yang berlebihan1 Jika spasme tidak cukup terkontrol dengan
memerlukan tindakan suctioning yang sering. benzodiazepine, dapat dipilih pelumpuh otot
Trakeostomi ditujukan untuk menjaga jalan nondepolarisasi dengan intermittent positive-
napas terutama jika ada opistotonus dan pressure ventilation (IPPV). Tidak ada data
keterlibatan6otot-otot punggung, dada, atau distres perbandingan obat-obat pelumpuh otot pada
pernapasan. Kematian akibat spasme laring tetanus, rekomendasi didapatkan dari laporan
mendadak, paralisis diafragma, dan kontraksi kasus. Pancuronium harus 1dihindari karena efek
otot respirasi tidak adekuat 3sering terjadi jika samping simpatomimetik. Atracurium dapat
tidak tersedia akses ventilator. dijadikan obat pilihan. Vecuronium juga telah

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018


120

Hendra Laksamana Jaya, Ricky Aditya


3,10,14 3
digunakan karena stabil pada jantung. jam, telah dianjurkan pada keadaan bradikardia.
Pasien tetanus berat sering kali membutuhkan Tidak ada regimen terapi yang dipercaya efektif
11
IPPV selama 2 hingga 3 minggu sampai spasme secara universal untuk instabilitas otonom.
mereda. Insiden ventilator-associated pneumonia1 Tetanus terbukti secara klinis dan biokimia
pada pasien-pasien tetanus sebesar 52,6%. menyebabkan aktivitas simpatis berlebihan dan
Infeksi nosokomial umum terjadi karena lamanya katabolisme protein sehingga pemeliharaan
perjalanan penyakit tetanus dan masih merupakan nutrisi sangat diperlukan. Nutrisi buruk dan
penyebab penting kematian. Pencegahan penurunan berat badan terjadi cepat karena
komplikasi respirasi meliputi perawatan mulut disfagia, gangguan fungsi gastrointestinal dan
yang baik (oral Hygiene), fisioterapi dada dan peningkatan meta- bolisme, menurunkan daya 3,13
suction trakea. Sedasi adekuat selama prosedur tahan tubuh sehingga memperburuk prognosis.
invasif mencegah provokasi spasme atau Nutrisi parenteral total mengandung glukosa
ketidakstabilan otonom.3,6,7,10 hipertonis dan insulin dalam jumlah cukup untuk
Instabilitas otonom terjadi beberapa hari mengendalikan kadar gula darah, dapat menekan
setelah onset spasme umum dan tingkat katabolisme protein. Formula asam amino sangat5,12
fatalitasnya 11%−28%. Manifestasi berupa membantu membatasi katabolisme protein.
hipertensi, takikardia, dan demam. Berbagai Pada hari pertama perlu pemberian cairan secara
gangguan kardiovaskular seperti disritmia, intravena sekaligus pemberian obat-obatan. Bila
infark miokard serta 6,7,11 kolaps sirkulasi sering sampai hari ketiga infus belum dapat dilepas,
menyebabkan kematian. Tanda overaktivitas sebaiknya dipertimbangkan pemberian nutrisi
simpatis yaitu takikardia fluktuatif, hipertensi secara parenteral. Setelah spasme mereda dapat
yang kadang diikuti hipotensi, pucat dan dipasang sonde lambung untuk makanan dan
berkeringat sering tampak
5,10
beberapa hari setelah obat-obatan dengan perhatian khusus pada risiko
onset spasme otot. Henti jantung mendadak aspirasi.5,12
umum terjadi dan dikatakan dapat dipresipitasi Emboli paru juga merupakan salah satu
oleh kombinasi kadar katekolamin yang penyebab kematian, sehingga banyak digunakan
tinggi dan kerja langsung toksin tetanus pada antikoagulan secara rutin seperti heparin
miokardium. Aktivitas simpatis yang memanjang subkutan. Risiko tromboemboli dan perdarahan
dapat berakhir dengan hipotensi dan bradikardi. harus di pertimbangkan. Gerakan pasif harus
Aktivitas parasimpatis berlebihan dapat terus diberikan jika digunakan pelumpuh otot.
menyebabkan sinus arrest, dikatakan karena
kerusakan3,6,7
langsung nukleus vagus oleh toksin Prognosis
tetanus. Instabilitas otonom sulit diobati. Prognosis tetanus diklasifikasikan dari tingkat
Fluktuasi tekanan darah membutuhkan obat-obat keparahannya menjadi ringan (bila tidak ada
dengan waktu paruh singkat. Terapi konvensional kejang umum/generalized spam), sedang (bila
terdiri dari sedasi dalam sebagai terapi lini sekali muncul kejang umum), berat (bila kejang
pertama, menggunakan benzodiazepine 1dosis umum yang berat sering terjadi).
besar, morphine, dan/atau chlorpromazine. Saat Berat ringannya penyakit juga tergantung
ini, magnesium sulfat intravena dicoba untuk pada lamanya masa inkubasi. Makin pendek
mengendalikan spasme dan disfungsi otonom; masa inkubasi, prognosis makin buruk. Terdapat
dosis loading 5 g (atau 75 mg/ kg) IV dilanjutkan beberapa sistem penilaian tetanus. Skala yang
1 sampai 3 g/jam sampai spasme terkontrol diusulkan Ablett adalah yang paling banyak
telah digunakan untuk mendapatkan konsentrasi digunakan (Tabel 1).
serum 2 sampai 4 mmol/L. Untuk menghindari 7,13
Selain skoring Ablett, terdapat sistem skoring
overdosis, dimonitor reflek patella. Beta untuk menilai prognosis tetanus seperti Dakar
bloker dapat menyebabkan hipotensi berat. score dan Phillips score. Kedua sistem skoring
Episode hipotensi yang tidak membaik dengan ini memasukkan kriteria periode inkubasi dan
penambahan 1
volume intravaskular membutuhkan periode onset, begitu pula manifestasi neurologis
inotropik. Atropin dosis tinggi, lebih dari 100 mg/ dan kardiak. Phillips score juga memasukkan

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018


121

Pengelolaan Pasien Tetanus di Intensive Care Unit

status imunisasi pasien. Phillips score <9, Becker DG, Horowitz JH, et al. Management
severitas ringan; 9−18, severitas sedang; dan >18, and prevention of tetanus. Niger J Paed.
severitas berat. Dakar score 0−1, severitas ringan 2003;13(3):139-54.
dengan mortalitas10%; 2−3, severitas sedang 6. Towey R. Tetanus: a review. Update in
dengan mortalitas 10%−20%; 4, severitas berat Anesthesia. Vol 43 No. 19. [Internet]. 2005
dengan mortalitas 20%−40%; 5−6, severitas [cited 2013 Oct 20]. Available from: http://
sangat berat dengan mortalitas www.update.anaesthesiologist.org/wp-
>50%.10 content/tetanus-a- review.pdf.
Outcome pasien tetanus tergantung berat 7. Cook TM, Protheroe RT, Handel JM. Tetanus:
penyakit dan fasilitas pengobatan yang tersedia. a review of the literature. Br J Anaesth.
Jika tidak diobati, mortalitasnya lebih dari 60% 2001;87(3):477-87.
dan lebih tinggi pada neonatus. Di fasilitas 8. Bhatia R, Prabhakar S, Grover VK. Tetanus.
yang baik, angka mortalitasnya 13% sampai Neurol India.2002;50:398-407.
25%. Hanya sedikit penelitian jangka panjang 9. Quasim S. Management of tetanus.World
pada pasien yang berhasil selamat. Pemulihan Anaesthesia Tutorial of the Week. Vol 87
tetanus cenderung lambat namun sering No. 3. [Internet]. 2001 [cited 2013 Oct 20].
sembuh sempurna. Beberapa pasien mengalami Available from: http://www.aagbi. org/sites/
abnormalitas elektroensefalografi yang menetap default/files/ 17- management-of-tetanus.pdf.
dan gangguan keseimbangan, berbicara, 10. Farrar JJ, Yen LM, Cook T, Fairweather N,
dan memori.3 Binh N, Parry J, et al. Neurological aspects of
tropical disease: tetanus. J Neurol Neurosurg
Psychiatry.2000;69:292-301.
11. Torbey MT, Suarez JI, Geocadin R. Less
Daftar Pustaka common causes of quadriparesis and
respiratory failure. In: Suarez JI, editor.
1. Thwaites CL, Yen LM. Tetanus. In: Fink Critical care neurology and neurosurgery. 1st
MP, Abraham E, Vincent JL, Kochanek ed. New Jersey: Humana Press; 2004.p.493-
PM, editors. Textbook of Critical Care. 5.
5th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 12. Dawn MT, Elisson RT. Tetanus. In: Irwin RS,
2005.p.1401-4. Rippe JM, editors. Irwin and Rippe’s intensive
2. Lipman J. Tetanus. In: Bersten AD, Soni care medicine. 6th ed. Massachusetts:
N, eds. Oh’s Intensive Care Manual. 6th Lippincot Williams & Wilkins. 2008.p.1140-
ed. Philadelphia: Butterworth Heinemann 1.
Elsevier; 2009.p.593-7. 13. WHO. Current recommendations for
3. Taylor AM. Tetanus. Continuing education in treatment of tetanus during humanitarian
anesthesia, critical are & pain. Vol. 6 No. 3. emergencies. WHO Tech Note. [Internet].
[Internet]. 2006 [cited 2013 Oct 20]. Available 2010 [cited 2013 Oct 20]. Available at: http://
from: http://www.ceaccp.oxfordjournals.org www.whqlibdoc. who.int/hq/2010/WHO_
content/6/4/164.3.full.pdf. HSE_GAR_DCE_2010.2_eng.pdf.
4. Mahadewa TGB, Maliawan S. Diagnosis 14. Witt MD, Chu LA. Infections in the critically
& Tatalaksana Kegawat Daruratan Tulang ill. In: Bongard FS, Sue DY, eds. Current
Belakang.Jakarta: CV Sagung Seto;2009. critical care diagnosis and treatment. 2nd ed.
5. Edlich RF, Hill LC, Mahler CA, Cox MJ, California: McGraw-Hill; 2003.p.432-4.

●Anesthesia & Critical Care●Vol 36 No.3, Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai