California Bearing Ratio - Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menjadi Sarjana
California Bearing Ratio - Tugas Dan Memenuhi Syarat Untuk Menjadi Sarjana
Disusun Oleh :
11 0404 039
FAKULTAS TEKNIK
MEDAN
2016
ABSTRAK
umumnya digunakan sebagai bahan timbunan jalan raya. Sifat umum tanah
lempung adalah sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis dalam
keadaan kadar air sedang. Namun ketika kadar air tinggi, tanah lempung akan
bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Oleh sebab itu, tanah lempung perlu
digunakan adalah abu gunung vulkanik yang berasal dari Gunung Sinabung.
2%-20% pada tanah lempung dengan pemeraman 1 hari dan 14 hari, kemudian
untuk mengetahui nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah setelah distabilisasi
dengan abu gunung vulkanik, serta mencari kadar pencampuran dengan lama
Dari hasil penelitian diperoleh nilai CBR maksimum dari seluruh pengujian
adalah campuran 10% abu gunung vulkanik pada pemeraman selama 14 hari
dimana pada saat pemeraman 1 hari, nilai CBR campuran 10% abu gunung
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga tugas akhir ini
Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik
Ratio”.
Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
1. Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku pembimbing, yang telah banyak
2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil
ii
5. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas teknik
kepada saya.
6. Teristimewa dihati buat kedua orang tua saya, Ayah dan Ibu dan juga abang
saya Alfred yang telah memberikan doa, motivasi, semangat dan nasehat
kepada saya. Terima kasih atas segala pengorbanan, cinta, kasih sayang dan
7. Buat teman satu tim dengan saya Wisman Sitorus dan Ronny Hutauruk.
Defrin, Rio, Triboy, Jannes, Advent, Peter dan mahasiswa teknik sipil lainnya
yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan
9. Terima kasih buat Anggi Osyka yang menjadi motivasi saya dalam
menyelesaikan skripsi.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari
pemahaman saya dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini
( Samuel Mario )
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................... i
2.1.1 Tanah........................................................................ 7
iv
2.1.2.4 Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation) .. 10
v
2.3.1 Stabilisasi Tanah dengan Abu Gunung Vulkanik .... 41
Stablilisator .............................................................. 53
vi
dengan Bahan Stabilisator ....................................... 59
LAMPIRAN ..................................................................................................... 72
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.7 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah 24
Gambar 4.3 Grafik Batas Cair (Liquid Limit), Atterberg Limit Tanah Asli 52
viii
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Nilai Batas Plastis (PL)
dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 56
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Atterberg Limit dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 54
Tabel 4.6 Data Hasil Uji CBR Laboratorium dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 64
x
DAFTAR NOTASI
Kadar air
Porositas
Angka pori
S Derajat kejenuhan
SL Batas susut
xi
IP Indeks plastisitas
LL Batas cair
PL Batas plastis
LB Beban (kg)
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanah dapat didefinisikan sebagai bahan di atas batuan dasar, yang lepas
dan tidak terkonsolidasi, yang dihasilkan oleh pelapukan batuan (Bowles, 1993).
Ukuran dari partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup
besar, sehingga tanah dibagi menjadi empat kelas yaitu kerikil (gravel), pasir
(sand), lanau (silt), dan lempung (clay), berdasarkan ukuran partikel yang paling
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air.
Tanah lempung biasa digunakan sebagai bahan timbunan jalan raya. Sifat umum
dari tanah lempung adalah sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis
dalam keadaan kadar air sedang. Namun ketika kadar air tinggi, tanah lempung
akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Oleh sebab itu, tanah lempung
memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, atau dapat pula berarti usaha untuk merubah
atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah tertentu agar memenuhi syarat teknis
terdiri dari tanah lempung dengan pengembangan yang cukup besar (plastisitas
tinggi), untuk itu perlu dilakukan stabilisasi. Stabilisasi tanah yang dilakukan
1
dalam penelitian ini adalah stabilisasi dengan cara kimiawi yaitu dengan
menambahkan bahan kimia pada tanah yang akan distabilisasi. Bahan pencampur
Abu gunung vulkanik yang digunakan pada penelitian ini berasal dari
Gunung Sinabung. Dari data terakhir, volume lava Gunung Sinabung yang keluar
sudah mencapai 3,3 juta meter kubik (Shankar, 2016). Dampak dari abu vulkanik
silika, besi, kalsium, dan magnesium. Silika (SiO2) yang dikandung oleh abu
Sifat pozolanik adalah perilaku mengikat mineral lain yang ada di lempung
sehingga menjadi semakin keras dalam jangka waktu tertentu (Mu’minah, 2014).
Oleh sebab itu, abu gunung vulkanik Gunung Sinabung dapat dimanfaatkan
sebagai bahan campur stabilisasi tanah, selain karena kandungan Silika yang
dimilikinya, juga bisa mengurangi limbah yang tak termanfaatkan oleh penduduk.
bahan yang digunakan pun bermacam-macam antara lain: kapur, semen, fly ash,
bubuk batu merah, abu ampas tebu, abu sekam padi, dan bahan lainnya. Hasilnya
2
menunjukkan perbaikan pada kondisi tanah lempung baik sifat fisis maupun sifat
mekanisnya.
1.3.1 Tujuan
2. Untuk mengetahui nilai CBR dari tanah lempung yang ditambahkan dengan
variasi 2-20% abu gunung vulkanik pada pemeraman 1 hari dan 14 hari.
3
1.3.2 Manfaat
Penambahan persentase abu gunung vulkanik sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 9%,
10%, 11%, 12%, 13%, 14%, 15%, 16%, 17%, 18%, 19% dan 20% dari berat
tanah.
4. Berat tanah yang dimaksud adalah tanah dalam kondisi kering setelah
5. Uji index properties tanah asli untuk mengetahui sifat fisis tanah yang
4
6. Pengujian untuk engineering properties tanah asli dilakukan dengan uji
7. Pengujian yang dilakukan terhadap benda uji yang telah diberi campuran
8. Masa pemeraman terdiri dari dua variasi yaitu 1 hari dan 14 hari.
terdiri dari 5 (lima) bab, uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut:
Bab I: Pendahuluan
Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan
Bab ini mencakup teori dasar, rumus dan segala sesuatu yang berhubungan
5
Bab IV: Hasil dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan atau hasil data-data yang dikumpulkan.
Bab ini berisi penjabaran mengenai hasil akhir penelitian dan saran-saran
dari peneliti yang dianggap dapat menjadi masukan bagi pihak lainnya.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Tanah
mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama
lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)
disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara
Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Fase-
fase tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti yang
(a) (b)
Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah; (a) Elemen Tanah Dalam Keadaan Asli;
(b) Tiga Fase Elemen Tanah (Lambe dan Whitman, 1969)
? ? ?? ? ? ? (2.1)
? ? ?? ? ? ? ? ?? (2.2)
7
Dimana :
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari
? ? ? ? ? ? ? (2.3)
Dimana:
Jika tanah dalam keadaan kering maka tanah tersebut terdiri dari dua fase
yaitu partikel padat dan pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri
dari dua fase yaitu partikel padat dan air pori. Sedangkan tanah dalam keadaan
jenuh sebagian maka terdiri dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan
air pori.
Kadar Air atau Water Content (w) adalah persentase perbandingan berat air
8
Dimana:
antara volume rongga (?? ) dengan volume total (? ) dalam tanah, atau :
??
? ? ? ??? (2.5)
?
Dimana:
? : porositas
Angka Pori atau Void Ratio (e) didefinisikan sebagai perbandingan antara
volume rongga (?? ) dengan volume butiran (?? ) dalam tanah, atau :
??
? ? (2.6)
??
Dimana:
? : angka pori
9
2.1.2.4 Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)
perbandingan antara volume air (?? ) dengan volume total rongga pori tanah (?? ).
Bila tanah dalam keadaan jenuh, maka ? = 1. Derajat kejenuhan suatu tanah (? )
??
? ?? ? ? ??
? ??? (2.7)
Dimana:
? : derajat kejenuhan
Derajat kejenuhan dari kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tanah kering 0
Tanah agak lembab > 0 - 0,25
Tanah lembab 0,26 - 0,50
Tanah sangat lembab 0,51 - 0,75
Tanah basah 0,76 - 0,99
Tanah jenuh 1
10
2.1.2.5 Berat Volume (Unit Weight)
?
γ= (2.8)
?
Dimana:
Berat Volume Kering (?? ?adalah perbandingan antara berat butiran tanah
(? ?) dengan volume total tanah (?). Berat Volume tanah (??) dapat dinyatakan
dalam persamaan :
??
?? ? ?
(2.9)
Dimana:
Berat Volume butiran padat (??) adalah perbandingan antara berat butiran
tanah (? ?) dengan volume butiran tanah padat (??). Berat Volume butiran padat
11
Dimana:
perbandingan antara berat volume butiran tanah (??) dengan berat volume air (?? )
dengan isi yang sama pada temperatur tertentu. Berat Spesifik tanah (??) dapat
Dimana:
12
2.1.2.9 Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit)
lima keadaan konsistensi tanah. Batas-batas konsistensi tanah ini didasarkan pada
kadar air, yaitu Batas Cair (Liquid Limit), Batas Plastis (Plastic Limit), Batas
Susut (Shrinkage Limit), Batas Lengket (Sticky Limit) dan Batas Kohesi
(Cohesion Limit). Tetapi pada umumnya Batas Lengket dan Batas Kohesi tidak
2.2.
Batas Cair (Liquid Limit) adalah kadar air tanah ketika tanah berada diantara
keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu pada batas atas dari daerah plastis. Batas
tanah ke cawan dan dibentuk sedemikian rupa, kemudian tanah tersebut dibelah
oleh grooving tool dan dilakukan pemukulan dengan cara engkol dinaikkan dan
13
tanah yang dibelah tadi berhimpit. Untuk lebih jelasnya, alat uji Batas Cair berupa
cawan Cassagrande dan grooving tool dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Batas Plastis (Plastic Limit) dapat didefinisikan sebagai kadar air pada tanah
dimana pada batas bawah daerah plastis atau kadar air minimum. Untuk
tanah berbentuk silinder dengan diameter sekitar 3,2 mm (1/8 inchi) dengan
menggunakan telapak tangan di atas kaca datar. Apabila tanah mulai mengalami
retak-retak atau pecah ketika digulung, maka kadar air dari sampel tersebut adalah
Batas Plastis.
14
2.1.2.9.3 Batas Susut (Shrinkage Limit)
Batas Susut (Shrinkage Limit) adalah kadar air tanah pada kedudukan
antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana
dengan tinggi 12,7 mm. Pada bagian dalam cawan dilapisi oleh pelumas dan diisi
dengan tanah jenuh sempurna yang kemudian dikeringkan dalam oven. Volume
ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas Susut dapat dinyatakan
−
dalam persamaan :
?? ??? ?? ?????????
?? ? ? ?? ??
?? ??? ? (2.12)
dengan :
Indeks Plastisitas adalah selisih Batas Cair dan Batas Plastis. Indeks
Plastisitas merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis.
tanah memiliki interval kadar air daerah plastis yang kecil, maka tanah tersebut
15
disebut tanah kurus, sedangkan apabila suatu tanah memiliki interval kadar air
daerah plastis yang besar disebut tanah gemuk. Persamaan 2.13 dapat digunakan
untuk menghitung besarnya nilai indeks plastisitas dari suatu tanah. Tabel 2.3
−
menunjukkan batasan nilai Indeks Plastisitas dari jenis-jenis tanah.
?? ? ?? ?? (2.13)
Dimana :
LL = batas cair
PL = batas plastis
Kadar Air tanah asli relatif pada kedudukan plastis dan cair, dapat
perbandingan antara selisih kadar air asli dengan batas plastis terhadap Indeks
16
Dimana :
Dapat dilihat bahwa jika WN = LL, maka Indeks Cair akan sama dengan 1.
Sedangkan, jika WN = PL, Indeks Cair akan sama dengan nol. Jadi, untuk lapisan
tanah asli yang dalam kedudukan plastis, nilai LL > WN > PL. Nilai Indeks Cair
akan bervariasi antara 0 dan 1. Lapisan tanah asli dengan WN > LL akan
mempunyai LI > 1.
tanah yang berbeda - beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok -
tanah ini adalah untuk memungkinkan memperkirakan sifat fisis tanah dengan
17
mengelompokkan tanah dengan kelas yang sama yang sifat fisisnya diketahui dan
sebuah metode untuk pekerjaan pembuatan lapangan terbang oleh The Army
Corps of Engineers pada Perang Dunia II. Pada saat ini sistem ini telah
dipergunakan secara luas oleh para ahli teknik. Sistem ini selain biasa digunakan
untuk desain lapangan terbang juga untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan.
menjadi :
Merupakan tanah yang lebih dari 50% bahannya tertahan pada ayakan
no.200 (0,075 mm). Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G
atau S. G adalah untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil, dan S adalah
Merupakan tanah yang lebih dari 50 % berat total contoh tanah lolos
ayakan no.200 (0,075 mm). Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf
awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan
tanah gambut (peat), dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.
18
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP,
GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Adapun simbol-simbol lain yang digunakan dalam
(gradation coefficient, Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos ayakan no.200.
4. Batas Cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan
19
Gambar 2.5 Klasifikasi Tanah Sistem USCS (Das, 1991)
20
2.1.2.10.2 Sistem Klasifikasi AASHTO
beberapa perbaikan, sampai saat ini versi yang berlaku adalah yang diajukan oleh
of the Highway Research Board pada tahun 1945. Sistem ini mengklasifikasikan
tanah kedalam tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai A-7. Tanah yang
diklasifikasikan ke dalam A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir yang 35% atau
kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan no. 200. Sedangkan tanah
A-4 sampai A-7 adalah tanah yang lebih dari 35% butirannya lolos ayakan no.
200.
kanan pada bagan tersebut sampai menemukan kelompok pertama yang data
3. Batas Susut.
21
Gambar 2.6 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO (Das, 1991)
densifikasi tanah yang jenuh dengan penurunan volume rongga diisi dengan
udara, sedangkan volume padatan dan kadar air tetap pada dasarnya sama. Hal ini
merupakan cara yang paling jelas dan sederhana untuk memperbaiki stabilitas dan
3. Mengurangi permeabilitas
22
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan
lainnya.
geser yang tinggi dengan sedikit perubahan volume. Hal ini dikarenakan
permeabilitas tanah granuler yang tinggi. Berbeda dengan pada tanah lanau yang
Tanah lempung mempunyai permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak
dapat dipadatkan dengan baik dalam kondisi basah seperti halnya tanah lanau.
Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan memberikan daya
dukung yang tinggi. Stabilitas terhadap sifat kembang-susut tergantung dari jenis
kandungan mineralnya.
- Usaha pemadatan
- Jenis tanah
Hubungan berat volume kering (?? ) dengan berat volume basah (??) dan
mould dengan volume 9,34 x ???? ? ? , dan penumbuk dengan berat 2,5 kg
dengan tinggi jatuh 30,5 cm. Pada pengujian compaction tanah dipadatkan dalam
23
3 lapisan (Standard Proctor) dan 5 lapisan (Modified Proctor) dengan pukulan
basah (pada kadar air terkontrol) dalam suatu cetakan dengan jumlah lapisan
dengan penumbuk dengan massa dan tinggi jatuh tertentu. Standar ASTM
tersebut.
Kadar Air yang memberikan berat unit kering yang maksimum disebut
Kadar Air Optimum. Usaha pemadatan diukur dari segi energi tiap satuan volume
dari tanah yang telah dipadatkan. Untuk usaha pemadatan yang lebih rendah kurva
pemadatan bagi tanah yang sama akan lebih rendah dan tergeser ke kanan, yang
menunjukkan suatu Kadar Air Optimum yang lebih tinggi. Hasil dari pengujian
pemadatan berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara Kadar Air dan Berat
Gambar 2.7 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah
(Hardiyatmo, 1992)
24
Garis ZAVL (Zero Air Void Line) adalah hubungan antara Berat Isi Kering
dengan Kadar Air bila derajat kejenuhan 100%, yaitu bila pori tanah sama sekali
tidak mengandung udara. Grafik ini berguna sebagai petunjuk pada waktu
biasanya grafik tersebut tidak lurus tetapi agak cekung ke atas. Apabila kurva
pemadatan yang dihasilkan berada lebih dekat di bawah dengan garis ZAVL maka
mendekati 100% dan sedikit mengandung udara. Pada penelitian ini, percobaan
Optimum dan Berat Isi Kering Maksimum adalah percobaan Pemadatan Standar
dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). CBR untuk pertama
perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi contoh tanah sebesar
0,1”/0,2” dengan beban yang ditahan batu pecah standar pada penetrasi 0,1”/0,2”
(Sukirman,1995)
percobaan (test load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam
persen. Tujuan dilakukan pengujian CBR adalah untuk mengetahui nilai CBR
pada variasi kadar air pemadatan. Harga CBR adalah nilai yang menyatakan
25
kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang
mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas.
CBR Lapangan (CBR Inplace) digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli
di lapangan, sesuai dengan tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk
perencanaan tebal lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan
dipadatkan lagi, selain itu jenis CBR ini digunakan untuk mengontrol kepadatan
yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan. CBR Lapangan
nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami
karena membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR
juga karena air berpengaruh penting pada sifat dan kekuatan tanah.
26
b. CBR Laboratorium Tanpa Rendaman (Unsoaked Design CBR)
ini selalu menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR
Laboratorium Rendaman.
Gambar 2.8 Alat Pemeriksa Nilai CBR di Laboratorium (Soedarmono, et al, 1997)
mineral yang sangat halus lain. Lempung didefenisikan sebagai golongan partikel
yang mempunyai ukuran dari 0,002 mm (2 mikron) (Das, 1998) dan sangat
27
menghasilkan partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada
tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953 dalam Das, 1998).
mineral lempung (Kerr, 1959 dalam Hardiyatmo, 2002). Di antaranya terdiri dari
a. Kaolinite
nama sebuah bukit yang tinggi di Jauchau Fu, China, dimana lempung kaolinite
putih mula-mula diperoleh beberapa abad yang lalu (Bowles, 1984). Kaolinite
merupakan hasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung karbonat pada
dan gibbsite ini sering disebut sebagai mineral lempung 1 : 1 dengan tebal kira-
lempengan tipis dengan diameter 1000 Å sampai 20000 Å dan ketebalan dari 100
Å sampai 1000 Å dengan luasan spesifik per unit massa ± 15 m2/gr yang memiliki
rumus kimia:
(OH)8Al4Si4O10
28
molekul tunggal dari air dapat masuk. Halloysite memiliki rumus kimia sebagai
berikut:
(OH)8Al4Si4O10 . 4H2O
b. Illite
Mineral illite bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illite mempunyai
hubungan dengan mika biasa (Bowles, 1984). Mineral illite memiliki rumus kimia
sebagai berikut:
Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal,
ada pada :
ÿ Kalium (K) berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai
penyeimbang muatan.
ÿ Terdapat ± 20% pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada lempeng
tetrahedral.
29
ÿ Struktur mineral illite tidak mengembang sebagaimana montmorillonite.
kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral. Bila sebuah anion dari
lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi oleh
maka mineral tersebut disebut brucite. Struktur mineral illite dapat dilihat dalam
Gambar 2.10.
c. Montmorillonite
kimia
(OH)4Si8Al4O20 . nH2O
montmorillonite juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan
susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral mengapit
30
Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng
mengkerut menurut sumbu C dan mempunyai daya adsorbsi air dan kation lebih
tinggi. Tebal satuan unit adalah 9,6 Å (0,96 μm). Gaya Van Der Walls mengikat
satuan unit sangat lemah diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika, oleh
karena itu lapisan air (n.H2O) dengan kation dapat dengan mudah menyusup dan
lapisan terpisah. Ukuran unit massa montmorillonite sangat besar dan dapat
Gambar 2.11.
1. Hidrasi
31
oleh lapisan-lapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi
2. Aktivitas
dalam persamaan:
??
?? ??????????? ??? ????
(2.16)
untuknilaiA (Aktivitas),
Nilai khas dari aktivitas tanah lempung dapat dilihat pada Tabel 2.4.
32
3 . Flokulasi dan Dispersi
larutan air dapat ditambahkan zat asam. Lempung yang baru saja
antar partikel jauh lebih kecil dari gaya goncangan. Apabila lempung
simetri di sekitar atom-atom oksigen. Hal ini berarti bahwa satu .molekul
air merupakan batang yang mempunyai muatan positif dan negatif pada
33
Gambar 2.12 Sifat Dipolar Molekul Air (Das, 1991)
negatif pada ujung yang berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh lempung
hidrogen antara atom oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen
34
Molekul air dipolar dalam lapisan ganda dapat dilihat pada Gambar 2.13.
Mekanisme 1
Mekanisme 2
Mekanisme 3
Gambar 2.13 Molekul Air Dipolar Dalam Lapisan Ganda (Das, 1991)
dimana kation dapat dengan mudah berpindah dengan ion yang bervalensi sama
exchangeable cation yang lebih besar daripada kaolinite. Kalsium dan magnesium
potassium dan sodium merupakan yang paling tidak dominan. Ada beberapa
ion dan besarnya ion hidrasi. Kemampuan mendesak dari kation-kation dapat
Al+3>Ca+2>Mg+2>NH+4>K+>H+>Na+>Li+
Semakin luas permukaan spesifik tanah lempung, air yang tertarik secara
elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda jumlahnya akan
35
semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang menyebabkan sifat plastis pada
tanah lempung. Konsentrasi air resapan dalam mineral lempung memberi bentuk
dasar dari susunan tanahnya sebagai berikut, tiap partikelnya terikat satu sama lain
lewat lapisan air serapannya. Selain itu jarak antara partikel juga akan
mempengaruhi hubungan tarik menarik atau tolak menolak antar partikel tanah
lempung yang diakibatkan oleh pengaruh ikatan hidrogen, gaya Van der Walls
serta macam ikatan kimia dan organiknya. Bertambahnya jarak akan mengurangi
Sehingga ikatan antar partikel tanah yang disusun oleh mineral lempung
akan sangat dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral, tipe,
muatannya.
pertukaran ion-ion yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram lempung
kering. Beberapa garam juga terdapat pada permukaan partikel lempung kering.
36
Pada penelitian ini akan dilakukan usaha penggantian kation-kation yang
terdapat pada lempung dengan kation-kation dari abu gunung vulkanik dengan
Karo, Sumatera Utara. Gunung ini mendadak aktif kembali dengan meletus pada
tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan
berukuran besar hingga berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh
disekitar kawah dalam radius 5-7 km, sedangkan yang berukuran halus sampai
ratusan bahkan ribuan km dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin.
Material yang paling sering menyebabkan bahaya dari peristiwa gunung meletus
Abu gunung vulkanik merupakan salah satu jenis bahan alami yang
jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan. Abu gunung
vulkanik tidak larut dalam air, sangat kasar dan agak korosif.
Secara umum komposisi abu gunung vulkanik terdiri atas Silika dan Kuarsa,
sehingga abu gunung vulkanik digolongkan kedalam bahan yang bersifat pozolan.
Bahan pozolan didefinisikan bahan bukan semen yang mengandung silika dan
pozolan alam (natural) dan buatan (sintetis), contoh pozolan alam adalah: tufa,
abu vulkanis, tanah diatomae dan trass adalah sebutan pozolan alam yang terkenal
37
di Indonesia. Selanjutnya contoh pozolan buatan adalah hasil pembakaran tanah
liat, abu sekam padi, abu ampas tebu dan hasil pembakaran batu bara (fly ash).
manusia. Abu gunung vulkanik mengandung beberapa jenis mineral yang penting
untuk mempengaruhi kesuburan tanah seperti magnesium, seng, mangan, zat besi
dan selenium. Komponen ini akan menambah kesuburan tanah ketika bercampur
- Dapat menyuburkan tanah, abu gunung vulkanik yang keluar dari gunung
berapi mengandung berbagai mineral yang sangat penting untuk tanah. mineral
yang bercampur dengan tanah akan membentuk tanah yang lebih subur.
Dampak ini dapat kita lihat secara langsung yaitu kawasan di sekitar
- Berguna untuk menyediakan bahan bangunan, berbagai jenis batu apung, abu
gunung vulkanik keluar dan akan bercampur dengan pasir dan tanah di sekitar
Pada penelitian ini sebelum abu gunung vulkanik digunakan untuk membuat
benda uji, maka abu gunung vulkanik tersebut perlu dilakukan pengujian
38
Tabel 2.5. Komposisi Kimia Abu Gunung Vulkanik
Selain unsur kimia yang telah diuji dan ditunjukkan pada Tabel 2.5, abu
Ketika tanah di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan
atau pun memiliki indeks konsestensi yang tidak stabil, permeabilitas yang cukup
tinggi, atau memiliki sifat-sifat lain yang tidak diinginkan yang membuatnya tidak
sesuai untuk digunakan di dalam suatu proyek konstruksi, maka tanah tersebut
Tanah lempung merupakan salah satu jenis tanah yang sering dilakukan
proses stabilisasi. Hal ini disebabkan sifat lunak plastis dan kohesif tanah lempung
pengaruh air dan menyebabkan tanah mengembang dan menyusut dalam jangka
waktu yang relatif cepat. Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan
bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, atau stabilisasi tanah
39
adalah suatu usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar
1. Mekanis
2. Fisis
menambah butiran tanah pada fraksi tertentu yang dianggap kurang, guna
kimia tertentu sehingga terjadi reaksi kimia. Bahan kimia tersebut dapat
40
berupa Portland cement (PC), kapur, gypsum, abu terbang (fly ash), semen
aspal, sodium dan kalsium klorida, ataupun limbah pabrik kertas dan bahan-
sekam padi, abu ampas tebu, abu cangkang sawit dan lain-lain.
negatif. Ion positif seperti ion hidrogen (H+), ion sodium (Na+), dan ion kalium
(K+), serta air yang berpolarisasi, semuanya melekat pada permukaan butiran
lempung. Jika unsur kimia seperti Fe2O3, CaO dan MgO ditambahkan pada tanah
dengan kondisi seperti diatas, maka pertukaran ion segera terjadi, dan ion yang
berasal dari larutan Fe2O3, CaO dan MgO diserap oleh permukaan butiran
(repulsion force), dan terjadilah kohesi pada butiran itu sehingga berakibat
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah tanpa bahan stabilisasi (tanah
asli) dan pada tanah yang diberikan bahan stabilisasi kimiawi berupa penambahan
Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari PTPN II,
Abu gunung vulkanik yang dipakai adalah abu yang berasal dari erupsi
Susunan penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir
42
Mulai
Perumusan Masalah
Studi Literatur
Persiapan Bahan
a.Tanah Asli b.Abu Gunung Vulkanik
Pengolahan Data
Analisa Data
Selesai
43
3.3 Proses Sampling
yang diperoleh dari lapangan adalah dengan menggunakan hand bore dan untuk
sampel tanah terganggu diambil dari tanah yang berada ± 30 cm dari muka tanah.
Hal ini dimaksudkan agar humus dan akar-akar tanaman yang ada dapat terangkat
dan tidak terikut dalam tanah yang akan dipakai. Adapun prosedur sampling yang
dilakukan adalah:
muka tanah.
pengujian tanah asli diambil dari contoh tanah tidak terganggu (undisturbed)
dan untuk pengujian tanah campuran diambil dari tanah disturbed dicampur
Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui karakteristik serta sifat-sifat tanah
44
∑ Uji Kadar Air (Water Content Test)
Peneliti dalam hal ini turut melakukan pengujian pada sampel tanah asli
yang berguna untuk mengetahui sifat mekanis dari tanah tersebut. Adapun sifat
Pengujian ini diperlukan agar mengetahui besar kadar air optimum serta
mengetahui berat isi kering maksimum. Hal ini sangat diperlukan karena dalam
proses pencampuran (mix design) yang akan dilakukan dapat diibaratkan bahwa
sampel tanah campuran dianggap memiliki kepadatan lapangan dan kadar air
perlu dilakukan pemeraman (curing time). Curing time dimaksudkan agar bahan
stabilisator yang telah dicampur dengan tanah dapat memberikan efek dan
bereaksi dengan tanah sampel. Pada percobaan ini digunakan pemeraman selama
1 dan 14 hari.
Pembuatan benda uji dilakukan dengan cara trial error, yang dimaksud
dengan membuat disturbed dengan cara mengupayakan kadar air campuran tanah,
45
abu gunung vulkanik sama dengan sampel tanah asli. Hal ini dilakukan berulang-
ulang sehingga didapat ukuran kadar air keduanya yang relatif sama. Jika sampel
dengan kadar air yang pas sudah didapat maka dapat dilakukan pengujian
selanjutnya.
Pada pengujian CBR ini merupakan pengujian CBR Rendaman (soaked) dan
benda uji. Pada penelitian ini benda uji dipersiapkan menurut cara
Gunung Vulkanik (AGV) 2%, 4%, 6%, 8%, 9%, 10%, 11%, 12%, 13%,
∑ Campur bahan tersebut dengan air sampai dengan kadar air optimum yang
∑ Pasang cetakan pada keping alas dan timbang. Masukan piringan pemisah
∑ Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-
46
kasar dengan bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan pemisah,
balikan dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada keping alas,
kemudian timbang.
jam.
∑ Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit sehingga
air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air tersebut
∑ Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5
∑ Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji
0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187 mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”;
47
∑ Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum
∑ Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas
Setelah seluruh data-data diperoleh baik dari pengujian sifat fisik dan sifat
dikumpulkan, lalu dilakukan analisa data dari hasil pengujian yang diperoleh.
48
BAB IV
4.1 Pendahuluan
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai hasil pengujian dan pembahasan
penelitian uji CBR lab tanah lempung dengan bahan stabilisator abu gunung
vulkanik pada variasi kadar campuran 2%, 4%, 6%, 8%, 9%, 10%, 11%, 12%,
13%, 14%, 15%, 16%, 17%, 18%, 19%, dan 20% dengan lama waktu pemeraman
Sumatera Utara dengan sampel tanah yang diperoleh dari PTPN II, Patumbak,
Adapun hasil uji sifat fisik tanah asli ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut.
∑ Kadar Air
∑ Berat Spesifik
∑ Batas-batas Atterberg
49
Tabel 4.1 Data Uji Sifat Fisik Tanah
No. Pengujian Hasil
Dari data di atas, menurut sistem klasifikasi USCS, diperoleh data berupa
nilai indeks plastisitas sebesar 29,82% dan nilai batas cair (liquid limit) sebesar
48,64% sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi tanah yaitu
yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari hasil plot diperoleh tanah termasuk
sedang.
50
Menurut sistem klasifikasi AASHTO diperoleh data berupa persentase tanah
lolos ayakan no. 200 sebesar 50,04% dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Pada batas-batas, atterberg, nilai batas cair (liquid limit) sebesar 48,64%
pada 26 pukulan dapat dilihat pada Gambar 4.3, dan nilai indeks plastisitas
ayakan no. 200 sebesar 36%, memiliki batas cair (liquid limit) ≥ 41 dan indeks
plastisitas (plasticity index) > 11, sehingga tanah sampel dapat diklasifikasikan
51
70
50
40
30
20
10 100
Pukulan
Gambar 4.3 Grafik Batas Cair (Liquid Limit), Atterberg Limit Tanah Asli
Untuk hasil uji sifat fisik dari abu gunung vulkanik ditunjukkan pada
diperoleh data berupa persentase abu gunung vulkanik lolos ayakan 200 sebesar
11,40% dapat dilihat pada Gambar 4.4, sedangkan nilai batas cair (liquid limit),
batas plastis (plastic limit) dan indeks plastisitas (plasticity index) merupakan non
plastis.
52
Gambar 4.4 Grafik Analisa Saringan Abu Gunung Vulkanik
Pada Gambar 4.4 terlihat jelas bahwa abu gunung vulkanik yang lolos
saringan 200 adalah 11,40%, untuk itu sisa abu gunung vulkanik yang tidak lolos
saringan 200 perlu dilakukan perbaikan gradasi agar bisa digunakan sebagai
bahan stabilisator.
Hasil pengujian sifat fisik tanah yang telah dicampur dengan bahan
stabilisator abu gunung vulkanik ditunjukkan pada Tabel 4.3. Grafik hubungan
antara nilai batas cair (LL) dengan variasi campuran ditunjukkan pada Gambar
4.5, hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi campuran ditunjukkan
pada Gambar 4.6 dan hubungan antara nilai indeks plastisitas (IP) dengan variasi
53
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Atterberg Limit dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Batas-batas Atterberg
LL PL PI LL PL PI
54
4.2.3.1 Batas Cair (Liquid Limit)
50
45
Nilai Batas Cair
40
35
30
25
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Nilai Batas Cair (LL) dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Semakin besar persentase abu gunung vulkanik, maka semakin kecil batas
cairnya. Pada tanah asli batas cair mencapai 48,64% sedangkan nilai batas cair
terendah berada pada penambahan 20% abu gunung vulkanik dengan lama
pemeraman 14 hari yaitu sebesar 30,15%. Hal tersebut disebabkan akibat tanah
mengalami proses sementasi oleh abu gunung vulkanik sehingga tanah menjadi
butiran yang lebih besar yang menjadikan gaya tarik menarik antar partikel dalam
tanah menurun.
55
4.2.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit)
22
21
Nilai Batas Plastis
20
19
18
17
16
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Nilai Batas Plastis (PL) dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
akibat penambahan bahan stabilisasi. Nilai batas plastis meningkat seiring dengan
pertambahan kadar abu gunung vulkanik yang ditambahkan. Untuk tanah asli
batas plastisnya yaitu 18,81% dan untuk tanah yang dicampur dengan abu gunung
vulkanik terus mengalami peningkatan hingga batas plastis tertinggi berada pada
campuran 20% abu gunung vulkanik dengan lama pemeraman 14 hari yaitu
sebesar 21,12%.
56
4.2.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
35
30
Nilai Indeks Plastisitas
25
20
15
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Nilai Indeks Plastisitas (IP) dengan Variasi
Campuran 2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Penurunan nilai indeks plastisitas
tersebut dapat mengurangi potensi pengembangan dan penyusutan dari tanah. Hal
ini disebabkan oleh adanya proses hidrasi dari abu gunung vulkanik yang
tanah, sehingga terbentuk butiran yang lebih keras dan stabil. Terisinya pori-pori
Ditambah dengan bahan stabilisasi berupa abu gunung vulkanik. Silika dan
alumina dari abu gunung vulkanik bercampur dengan air membentuk pasta yang
57
yang dikelilingi bahan sementasi yang lebih sulit ditembus air akan membuat
campuran tanah dan abu gunung vulkanik lebih tahan terhadap penyerapan air
Dapat dilihat penurunan indeks plastisitas dari tanah asli yang awalnya
gunung vulkanik hingga nilai indeks plastisitas terendah pada campuran 20% abu
Hasil uji pemadatan Proctor Standard ditampilkan pada Tabel 4.4 dan
58
2.5
2
ZAVL
0.5
W opt (%)
0
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
w (%)
menghasilkan nilai γd max sebesar 1,32 gr/cm3, namun dari hasil plot grafik kurva
pemadatan tanah asli masih belum total mendekati garis ZAVL, yang berarti nilai
pemadatan yang lebih maksimal untuk mencapai tanah yang sepenuhnya bebas
udara.
Hasil pengujian sifat mekanis tanah yang telah dicampur dengan bahan
stabilisator berupa abu gunung vulkanik ditunjukkan pada Tabel 4.5, dan
hubungan antara nilai berat isi kering dengan variasi campuran ditunjukkan pada
59
Gambar 4.9, serta hubungan kadar air optimum dengan variasi campuran
Tabel 4.5 Data Hasil Uji Compaction dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari
Sampel
γd maks Wopt γd maks Wopt
60
4.3.2.1 Berat Isi Kering Maksimum (γd maks)
Dari pengujian pemadatan tanah yang telah dilakukan pada tanah asli
diperoleh nilai berat isi kering tanah sebesar 1,32 gr/cm³. Gambar 4.9
campuran abu gunung vulkanik dengan lama pemeraman 1 hari dan 14 hari.
2.0
Maksimum (gr/cm3)
1.8
Berat Isi Kering
1.6
1.4
1.2
1.0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Antara Berat Isi Kering Maksimum (γd maks) Tanah
dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Pada grafik Gambar 4.9, dapat dilihat berat isi kering maksimum dari
seluruh pengujian berada pada campuran 10% abu gunung vulkanik dengan lama
pemeraman 14 hari yaitu sebesar 1,49 gr/cm3, berbeda dengan saat campuran 10%
abu gunung vulkanik yang hanya diperam 1 hari dengan nilai berat isi kering
maksimum sebesar 1,44 gr/cm3. Peningkatan nilai berat isi kering maksimum
yang dipengaruhi oleh lama pemeraman disebabkan campuran tanah lempung dan
61
4.3.2.2 Kadar Air Optimum (wopt )
Hasil kadar air optimum dari percobaan tanah asli, didapat nilai kadar air
kadar air optimum tanah dengan variasi pencampuran abu gunung vulkanik pada
26
Kadar Air Optimum (%)
24
22
20
18
16
14
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Antara Kadar Air Optimum Tanah (wopt ) dengan
Variasi Campuran 2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Pada grafik Gambar 4.10, nilai kadar air optimum campuran 10% abu
seiring dengan lama pemeraman 14 hari menjadi 19,35%, hal ini disebabkan oleh
campuran air yang merata seiring dengan lamanya pemeraman terhadap campuran
62
4.3.3 Pengujian CBR (California Bearing Ratio)
besarnya nilai CBR adalah salah satu cara untuk mengetahui kuat dukung tanah.
Besarnya nilai kuat dukung tanah akan dipengaruhi oleh kualitas bahan, lekatan
Pada pengujian CBR rendaman (soaked), benda uji yang akan dipakai,
terlebih dahulu direndam selama 3x24 jam, tujuannya agar kondisi tanah yang
akan diuji mendekati dengan kondisi yang ada di lapangan. Namun selain
Pada pengujian CBR tanah asli, dengan nilai berat isi kering maksimum
sebesar 1,32 gr/cm3 dan nilai kadar air optimum sebesar 21,38%, menghasilkan
Hasil pengujian CBR yang dilakukan pada setiap variasi kadar campuran,
nilai CBR maksimum seluruh pengujian adalah 8,95% yang didapat dari
campuran 10% abu gunung vulkanik dan tanah lempung dengan lama pemeraman
selama 14 hari. Nilai CBR pada campuran 10% abu gunung vulkanik mengalami
selama 1 hari, nilai CBR hanya didapat sebesar 8,22%. Hal ini disebabkan oleh
menghasilkan nilai CBR yang lebih kuat daripada campuran yang hanya diperam
selama 1 hari. Nilai data hasil uji CBR tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6.
63
Tabel 4.6 Data Hasil Uji CBR Laboratorium dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Untuk grafik hubungan nilai CBR pada variasi pencampuran abu gunung
vulkanik dengan lama pemeraman 1 hari dan 14 hari dapat dilihat pada Gambar
4.11.
64
14
11
CBR (%)
2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Antara Nilai CBR dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
yang dialami penambahan 10% abu gunung vulkanik seiring lama pemeramannya,
dapat dilihat juga nilai CBR pengujian untuk pemeraman 1 hari terbesar ada pada
campuran 12% abu gunung vulkanik sebesar 8,87%, sedangkan pada pemeraman
14 hari, nilai CBR maksimum didapat pada campuran 10% abu gunung vulkanik
sebesar 8,95%.
65
BAB V
5.1 Kesimpulan
stabilisator abu gunung vulkanik terhadap tanah lempung dengan kadar campuran
yang telah ditetapkan dan masa peram (curing time) selama 1 dan 14 hari, dapat
disimpulkan bahwa :
rendah sampai sedang dan tetap pada jenis CL setelah dicampurkan dengan
3. Dari hasil uji Water Content didapat bahwa nilai kadar air tanah asli sebesar
14,52%, kemudian dari hasil uji Specific Gravity didapat bahwa nilai berat
spesifik tanah yaitu sebesar 2,64 ; dan berat spesifik abu gunung vulkanik
sebesar 2,62.
4. Dari uji Atterberg pada tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit (LL) sebesar
66
∑ Pemeraman 1 hari dengan campuran 20% AGV, memiliki indeks
plastisitas (IP) yang paling rendah yakni 9,73%. Dengan nilai Liquid
plastisitas (IP) yang paling rendah yakni 9,04%. Dengan nilai Liquid
Adanya penurunan nilai indeks plastisitas (IP) pada 20% AGV dengan lama
5. Dari hasil uji Proctor Standart menghasilkan nilai kadar air optimum pada
tanah asli sebesar 21,38% dan berat isi kering maksimum sebesar 1,32
gr/cm³, sedangkan nilai berat isi kering maksimum tertinggi dari semua
campuran yaitu campuran 10% AGV pada pemeraman 14 hari sebesar 1,49
sebelumnya ketika hanya diperam 1 hari nilai berat isi kering maksimumnya
sebesar 1,44 gr/cm3, sedangkan kadar air optimum campuran 10% AGV
selama 3 hari yang dilakukan pada tanah asli diperoleh nilai CBR sebesar
4,56%. Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai CBR setelah tanah ada
pada campuran 10% AGV dengan lama pemeraman 14 hari sebesar 8,95%.
67
7. Nilai CBR pada campuran 10% AGV mengalami peningkatan seiring lama
pemeraman, dimana:
5.2 Saran
saran bahwa:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap proses stabilisasi ini dengan
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemeraman yang
68
DAFTAR PUSTAKA
Ariyani, N., Nugroho, A. C. 2007. Pengaruh Kapur Dan Abu Sekam Padi Pada
Nilai Cbr Laboratorium Tanah Tras Dari Dusun Seropan Untuk Stabilitas
Yogyakarta.
Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi
Bowles, J. E. 1991. Analisa dan Desain Pondasi, Edisi Keempat, Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Jakarta: Erlangga.
Utama.
69
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah, Jilid 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Terhadap Nilai California Bearing Ratio. Jurnal Teknik Sipil, Volume 9, No.2.
Lambe, W. T. 1969. Soil Mechanics, Jhon Wiley and Sons Inc. New York.
Pakpahan, S. S. 2014. Kajian Efektifitas Abu Kayu Bakar Dan Semen Portland
Tipe I Sebagai Bahan Stabilisasi Pada Tanah Lempung Dengan Uji Kuat
Medan.
Prabowo, I. 2013. Pengaruh Abu Vulkanik Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah untuk
Mada. Yogyakarta.
Rostaman, T., Kasno, A., dan Anggria, L. 2011. Perbaikan Sifat Tanah dengan
70
Shankar, S. 2016. “Mount Sinabung Volcano Eruption: Over 1,200 Villagers In
http://www.ibtimes.com/mount-sinabung-volcano-eruption-over-1200-
villagers-indonesia-forced-evacuate-1968566
71
LAMPIRAN
72
LAMPIRAN 1
No Sampel 1 2
a Berat krus + tanah basah (gr) 54,36 51,81
b Berat krus + tanah kering (gr) 48,97 46,22
c Berat Air (gr) 5,39 5,59
d Berat krus (gr) 10,66 8,88
e Berat tanah kering (gr) 38,31 37,34
f Kadar air (w) (%) 14,07 14,97
g Kadar air rata-rata (%) 14,52
ANALISA SARINGAN
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 1 B Kampus USU Medan
ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh
200
100
3/8
3/4
80
40
20
10
1/2
3
8
76.20
0.075
25.40
19.06
0.18
0.15
0.43
0.58
2.00
2.36
4.75
100 0
90 10
80 20
70 30
60 40
50 50
40 60
30 70
20 80
10 90
0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100
ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)
200
120
3/8
3/4
40
80
20
10
1/2
3
8
76.20
0.075
25.40
19.06
0.43
0.15
0.18
0.58
2.00
2.36
4.75
100 0
90 10
80 20
70 30
60 40
50 50
40 60
30 70
20 80
10 90
0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100
ATTERBERG LIMITS,
DOKUMENTASI PELAKSANAAN
Lampiran Dokumentasi Pelaksanaan
Proses Pengeluaran Benda Uji & Hasil Benda Uji Setelah Uji CBR