Anda di halaman 1dari 102

TUGAS AKHIR

STABILISASI TANAH LEMPUNG


DENGAN MENGGUNAKAN ABU GUNUNG VULKANIK
DITINJAU DARI NILAI CALIFORNIA BEARING RATIO

Diajukan untuk melengkapi tugas – tugas dan memenuhi syarat

untuk menjadi Sarjana

Disusun Oleh :

SAMUEL MARIO ARNOLDI NAPITUPULU

11 0404 039

BIDANG STUDI GEOTEKNIK

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2016
ABSTRAK

Umumnya sebagian besar wilayah Indonesia terdiri oleh tanah lempung

dengan pengembangan yang cukup besar (plastisitas tinggi). Tanah lempung

umumnya digunakan sebagai bahan timbunan jalan raya. Sifat umum tanah

lempung adalah sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis dalam

keadaan kadar air sedang. Namun ketika kadar air tinggi, tanah lempung akan

bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Oleh sebab itu, tanah lempung perlu

dilakukan stabilisasi. Dalam penelitian ini, bahan tambah stabilisasi yang

digunakan adalah abu gunung vulkanik yang berasal dari Gunung Sinabung.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai index

properties dari penambahan abu gunung vulkanik dengan variasi pencampuran

2%-20% pada tanah lempung dengan pemeraman 1 hari dan 14 hari, kemudian

untuk mengetahui nilai CBR (California Bearing Ratio) tanah setelah distabilisasi

dengan abu gunung vulkanik, serta mencari kadar pencampuran dengan lama

pemeraman yang efektif pada nilai CBR maksimum.

Dari hasil penelitian diperoleh nilai CBR maksimum dari seluruh pengujian

adalah campuran 10% abu gunung vulkanik pada pemeraman selama 14 hari

sebesar 8,95%. Nilai CBR tersebut meningkat seiring lamanya pemeraman

dimana pada saat pemeraman 1 hari, nilai CBR campuran 10% abu gunung

vulkanik dan tanah lempung menghasilkan nilai sebesar 8,22%.

Kata Kunci : lempung, abu gunung vulkanik, stabilisasi tanah, CBR.

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga tugas akhir ini

dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik

Sipil bidang struktur Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara, dengan judul “Stabilisasi Tanah Lempung Dengan

Menggunakan Abu Gunung Vulkanik Ditinjau Dari Nilai California Bearing

Ratio”.

Saya menyadari bahwa dalam menyelesaikan tugas akhir ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya

ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa

pihak yang berperan penting yaitu :

1. Prof. Dr. Ir. Roesyanto, MSCE selaku pembimbing, yang telah banyak

memberikan dukungan, masukan, bimbingan serta meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran dalam membantu saya menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ing. Johannes Tarigan selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Syahrizal, MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Sipil Fakultas

Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak/Ibu seluruh staff pengajar Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sumatera Utara.

ii
5. Seluruh pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Fakultas teknik

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan selama ini

kepada saya.

6. Teristimewa dihati buat kedua orang tua saya, Ayah dan Ibu dan juga abang

saya Alfred yang telah memberikan doa, motivasi, semangat dan nasehat

kepada saya. Terima kasih atas segala pengorbanan, cinta, kasih sayang dan

do’a yang tiada batas untuk saya.

7. Buat teman satu tim dengan saya Wisman Sitorus dan Ronny Hutauruk.

8. Buat teman-teman seperjuangan 2011, Tatanojisokhi, Manimpan, Candra,

Defrin, Rio, Triboy, Jannes, Advent, Peter dan mahasiswa teknik sipil lainnya

yang tidak dapat disebutkan seluruhnya terima kasih atas semangat dan

bantuannya selama ini.

9. Terima kasih buat Anggi Osyka yang menjadi motivasi saya dalam

menyelesaikan skripsi.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari

kata sempurna. Yang disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kurangnya

pemahaman saya dalam hal ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan

kritik yang membangun dari para pembaca demi perbaikan menjadi lebih baik.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini

dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Desember 2016


Penulis

( Samuel Mario )

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR NOTASI .......................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 3

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................... 3

1.3.1 Tujuan ...................................................................... 3

1.3.2 Manfaat .................................................................... 4

1.4 Pembatasan Penelitian ........................................................ 4

1.5 Sistematika Penulisan ......................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7

2.1 Tinjauan Umum ................................................................... 7

2.1.1 Tanah........................................................................ 7

2.1.2 Sifat-sifat Fisik Tanah ............................................. 8

2.1.2.1 Kadar Air (Moisture Water Content) ........... 8

2.1.2.2 Porositas (Porosity) ...................................... 9

2.1.2.3 Angka Pori (Void Ratio)............................... 9

iv
2.1.2.4 Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation) .. 10

2.1.2.5 Berat Volume (Unit Weight) ........................ 11

2.1.2.6 Berat Volume Kering (Dry Unit Weight) ..... 11

2.1.2.7 Berat Volume Butiran Padat

(Soil Volume Weight) ................................... 11

2.1.2.8 Berat Jenis (Specific Gravity) ..................... 12

2.1.2.9 Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit)....... 13

2.1.2.9.1 Batas Cair (Liquid Limit) ................ 13

2.1.2.9.2 Batas Plastis (Plastic Limit) ............. 14

2.1.2.9.3 Batas Susut (Shrinkage Limit) .......... 15

2.1.2.9.4 Indeks Plastisitas (Plasticity Index).. 15

2.1.2.9.5 Indeks Kecairan (Liquidity Index) .... 16

2.1.2.10 Klasifikasi Tanah ......................................... 17

2.1.2.10.1 Sistem Klasifikasi Unified

Soil Classificiation System (USCS) .18

2.1.2.10.2 Sistem Klasifikasi AASHTO ........... 21

2.1.3 Sifat-sifat Mekanis Tanah ........................................ 22

2.1.3.1 Pemadatan Tanah (Compaction) .................. 22

2.1.3.2 Pengujian California Bearing Ratio (CBR) . 25

2.2 Bahan-bahan Penelitian ....................................................... 27

2.2.1 Tanah Lempung ....................................................... 27

2.2.1.1 Sifat Umum Tanah Lempung ....................... 31

2.2.2 Abu Gunung Vulkanik (AGV)................................. 37

2.3 Stabilisasi Tanah .................................................................. 39

v
2.3.1 Stabilisasi Tanah dengan Abu Gunung Vulkanik .... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 42

3.1 Program Penelitian............................................................... 42

3.2 Pekerjaan Persiapan ............................................................. 42

3.3 Proses Sampling................................................................... 44

3.4 Pekerjaan Laboratorium....................................................... 44

3.4.1 Uji Sifat Fisik Tanah ............................................... 44

3.4.2 Uji Sifat Mekanis Tanah .......................................... 45

3.4.2.1 Uji Proctor Standard ...................................... 45

3.4.2.2 Uji CBR (California Bearing Ratio) .............. 46

3.5 Analisis Data Laboratorium ................................................. 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 49

4.1 Pendahuluan ......................................................................... 49

4.2 Pengujian Sifat Fisik ............................................................ 49

4.2.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli ............................. 49

4.2.2 Pengujian Sifat Fisik Abu Gunung Vulkanik .......... 52

4.2.3 Pengujian Sifat Fisik Tanah dengan Bahan

Stablilisator .............................................................. 53

4.2.3.1 Batas Cair (Liquid Limit) ............................... 55

4.2.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit)............................ 56

4.2.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index) ................ 57

4.3 Pengujian Sifat Mekanis Tanah ........................................... 58

4.3.1 Pengujian Pemadatan Tanah Asli (Compaction) ..... 58

4.3.2 Pengujian Pemadatan Tanah (Compaction)

vi
dengan Bahan Stabilisator ....................................... 59

4.3.2.1 Berat Isi Kering Maksimum (γd maks) ......... 61

4.3.2.2 Kadar Air Optimum (wopt ) ............................. 62

4.3.3 Pengujian CBR (California Bearing Ratio) ............ 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 66

5.1 Kesimpulan ......................................................................... 66

5.2 Saran ................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69

LAMPIRAN ..................................................................................................... 72

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah 7

Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg 13

Gambar 2.3 Cawan Cassagrande dan Grooving Tool 14

Gambar 2.4 Hubungan Antara WP, WL dan WN Dalam Menghitung


LI atau IL 17

Gambar 2.5 Klasifikasi Tanah Sistem USCS 20

Gambar 2.6 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO 22

Gambar 2.7 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah 24

Gambar 2.8 Alat Pemeriksa Nilai CBR di Laboratorium 27

Gambar 2.9 Struktur Kaolinite 29

Gambar 2.10 Struktur Illite 30

Gambar 2.11 Struktur Montmorillonite 31

Gambar 2.12 Sifat Dipolar Molekul Air 34

Gambar 2.13 Molekul Air Dipolar Dalam Lapisan Ganda 35

Gambar 2.14 Kation dan Anion Pada Partikel 36

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 43

Gambar 4.1 Plot Grafik Klasifikasi USCS 50

Gambar 4.2 Grafik Analisa Saringan Tanah Asli 51

Gambar 4.3 Grafik Batas Cair (Liquid Limit), Atterberg Limit Tanah Asli 52

Gambar 4.4 Grafik Analisa Saringan Abu Gunung Vulkanik 53

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Nilai Batas Cair (LL)


dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 55

viii
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Nilai Batas Plastis (PL)
dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 56

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Nilai Indeks Plastisitas (IP)


dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 57

Gambar 4.8 Kurva Kepadatan Tanah Asli 59

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Antara Berat Isi Kering Maksimum


(γd maks) Tanah dengan Variasi Campuran 2-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 61

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Antara Kadar Air Optimum


(wopt ) Tanah dengan Variasi Campuran 2-20% AGV
dengan Lama Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 62

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Antara Nilai CBR


dengan Variasi Campuran 2-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 65

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah 10

Tabel 2.2 Berat Spesifik Tanah 12

Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah 16

Tabel 2.4 Aktivitas Tanah Lempung 32

Tabel 2.5 Komposisi Kimia Abu Gunung Vulkanik 39

Tabel 4.1 Data Uji Sifat Fisik Tanah 50

Tabel 4.2 Data Uji Sifat Fisik Abu Gunung Vulkanik 52

Tabel 4.3 Data Hasil Uji Atterberg Limit dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 54

Tabel 4.4 Data Uji Pemadatan Tanah Asli 58

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Compaction dengan Variasi Campuran


2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 60

Tabel 4.6 Data Hasil Uji CBR Laboratorium dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari 64

x
DAFTAR NOTASI

V Volume tanah (cm3)

Vs Volume butiran padat (cm3)

Vv Volume pori (cm3)

Vw Volume air di dalam pori (cm3)

Va Volume udara di dalam pori (cm3)

W Berat tanah (gr)

Berat butiran padat (gr)

Berat air (gr)

Kadar air

Porositas

Angka pori

γb Berat volume basah (gr/cm3)

Berat volume kering (gr/cm3)

Berat volume butiran padat (gr/cm3)

Berat spesifik tanah

S Derajat kejenuhan

SL Batas susut

Berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)

Berat tanah kering oven (gr)

Volume tanah basah dalam cawan (cm3)

Volume tanah kering oven (cm3)

Berat jenis air

xi
IP Indeks plastisitas

LL Batas cair

PL Batas plastis

CBR California Bearing Test

LB Beban (kg)

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran-1, Data Uji Laboratorium, Kadar Air dan Berat Jenis

Lampiran-2, Data Uji Laboratorium, Analisa Saringan

Lampiran-3, Data Uji Laboratorium, Atterberg Limits, Compaction Test &

California Bearing Ratio

Lampiran-4, Data Komposisi Kimia Abu Gunung Vulkanik

Lampiran-5, Dokumentasi Pelaksanaan

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah dapat didefinisikan sebagai bahan di atas batuan dasar, yang lepas

dan tidak terkonsolidasi, yang dihasilkan oleh pelapukan batuan (Bowles, 1993).

Ukuran dari partikel tanah adalah sangat beragam dengan variasi yang cukup

besar, sehingga tanah dibagi menjadi empat kelas yaitu kerikil (gravel), pasir

(sand), lanau (silt), dan lempung (clay), berdasarkan ukuran partikel yang paling

dominan dari tanah tersebut (Das, 1994).

Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral

tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air.

Tanah lempung biasa digunakan sebagai bahan timbunan jalan raya. Sifat umum

dari tanah lempung adalah sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis

dalam keadaan kadar air sedang. Namun ketika kadar air tinggi, tanah lempung

akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Oleh sebab itu, tanah lempung

perlu dilakukan stabilisasi.

Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan bahan tertentu, guna

memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, atau dapat pula berarti usaha untuk merubah

atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah tertentu agar memenuhi syarat teknis

tertentu (Hardiyatmo, 2010).

Tanah di wilayah Indonesia pada umumnya memiliki tanah dasar yang

terdiri dari tanah lempung dengan pengembangan yang cukup besar (plastisitas

tinggi), untuk itu perlu dilakukan stabilisasi. Stabilisasi tanah yang dilakukan

1
dalam penelitian ini adalah stabilisasi dengan cara kimiawi yaitu dengan

menambahkan bahan kimia pada tanah yang akan distabilisasi. Bahan pencampur

yang dipilih adalah abu gunung vulkanik.

Abu gunung vulkanik yang digunakan pada penelitian ini berasal dari

Gunung Sinabung. Dari data terakhir, volume lava Gunung Sinabung yang keluar

sudah mencapai 3,3 juta meter kubik (Shankar, 2016). Dampak dari abu vulkanik

yang dikeluarkan Gunung Sinabung dapat mengganggu kesehatan, merusak

rumah penduduk, menghambat saluran air, merusak tanaman pertanian, dan

mengacaukan aktivitas penduduk dan yang lainnya.

Banyaknya abu vulkanik yang dikeluarkan Gunung Sinabung

menyebabkan abu tersebut hanya menjadi limbah yang tak termanfaatkan.

Kebanyakan masyarakat hanya memanfaatkan abu gunung vulkanik Gunung

Sinabung sebagai pupuk. Abu gunung vulkanik sendiri mengandung aluminium,

silika, besi, kalsium, dan magnesium. Silika (SiO2) yang dikandung oleh abu

gunung vulkanik merupakan unsur penyusun utama dalam pembuatan semen.

Sifat pozolanik adalah perilaku mengikat mineral lain yang ada di lempung

sehingga menjadi semakin keras dalam jangka waktu tertentu (Mu’minah, 2014).

Oleh sebab itu, abu gunung vulkanik Gunung Sinabung dapat dimanfaatkan

sebagai bahan campur stabilisasi tanah, selain karena kandungan Silika yang

dimilikinya, juga bisa mengurangi limbah yang tak termanfaatkan oleh penduduk.

Penelitian mengenai stabilisasi pada tanah lempung telah banyak dilakukan

sebelumnya sebagai upaya untuk melakukan perbaikan pada tanah. Campuran

bahan yang digunakan pun bermacam-macam antara lain: kapur, semen, fly ash,

bubuk batu merah, abu ampas tebu, abu sekam padi, dan bahan lainnya. Hasilnya

2
menunjukkan perbaikan pada kondisi tanah lempung baik sifat fisis maupun sifat

mekanisnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penambahan abu gunung vulkanik terhadap nilai

indeks propertis tanah lempung?

2. Bagaimana pengaruh campuran 2-20% abu gunung vulkanik dengan

pemeraman 1 hari dan 14 hari terhadap nilai CBR?

3. Berapa campuran dan lama pemeraman 2-20% abu gunung vulkanik

terhadap tanah lempung pada nilai CBR maksimum?

4. Bagaimana pengaruh pemeraman 1 hari dan 14 hari terhadap nilai CBR

campuran tanah lempung dan abu gunung vulkanik?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh variasi penambahan abu gunung vulkanik pada

tanah lempung terhadap nilai indeks propertis.

2. Untuk mengetahui nilai CBR dari tanah lempung yang ditambahkan dengan

variasi 2-20% abu gunung vulkanik pada pemeraman 1 hari dan 14 hari.

3. Untuk mencari campuran dan lama pemeraman optimum abu gunung

vulkanik terhadap tanah lempung pada nilai CBR maksimum.

4. Untuk mengetahui pengaruh pemeraman 1 hari dan 14 hari terhadap nilai

CBR campuran tanah lempung dan abu gunung vulkanik.

3
1.3.2 Manfaat

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Mengurangi limbah abu gunung vulkanik.

2. Pihak-pihak yang membutuhkan informasi dan mempelajari hal yang

dibahas dalam laporan tugas akhir.

1.4 Pembatasan Penelitian

Batasan-batasan dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :

1. Tanah yang dipakai tanah lempung Patumbak, Deli Serdang.

2. Bahan stabilitas yang digunakan adalah abu gunung vulkanik Gunung

Sinabung yang telah lolos saringan no. 200.

3. Komposisi campuran terdiri dari : tanah dan abu gunung vulkanik.

Penambahan persentase abu gunung vulkanik sebesar 2%, 4%, 6%, 8%, 9%,

10%, 11%, 12%, 13%, 14%, 15%, 16%, 17%, 18%, 19% dan 20% dari berat

tanah.

4. Berat tanah yang dimaksud adalah tanah dalam kondisi kering setelah

dijemur di bawah sinar matahari dan lolos dari saringan no. 4.

5. Uji index properties tanah asli untuk mengetahui sifat fisis tanah yang

dilakukan pada awal penelitian, meliputi:

ÿ Uji Kadar Air

ÿ Uji Berat Spesifik Tanah

ÿ Uji Nilai Atterberg (Batas-Batas Konsistensi)

ÿ Uji Distribusi Butiran atau Analisa Saringan

4
6. Pengujian untuk engineering properties tanah asli dilakukan dengan uji

Proctor Standard, dan uji CBR Laboratorium rendaman (soaked).

7. Pengujian yang dilakukan terhadap benda uji yang telah diberi campuran

bahan stabilisasi meliputi pengujian Atterberg, pengujian Proctor Standard,

serta pengujian CBR Laboratorium rendaman (soaked).

8. Masa pemeraman terdiri dari dua variasi yaitu 1 hari dan 14 hari.

1.5 Sistematika Penulisan

Rancangan sistematika penulisan secara keseluruhan pada tugas akhir ini

terdiri dari 5 (lima) bab, uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut:

Bab I: Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan

dan manfaat, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

Bab II: Tinjauan Pustaka

Bab ini mencakup teori dasar, rumus dan segala sesuatu yang berhubungan

dengan topik yang dibahas.

Bab III: Metodologi Penelitian

Bab ini membahas tentang penjabaran keseluruhan proses yang dilakukan

selama penelitian berlangsung sampai selesai. Diantaranya bagaimana proses

pengujian sampel dilakukan di laboratorium dan bagaimana mendapatkan data

dari hasil pengujian.

5
Bab IV: Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi tentang pembahasan atau hasil data-data yang dikumpulkan.

Hasil data-data yang terkumpul tersebut kemudian di analisa sehingga diperoleh

hasil atau tujuan akhir dari penelitian ini

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi penjabaran mengenai hasil akhir penelitian dan saran-saran

dari peneliti yang dianggap dapat menjadi masukan bagi pihak lainnya.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

2.1.1 Tanah

Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran)

mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama

lain dan dari bahan-bahan organik yang telah melapuk (yang berpartikel padat)

disertai dengan zat cair dan gas yang mengisi ruang-ruang kosong di antara

partikel- partikel padat tersebut (Das, 1991).

Tanah merupakan komposisi dari dua atau tiga fase yang berbeda. Fase-

fase tersebut dapat digambarkan dalam bentuk diagram fase seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.1 berikut.

(a) (b)
Gambar 2.1 Diagram Fase Tanah; (a) Elemen Tanah Dalam Keadaan Asli;
(b) Tiga Fase Elemen Tanah (Lambe dan Whitman, 1969)

Dari gambar tersebut diperoleh persamaan hubungan antara volume - berat

dari tanah berikut:

? ? ?? ? ? ? (2.1)

? ? ?? ? ? ? ? ?? (2.2)

7
Dimana :

?? : Volume butiran padat (cm3)

? ? : Volume pori (cm3)

? ? : Volume air di dalam pori (cm3)

?? : Volume udara di dalam pori (cm3)

Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka berat total dari

contoh tanah dapat dinyatakan dengan :

? ? ? ? ? ? ? (2.3)

Dimana:

? ? : Berat butiran padat (gr)

? ? : Berat air (gr)

Jika tanah dalam keadaan kering maka tanah tersebut terdiri dari dua fase

yaitu partikel padat dan pori-pori udara. Tanah yang jenuh seluruhnya juga terdiri

dari dua fase yaitu partikel padat dan air pori. Sedangkan tanah dalam keadaan

jenuh sebagian maka terdiri dari tiga fase yaitu partikel padat, pori-pori udara dan

air pori.

2.1.2 Sifat-sifat Fisik Tanah

2.1.2.1 Kadar Air (Moisture Water Content)

Kadar Air atau Water Content (w) adalah persentase perbandingan berat air

(? ? ) dengan berat butiran (? ? ) dalam tanah, atau :


??
? ?? ? ? ??
? ??? (2.4)

8
Dimana:

W = kadar air (%)

Ww = berat air (gr)

Ws = berat butiran (gr)

2.1.2.2 Porositas (Porosity)

Porositas atau Porosity (n) didefinisikan sebagai persentase perbandingan

antara volume rongga (?? ) dengan volume total (? ) dalam tanah, atau :

??
? ? ? ??? (2.5)
?

Dimana:

? : porositas

?? : volume rongga (cm3)

? : volume total (cm3)

2.1.2.3 Angka Pori (Void Ratio)

Angka Pori atau Void Ratio (e) didefinisikan sebagai perbandingan antara

volume rongga (?? ) dengan volume butiran (?? ) dalam tanah, atau :

??
? ? (2.6)
??

Dimana:

? : angka pori

?? : volume rongga (cm3)

?? : volume butiran (cm3)

9
2.1.2.4 Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation)

Derajat Kejenuhan atau Degree of Saturation (S) didefinisikan sebagai

perbandingan antara volume air (?? ) dengan volume total rongga pori tanah (?? ).

Bila tanah dalam keadaan jenuh, maka ? = 1. Derajat kejenuhan suatu tanah (? )

dapat dinyatakan dalam persamaan:

??
? ?? ? ? ??
? ??? (2.7)

Dimana:

? : derajat kejenuhan

?? : berat volume air (cm3)

?? : volume total rongga pori tanah (cm3)

Derajat kejenuhan dari kondisi tanah dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Derajat Kejenuhan dan Kondisi Tanah (Hardiyatmo, 2002)


Keadaan Tanah Derajat Kejenuhan

Tanah kering 0
Tanah agak lembab > 0 - 0,25
Tanah lembab 0,26 - 0,50
Tanah sangat lembab 0,51 - 0,75
Tanah basah 0,76 - 0,99
Tanah jenuh 1

10
2.1.2.5 Berat Volume (Unit Weight)

Berat Volume (γ) adalah berat tanah per satuan volume.

?
γ= (2.8)
?

Dimana:

? : berat volume basah (gr/cm3)

? : berat butiran tanah (gr)

? : volume total tanah (cm3)

2.1.2.6 Berat Volume Kering (Dry Unit Weight)

Berat Volume Kering (?? ?adalah perbandingan antara berat butiran tanah

(? ?) dengan volume total tanah (?). Berat Volume tanah (??) dapat dinyatakan

dalam persamaan :
??
?? ? ?
(2.9)

Dimana:

?? : berat volume kering (gr/cm3)

? ? : berat butiran tanah (gr)

? : volume total tanah (cm3)

2.1.2.7 Berat Volume Butiran Padat (Soil Volume Weight)

Berat Volume butiran padat (??) adalah perbandingan antara berat butiran

tanah (? ?) dengan volume butiran tanah padat (??). Berat Volume butiran padat

(??) dapat dinyatakan dalam persamaan :


??
?? ? (2.10)
??

11
Dimana:

?? : berat volume padat (gr/cm3)

? ? : berat butiran tanah (gr)

?? : volume total padat (cm3)

2.1.2.8 Berat Spesifik (Specific Gravity)

Berat Spesifik tanah atau Specific Gravity (Gs) didefinisikan sebagai

perbandingan antara berat volume butiran tanah (??) dengan berat volume air (?? )

dengan isi yang sama pada temperatur tertentu. Berat Spesifik tanah (??) dapat

dinyatakan dalam persamaan:


??
?? ? ??
(2.11)

Dimana:

?? : berat spesifik tanah

?? : berat volume padat (gr/cm3)

?? : berat volume air (gr/cm3)

Tabel 2.2 Berat Spesifik Tanah (Hardiyatmo, 2002)


Macam Tanah Berat Spesifik
Kerikil 2,65 - 2,68
Pasir 2,65 - 2,68
Lanau tak organik 2,62 - 2,68
Lempung organik 2,58 - 2,65
Lempung tak organik 2,68 - 2,75
Humus 1,37
Gambut 1,25 - 1,80

12
2.1.2.9 Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit)

Atterberg adalah seorang peneliti tanah berkebangsaan Swedia yang telah

menemukan batas-batas Atterberg pada tahun 1911. Atterberg mengusulkan ada

lima keadaan konsistensi tanah. Batas-batas konsistensi tanah ini didasarkan pada

kadar air, yaitu Batas Cair (Liquid Limit), Batas Plastis (Plastic Limit), Batas

Susut (Shrinkage Limit), Batas Lengket (Sticky Limit) dan Batas Kohesi

(Cohesion Limit). Tetapi pada umumnya Batas Lengket dan Batas Kohesi tidak

digunakan (Bowles, 1991). Batas-batas konsistensi dapat dilihat pada Gambar

2.2.

Gambar 2.2 Batas-batas Atterberg (Das, 1991)

2.1.2.9.1 Batas Cair (Liquid Limit)

Batas Cair (Liquid Limit) adalah kadar air tanah ketika tanah berada diantara

keadaan cair dan keadaan plastis, yaitu pada batas atas dari daerah plastis. Batas

Cair ditentukan dari pengujian Cassagrande (1948), yakni dengan meletakkan

tanah ke cawan dan dibentuk sedemikian rupa, kemudian tanah tersebut dibelah

oleh grooving tool dan dilakukan pemukulan dengan cara engkol dinaikkan dan

sampai mangkuk menyentuh dasar, dilakukan juga perhitungan ketukan sampai

13
tanah yang dibelah tadi berhimpit. Untuk lebih jelasnya, alat uji Batas Cair berupa

cawan Cassagrande dan grooving tool dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Cawan Cassagrande dan Grooving Tool (Hardiyatmo, 1992)

2.1.2.9.2 Batas Plastis (Plastic Limit)

Batas Plastis (Plastic Limit) dapat didefinisikan sebagai kadar air pada tanah

dimana pada batas bawah daerah plastis atau kadar air minimum. Untuk

mengetahui Batas Plastis suatu tanah dilakukan dengan percobaan menggulung

tanah berbentuk silinder dengan diameter sekitar 3,2 mm (1/8 inchi) dengan

menggunakan telapak tangan di atas kaca datar. Apabila tanah mulai mengalami

retak-retak atau pecah ketika digulung, maka kadar air dari sampel tersebut adalah

Batas Plastis.

14
2.1.2.9.3 Batas Susut (Shrinkage Limit)

Batas Susut (Shrinkage Limit) adalah kadar air tanah pada kedudukan

antara daerah semi padat dan padat, yaitu persentase kadar air di mana

pengurangan kadar air selanjutnya tidak mengakibatkan perubahan volume

tanahnya. Dapat dikatakan bahwa tanah tersebut tidak akan mengalami

penyusutan lagi meskipun dikeringkan secara terus menerus.

Percobaan Batas Susut dilakukan dengan cawan porselin diameter 44,4 mm

dengan tinggi 12,7 mm. Pada bagian dalam cawan dilapisi oleh pelumas dan diisi

dengan tanah jenuh sempurna yang kemudian dikeringkan dalam oven. Volume

ditentukan dengan mencelupkannya dalam air raksa. Batas Susut dapat dinyatakan


dalam persamaan :

?? ??? ?? ?????????
?? ? ? ?? ??
?? ??? ? (2.12)

dengan :

? ? = berat tanah basah dalam cawan percobaan (gr)

? ? = berat tanah kering oven (gr)

?? = volume tanah basah dalam cawan (?? ?)

?? = volume tanah kering oven (?? ?)

?? = berat jenis air

2.1.2.9.4 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

Indeks Plastisitas adalah selisih Batas Cair dan Batas Plastis. Indeks

Plastisitas merupakan interval kadar air dimana tanah masih bersifat plastis.

Indeks Plastisitas dapat menunjukkan sifat keplastisitasan tanah tersebut. Jika

tanah memiliki interval kadar air daerah plastis yang kecil, maka tanah tersebut

15
disebut tanah kurus, sedangkan apabila suatu tanah memiliki interval kadar air

daerah plastis yang besar disebut tanah gemuk. Persamaan 2.13 dapat digunakan

untuk menghitung besarnya nilai indeks plastisitas dari suatu tanah. Tabel 2.3


menunjukkan batasan nilai Indeks Plastisitas dari jenis-jenis tanah.

?? ? ?? ?? (2.13)

Dimana :

LL = batas cair

PL = batas plastis

Tabel 2.3 Indeks Plastisitas Tanah (Hardiyatmo, 2002)

PI Sifat Macam Tanah Kohesi

0 Non-Plastis Pasir Non – Kohesif

<7 Plastisitas Rendah Lanau Kohesif Sebagian

7-17 Plastisitas Sedang Lempung berlanau Kohesif

>17 Plastisitas Tinggi Lempung Kohesif

2.1.2.9.5 Indeks Kecairan (Liquidity Indeks)

Kadar Air tanah asli relatif pada kedudukan plastis dan cair, dapat

didefinisikan oleh Indeks Cair (Liquidity Index). Indeks Cair merupakan

perbandingan antara selisih kadar air asli dengan batas plastis terhadap Indeks

Plastisitanya. Berikut persamaannya:


? ? ??? ? ? ???
??? ?? ? ? (2.14)
????? ??

16
Dimana :

LI = Liquidity Index (%)

WN = kadar air asli (%)

Gambar 2.4 Hubungan Antara WP, WL dan WN Dalam Menghitung LI atau IL


(Bowles, 1991)

Dapat dilihat bahwa jika WN = LL, maka Indeks Cair akan sama dengan 1.

Sedangkan, jika WN = PL, Indeks Cair akan sama dengan nol. Jadi, untuk lapisan

tanah asli yang dalam kedudukan plastis, nilai LL > WN > PL. Nilai Indeks Cair

akan bervariasi antara 0 dan 1. Lapisan tanah asli dengan WN > LL akan

mempunyai LI > 1.

2.1.2.10 Klasifikasi Tanah

Sistem Klasifikasi Tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis

tanah yang berbeda - beda tapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok -

kelompok dan subkelompok-subkelompok berdasarkan pemakaiannya

(Das,1991). Sistem klasisfikasi tanah didasarkan atas ukuran partikel yang

diperoleh dari analisa saringan dan plastisitasnya. Tujuan dari pengklasifikasian

tanah ini adalah untuk memungkinkan memperkirakan sifat fisis tanah dengan

17
mengelompokkan tanah dengan kelas yang sama yang sifat fisisnya diketahui dan

menyediakan sebuah metode yang akurat mengenai deskripsi tanah.

Beberapa sistem klasifikasi telah dikembangkan dan pengklasifikasian

tersebut yaitu, Klasifikasi Tanah Sistem USCS, dan AASHTO.

2.1.2.10.1 Sistem Klasifikasi Unified Soil Classification System (USCS)

Sistem ini pertama kali dikembangkan oleh Casagrande (1942) sebagai

sebuah metode untuk pekerjaan pembuatan lapangan terbang oleh The Army

Corps of Engineers pada Perang Dunia II. Pada saat ini sistem ini telah

dipergunakan secara luas oleh para ahli teknik. Sistem ini selain biasa digunakan

untuk desain lapangan terbang juga untuk spesifikasi pekerjaan tanah untuk jalan.

Klasifikasi berdasarkan Unified System (Das, 1991), tanah dikelompokkan

menjadi :

1. Tanah butir kasar (coarse-grained-soil)

Merupakan tanah yang lebih dari 50% bahannya tertahan pada ayakan

no.200 (0,075 mm). Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf awal G

atau S. G adalah untuk kerikil (gravel) atau tanah berkerikil, dan S adalah

untuk pasir (sand) atau tanah berpasir.

2. Tanah berbutir halus (fine-grained-soil)

Merupakan tanah yang lebih dari 50 % berat total contoh tanah lolos

ayakan no.200 (0,075 mm). Simbol dari kelompok ini dimulai dengan huruf

awal M untuk lanau (silt) anorganik, C untuk lempung (clay) anorganik, dan

O untuk lanau-organik dan lempung-organik. Simbol PT digunakan untuk

tanah gambut (peat), dan tanah-tanah lain dengan kadar organik yang tinggi.

18
Tanah berbutir kasar ditandai dengan simbol kelompok seperti : GW, GP,

GM, GC, SW, SP, SM dan SC. Adapun simbol-simbol lain yang digunakan dalam

klasifikasi tanah ini adalah :

W : well graded (tanah dengan gradasi baik)

P : poorly graded (tanah dengan gradasi buruk)

L : low plasticity (plastisitas rendah) (LL < 50)

H : high plasticity (plastisitas tinggi) ( LL > 50)

Untuk klasifikasi yang benar, perlu memperhatikan faktor-faktor berikut ini:

1. Persentase butiran yang lolos ayakan no.200 (fraksi halus).

2. Persentase fraksi kasar yang lolos ayakan no.40.

3. Koefisien keseragaman (Uniformity coefficient, Cu) dan koefisien gradasi

(gradation coefficient, Cc) untuk tanah dimana 0-12% lolos ayakan no.200.

4. Batas Cair (LL) dan Indeks Plastisitas (PI) bagian tanah yang lolos ayakan

no.40 (untuk tanah dimana 5% atau lebih lolos ayakan no.200).

Bagan pengklasifikasian sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2.5.

19
Gambar 2.5 Klasifikasi Tanah Sistem USCS (Das, 1991)

20
2.1.2.10.2 Sistem Klasifikasi AASHTO

Sistem klasifikasi tanah sistem AASHTO (American Association of State

Highway Transportation Official) dikembangkan pada tahun 1929 sebagai Public

Road Administration Classification System. Kemudian sistem ini mengalami

beberapa perbaikan, sampai saat ini versi yang berlaku adalah yang diajukan oleh

Committee on Classification of Materials for Subgrade and Granular Type Road

of the Highway Research Board pada tahun 1945. Sistem ini mengklasifikasikan

tanah kedalam tujuh kelompok besar, yaitu A-1 sampai A-7. Tanah yang

diklasifikasikan ke dalam A-1 sampai A-3 adalah tanah berbutir yang 35% atau

kurang dari jumlah butiran tanah tersebut lolos ayakan no. 200. Sedangkan tanah

A-4 sampai A-7 adalah tanah yang lebih dari 35% butirannya lolos ayakan no.

200.

Pengklasifikasian tanah dilakukan dengan cara memproses dari kiri ke

kanan pada bagan tersebut sampai menemukan kelompok pertama yang data

pengujian bagi tanah tersebut memenuhinya dan pada awalnya membutuhkan

data-data sebagai berikut :

1. Analisis Ukuran Butiran.

2. Batas Cair, Batas Plastis dan Indeks Plastisitas yang dihitung.

3. Batas Susut.

Khusus untuk tanah-tanah yang mengandung bahan butir halus

diidentifikasikan lebih lanjut dengan indeks kelompoknya. Bagan

pengklasifikasian sistem ini dapat dilihat seperti pada Gambar 2.6.

21
Gambar 2.6 Klasifikasi Tanah Sistem AASHTO (Das, 1991)

2.1.3 Sifat-sifat Mekanis Tanah

2.1.3.1 Pemadatan Tanah (Compaction)

Pemadatan Tanah (Compaction) adalah suatu proses dimana udara pada

pori-pori tanah dikeluarkan dengan cara mekanis (digilas/ditumbuk) sehingga

partikel-partikel tanah menjadi rapat. Dengan kata lain, Pemadatan adalah

densifikasi tanah yang jenuh dengan penurunan volume rongga diisi dengan

udara, sedangkan volume padatan dan kadar air tetap pada dasarnya sama. Hal ini

merupakan cara yang paling jelas dan sederhana untuk memperbaiki stabilitas dan

kekuatan dukung tanah.

Maksud pemadatan tanah menurut Hardiyatmo (1992), antara lain :

1. Mempertinggi kuat geser tanah

2. Mengurangi sifat mudah mampat (kompresibilitas)

3. Mengurangi permeabilitas

22
4. Mengurangi perubahan volume sebagai akibat perubahan kadar air dan

lainnya.

Tanah granuler merupakan tanah yang paling mudah penanganannya untuk

pekerjaan lapangan. Setelah dipadatkan tanah tersebut mampu memberikan kuat

geser yang tinggi dengan sedikit perubahan volume. Hal ini dikarenakan

permeabilitas tanah granuler yang tinggi. Berbeda dengan pada tanah lanau yang

permeabilitasnya rendah sangat sulit dipadatkan bila dalam keadaan basah.

Tanah lempung mempunyai permeabilitas yang rendah dan tanah ini tidak

dapat dipadatkan dengan baik dalam kondisi basah seperti halnya tanah lanau.

Tanah lempung yang dipadatkan dengan cara yang benar akan memberikan daya

dukung yang tinggi. Stabilitas terhadap sifat kembang-susut tergantung dari jenis

kandungan mineralnya.

Pada tahun 1933, Proctor menemukan dasar-dasar pemadatan tanah, dimana

terdapat 4 (empat) variabel yang digunakan dalam fungsi Compaction, yaitu:

- Usaha pemadatan

- Jenis tanah

- Kadar air tanah

- Berat isi kering tanah (Bowles, 1991).

Hubungan berat volume kering (?? ) dengan berat volume basah (??) dan

kadar air (%) dinyatakan dalam persamaan :


??
?? ? ?? ?
(2.15)

Pada pengujian Compaction di laboratorium alat pemadatan berupa silinder

mould dengan volume 9,34 x ???? ? ? , dan penumbuk dengan berat 2,5 kg

dengan tinggi jatuh 30,5 cm. Pada pengujian compaction tanah dipadatkan dalam

23
3 lapisan (Standard Proctor) dan 5 lapisan (Modified Proctor) dengan pukulan

sebanyak 25 kali pukulan.

Pengujian-pengujian tersebut dilakukan dengan pemadatan sampel tanah

basah (pada kadar air terkontrol) dalam suatu cetakan dengan jumlah lapisan

tertentu. Setiap lapisan dipadatkan dengan sejumlah tumbukan yang ditentukan

dengan penumbuk dengan massa dan tinggi jatuh tertentu. Standar ASTM

maupun AASHTO hendaknya digunakan sebagai acuan untuk rincian pengujian

tersebut.

Kadar Air yang memberikan berat unit kering yang maksimum disebut

Kadar Air Optimum. Usaha pemadatan diukur dari segi energi tiap satuan volume

dari tanah yang telah dipadatkan. Untuk usaha pemadatan yang lebih rendah kurva

pemadatan bagi tanah yang sama akan lebih rendah dan tergeser ke kanan, yang

menunjukkan suatu Kadar Air Optimum yang lebih tinggi. Hasil dari pengujian

pemadatan berupa kurva yang menunjukkan hubungan antara Kadar Air dan Berat

Volume Kering tanah yamg ditunjukkan Gambar 2.7.

Gambar 2.7 Hubungan Antara Kadar Air dan Berat Isi Kering Tanah
(Hardiyatmo, 1992)

24
Garis ZAVL (Zero Air Void Line) adalah hubungan antara Berat Isi Kering

dengan Kadar Air bila derajat kejenuhan 100%, yaitu bila pori tanah sama sekali

tidak mengandung udara. Grafik ini berguna sebagai petunjuk pada waktu

menggambarkan grafik pemadatan. Grafik tersebut berada di bawah ZAVL dan

biasanya grafik tersebut tidak lurus tetapi agak cekung ke atas. Apabila kurva

pemadatan yang dihasilkan berada lebih dekat di bawah dengan garis ZAVL maka

hal tersebut menunjukan tanah yang dipadatkan memiliki derajat kejenuhan

mendekati 100% dan sedikit mengandung udara. Pada penelitian ini, percobaan

Pemadatan Tanah di laboratorium yang digunakan untuk menentukan Kadar Air

Optimum dan Berat Isi Kering Maksimum adalah percobaan Pemadatan Standar

(Standard Compaction Test).

2.1.3.2 Pengujian California Bearing Ratio (CBR)

Daya dukung tanah dasar (subgrade) pada perencanaan perkerasan lentur

dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). CBR untuk pertama

kalinya diperkenalkan oleh California Division of Highways pada tahun 1928.

Sedangkan metode CBR ini dipopulerkan oleh O. J. Porter. CBR adalah

perbandingan antara beban yang dibutuhkan untuk penetrasi contoh tanah sebesar

0,1”/0,2” dengan beban yang ditahan batu pecah standar pada penetrasi 0,1”/0,2”

(Sukirman,1995)

Jadi nilai CBR didefinisikan sebagai suatu perbandingan antara beban

percobaan (test load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam

persen. Tujuan dilakukan pengujian CBR adalah untuk mengetahui nilai CBR

pada variasi kadar air pemadatan. Harga CBR adalah nilai yang menyatakan

25
kualitas tanah dasar dibandingkan dengan bahan standar berupa batu pecah yang

mempunyai nilai CBR sebesar 100% dalam memikul beban lalu lintas.

CBR Lapangan (CBR Inplace) digunakan untuk mendapatkan nilai CBR asli

di lapangan, sesuai dengan tanah dasar saat itu. Umumnya digunakan untuk

perencanaan tebal lapisan perkerasan yang lapisan tanah dasarnya tidak akan

dipadatkan lagi, selain itu jenis CBR ini digunakan untuk mengontrol kepadatan

yang diperoleh apakah sudah sesuai dengan yang diinginkan. CBR Lapangan

Direndam (Undisturbed Soaked CBR) digunakan untuk mendapatkan besarnya

nilai CBR asli di lapangan pada keadaan jenuh air dan tanah mengalami

pengembangan (swelling) yang maksimum.

Ada dua macam pengukuran CBR yaitu :

1. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada 0.254 cm (0,1”) terhadap

penetrasi standar besarnya 70,37 kg/cm2 (1000 psi).

Harga CBR % = (Beban 0.1”/ (3 x 1000)) x 100

2. Nilai CBR untuk tekanan penetrasi pada penetrasi 0,508 cm (0,2”)

terhadap penetrasi standar yang besarnya 105,56 kg/cm2 (1500 psi)

Harga CBR % = (Beban 0.2”/ (3 x 1500)) x 100

CBR laboratorium dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :

a. CBR Laboratorium Rendaman (Soaked Design CBR)

Pada pengujian CBR Laboratorium Rendaman pelaksanaannya lebih sulit

karena membutuhkan waktu dan biaya relatif lebih besar dibandingkan CBR

Laboratorium Tanpa Rendaman. Pada penelitian ini, penulis menggunakan CBR

Laboratorium Rendaman selain agar mendekati dengan kondisi tanah di lapangan,

juga karena air berpengaruh penting pada sifat dan kekuatan tanah.

26
b. CBR Laboratorium Tanpa Rendaman (Unsoaked Design CBR)

Sedang dari hasil pengujian CBR Laboratorium Tanpa Rendaman sejauh

ini selalu menghasilkan daya dukung tanah lebih besar dibandingkan dengan CBR

Laboratorium Rendaman.

Gambar 2.8 Alat Pemeriksa Nilai CBR di Laboratorium (Soedarmono, et al, 1997)

2.2 Bahan-bahan Penelitian

2.2.1 Tanah Lempung (Clay)

Tanah lempung merupakan partikel mineral berkerangka dasar silikat yang

berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Partikel-partikel ini merupakan sumber

utama dari kohesi di dalam tanah yang cohesive (Bowles, 1991).

Lempung (clay) sebagian besar terdiri dari partikel mikroskopis dan

submikroskopis yang berbentuk lempengan-lempengan pipih dan merupakan

partikel-partikel dari mika, mineral-mineral lempung (clay minerals) dan mineral-

mineral yang sangat halus lain. Lempung didefenisikan sebagai golongan partikel

yang mempunyai ukuran dari 0,002 mm (2 mikron) (Das, 1998) dan sangat

tergantung pada komposisi mineral dan unsur-unsur kimianya. Tanah lempung

27
menghasilkan partikel-partikel tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada

tanah bila dicampur dengan air (Grim, 1953 dalam Das, 1998).

Umumnya, terdapat kira-kira 15 macam mineral yang diklasifikasikan sebagai

mineral lempung (Kerr, 1959 dalam Hardiyatmo, 2002). Di antaranya terdiri dari

kelompok-kelompok: kaolinite, illite, montmorillonite dan polygorskite.

a. Kaolinite

Istilah “kaolinite” dikembangkan dari kata “ Kauling” yang berasal dari

nama sebuah bukit yang tinggi di Jauchau Fu, China, dimana lempung kaolinite

putih mula-mula diperoleh beberapa abad yang lalu (Bowles, 1984). Kaolinite

merupakan hasil pelapukan sulfat atau air yang mengandung karbonat pada

temperatur sedang dan umumnya berwarna putih, putih kelabu, kekuning-

kuningan atau kecoklat-coklatan.

Struktur unit kaolinite terdiri dari lembaran-lembaran silika tetrahedral

yang digabung dengan lembaran alumina oktahedran (gibbsite). Lembaran silika

dan gibbsite ini sering disebut sebagai mineral lempung 1 : 1 dengan tebal kira-

kira 7,2 Å (1 Å=10-10 m). Mineral kaolinite berwujud seperti lempengan-

lempengan tipis dengan diameter 1000 Å sampai 20000 Å dan ketebalan dari 100

Å sampai 1000 Å dengan luasan spesifik per unit massa ± 15 m2/gr yang memiliki

rumus kimia:

(OH)8Al4Si4O10

Keluarga mineral kaolinite 1 : 1 yang lainnya adalah halloysite. Halloysite

memiliki tumpukan yang lebih acak dibandingkan dengan kaolinite sehingga

28
molekul tunggal dari air dapat masuk. Halloysite memiliki rumus kimia sebagai

berikut:

(OH)8Al4Si4O10 . 4H2O

Gambar dari struktur kaolinite dapat dilihat dalam Gambar 2.9.

Gambar 2.9 Struktur Kaolinite (Das, 2008)

b. Illite

Illite adalah mineral lempung yang pertama kali diidentifikasi di Illinois.

Mineral illite bisa disebut pula dengan hidrat-mika karena illite mempunyai

hubungan dengan mika biasa (Bowles, 1984). Mineral illite memiliki rumus kimia

sebagai berikut:

(OH)4Ky(Si8-y . Aly)(Al4. Mg6 . Fe4 . Fe6)O20

Dimana y adalah antara 1 dan 1,5. Illite memiliki formasi struktur satuan kristal,

tebal dan komposisi yang hampir sama dengan montmorillonite. Perbedaannya

ada pada :

ÿ Kalium (K) berfungsi sebagai pengikat antar unit kristal sekaligus sebagai

penyeimbang muatan.

ÿ Terdapat ± 20% pergantian silikon (Si) oleh aluminium (Al) pada lempeng

tetrahedral.

29
ÿ Struktur mineral illite tidak mengembang sebagaimana montmorillonite.

Pembentukan mineral lempung yang berbeda disebabkan oleh subtitusi

kation-kation yang berbeda pada lembaran oktahedral. Bila sebuah anion dari

lembaran oktahedral adalah hydroxil dan dua per tiga posisi kation diisi oleh

aluminium maka mineral tersebut disebut gibbsite dan bila magnesium

disubstitusikan kedalam lembaran aluminium dan mengisi seluruh posisi kation,

maka mineral tersebut disebut brucite. Struktur mineral illite dapat dilihat dalam

Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Struktur Illite (Das, 2008)

c. Montmorillonite

Montmorillonite adalah nama yang diberikan pada mineral lempung yang

ditemukan di Montmorillon, Perancis pada tahun 1847 yang memiliki rumus

kimia

(OH)4Si8Al4O20 . nH2O

Dimana: nH2O adalah banyaknya lembaran yang terabsorbsi air. Mineral

montmorillonite juga disebut mineral dua banding satu (2:1) karena satuan

susunan kristalnya terbentuk dari susunan dua lempeng silika tetrahedral mengapit

satu lempeng alumina oktahedral ditengahnya.

30
Struktur kisinya tersusun atas satu lempeng Al2O3 diantara dua lempeng

SiO2. Inilah yang menyebabkan montmorillonite dapat mengembang dan

mengkerut menurut sumbu C dan mempunyai daya adsorbsi air dan kation lebih

tinggi. Tebal satuan unit adalah 9,6 Å (0,96 μm). Gaya Van Der Walls mengikat

satuan unit sangat lemah diantara ujung-ujung atas dari lembaran silika, oleh

karena itu lapisan air (n.H2O) dengan kation dapat dengan mudah menyusup dan

memperlemah ikatan antar satuan susunan kristal. Sehingga menyebabkan antar

lapisan terpisah. Ukuran unit massa montmorillonite sangat besar dan dapat

menyerap air dengan sangat kuat sehingga mudah mengalami proses

pengembangan. Gambar dari struktur Montmorillonite dapat dilihat di dalam

Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Struktur Montmorillonite (Das, 2008)

2.2.1.1 Sifat Umum Tanah Lempung

Bowles (1991) menyatakan beberapa sifat umum mineral lempung adalah:

1. Hidrasi

Partikel lempung hampir selalu mengalami hidrasi, hal ini disebabkan

karena lempung biasanya bermuatan negatif, yaitu partikel dikelilingi

31
oleh lapisan-lapisan molekul air yang disebut sebagai air teradsorbsi

(adsorbed water). Lapisan ini umumnya memiliki tebal dua molekul.

Sehingga disebut sebagai lapisan difusi (diffuse layer) lapisan difusi

ganda atau lapisan ganda.

2. Aktivitas

Aktivitas tanah lempung adalah perbandingan antara Indeks Plastisitas

(IP) dengan persentase butiran lempung, dan dapat disederhanakan

dalam persamaan:
??
?? ??????????? ??? ????
(2.16)

Dimana persentase lempung diambil sebagai fraksi tanah yang < 2 µm

untuknilaiA (Aktivitas),

A > 1,25 : tanah digolongkan aktif dan bersifat ekspansif

1,25 <A< 0,75 : tanah digolongkan normal

A < 0,75 : tanah digolongkan tidak aktif.

Nilai khas dari aktivitas tanah lempung dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4 Aktivitas Tanah Lempung (Bowles, 1994)

Minerologi Tanah Lempung Nilai Aktivitas

Kaolinite 0,4 – 0,5

Illite 0,5 – 1,0

Montmorillonite 1,0 – 7,0

32
3 . Flokulasi dan Dispersi

Pengertian flokulasi adalah peristiwa penggumpalan partikel lempung

di dalam larutan air akibat mineral lempung umumnya mempunyai

pH>7. Flokulasi larutan dapat dinetralisir dengan menambahkan bahan-

bahan yang mengandung asam (ion H+), sedangkan penambahan bahan-

bahan alkali akan mempercepat flokulasi. Untuk menghindari flokulasi

larutan air dapat ditambahkan zat asam. Lempung yang baru saja

mengalami flokulasi dapat dengan mudah didispersikan kembali ke

dalam larutan dengan menggoncangnya, menandakan bahwa tarikan

antar partikel jauh lebih kecil dari gaya goncangan. Apabila lempung

tersebut telah didiamkan beberapa waktu dispersi tidak dapat tercapai

dengan mudah, yang menunjukkan adanya gejala tiksotropik, dimana

kekuatan didapatkan dari lamanya waktu.

4 . Pengaruh Zat Cair

Air berfungsi sebagai penentu plastisitas tanah lempung. Molekul air

merupakan molekul yang dipolar, yaitu atom hidrogen tidak tersusun

simetri di sekitar atom-atom oksigen. Hal ini berarti bahwa satu .molekul

air merupakan batang yang mempunyai muatan positif dan negatif pada

ujung yang berlawanan atau dipolar (Gambar 2.12).

33
Gambar 2.12 Sifat Dipolar Molekul Air (Das, 1991)

Molekul bersifat dipolar, yang berarti memiliki muatan positif dan

negatif pada ujung yang berlawanan, sehingga dapat tertarik oleh lempung

secara elektrik. Terdapat 3 mekanismenya, yaitu:

1. Tarikan antara permukaan bermuatan negatif dari partikel lempung

dengan ujung positif dari dipolar.

2. Tarikan antara kation-kation dalam lapisan ganda dengan muatan negatif

dari ujung dipolar. Kation-kation ini tertarik oleh permukaan partikel

lempung yang bermuatan negatif.

3. Andil atom-atom hidrogen dalam molekul air, yaitu dengan ikatan

hidrogen antara atom oksigen dalam partikel lempung dan atom oksigen

dalam molekul-molekul air (hydrogen Bonding).

34
Molekul air dipolar dalam lapisan ganda dapat dilihat pada Gambar 2.13.

Mekanisme 1

Mekanisme 2

Mekanisme 3

Gambar 2.13 Molekul Air Dipolar Dalam Lapisan Ganda (Das, 1991)

Mineral lempung yang berbeda memiliki defisiensi dan tendensi yang

berbeda untuk menarik exchangeablecation. Exchangeable cation adalah keadaan

dimana kation dapat dengan mudah berpindah dengan ion yang bervalensi sama

dengan kation asli. Montmorillonite memiliki defisiensi dan daya tarik

exchangeable cation yang lebih besar daripada kaolinite. Kalsium dan magnesium

merupakan exchangeable cationyang paling dominan pada tanah, sedangkan

potassium dan sodium merupakan yang paling tidak dominan. Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi exchangeable cation, yaitu valensi kation, besarnya

ion dan besarnya ion hidrasi. Kemampuan mendesak dari kation-kation dapat

dilihat dari besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:

Al+3>Ca+2>Mg+2>NH+4>K+>H+>Na+>Li+

Kation Li+ tidak dapat mendesak kation lainnya.

Semakin luas permukaan spesifik tanah lempung, air yang tertarik secara

elektrik disekitar partikel lempung yang disebut air lapisan ganda jumlahnya akan

35
semakin besar. Air lapisan ganda inilah yang menyebabkan sifat plastis pada

tanah lempung. Konsentrasi air resapan dalam mineral lempung memberi bentuk

dasar dari susunan tanahnya sebagai berikut, tiap partikelnya terikat satu sama lain

lewat lapisan air serapannya. Selain itu jarak antara partikel juga akan

mempengaruhi hubungan tarik menarik atau tolak menolak antar partikel tanah

lempung yang diakibatkan oleh pengaruh ikatan hidrogen, gaya Van der Walls

serta macam ikatan kimia dan organiknya. Bertambahnya jarak akan mengurangi

gaya antar partikel.

Sehingga ikatan antar partikel tanah yang disusun oleh mineral lempung

akan sangat dipengaruhi oleh besarnya jaringan muatan negatif pada mineral, tipe,

konsentrasi dan distribusi kation- kation yang berfungsi untuk mengimbangi

muatannya.

Kapasitas pertukaran kation tanah lempung didefinisikan sebagai jumlah

pertukaran ion-ion yang dinyatakan dalam miliekivalen per 100 gram lempung

kering. Beberapa garam juga terdapat pada permukaan partikel lempung kering.

Pada waktu air ditambahkan pada lempung, kation-kation dan anion-anion

mengapung di sekitar partikelnya (Gambar 2.14).

Gambar 2.14 Kation dan Anion Pada Partikel (Das, 1991)

36
Pada penelitian ini akan dilakukan usaha penggantian kation-kation yang

terdapat pada lempung dengan kation-kation dari abu gunung vulkanik dengan

variasi yang berbeda-beda.

2.2.2 Abu Gunung Vulkanik (AGV)

Gunung Sinabung adalah gunung api di daratan Tinggi Karo, Kabupaten

Karo, Sumatera Utara. Gunung ini mendadak aktif kembali dengan meletus pada

tahun 2010. Letusan terakhir gunung ini terjadi sejak September 2013 dan

berlangsung hingga sekarang. Material vulkanik terdiri dari batuan yang

berukuran besar hingga berukuran halus, yang berukuran besar biasanya jatuh

disekitar kawah dalam radius 5-7 km, sedangkan yang berukuran halus sampai

ratusan bahkan ribuan km dari kawah disebabkan oleh adanya hembusan angin.

Material yang paling sering menyebabkan bahaya dari peristiwa gunung meletus

adalah seperti lahar, lava, abu vulkanik dan material batu.

Abu gunung vulkanik merupakan salah satu jenis bahan alami yang

terbentuk di dalam perut gunung yang kemudian menjadi material vulkanik

jatuhan yang disemburkan ke udara pada saat terjadi letusan. Abu gunung

vulkanik tidak larut dalam air, sangat kasar dan agak korosif.

Secara umum komposisi abu gunung vulkanik terdiri atas Silika dan Kuarsa,

sehingga abu gunung vulkanik digolongkan kedalam bahan yang bersifat pozolan.

Bahan pozolan didefinisikan bahan bukan semen yang mengandung silika dan

alumina. Sementara klasifikasi bahan pozolan terbagi menjadi dua bagian,

pozolan alam (natural) dan buatan (sintetis), contoh pozolan alam adalah: tufa,

abu vulkanis, tanah diatomae dan trass adalah sebutan pozolan alam yang terkenal

37
di Indonesia. Selanjutnya contoh pozolan buatan adalah hasil pembakaran tanah

liat, abu sekam padi, abu ampas tebu dan hasil pembakaran batu bara (fly ash).

Abu gunung vulkanik menjadi material yang paling bermanfaat untuk

manusia. Abu gunung vulkanik mengandung beberapa jenis mineral yang penting

untuk mempengaruhi kesuburan tanah seperti magnesium, seng, mangan, zat besi

dan selenium. Komponen ini akan menambah kesuburan tanah ketika bercampur

dengan senyawa tanah. Beberapa kegunaan abu gunung vulkanik yaitu:

- Dapat menyuburkan tanah, abu gunung vulkanik yang keluar dari gunung

berapi mengandung berbagai mineral yang sangat penting untuk tanah. mineral

yang bercampur dengan tanah akan membentuk tanah yang lebih subur.

Dampak ini dapat kita lihat secara langsung yaitu kawasan di sekitar

pegunungan selalu subur.

- Berguna untuk menyediakan bahan bangunan, berbagai jenis batu apung, abu

gunung vulkanik keluar dan akan bercampur dengan pasir dan tanah di sekitar

pegunungan. Bahan-bahan ini sering diambil untuk menjadi bahan bangunan.

Bahkan di beberapa daerah, abu gunung vulkanik sering dijadikan bahan

campuran untuk membuat semen dan material beton.

Pada penelitian ini sebelum abu gunung vulkanik digunakan untuk membuat

benda uji, maka abu gunung vulkanik tersebut perlu dilakukan pengujian

komposisi kimianya. Pengujian dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik,

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera utara.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap abu gunung vulkanik yang

digunakan, diperoleh hasil seperti yang terlihat pada Tabel 2.5.

38
Tabel 2.5. Komposisi Kimia Abu Gunung Vulkanik

No. Parameter Hasil Metode

1. SiO2 85,8988 % Gravimetri

2. Al2O3 11,9275 % Gravimetri

3. Fe2O3 0,0073 % Spektrofometri

4. CaO 0,1334 % Titrimetri

Sumber : Hasil Percobaan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU.

Selain unsur kimia yang telah diuji dan ditunjukkan pada Tabel 2.5, abu

gunung vulkanik juga mengandung unsur MgO (Magnesium).

2.3 Stabilisasi Tanah

Ketika tanah di lapangan bersifat sangat lepas atau sangat mudah tertekan

atau pun memiliki indeks konsestensi yang tidak stabil, permeabilitas yang cukup

tinggi, atau memiliki sifat-sifat lain yang tidak diinginkan yang membuatnya tidak

sesuai untuk digunakan di dalam suatu proyek konstruksi, maka tanah tersebut

perlu dilakukan usaha stabilisasi tanah.

Tanah lempung merupakan salah satu jenis tanah yang sering dilakukan

proses stabilisasi. Hal ini disebabkan sifat lunak plastis dan kohesif tanah lempung

disaat basah. Sehingga menyebabkan perubahan volume yang besar karena

pengaruh air dan menyebabkan tanah mengembang dan menyusut dalam jangka

waktu yang relatif cepat. Stabilisasi tanah adalah pencampuran tanah dengan

bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, atau stabilisasi tanah

39
adalah suatu usaha untuk merubah atau memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar

memenuhi syarat teknis tertentu.

Bowles (1991) menyatakan bahwa stabilisasi tanah mungkin dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

1. Meningkatkan kepadatan tanah.

2. Menambahkan bahan-bahan inert untuk meningkatkan kohesi dan/atau

kekuatan geser dari tanah.

3. Menambahkan bahan-bahan yang mampu mengakibatkan perubahan

secara kimiawi ataupun fisik dari tanah.

4. Merendahkan permukaan air tanah.

5. Memindahkan dan/atau mengganti tanah yang bersifat buruk tersebut.

Proses stabilisasi tanah ada 3 cara yaitu :

1. Mekanis

Stabilisasi mekanis dilakukan dengan cara pemadatan yang dilakukan

dengan menggunakan berbagai jenis peralatan mekanis seperti: mesin gilas

(roller), benda berat yang dijatuhkan, ledakan, tekanan statis, tekstur,

pembekuan, pemanasan dan sebagainya.

2. Fisis

Stabilisasi secara fisis dilakukan melalui perbaikan gradasi tanah dengan

menambah butiran tanah pada fraksi tertentu yang dianggap kurang, guna

mencapai gradasi yang rapat.

3. Kimiawi (Modification by Admixture)

Stabilisasi secara kimiawi dilakukan dengan cara menambahkan bahan

kimia tertentu sehingga terjadi reaksi kimia. Bahan kimia tersebut dapat

40
berupa Portland cement (PC), kapur, gypsum, abu terbang (fly ash), semen

aspal, sodium dan kalsium klorida, ataupun limbah pabrik kertas dan bahan-

bahan limbah lainnya yang memungkinkan untuk digunakan seperti abu

sekam padi, abu ampas tebu, abu cangkang sawit dan lain-lain.

2.3.1 Stabilisasi Tanah dengan Abu Gunung Vulkanik

Butiran lempung dalam kandungan yang berbentuk halus dan bermuatan

negatif. Ion positif seperti ion hidrogen (H+), ion sodium (Na+), dan ion kalium

(K+), serta air yang berpolarisasi, semuanya melekat pada permukaan butiran

lempung. Jika unsur kimia seperti Fe2O3, CaO dan MgO ditambahkan pada tanah

dengan kondisi seperti diatas, maka pertukaran ion segera terjadi, dan ion yang

berasal dari larutan Fe2O3, CaO dan MgO diserap oleh permukaan butiran

lempung. Jadi, permukaan butiran lempung tadi kehilangan kekuatan tolaknya

(repulsion force), dan terjadilah kohesi pada butiran itu sehingga berakibat

kekuatan konsistensi tanah tersebut akan bertambah.

41
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Program Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada sampel tanah tanpa bahan stabilisasi (tanah

asli) dan pada tanah yang diberikan bahan stabilisasi kimiawi berupa penambahan

abu gunung vulkanik dengan berbagai variasi campuran.

3.2 Pekerjaan Persiapan

Adapun pekerjaan persiapan yang dilakukan dalam penelitian ini yakni :

∑ Mencari bahan literatur yang berkaitan dengan tanah lempung yang

distabilisasi dengan abu gunung vulkanik, serta literatur mengenai

pengujian CBR laboratorium.

∑ Pengambilan sampel tanah

Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari PTPN II,

Patumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara.

∑ Pengadaan abu gunung vulkanik

Abu gunung vulkanik yang dipakai adalah abu yang berasal dari erupsi

Gunung Sinabung yang diambil dari Desa Gurukinayan, Kabupaten

Karo, Propinsi Sumatera Utara. Kemudian abu gunung vulkanik disaring

dengan menggunakan saringan no. 200.

Susunan penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram alir

penelitian dalam Gambar 3.1.

42
Mulai

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Pengambilan Sampel Tanah

Persiapan Bahan
a.Tanah Asli b.Abu Gunung Vulkanik

Pembuatan Benda Uji (99 Sampel)


1. Tanah asli (tanpa campuran abu gunung vulkanik)
2. Kombinasi campuran :
Tanah + 2% AGV Tanah + 11% AGV Tanah + 17% AGV
Tanah + 4% AGV Tanah + 12% AGV Tanah + 18% AGV
Tanah + 6% AGV Tanah + 13% AGV Tanah + 19% AGV
Tanah + 8% AGV Tanah + 14% AGV Tanah + 20% AGV
Tanah + 9% AGV Tanah + 15% AGV
Tanah + 10% AGV Tanah + 16% AGV
3. Pemadatan dengan Proctor Standard (165 sampel)

Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Pengujian Benda Uji

Pengolahan Data

Analisa Data

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

43
3.3 Proses Sampling

Adapun pengambilan (proses) sampel tanah tidak terganggu (undisturbed)

yang diperoleh dari lapangan adalah dengan menggunakan hand bore dan untuk

sampel tanah terganggu diambil dari tanah yang berada ± 30 cm dari muka tanah.

Hal ini dimaksudkan agar humus dan akar-akar tanaman yang ada dapat terangkat

dan tidak terikut dalam tanah yang akan dipakai. Adapun prosedur sampling yang

dilakukan adalah:

∑ Menentukan lokasi tanah yang akan dilakukan sampel, yaitu di PT

Perkebunan Nusantara II, Patumbak, Deli Serdang, Sumatera Utara.

∑ Melakukan pembersihan humus dan akar-akar tanaman yakni ± 30 cm dari

muka tanah.

∑ Melakukan pengambilan sampel tanah yang akan digunakan. Untuk

pengujian tanah asli diambil dari contoh tanah tidak terganggu (undisturbed)

dan untuk pengujian tanah campuran diambil dari tanah disturbed dicampur

dengan abu gunung vulkanik.

3.4 Pekerjaan Laboratorium

3.4.1 Uji Sifat Fisik Tanah

Dalam penelitian ini pengujian laboratorium dilakukan untuk mengetahui

sifat-sifat fisik dari tanah asli yang digunakan dalam penelitian.

Hal ini dilakukan untuk dapat mengetahui karakteristik serta sifat-sifat tanah

yang akan diuji. Adapun pengujian-pengujian di laboratorium yang dilakukan

untuk memperoleh nilai serta sifat fisik tanah diantaranya adalah :

44
∑ Uji Kadar Air (Water Content Test)

∑ Uji Berat Spesifik (Specific Gravity Test)

∑ Uji Berat Volume (Volume Weight Test)

∑ Uji Batas-batas Atterberg (Atterberg Limit )

∑ Uji Analisa Saringan (Shieve Analysis)

3.4.2 Uji Sifat Mekanis Tanah

3.4.2.1 Uji Proctor Standard

Peneliti dalam hal ini turut melakukan pengujian pada sampel tanah asli

yang berguna untuk mengetahui sifat mekanis dari tanah tersebut. Adapun sifat

mekanis yang dilakukan pada tanah asli adalah :

∑ Uji Proctor Standar ( Standard Compaction Test )

Pengujian ini diperlukan agar mengetahui besar kadar air optimum serta

mengetahui berat isi kering maksimum. Hal ini sangat diperlukan karena dalam

proses pencampuran (mix design) yang akan dilakukan dapat diibaratkan bahwa

sampel tanah campuran dianggap memiliki kepadatan lapangan dan kadar air

lapangan seperti tanah undisturbed.

Dalam proses sebelum pencampuran tanah asli dengan bahan stabilisator

perlu dilakukan pemeraman (curing time). Curing time dimaksudkan agar bahan

stabilisator yang telah dicampur dengan tanah dapat memberikan efek dan

bereaksi dengan tanah sampel. Pada percobaan ini digunakan pemeraman selama

1 dan 14 hari.

Pembuatan benda uji dilakukan dengan cara trial error, yang dimaksud

dengan membuat disturbed dengan cara mengupayakan kadar air campuran tanah,

45
abu gunung vulkanik sama dengan sampel tanah asli. Hal ini dilakukan berulang-

ulang sehingga didapat ukuran kadar air keduanya yang relatif sama. Jika sampel

dengan kadar air yang pas sudah didapat maka dapat dilakukan pengujian

selanjutnya.

3.4.2.2 Uji CBR (California Bearing Ratio)

Pada pengujian CBR ini merupakan pengujian CBR Rendaman (soaked) dan

Tahap pengujian CBR (soaked), antara lain :

∑ Sebelum melakukan pengujian ini, terlebih dahulu dilakukan persiapan

benda uji. Pada penelitian ini benda uji dipersiapkan menurut cara

pemeriksaan pemadatan standard.

∑ Siapkan contoh tanah kira-kira seberat 5 kg dan bahan campuran yang

masing-masing lolos saringan no. 4. Untuk persentase campuran Abu

Gunung Vulkanik (AGV) 2%, 4%, 6%, 8%, 9%, 10%, 11%, 12%, 13%,

14%, 15%, 16%, 17%, 18%, 19%, dan 20%.

∑ Campur bahan tersebut dengan air sampai dengan kadar air optimum yang

berasal dari pengujian pemadatan, agar air benar-benar merata, kemudian

tanah diperam sesuai dengan lama pemeraman penelitian.

∑ Pasang cetakan pada keping alas dan timbang. Masukan piringan pemisah

(spacerdisc) di atas keping alas dan pasang kertas saring di atasnya.

∑ Padatkan masing-masing bahan tersebut di dalam cetakan dengan jumlah

tumbukan 10, 30, dan 65 tumbukan.

∑ Buka leher sambung dan ratakan dengan alat perata. Tambal lubang-

lubang yang mungkin terjadi pada permukaan karena lepasnya butir-butir

46
kasar dengan bahan yang lebih halus. Keluarkan piringan pemisah,

balikan dan pasang kembali cetakan berisi benda uji pada keping alas,

kemudian timbang.

∑ Rendam cetakan yang berisi sampel yang telah dipadatkan selama 3 x 24

jam.

∑ Keluarkan cetakan dari bak air dan miringkan selama 15 menit sehingga

air bebas mengalir habis. Jagalah agar selama pengeluaran air tersebut

permukaan benda uji tidak terganggu.

∑ Letakan keping pemberat diatas permukaan benda uji seberat minimal 4,5

kg atau 10 lb atau sesuai dengan perkerasan.

∑ Letakan keping pemberat untuk mencegah mengembangnya permukaan

benda uji pada bagian lubang keping pemberat. Pemberatan selanjutnya

dipasang setelah torak disentuhkan pada permukaan benda uji.

∑ Kemudian atur torak penetrasi pada permukaan benda uji sehingga arloji

beban menunjukan beban permulaan sebesar 4,50 kg atau 10 lb.

Pembebanan permulaan ini diperlukan untuk menjamin bidang sentuh

yang sempurna antara torak dengan permukaan benda uji. Kemudian

arloji penunjuk beban dan arloji pengukur penetrasi di-nol-kan.

∑ Berikan pembebanan dengan teratur sehingga kecepatan penetrasi

mendekati kecepatan 1,27 mm/menit atau 0,05”/menit. Catat pembacaan

pembebanan pada penetrasi 0,312 mm atau 0,0125”; 0,62 mm atau

0,025”; 1,25 mm atau 0,05”; 0,187 mm atau 0,075”; 2,5 mm atau 0,10”;

3,75 mm atau 0,15”; 5 mm atau 0,20”; 7,5 mm atau 0,30”; 10 mm atau

0,40”; dan 12,5 mm atau 0,50”.

47
∑ Catat beban maksimum dan penetrasinya bila pembebanan maksimum

terjadi sebelum penetrasi 12,50 mm atau 0,50”.

∑ Keluarkan benda uji dari cetakan dan tentukan kadar air dari lapisan atas

benda uji minimal setebal 24,50 mm.

3.5 Analisis Data Laboratorium

Setelah seluruh data-data diperoleh baik dari pengujian sifat fisik dan sifat

mekanis, kemudian dilakukan pengumpulan data yang diperoleh. Setelah data

dikumpulkan, lalu dilakukan analisa data dari hasil pengujian yang diperoleh.

48
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pendahuluan

Pada bab ini akan menjelaskan mengenai hasil pengujian dan pembahasan

penelitian uji CBR lab tanah lempung dengan bahan stabilisator abu gunung

vulkanik pada variasi kadar campuran 2%, 4%, 6%, 8%, 9%, 10%, 11%, 12%,

13%, 14%, 15%, 16%, 17%, 18%, 19%, dan 20% dengan lama waktu pemeraman

(curing time) 1 hari dan 14 hari. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Mekanika Tanah, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Sumatera Utara dengan sampel tanah yang diperoleh dari PTPN II, Patumbak,

Deli Serdang, Sumatera Utara.

4.2 Pengujian Sifat Fisik Tanah

4.2.1 Pengujian Sifat Fisik Tanah Asli

Adapun hasil uji sifat fisik tanah asli ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut.

Hasil-hasil pengujian sifat fisik tanah ini meliputi :

∑ Kadar Air

∑ Berat Spesifik

∑ Batas-batas Atterberg

∑ Uji Analisa Butiran

49
Tabel 4.1 Data Uji Sifat Fisik Tanah
No. Pengujian Hasil

1. Kadar Air ( water content ) 14,52%

2. Berat Spesifik ( specific gravity ) 2,64

3. Batas Cair ( liquid limit ) 48,64%

4. Batas Plastis ( plastic limit ) 18,81%

5. Indeks Plastisitas ( plasticity index ) 29,82%

6. Persen Lolos Saringan no 200 50,04%

Dari data di atas, menurut sistem klasifikasi USCS, diperoleh data berupa

nilai indeks plastisitas sebesar 29,82% dan nilai batas cair (liquid limit) sebesar

48,64% sehingga dilakukan plot pada grafik penentuan klasifikasi tanah yaitu

yang ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari hasil plot diperoleh tanah termasuk

dalam kelompok CL yaitu lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai

sedang.

Gambar 4.1 Plot Grafik Klasifikasi USCS

50
Menurut sistem klasifikasi AASHTO diperoleh data berupa persentase tanah

lolos ayakan no. 200 sebesar 50,04% dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2 Grafik Analisa Saringan Tanah Asli

Pada batas-batas, atterberg, nilai batas cair (liquid limit) sebesar 48,64%

pada 26 pukulan dapat dilihat pada Gambar 4.3, dan nilai indeks plastisitas

sebesar 29,82% sehingga sampel tanah memenuhi persyaratan minimal lolos

ayakan no. 200 sebesar 36%, memiliki batas cair (liquid limit) ≥ 41 dan indeks

plastisitas (plasticity index) > 11, sehingga tanah sampel dapat diklasifikasikan

dalam jenis tanah A-7-6.

51
70

Nilai Batas Cair (%)


60

50

40

30

20
10 100
Pukulan

Gambar 4.3 Grafik Batas Cair (Liquid Limit), Atterberg Limit Tanah Asli

4.2.2 Pengujian Sifat Fisik Abu Gunung Vulkanik

Untuk hasil uji sifat fisik dari abu gunung vulkanik ditunjukkan pada

Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Data Uji Sifat Fisik Abu Gunung Vulkanik


No. Pengujian Hasil

1. Berat Spesifik (Specific Gravity) 2,62

2. Batas Cair (Liquid Limit) Non Plastis

3. Batas Plastis (Plastic Limit) Non Plastis

4. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) Non Plastis

5. Persen Lolos Saringan no. 200 11,40 %

Dari data di atas, berdasarkan sistem klasifikasi AASHTO, dimana

diperoleh data berupa persentase abu gunung vulkanik lolos ayakan 200 sebesar

11,40% dapat dilihat pada Gambar 4.4, sedangkan nilai batas cair (liquid limit),

batas plastis (plastic limit) dan indeks plastisitas (plasticity index) merupakan non

plastis.

52
Gambar 4.4 Grafik Analisa Saringan Abu Gunung Vulkanik

Pada Gambar 4.4 terlihat jelas bahwa abu gunung vulkanik yang lolos

saringan 200 adalah 11,40%, untuk itu sisa abu gunung vulkanik yang tidak lolos

saringan 200 perlu dilakukan perbaikan gradasi agar bisa digunakan sebagai

bahan stabilisator.

4.2.3 Pengujian Sifat Fisik Tanah dengan Bahan Stabilisator

Hasil pengujian sifat fisik tanah yang telah dicampur dengan bahan

stabilisator abu gunung vulkanik ditunjukkan pada Tabel 4.3. Grafik hubungan

antara nilai batas cair (LL) dengan variasi campuran ditunjukkan pada Gambar

4.5, hubungan antara nilai batas plastis (PL) dengan variasi campuran ditunjukkan

pada Gambar 4.6 dan hubungan antara nilai indeks plastisitas (IP) dengan variasi

campuran ditunjukkan pada Gambar 4.7.

53
Tabel 4.3 Data Hasil Uji Atterberg Limit dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Batas-batas Atterberg

Sampel Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

LL PL PI LL PL PI

Tanah + 2% AGV 47,96 18,46 29,51 47,01 18,86 28,15

Tanah + 3% AGV 46,47 18,53 27,94 45,93 18,94 27,00

Tanah + 4% AGV 45,72 18,68 27,04 45,49 18,98 26,51

Tanah + 5% AGV 44,91 18,83 26,08 44,33 19,01 25,31

Tanah + 6% AGV 44,68 18,94 25,74 43,54 19,13 24,40

Tanah + 7% AGV 43,86 19,04 24,82 42,98 19,23 23,74

Tanah + 8% AGV 42,93 19,14 23,79 41,60 19,34 22,27

Tanah + 9% AGV 41,64 19,22 22,42 40,74 19,57 21,16

Tanah + 10% AGV 40,88 19,50 21,38 39,61 19,71 19,90

Tanah + 11% AGV 39,78 19,66 20,12 38,31 19,88 18,43

Tanah + 12% AGV 38,47 19,78 18,69 37,53 19,98 17,55

Tanah + 13% AGV 37,74 19,89 17,85 36,63 20,04 16,59

Tanah + 14% AGV 36,45 19,98 16,47 35,98 20,14 15,84

Tanah + 15% AGV 35,96 20,08 15,87 34,46 20,18 14,28

Tanah + 16% AGV 34,75 20,23 14,52 33,76 20,34 13,42

Tanah + 17% AGV 33,94 20,40 13,54 32,98 20,54 12,43

Tanah + 18% AGV 32,84 20,57 12,26 31,87 20,71 11,16

Tanah + 19% AGV 31,78 20,73 11,05 30,75 20,90 9,85

Tanah + 20% AGV 30,70 20,98 9,73 30,15 21,12 9,04

54
4.2.3.1 Batas Cair (Liquid Limit)

50

45
Nilai Batas Cair

40

35

30

25
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

% Abu Gunung Vulkanik


Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Nilai Batas Cair (LL) dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Pada Gambar 4.5 tersebut, ditunjukkan bahwa batas cair akibat

penambahan bahan stabilisasi abu gunung vulkanik mengalami penurunan.

Semakin besar persentase abu gunung vulkanik, maka semakin kecil batas

cairnya. Pada tanah asli batas cair mencapai 48,64% sedangkan nilai batas cair

terendah berada pada penambahan 20% abu gunung vulkanik dengan lama

pemeraman 14 hari yaitu sebesar 30,15%. Hal tersebut disebabkan akibat tanah

mengalami proses sementasi oleh abu gunung vulkanik sehingga tanah menjadi

butiran yang lebih besar yang menjadikan gaya tarik menarik antar partikel dalam

tanah menurun.

55
4.2.3.2 Batas Plastis (Plastic Limit)

22

21
Nilai Batas Plastis

20

19

18

17

16
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

% Abu Gunung Vulkanik


Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Gambar 4.6 Grafik Hubungan Nilai Batas Plastis (PL) dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Pada Gambar 4.6 menunjukkan terjadinya peningkatan nilai batas plastis

akibat penambahan bahan stabilisasi. Nilai batas plastis meningkat seiring dengan

pertambahan kadar abu gunung vulkanik yang ditambahkan. Untuk tanah asli

batas plastisnya yaitu 18,81% dan untuk tanah yang dicampur dengan abu gunung

vulkanik terus mengalami peningkatan hingga batas plastis tertinggi berada pada

campuran 20% abu gunung vulkanik dengan lama pemeraman 14 hari yaitu

sebesar 21,12%.

56
4.2.3.3 Indeks Plastisitas (Plasticity Index)

35

30
Nilai Indeks Plastisitas

25

20

15

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

% Abu Gunung Vulkanik


Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Gambar 4.7 Grafik Hubungan Nilai Indeks Plastisitas (IP) dengan Variasi
Campuran 2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Gambar 4.7 memperlihatkan bahwa dengan penambahan bahan stabilisasi

maka nilai indeks plastisitas akan menurun. Penurunan nilai indeks plastisitas

tersebut dapat mengurangi potensi pengembangan dan penyusutan dari tanah. Hal

ini disebabkan oleh adanya proses hidrasi dari abu gunung vulkanik yang

ditambahkan ke tanah. Proses ini memperkuat ikatan antara partikel-partikel

tanah, sehingga terbentuk butiran yang lebih keras dan stabil. Terisinya pori-pori

tanah memperkecil terjadinya rembesan pada campuran tanah-abu gunung

vulkanik tersebut yang berdampak pada berkurangnya potensi kembang susut.

Ditambah dengan bahan stabilisasi berupa abu gunung vulkanik. Silika dan

alumina dari abu gunung vulkanik bercampur dengan air membentuk pasta yang

mengikat partikel lempung dan menutupi pori-pori tanah. Rongga-rongga pori

57
yang dikelilingi bahan sementasi yang lebih sulit ditembus air akan membuat

campuran tanah dan abu gunung vulkanik lebih tahan terhadap penyerapan air

sehingga menurunkan sifat plastisitasnya.

Dapat dilihat penurunan indeks plastisitas dari tanah asli yang awalnya

sebesar 29,82% mengalami penurunan seiring bertambahnya pencampuran abu

gunung vulkanik hingga nilai indeks plastisitas terendah pada campuran 20% abu

gunung vulkanik pada pemeraman 14 hari yaitu sebesar 9,04%.

4.3 Pengujian Sifat Mekanis Tanah

4.3.1 Pengujian Pemadatan Tanah Asli (Compaction)

Peneliti menggunakan metode pengujian dengan uji pemadatan Proctor

Standard. Dimana alat dan bahan yang digunakan diantaranya:

∑ Berat penumbuk 2,5 kg dengan tinggi jatuh 30 cm.

∑ Mould cetakan Ø 10,2 cm, diameter dalam Ø 10,16 cm.

∑ Sampel tanah lolos saringan no 4.

Hasil uji pemadatan Proctor Standard ditampilkan pada Tabel 4.4 dan

kurva pemadatan ditampilkan pada Gambar 4.8.

Tabel 4.4 Data Uji Pemadatan Tanah Asli


No Hasil pengujian Nilai

1 Kadar air optimum 21,38%

2 Berat isi kering maksimum 1,32 gr/cm3

58
2.5

2
ZAVL

1.5 γd max (gr/cm3)


γd (gr/cm3)

0.5

W opt (%)
0
10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
w (%)

Zero Air Void Compaction Curve

Gambar 4.8 Kurva Kepadatan Tanah Asli


Pada Gambar 4.8, dapat dilihat plot dari hubungan wopt sebesar 21,38%

menghasilkan nilai γd max sebesar 1,32 gr/cm3, namun dari hasil plot grafik kurva

pemadatan tanah asli masih belum total mendekati garis ZAVL, yang berarti nilai

derajat kejenuhan tanah belum sepenuhnya mencapai 100%, perlu dilakukan

pemadatan yang lebih maksimal untuk mencapai tanah yang sepenuhnya bebas

udara.

4.3.2 Pengujian Pemadatan Tanah (Compaction) dengan Bahan Stabilisator

Hasil pengujian sifat mekanis tanah yang telah dicampur dengan bahan

stabilisator berupa abu gunung vulkanik ditunjukkan pada Tabel 4.5, dan

hubungan antara nilai berat isi kering dengan variasi campuran ditunjukkan pada

59
Gambar 4.9, serta hubungan kadar air optimum dengan variasi campuran

ditunjukkan pada Gambar 4.10.

Tabel 4.5 Data Hasil Uji Compaction dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV
Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari
Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari
Sampel
γd maks Wopt γd maks Wopt

Tanah + 2% AGV 1,34 21,23 1,35 21,27

Tanah + 3% AGV 1,35 21,10 1,36 21,13

Tanah + 4% AGV 1,36 20,79 1,38 20,82

Tanah + 5% AGV 1,37 20,67 1,39 20,73

Tanah + 6% AGV 1,39 20,50 1,40 20,57

Tanah + 7% AGV 1,41 20,39 1,41 20,44

Tanah + 8% AGV 1,41 19,86 1,43 19,94

Tanah + 9% AGV 1,42 19,59 1,47 19,69

Tanah + 10% AGV 1,44 19,49 1,49 19,35

Tanah + 11% AGV 1,47 19,35 1,46 19,52

Tanah + 12% AGV 1,48 19,24 1,45 19,60

Tanah + 13% AGV 1,47 19,63 1,44 19,74

Tanah + 14% AGV 1,43 19,77 1,41 19,96

Tanah + 15% AGV 1,41 19,92 1,39 20,17

Tanah + 16% AGV 1,41 20,11 1,37 20,36

Tanah + 17% AGV 1,38 20,29 1,35 20,47

Tanah + 18% AGV 1,37 20,49 1,34 20,86

Tanah + 19% AGV 1,35 20,80 1,32 21,17

Tanah + 20% AGV 1,32 21,12 1,31 21,46

60
4.3.2.1 Berat Isi Kering Maksimum (γd maks)

Dari pengujian pemadatan tanah yang telah dilakukan pada tanah asli

diperoleh nilai berat isi kering tanah sebesar 1,32 gr/cm³. Gambar 4.9

menunjukkan grafik hubungan berat isi kering maksimum terhadap variasi

campuran abu gunung vulkanik dengan lama pemeraman 1 hari dan 14 hari.

2.0
Maksimum (gr/cm3)

1.8
Berat Isi Kering

1.6

1.4

1.2

1.0
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

% Abu Gunung Vulkanik


Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Antara Berat Isi Kering Maksimum (γd maks) Tanah
dengan Variasi Campuran 2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Pada grafik Gambar 4.9, dapat dilihat berat isi kering maksimum dari

seluruh pengujian berada pada campuran 10% abu gunung vulkanik dengan lama

pemeraman 14 hari yaitu sebesar 1,49 gr/cm3, berbeda dengan saat campuran 10%

abu gunung vulkanik yang hanya diperam 1 hari dengan nilai berat isi kering

maksimum sebesar 1,44 gr/cm3. Peningkatan nilai berat isi kering maksimum

yang dipengaruhi oleh lama pemeraman disebabkan campuran tanah lempung dan

abu gunung vulkanik yang semakin merata.

61
4.3.2.2 Kadar Air Optimum (wopt )

Hasil kadar air optimum dari percobaan tanah asli, didapat nilai kadar air

optimum sebesar 21,38%. Gambar 4.10 menunjukkan grafik hubungan nilai

kadar air optimum tanah dengan variasi pencampuran abu gunung vulkanik pada

pemeraman 1 hari dan 14 hari.

26
Kadar Air Optimum (%)

24

22

20

18

16

14
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

% Abu Gunung Vulkanik


Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Gambar 4.10 Grafik Hubungan Antara Kadar Air Optimum Tanah (wopt ) dengan
Variasi Campuran 2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Pada grafik Gambar 4.10, nilai kadar air optimum campuran 10% abu

gunung vulkanik pada pemeraman 1 hari sebesar 19,49% mengalami penurunan

seiring dengan lama pemeraman 14 hari menjadi 19,35%, hal ini disebabkan oleh

campuran air yang merata seiring dengan lamanya pemeraman terhadap campuran

abu gunung vulkanik dan tanah lempung.

62
4.3.3 Pengujian CBR (California Bearing Ratio)

Pada pengujian CBR ini merupakan pengujian CBR rendaman (soaked),

besarnya nilai CBR adalah salah satu cara untuk mengetahui kuat dukung tanah.

Besarnya nilai kuat dukung tanah akan dipengaruhi oleh kualitas bahan, lekatan

antar butir, dan kepadatannya.

Pada pengujian CBR rendaman (soaked), benda uji yang akan dipakai,

terlebih dahulu direndam selama 3x24 jam, tujuannya agar kondisi tanah yang

akan diuji mendekati dengan kondisi yang ada di lapangan. Namun selain

mendekati kondisi tanah di lapangan, tujuan lainnya dikarenakan air yang

berpengaruh penting terhadap sifat dan kekuatan tanah.

Pada pengujian CBR tanah asli, dengan nilai berat isi kering maksimum

sebesar 1,32 gr/cm3 dan nilai kadar air optimum sebesar 21,38%, menghasilkan

nilai CBR (California Bearing Ratio) sebesar 4,56%.

Hasil pengujian CBR yang dilakukan pada setiap variasi kadar campuran,

nilai CBR maksimum seluruh pengujian adalah 8,95% yang didapat dari

campuran 10% abu gunung vulkanik dan tanah lempung dengan lama pemeraman

selama 14 hari. Nilai CBR pada campuran 10% abu gunung vulkanik mengalami

peningkatan seiring dengan lama pemeraman, dimana ketika campuran diperam

selama 1 hari, nilai CBR hanya didapat sebesar 8,22%. Hal ini disebabkan oleh

campuran yang merata seiring lamanya pemeraman, sehingga campuran

menghasilkan nilai CBR yang lebih kuat daripada campuran yang hanya diperam

selama 1 hari. Nilai data hasil uji CBR tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.6.

63
Tabel 4.6 Data Hasil Uji CBR Laboratorium dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari


Sampel
γd maks Wopt CBR γd maks Wopt CBR

Tanah + 2% AGV 1,34 21,23 5,04 1,35 21,27 5,50

Tanah + 4% AGV 1,36 20,79 5,90 1,38 20,82 6,11

Tanah + 6% AGV 1,39 20,50 6,56 1,40 20,57 7,11

Tanah + 8% AGV 1,41 19,86 7,49 1,43 19,94 8,09

Tanah + 9% AGV 1,42 19,59 7,95 1,47 19,69 8,41

Tanah + 10% AGV 1,44 19,49 8,22 1,49 19,35 8,95

Tanah + 11% AGV 1,47 19,35 8,35 1,46 19,52 8,63

Tanah + 12% AGV 1,48 19,24 8,87 1,45 19,60 8,40

Tanah + 13% AGV 1,47 19,63 8,58 1,44 19,74 8,22

Tanah + 14% AGV 1,43 19,77 8,37 1,41 19,96 7,81

Tanah + 15% AGV 1,42 19,92 8,05 1,39 20,17 7,33

Tanah + 16% AGV 1,41 20,11 7,63 1,37 20,36 7,13

Tanah + 17% AGV 1,38 20,29 7,04 1,35 20,47 6,84

Tanah + 18% AGV 1,37 20,49 6,85 1,34 20,86 6,65

Tanah + 19% AGV 1,35 20,80 6,35 1,32 21,17 6,40

Tanah + 20% AGV 1,32 21,12 5,89 1,31 21,46 6,15

Untuk grafik hubungan nilai CBR pada variasi pencampuran abu gunung

vulkanik dengan lama pemeraman 1 hari dan 14 hari dapat dilihat pada Gambar

4.11.

64
14

11
CBR (%)

2
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

% Abu Gunung Vulkanik


Pemeraman 1 Hari Pemeraman 14 Hari

Gambar 4.11 Grafik Hubungan Antara Nilai CBR dengan Variasi Campuran
2%-20% AGV Pada Pemeraman 1 Hari dan 14 Hari

Pada grafik yang ditunjukkan oleh Gambar 4.11, disamping peningkatan

yang dialami penambahan 10% abu gunung vulkanik seiring lama pemeramannya,

dapat dilihat juga nilai CBR pengujian untuk pemeraman 1 hari terbesar ada pada

campuran 12% abu gunung vulkanik sebesar 8,87%, sedangkan pada pemeraman

14 hari, nilai CBR maksimum didapat pada campuran 10% abu gunung vulkanik

sebesar 8,95%.

65
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan

stabilisator abu gunung vulkanik terhadap tanah lempung dengan kadar campuran

yang telah ditetapkan dan masa peram (curing time) selama 1 dan 14 hari, dapat

disimpulkan bahwa :

1. Berdasarkan klasifikasi USCS, sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis

CL (Clay-Low Plasticity) yaitu lempung anorganik dengan plastisitas

rendah sampai sedang dan tetap pada jenis CL setelah dicampurkan dengan

abu gunung vulkanik.

2. Berdasarkan klasifikasi AASHTO (American Association of State Highway

Transportation Official), sampel tanah tersebut termasuk dalam jenis A-7-6,

kemudian setelah dicampur dengan abu gunung vulkanik, maka sampel

termasuk dalam jenis A-7-5.

3. Dari hasil uji Water Content didapat bahwa nilai kadar air tanah asli sebesar

14,52%, kemudian dari hasil uji Specific Gravity didapat bahwa nilai berat

spesifik tanah yaitu sebesar 2,64 ; dan berat spesifik abu gunung vulkanik

sebesar 2,62.

4. Dari uji Atterberg pada tanah asli diperoleh nilai Liquid Limit (LL) sebesar

48,64% dan indeks plastisitas (IP) sebesar 29,82%. Berdasarkan hasil

percobaan yang dilakukan diketahui bahwa :

66
∑ Pemeraman 1 hari dengan campuran 20% AGV, memiliki indeks

plastisitas (IP) yang paling rendah yakni 9,73%. Dengan nilai Liquid

Limit sebesar 30,70%.

∑ Pemeraman 14 hari dengan campuran 20% AGV, memiliki indeks

plastisitas (IP) yang paling rendah yakni 9,04%. Dengan nilai Liquid

Limit sebesar 30,15%.

Adanya penurunan nilai indeks plastisitas (IP) pada 20% AGV dengan lama

pemeraman 1 hari sebesar 9,73% menjadi 9,04% pada pemeraman 14 hari

dikarenakan adanya pengaruh lama pemeraman terhadap reaksi kimia

pencampuran abu gunung vulkanik dan tanah lempung.

5. Dari hasil uji Proctor Standart menghasilkan nilai kadar air optimum pada

tanah asli sebesar 21,38% dan berat isi kering maksimum sebesar 1,32

gr/cm³, sedangkan nilai berat isi kering maksimum tertinggi dari semua

campuran yaitu campuran 10% AGV pada pemeraman 14 hari sebesar 1,49

gr/cm3, terjadi peningkatan seiring dengan lama pemeraman yang

sebelumnya ketika hanya diperam 1 hari nilai berat isi kering maksimumnya

sebesar 1,44 gr/cm3, sedangkan kadar air optimum campuran 10% AGV

pada pemeraman 1 hari sebesar 19,49% mengalami penurunan pada

pemeraman 14 hari menjadi 19,35%.

6. Dari uji CBR laboratorium rendaman (soaked) dengan lama perendaman

selama 3 hari yang dilakukan pada tanah asli diperoleh nilai CBR sebesar

4,56%. Dari hasil penelitian yang dilakukan, nilai CBR setelah tanah ada

pada campuran 10% AGV dengan lama pemeraman 14 hari sebesar 8,95%.

67
7. Nilai CBR pada campuran 10% AGV mengalami peningkatan seiring lama

pemeraman, dimana:

∑ Pemeraman 1 hari, nilai CBR campuran 10% AGV sebesar 8,22%.

∑ Pemeraman 14 hari, nilai CBR campuran 10% AGV sebesar 8,95%.

Lama pemeraman mengakibatkan tanah dan campuran AGV semakin

merata, sehingga menghasilkan nilai CBR yang lebih tinggi.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh bahan

stabilisator abu gunung vulkanik terhadap tanah lempung, penulis memberikan

saran bahwa:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap proses stabilisasi ini dengan

jenis pengujian yang berbeda misalnya Triaxial Test, UCT (Unconfined

Compression Test), dan sebagainya.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan variasi lama pemeraman yang

berbeda sehingga dapat dilakukan perbandingan nilai antar variasi untuk

bahan campuran abu gunung vulkanik.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pengaruh penambahan abu gunung

vulkanik pada jenis tanah yang lain.

4. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai nilai ekonomis penggunaan

abu gunung vulkanik sebagai bahan stabilisator (stabilizing agents) pada

tanah lempung jika dikombinasikan dengan bahan pencampur lainnya.

68
DAFTAR PUSTAKA

Ariyani, N., Nugroho, A. C. 2007. Pengaruh Kapur Dan Abu Sekam Padi Pada

Nilai Cbr Laboratorium Tanah Tras Dari Dusun Seropan Untuk Stabilitas

Subgrade Timbunan, Edisi I. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UKRIM,

Yogyakarta.

Bowles, J. 1984. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi

Kedua, Jakarta: Erlangga.

Bowles, J. E. 1991. Analisa dan Desain Pondasi, Edisi Keempat, Jilid II.

Jakarta: Erlangga.

Bowles, J. E. 1993. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah).

Jakarta: Erlangga.

Das, B. M. 1991. Mekanika Tanah, Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid I.

Jakarta: Erlangga.

Das, B. M. 1994. Mekanika Tanah Jilid I, Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis,

Jakarta: Erlangga.

Das, B. M. 1998. Mekanika Tanah, Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis, Jilid-1.

Jakarta: Erlangga.

Gunawan, Hendra., Huda, N. A. 2013. Pemanfaatan Limbah Karbit Untuk

Meningkatkan Nilai Cbr Tanah. Program Studi Teknik Sipil Universitas

Sebelas Maret, Surakarta.

Hardiyatmo, H. C. 1992. Mekanika Tanah 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

69
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah, Jilid 1. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama.

Ibrahim. 2013. Stabilisasi Tanah Lempung Dengan Penambahan Limbah Sawit

Terhadap Nilai California Bearing Ratio. Jurnal Teknik Sipil, Volume 9, No.2.

Lambe, W. T. 1969. Soil Mechanics, Jhon Wiley and Sons Inc. New York.

Mu’minah, R. N. 2014. Pengaruh Abu Vulkanik Terhadap Parameter Kuat Geser

Tanah Lempung. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia.

Pakpahan, S. S. 2014. Kajian Efektifitas Abu Kayu Bakar Dan Semen Portland

Tipe I Sebagai Bahan Stabilisasi Pada Tanah Lempung Dengan Uji Kuat

Tekan Bebas. Program Studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara,

Medan.

Panjaitan, S. R. N. 2014. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai CBR Tanah

Mengembang Yang Distabilisasi Dengan Abu Cangkang Sawit. Jurnal

Teknik Sipil Institut Teknologi Medan.

Prabowo, I. 2013. Pengaruh Abu Vulkanik Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah untuk

Lapis Subgrade. Diploma Teknik Sipil Sekolah Vokasi Universitas Gadjah

Mada. Yogyakarta.

Pusat Litbang Prasarana Transportasi. 2001. Panduan Geoteknik 1 : Proses

Pembentukan dan Sifat-sifat Dasar Tanah Lunak. Jakarta.

Rostaman, T., Kasno, A., dan Anggria, L. 2011. Perbaikan Sifat Tanah dengan

Dosis Abu Vulkanik Pada Tanah Oxisols. Badan Litbang Pertanian.

Sari, I. N. 2016. Kajian Efektifitas Penggunaan Semen Portland dan Limbah

Karbit Terhadap Stabilitas Tanah Lempung Ditinjai Dari Nilai CBR

Program Studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.

70
Shankar, S. 2016. “Mount Sinabung Volcano Eruption: Over 1,200 Villagers In

Indonesia Forced To Evacuate” Jurnal Online,

http://www.ibtimes.com/mount-sinabung-volcano-eruption-over-1200-

villagers-indonesia-forced-evacuate-1968566

Soedarmono, G. D., Purnomo, E. 1997. Mekanika Tanah, Cetakan 1. Penerbit

Kanisius (Anggota IKAPI), Yogyakarta.

Sormin, P. J. 2016. Pengujian CBR (California Bearing Ratio) pada Stabilitas

Tanah Lempung dengan Campuran Semen Portland Tipe I dan Abu

Vulkanik. Program Studi Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara, Medan.

71
LAMPIRAN

72
LAMPIRAN 1

DATA UJI LABORATORIUM

KADAR AIR DAN BERAT JENIS


Laborat orium Mekanika Tanah
KADAR AIR (WATER CONTENT) &
FAKULTAS TEKNIK
BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY) JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN II Patumbak, Deli Serdang


Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 03 Agustus 2016
Dikerjakan : : Samuel Mario

I. KADAR AIR (WATER CONTENT)


(PB - 0117 - 76)

No Sampel 1 2
a Berat krus + tanah basah (gr) 54,36 51,81
b Berat krus + tanah kering (gr) 48,97 46,22
c Berat Air (gr) 5,39 5,59
d Berat krus (gr) 10,66 8,88
e Berat tanah kering (gr) 38,31 37,34
f Kadar air (w) (%) 14,07 14,97
g Kadar air rata-rata (%) 14,52

II. BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)


(PB - 0108 - 76)

No. Percobaan I II III


No. Piknometer 1 2 3
a Berat Piknometer (W1) (gr) 32,19 34,80 35,27
b Berat Piknometer + Tanah (W2) (gr) 51,79 55,02 55,10
c Berat Tanah (W2-W1) (gr) 19,60 20,22 19,83
d Berat Piknometer + Tanah + Air (W3) (gr) 82,48 83,11 82,96
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) (gr) 70,20 70,62 70,69
f Temperatur (T°C) (gr) 27,00 27,00 27,00
g Faktor Koreksi (gr) 0,9995 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') (gr) 70,16 70,58 70,65
i Isi Tanah (W2 - W1 + W4 - W3) (gr) 7,28 7,73 7,56
Berat Jenis 2,690 2,616 2,623
Berat Jenis Rata-rata 2,643

Medan, Desember 2015


Disetujui Oleh Diperiksa Oleh
Kepala Lab. Mekanika Tanah Asisten Lab. Mekanika Tanah

(Ika Puji Hastuty, S.T, M.T.) (Prasetyo Ramadhan)


Laborat orium Mekanika Tanah
KADAR AIR (WATER CONTENT) &
FAKULTAS TEKNIK
BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY) JURUSAN SIPIL
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sampel : Abu Vulkanik Lokasi : Desa Gurukinayan


Proyek : Tugas Akhir Tanggal : 11 April 2016
Dikerjakan : Samuel Mario

BERAT JENIS (SPECIFIC GRAVITY)


(PB - 0108 - 76)

No. Percobaan I II III


No. Piknometer 1 2 3
a Berat Piknometer (W1) (gr) 36,04 34,80 35,27
b Berat Piknometer + Abu Gunung Vulkanik (W2) (gr) 57,41 55,65 56,62
c Berat Abu Gunung Vulkanik (W2-W1) (gr) 21,37 20,85 21,35
d Berat Piknometer + AGV + Air (W3) (gr) 79,12 77,63 78,38
e Berat Piknometer + Air Sebelum Koreksi (W4) (gr) 65,95 64,74 65,20
f Temperatur (T°C) (gr) 27,00 27,00 27,00
g Faktor Koreksi (gr) 0,9995 0,9995 0,9995
h Berat Piknometer + Air Setelah Koreksi (W4') (gr) 65,92 64,71 65,17
i Abu Gunung Vulkanik (W2 - W1 + W4 - W3) (gr) 8,17 7,96 8,17
Berat Jenis 2,617 2,619 2,613
Berat Jenis Rata-rata 2,616

Medan, Oktober 2016


Disetujui Oleh Diperiksa Oleh
Kepala Lab. Mekanika Tanah Asisten Lab. Mekanika Tanah

(Ika Puji Hastuty, S.T, M.T.) (Prasetyo Ramadhan)


LAMPIRAN 2

DATA UJI LABORATORIUM

ANALISA SARINGAN
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 1 B Kampus USU Medan

ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)

Sampel : Tanah Asli Lokasi : PTPN II Patumbak, Deli Serdang


Dikerjakan : Samuel Mario Tanggal : 11 April 2016
Proyek : Tugas Akhir

A. Fraksi Kasar Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3 inch - - - 100,00 100,00

1 inch - - - 100,00 100,00

3/4 inch - - 0,00 100,00 100,00

1/2 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

B. Fraksi Sedang Berat Tanah Kering = 200,00 gr

Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3/8 inch - 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 4 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 8 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

C. Fraksi Halus Berat Tanah Kering = 200,00 gr


Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

No. 10 5,12 5,12 2,56 97,44 97,44

No. 20 10,11 15,23 7,62 92,39 92,39

No. 40 23,75 38,98 19,49 80,51 80,51

No. 80 28,04 67,02 33,51 66,49 66,49

No. 100 15,49 82,51 41,26 58,75 58,75

No. 200 17,42 99,93 49,97 50,04 50,04


HIDROMETER Nomor Saringan Ukuran Saringan (inc)

200

100

3/8

3/4
80

40

20

10

1/2

3
8

76.20
0.075

25.40
19.06
0.18
0.15

0.43

0.58

2.00
2.36

4.75
100 0

90 10

Tertahan di Saringan/Retained in Sieve (%)


Lolos sari saringan/Passing of Sieve (%)

80 20

70 30

60 40

50 50

40 60

30 70

20 80

10 90

0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100

Lempung Lanau Halus/Fine Sedang Kasar/Coarse Kerikil

(Clay) (Silt) Pasir (sand) (Gravel)

Sampel : Tanah Asli Di test : Laboratorium Mekanika Tanah FT USU


Tanggal : 11 April 2016
Dikerjakan : Samuel Mario
LABORATORIUM MEKANIKA TANAH
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jalan Perpustakaan No. 1 B Kampus USU Medan

ANALISA SARINGAN
(Sieve Analysis Test)

Sampel : Abu Vulkanik Lokasi : PTPN II Patumbak, Deli Serdang


Dikerjakan : Samuel Mario Tanggal : 11 April 2016
Proyek : Tugas Akhir

A. Fraksi Kasar Berat Tanah Kering = 500,00 gr


Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3 inch 0 0,00 0 100,00 100,00

1 inch 0 0,00 0 100,00 100,00

3/4 inch 0 0,00 0,00 100,00 100,00

1/2 inch 0 0,00 0,00 100,00 100,00

B. Fraksi Sedang Berat Tanah Kering = 500,00 gr


Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

3/8 inch 0,00 0 0,00 100,00 100,00

No. 4 0,00 0 0,00 100,00 100,00

No. 8 0,00 0 0,00 100,00 100,00

C. Fraksi Halus Berat Tanah Kering = 500,00 gr


Saringan Berat diatas Jlh Brt diatas Persen diatas Persen melalui Persen seluruh

Nomor (gr) (gr) (%) (%) Contoh melalui (%)

No. 10 0,00 0,00 0,00 100,00 100,00

No. 20 54,00 54,00 10,80 89,20 89,20

No. 40 95,00 149,00 29,80 70,20 70,20

No. 80 122,00 271,00 54,20 45,80 45,80

No. 120 108,00 379,00 75,80 24,20 24,20

No. 200 64,00 443,00 88,60 11,40 11,40


HIDROMETER Nomor Saringan Ukuran Saringan (inc)

200

120

3/8

3/4
40
80

20

10

1/2

3
8

76.20
0.075

25.40
19.06
0.43
0.15
0.18

0.58

2.00
2.36

4.75
100 0

90 10

Tertahan di Saringan/Retained in Sieve (%)


Lolos sari saringan/Passing of Sieve (%)

80 20

70 30

60 40

50 50

40 60

30 70

20 80

10 90

0 100
0,001 0,01 0,1 1 10 100

Lempung Lanau Halus/Fine Sedang Kasar/Coarse Kerikil

(Clay) (Silt) Pasir (sand) (Gravel)

Sampel : Abu Gunung Vulkanik Di test : Laboratorium Mekanika Tanah FT USU


Tanggal : 11 April 2016
Dikerjakan : Samuel Mario
LAMPIRAN 3

DATA UJI LABORATORIUM

ATTERBERG LIMITS,

COMPACTION TEST &

CALIFORNIA BEARING RATIO


PEMERAMAN 1 HARI

Batas-batas Atterberg Compaction


CBR
Sampel γd w
LL (%) PL (%) PI (%) (%)
(gr/cm3) (%)

Tanah Asli 48,64 18,81 29,82 1.32 21,38 4,56

Tanah + 2% AGV 47,96 18,46 29,51 1,34 21,23 5,04

Tanah + 3% AGV 46,47 18,53 27,94 1,35 21,10 -

Tanah + 4% AGV 45,72 18,68 27,04 1,36 20,79 5,90

Tanah + 5% AGV 44,91 18,83 26,08 1,37 20,67 -

Tanah + 6% AGV 44,68 18,94 25,74 1,39 20,50 6,56

Tanah + 7% AGV 43,86 19,04 24,82 1,41 20,39 -

Tanah + 8% AGV 42,93 19,14 23,79 1,41 19,86 7,49

Tanah + 9% AGV 41,64 19,22 22,42 1,42 19,59 7,95

Tanah + 10% AGV 40,88 19,50 21,38 1,44 19,49 8,22

Tanah + 11% AGV 39,78 19,66 20,12 1,47 19,35 8,35

Tanah + 12% AGV 38,47 19,78 18,69 1,48 19,24 8,87

Tanah + 13% AGV 37,74 19,89 17,85 1,47 19,63 8,58

Tanah + 14% AGV 36,45 19,98 16,47 1,43 19,77 8,37

Tanah + 15% AGV 35,96 20,08 15,87 1,41 19,92 8,05

Tanah + 16% AGV 34,75 20,23 14,52 1,41 20,11 7,63

Tanah + 17% AGV 33,94 20,40 13,54 1,38 20,29 7,04

Tanah + 18% AGV 32,84 20,57 12,26 1,37 20,49 6,85

Tanah + 19% AGV 31,78 20,73 11,05 1,35 20,80 6,35

Tanah + 20% AGV 30,70 20,98 9,73 1,32 21,12 5,89


PEMERAMAN 14 HARI

Batas-batas Atterberg Compaction


CBR
Sampel γd w
LL (%) PL (%) PI (%) (%)
(gr/cm3) (%)

Tanah Asli 48,64 18,81 29,82 1.32 21,38 4,56

Tanah + 2% AGV 47,01 18,86 28,15 1,35 21,27 5,50

Tanah + 3% AGV 45,93 18,94 27,00 1,36 21,13 -

Tanah + 4% AGV 45,49 18,98 26,51 1,38 20,82 6,11

Tanah + 5% AGV 44,33 19,01 25,31 1,39 20,73 -

Tanah + 6% AGV 43,54 19,13 24,40 1,40 20,57 7,11

Tanah + 7% AGV 42,98 19,23 23,74 1,41 20,44 -

Tanah + 8% AGV 41,60 19,34 22,27 1,43 19,94 8,09

Tanah + 9% AGV 40,74 19,57 21,16 1,47 19,69 8,41

Tanah + 10% AGV 39,61 19,71 19,90 1,49 19,35 8,95

Tanah + 11% AGV 38,31 19,88 18,43 1,46 19,52 8,63

Tanah + 12% AGV 37,53 19,98 17,55 1,45 19,60 8,40

Tanah + 13% AGV 36,63 20,04 16,59 1,44 19,74 8,22

Tanah + 14% AGV 35,98 20,14 15,84 1,41 19,96 7,81

Tanah + 15% AGV 34,46 20,18 14,28 1,39 20,17 7,33

Tanah + 16% AGV 33,76 20,34 13,42 1,37 20,36 7,13

Tanah + 17% AGV 32,98 20,54 12,43 1,35 20,47 6,84

Tanah + 18% AGV 31,87 20,71 11,16 1,34 20,86 6,65

Tanah + 19% AGV 30,75 20,90 9,85 1,32 21,17 6,40

Tanah + 20% AGV 30,15 21,12 9,04 1,31 21,46 6,15


LAMPIRAN 4

DATA KOMPOSISI KIMIA

ABU GUNUNG VULKANIK


LAMPIRAN 5

DOKUMENTASI PELAKSANAAN
Lampiran Dokumentasi Pelaksanaan

Tanah Asli Abu Vulkanik

Pembuatan Benda Uji & Pemeraman Benda Uji (curing time)

Proses Pemadatan Tanah Untuk Uji Compaction & Uji CBR


Pengujian CBR (California Bearing Ratio)

Proses Pengeluaran Benda Uji & Hasil Benda Uji Setelah Uji CBR

Anda mungkin juga menyukai