6 & 7 Rancangan Penelitian-Dikonversi
6 & 7 Rancangan Penelitian-Dikonversi
PENELITIAN
Shinta Mayasari,S.Farm,M.Farm,Klin.,Apt
Divisi Farmasi Klinik & Komunitas
Program Studi Sarjana Farmasi
STIKES dr Soebandi Jember
DEFINISI
INSTRUMEN
– Survey
– Wawancara
– Isian kuesioner
8
CIRI-CIRI PENELITIAN
Observasi terhadap variabel independent (faktor resiko) dan
dependent (efek) dilakukan satu kali, pada saat yang sama.
Dapat untuk deskriptif maupun analitik.
Dapat diketahui jumlah subjek yang mengalami efek pada
kelompok yang mempunyai faktor resiko dan yang tidak.
Rasio prevalens menggambarkan peran faktor resiko terhadap
terjadinya efek.
Paling sering digunakan untuk studi klinik/lapangan.
Tahapan CROSSSECTIONAL
– Batasan
Merupakan kelompok yg digunakan sbg pembanding dan memiliki
kriteria:
1. Mempunyai potensi terpajan oleh faktor risiko yang sama dgn klp kasus
2. Tidak menderita penyakit yang diteliti
3. Bersedia ikut dalam penelitian
ODSSRATIO
– Odds ratio merupakan ukuran besarnya efek, menjelaskan kekuatan
hubungan antara dua nilai data biner
– Digunakan pada analisis bivariat dengan desain case control
ODSSRATIO
– Menentukan OR secara manual : OR = ad/bc
Penyakit
Kasus (+) Kontrol (-) Jumlah
+ a b a+b
Pajanan
- c d c+d
Jumlah a+c b+d N
Interpretasi
< 1 (kondisi/penyakit kurang cenderung terjadi pada kelompok kasus)
= 1 (kondisi/penyakit kemungkinan terjadi pada kedua kelompok)
>1 ( kondisi/peyakit lebih mungkin terjadi pada kelompok kasus)
– Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui hubungan antara hepatomegali dgn
terjadinya syok pada pasien anak yang mengalami DBD. Desain
penelitian yg digunakan adalah case control
Syok
ya tidak Jumlah
ya 18 34 52
Hepatomegali
tidak 14 94 108
Jumlah 32 128 160
OR= 1692/476
= 3,55
– Pendidikan
– Pekerjaan
– Gol. Darah
– dll
Matching
– Dilakukan untuk menghindari bias yang timbul akibat tidak
komparabelnya klp kasus dan kontrol.
– Dilakukan pada saat persiapan yaitu saat pengambilan sampel.
– Dapat juga dilakukan pada saat analisis = disebut postmatching
Matching
– Syarat matching
– Variabel yang digunakan untuk matching tidak berhubungan dgn pajanan
thd faktor risiko
– Bukan merupakan sebab timbulnya penyakit
– Dapat merupakan fk. Risiko yang berasal dari variabel penyebab akibat
adanya asosiasi nonkausal
– Kriteria matching menurut Wold (1956) dan Susser (1973)
A B
E= PAJANAN
E F= VARIABEL PERANCU/
D E
FAKTORMATCHING
D = PENYAKIT
ASOSIASIKAUSAL
D ASOSIASINONKAUSAL
F F
Kelebihan kasus kontrol
1. Cocok untuk mempelajari penyakit yg jarang ditemukan
2. Hasil cepat, ekonomis
3. Subjek penelitian bisa lebih sedikit
4. Memungkinkan mengetahui sejumlah faktor risiko yang mungkin
berhubungan dengan penyakit
5. Kesimpulan korelasi > baik, krn ada pembatasan dan pengendalian
faktor risk
6. Tidak mengalami kendala etik
Kelemahan kasus kontrol
– Bias
– Tdk diketahui pengaruh variabel luar yg tak terkendali dgn teknik
matching
– Pemilihan kontrol dgn mathcing akan sulit bila faktor risiko yg di
“matching”kan banyak
– Kelompok kasus dan kontrol tidak random apakah faktor luar
seimbang?
PENDEKATAN COHORT
– Merupakan penelitian dimana pengambilan data variabel bebas
(sebab) dilakukan terlebih dahulu, setelah beberapa waktu
kemudian baru dilakukan pengambilan data variabel tergantung
(akibat)
– Populasi adalah semua responden yang mempunyai kriteria variabel
sebab (sebagai kelompok studi)
– Pada penelitian cohort perlu kontrol, yaitu kelompok yang tidak
mempunyai kriteria variabel sebab
Skema Studi Kohort Prospektif
Efek (+)
Efek (-)
Subyektanpafa
ktor risiko
&tanpa
efek Efek (+)
Efek (-)
Skema Studi Kohort retrospektif
Pengambilan kelompok
Saat pelaksanaan
kohort dari data yang
penelitian
telah lalu
Efek (+)
Klp studi (+) insiden
Efek (-)
Faktor
risiko Efek (+)
Klp kontrol (-) insiden
Efek (-)
Analisis hasil
– Membandingkan insiden penyakit antara kelompok dengan faktor risiko dengan
kelompok tanpa risiko Risiko Relatif (Relative Risk RR)
– Menyertakan interval kepercayaan
Risiko Relatif
EFEK
Ya Tidak Jumlah
FAKTO R Ya a b a+b
RISIKO Tidak c d c+d
Jumlah a+c b+d a+b+c+d