Anda di halaman 1dari 26

LITERATUR REVIEW

HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KELUARGA DENGAN KEJADIAN


STUTING PADA BALITA

MASLIYA

B0216343

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

MAJENE
2020
HUBUNGAN PELAKSANAAN TUGAS KELUARGA DENGAN KEJADIAN
STUNTING PADA BALITA

Muhammad Irwan, S.Kep.,M.Kes dan dr. Evawaty, M.Kes.


Masliya

Prodi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Sulawesi Barat

ABSTRAK
Latar Belakang : Balita menjadi salah satu kelompok yang beresiko mengalami
masalah gizi. Asupan makanan yang kaya akan nutrisi memberi dampak yang baik
terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Timbulnya masalah gizi pada anak
dapat di pengaruhi oleh banyak factor, salah satunya adalah pola asuh dan bagaimana
keluarga memenuhi kebutuhan gizi yang cukup pada anak. Stunting ( tubuh pendek)
adalah keadaan dimana tubuh yang sangat pendek hingga melampaui -2 SD di bawah
median panjang atau tinggi yang menjadi referensi internasional. Stunting
menggambarkan keadaan gizi yang buruk atau kurang. Tujuan : penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubangan pelaksanaan tugas keluarga dengan kejadian
stunting pada balita. Metode : artikel yang gunakan ini di peroleh pada database
Pubmed, google schooler dan google Cendekia dengan rentan waktu mulai dari 1
Januari 2015 sampai dengan 30 Maret 2020 ( 5 Tahun ). Strategi pencarian pada
tinjauan ini di mulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan
persamaan kata dalam beberapa database untuk menentukan artikel yang sesuai dan
relevan. Adapun kata kuci yang di gunakan adalah : family role, stunting, Toddlers.
Hasil : dari hasil screening di peroleh 6 Jurnal study dalam ulasannya membahas
tentang tugas dan peran keluarga balita stunting. Kesimpulan : dari ke-6 Jurnal yang
di review, menunjukkan pentingnya peran dan tugas keluarga dalam mencegah
stunting pada balita.

Kata Kunci : peran keluarga balita stunting


ABSTRACT

Background: Toddlers become one of the group at risk of experiencing n utritional


problems. Food intake that is rich in nutritional members is a good impact on the
growth and development of children. The occurrence of nutritional problems in
children can be influenced by many factors, one of the foster pattern and how the
family fulfill sufficient nutritional needs in children. Stunting (short body) is a
condition where the body is very short to exceed-2 SDdi under a long or high median
which becomes an international reference. Stunting depicts poor or less nutritional
conditions. Objective: From this research is to know the relationship of execution of
family tasks with stunting events in infants. Method: The article that this use is
obtained on the database PubMed, Google High and Google scholar with vulnerable
time from 1 January 2015 until 31 Martc 2020 (5 years). The search strategy on this
review at start by identifying a few keywords is : Family Role, stunting, Toddlers
Results: Screening results in 5 study journals in his descriptions discussing the duties
and roles of family stunting toddlers. Conclusion: From the 5th Journal in Review,
demonstrating the importance of family roles and assignments in preventing stunting
in toddlers.

KEY WORDS : Family Role, Stunting, Toddlers


PENDAHULUAN

Stunting merupakan salah satu permasalahan status gizi yang di tinjau dari
tinggi badan yang lebih pendek dibanding orang lain yang seusia ( KDPDTT, 2017).
Stunting pada tahun 2017 di tingkat dunia mencapai 22,2% (144,8juta) balita,
diamana hal tersebut terjadi akibat berbagai factor terkait 1000 hari pertama setelah
konsepsi (WHO, 2018).

Kejadian stunting merupakan permasalahana gizi global. Menurut data


Riskesdas 2018 menunjukkan angka prevalensi kejadian stunting mencapai 22,2%
(RISKESDAS, 2018). Menurut batas “non public healtf problem” WHO menyatakan
untuk masalah stunting dengan prevalensi 20%, maka hampir seluruh Negara di dunia
mengalami masalah kesehatan masyarakat (UNICEF, 2013 dalam Mitra, 2015)

Prevalensi balita stunting di Indonesia, berdasarkan hasil riset kesehatan dasar


(RISKESDAS) tahun 2018 terdapat 30,8% balita yang mengalami stunting dan untuk
tingkat provensi Prevalensi stunting nasional di provensi Sulawesi Barat pada tahun
2018 mencapai 41,6% (terdiri dari 16,20% sangat pendek dan 25,40% pendek).
Prevalensi stunting di Sulawesi Barat yang terdiri dari 6 Kabupaten, Kabupaten
Majene menunjukkan angka 43,8%, kabupaten polewali mandar 38,7%,kabupaten
Mamasa 44,1%,kabupaten Mamuju 27,0%, Kabupaten Mamuju Tengah 39,1% dan
Kabupaten Mamuju Utara 32,6% (Dinas Kesehatan Kabupaten Majene, 2018)

Resiko kejadian stunting meningkat pada keluarga dengan pendapatan


keluarga kurang, tingkat pendidikan orang tua yang rendah behubungan dengan
tingkat pengetahun gizi yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan keluarga,
pelayanan kesehatan yang tidak memadai dan tempat tinggal terutama pada keluarga
kurang mampu dengan sanitasi, air minum dan kepadatan penduduk memiliki resiko
tiga kali lebih besar terjadi stunting ( Aisyah, 2019).
Permasalahan stunting perlu dilakukan penelitian terutama dari segi keluarga,
menurut Soekirman dan UNICEF bahwa status gizi rendah secara langsung dapat di
pengaruhi oleh asupan gizi yang rendah. Asupan gizi yang rendah dapat di sebabkan
karena ketersediaan pangan rumah tidak mencukupi dari kebutuhan normal,
ketersedian pangan ini akan terpenuhi, jika daya beli masyarakat cukup. Social
ekonomi masyarakat merupakan factor yang berperan dalam menentukan daya beli
keluarga, keluarga dengan pendapatan yang tinggi akan lebih mudah memperoleh
akses pendidikan, pangan dan kesehatan sehingga status gizi anak akan lebih mudah
di jangkau (Rahma & Nadhiroh 2017; Putri, Rahayu & maemunah 2017)

Tubuh pendek atau stunting pada masa balita disebabkan oleh kurangnya gizi
kronis atau gizi kurang yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan serta
digunakannya sebagai indikator , dalam jangka panjang (Kementerian Kesehatan RI,
2016). Anak mengalami stunting diakibatkan oleh lima hal utama yaitu faktor gizi
yang buruk pada balita ataupun ibu hamil, tingkat pengetahuan ibu yang kurang
terkait kesehatan dan gizi saat sebelum hamil, masa kehamilan, serta setelah
melahirkan, terkendalanya pelayanan kesehatan terutama ante natal care, post natal
care, dan pembelajaran dini yang berkualitas, ketersediaan makanan bergizi,
keterjangkauan akses air bersih dan sanitasi yang masih tergolong buruk (KDPDTT,
2017). Pemerintah telah m engupayakan mengatasi permasalahan status gizi di
Indonesia melalui program Indonesia sehat dengan pendekatan keluarga dan keluarga
sadar gizi ( KADARZI ). Program Indonesia Sehat memiliki sasaran yaitu derajat
kesehatan dan status gizi masyarakat dengan meningkatkan kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pelayanan kesehatan yang merata (Kementerian Kesehatan RI, 2016). Program
pemerintah lainnya keluarga sadar gizi (KADARZI ) adalah program yang di
jalankan pemerintah dengan harapan keluarga mampu mengenal, mencegah dan
mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Keluarga disebut keluarga sadar gizi
( KADARSI) apabila telah berperilaku gizi yang baik yang dengan menimbang berat
berat badan secara teratur, pemberian ASI Eskulisif, makan beranega ragam,
menggunakan garam beryodium, meminum suplemen gizi sesuai anjuran. KADARZI
di wujudkan dengan cara meningkatkan pengetahuan gizi dan perilaku gizi keluarga
yang kurang mendukung serta menumbuhkan kemandirian keluarga untuk mengatasi
masalah gizi yang ada dalam keluarga. Rendahnya pengetahuan dan perilaku
masyarakat khususnya ibu rumah tangga terhadap gizi dan kesehatan merupakan
factor yang berpengaruh pada pencapaian program KADARZI ( Dinkes DIY, 2017)

Berjalannya pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tenaga kesehatan salah


satunya perawat. Perawat memiliki peran dalam meningkatkan status gizi balita yaitu
dengan upaya promotif dan preventif (Partini, S.; Sumantri; & Sensusiana, S., 2016).
Pencegahan masalah gizi buruk yang telah dilakukan perawat meliputi proses asuhan
keperawatan (penimbangan, pengukuran, dan pemantauan seacara rutin), pendidikan
kesehatan dalam konseling ataupun penyuluhan, bekerjasama dengan tenaga
kesehatan lain terutama ahli gizi, berkoordinasi terkait rencana pelaksanaan kegiatan,
berdiskusi untuk memecahkan permasalah status gizi, melakukan pendekatan dan
memberikan pemahaman terkait gizi yang penting bagi kesehatan (Partini, S.;
Sumantri; & Senssusiana, S., 2016).

Berdasarkan pemasalahan status gizi pada balita yang masih tinggi dan belum
teratasi, penulis mencoba untuk meninjau apakah terdapat hubungan pelaksanaan
tugas keluarga dengan status gizi pada balita yang memiliki risiko stunting.
METODE

Dalam tinjauan literature ini artikel yang gunakan ini di peroleh pada database
Pubmed, google schooler dan google Cendekia dengan rentan waktu mulai dari 1
Januari 2015 sampai dengan 30 Maret 2020 ( 5 Tahun ). Strategi pencarian pada
tinjauan ini di mulai dengan mengidentifikasi beberapa kata kunci istilah dan
persamaan kata dalam beberapa database untuk menentukan artikel yang sesuai dan
relevan. Adapun kata kuci yang di gunakan adalah : family role, stunting, Toddlers.
Pada tahapan dalam penyaringan artikel yang digunakan di jelaskan pada Diagram 1
terkait dengan menambahkan criteria inklusi dan Esklusi.

1. Kriteria Inklusi
Pada tinjauan literature ini penulis menentukan criteria studi yang ada pada
studi ini, yaitu populasi keluarga dengan balita stunting, studi kuantitatif, studi
alat ukur kuesioner yang membahas tentang pengetahuan keluarga tentang
stunting dan pencegahan stunting. study ini di lakukan pada tahun 2015
sampai 2020 yang di publikasikan menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa
Inggris.
2. Kriteria Eksklusi.
Pada tinjauan literature ini penulis juga menentukan criteria Eksklusi yang
terdiri dari populasi keluarga yang tidak harus memiliki balita stunting dan
penelitian yang tidak membahas tentang pengetahuan dan status gizi dengan
pencegahan stunting.
HASIL

Profil pencarian literatur pada 2 database disajikan dalam algoritma pencarian


yang diperoleh sebanyak 1705 artikel. 1075 publikasi dikeluarkan karena bukan
publikasi 5 tahun terakhir, full text dan clinical trial sehingga tersisa 630 artikel.
Artikel tersebut di screening lagi sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dan
dikeluarkan sebanyak 410 artikel sehingga artikel tersisa 96 artikel, namun 90
diantaranya di eklusikan karena bukan jurnal, dan bukan merupakan studi kuantitatif.
Setelah proses skreening beberapa tahap maka didapatkan 6 jurnal yang sesuai
dengan tujuan dari penulisan tinjauan literature ini.

Penilaian hasil dilakukan dengan menggunakan Kuesioner. Dimana kuesioner


adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. (Aliftitah &
Oktavianisya, 2020). Lama penelitian ini berkisar 1 hari selama 30-50 menit untuk
pemberian pertanyaan tentang pengetahuan keluarga dengan pencegahan stunting
dalam bentuk kuesioner (Headley et al., 2017).

Pada penelitian Pipit Festi Wiliyanarti, Israfil & Rulianti, waktu penelitian
periode januari 2019, pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan
menggunakan kuesioner tertutup menggunakan skala likert. Penelitian Muhammad
Fauzi, S.KM.,M.P.II. dan Wahyudin, S.KM.,M.K.K.K. pengumpulan data dalam
penelitiannya menggunakan kuesioner. analisis hasil penelitian menggunakan uji Chi
Square. Penelitian Maylan Emilyani Dias Simon & Sarni Anggoro. Waktu penelitian
bulan oktober tahun 2018 dengan teknik pengumpulan data melalui pemberian
kuesioner pada ibu yang memiliki anak balita. Penelitian Febrian Dwi Bella, Nur
Alam Fajar & Misnaniarti. Waktu penelitian Maret 2019 dengan jumlah sampel 100
ibu balita usia 24-59 Bulan. Teknik pengumpulan data yaitu meneliti imformasi
tentang kebiasaan pemberian makan, kebiasaan pengasuhan, kebiasaan kebersihan
dan kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan dengan wawancara menggunakan
kuesioner. Penelitian Sumardiyono, dengan waktu penelitian Oktober 2019.
Pengumpulan data di lakukan dengan menggunakan perhitungan variable bebasnya
adalah usia (dalam bulan), tinggi badan (dalam cm), dan riwayat pemberian ASI
Esklusif (kategori ada riwayat pemberian ASI Esklusif dan tidak ada riwayat
pemberian ASI Esklusif), sedangka variable terikatnya adalah stunting ( kategori
stunting dan tidak stunting). Analisis statistic menggunakan regresi logistic berganda
dengan variable bebas berskala numeric kategorik dan variable terikatnya berskala
kategorik. Perhitungan uji statistic menggunakan software SPSS Versi 23 dengan
signifikasi menggunakan α = 0,05. Penelitian Retno Setyo Iswati & Desta Ayu Cahya
Rosyda, waktu penelitian di lakukan selama 1 bulan dalam periode Januari-Februari
2020. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan metode demonstrasi
berupa pelatihan senam bayi dengan menggunkan alat (1) Alas : matras atau handuk
tebal (2) phantom Bayi. Program peningkatan pengetajuan jangka panjang ini melalui
4 tahap, yaitu perizinan, persiapan, pelaksanaan da evaluasi.
a. Algoritma pencarian

Hasil artikel penelitian


melalui database

(n=1705)

Artikel yang di ckrining Artikel yang tidak sesuai


karena bukan 5 tahun terakhir, dengan criteria inklusi
full text dan clinical trial
(n=410)
(n=630)

Artikel yang sesuai Artikel teks lengkap yang


diekslusi dengan alas an
(n=96) (bukan jurnal, studi
kuantitatif)

Artikel terpilih berdasarkan


criteria sintesis kuantitatif

(n=6)

Diagram 1. Proses penyaringan artikel


b. Tabel sintesis grid

Penulis/tahun Negara Jumlah Usia Tahun Metode Tujuan Hasil Kesimpulan


sampel
Pipit Festi Indonesia 86 2020 Metode Tujuan Peran keluarga Ada hubungan
Wiliyanarti, keluag analitik penelitian ini sebagian besar peran keluarga
Israfil & Ruliati a dengan adalah untuk peran cukup terhadap pola
balita. pendekatan mengetahui sebanyak 42 makan balita
cross hubungan peran keluarga yang mengalami
sectional. keluarga (48,8%).pola stunting. Peran
terhadap pola makan balita keluarga, tokoh
makan balita terbanyak pola masyarakat dan
yang mengalami makan kurang kebijakan
stunting. 38 balita pemerintah
(44,2%). Hasil terkait
analisa penanganan dan
spearman, nilai pencegahan balita
analisa spearman stunting sangat
Rank ρ = 0,0014 menunjang
dengan α = 0,05 keberhasilan
sehingga dapat program dalam
di nyatakan ada penurunan
hubungan antara kejadian balita
peran keluarga stunting
dengan pola
makan balita
stunting
Muhammad Indonesia 95 ibu 2020 metode Tujuan Hasil penelitian Tingkat
Fauzi, yang kuantitatif penelitian ini menunjukkan pendidikan dapat
S.KM.,M.P.H & memili dengan adalah bahwa tingkat mempenagruhi
Wahyudin, ki pendekatan mengetahui pendidikan kejadian stunting.
S.KM.,M.K.K. anak cross hubungan antara dengan dengan Di harapka
K. & Aliyah. stuntin sectional pendidikan dan kategori rendah pelayan
g pekerjaan ibu masih tinggi 66 kesehatan dapat
balita dengan (69%) dan tinggi meningkatkan
kejadian pendidikan pengetahuan
stunting. tinggi 29 masyarakat
(30,53%). tentang stunting
Dengan dengan
demikian ibu melakukan
dengan tingkat penyuluhan.
pendidikan
rendah sangat di
khawatirkan
terhadap
pengetahuan dan
sikap perilaku
pola asuh
terhadap anak.
Uji Chi-square
yang di lakukan
pada tingkat
pendidikan
menunjukkan
ada hubungan
yang signifikan
antar tingkat
pendidikan
dengan kejadian
stunting pada
balita (p =
0,013) dengan
OR sebesar
3,548.
Sedangkan uji
Chi-square yang
di lakukan pada
variable
pekerjaan orang
tua dengan
kejadian
stunting
menunjukkan
bahwa tidak ada
hubungan yang
terlalu bermakna
antara dua
variable tersebut
( p value sebesar
0,635)
Maylan Indonesia 74 ibu 2018 Metode Penelitian ini Berdasarkan Pengetahaun
Emilyani Dias yang deskriptif bertujuan untuk nilai uji chi KADARZI dalam
Simon & Sarni memili kuantitatif, mengetahui square sebesar kategori baik
Anggoro ki survey hubungan 7.761, sig 0,022 yaitu sebanyak
balita Deskriptifde pengetahuan (ρ < 0,05), 44 orang (59%)
(0-59) ngan dan perilaku ib sehingga dapat dan perilaku ibu
bulan pedekatan tentang di artikan bahwa tentang
cross KADARZI perilaku KADARZI
sectional (keluarga sadar seseorang di sebanyak 42
gizi) dengan dukung oleh orang (57%)
status gizi pada responden dan adapun status gizi
balita. juga imformasi pada balita dalam
yang didapatkan kategori baik
oleh responden mencapai angka
dari petugas 68 balita (92%).
kesehatandan Pada hasil Chi
juga program square di peroleh
pemerintah ρ < 0,05,yang
daerah mengenai berarti ada
pelaksanaan hubungan antara
Kadarzi perilaku ibu
tentang Kadarzi
dengan status gizi
anak balita.
Febriani Dwi Indonesia 100 2019 Metode Untuk Hasil penelitian Pola asuh dalam
Bella, Nur Alam ibu observasion mengetahui menunjukkan keluarga berupa
Fajar & balita al hubungan pola bahwa proporsi kebiasaan makan,
Misnaniarti menggunaka asuh keluarga balita stunting kebiasaan
n dengan status pada keluarga pengasuhan,
pendekatan gizi balita pada miskin adalah kebiasaan
kuantitatif keluarga miskin 29%. Hasil kebrsihan dan
dengan analisis biavariat kebiasaan
desain studi menunjukkan mendapatkan
cross bahwa ada pelayanan
sectional hubungan anatra kesehatan
kebiasan makan berhubngan
(0,000) dengan kejadian
kebiasaan stunting balita.
hyegine Permasalahan
(p=0,021) dan status gizi yang
kebiasaan buruk pada balita
mendapatkan terjadi pada
pelayanan keluarga miskin
kesehatan tetapi lebih di
(p=0,000) sebabkan oleh
dengan kejadian pola asuh yaitu,
stunting pada kebiasaan
balita. pembeian makan,
kebiasaan
pengasuhan,
kebiasaan
kebersihan dan
kebiasaan
mendapatkan
pelayanan
kesehatan yang
baik dalam
keluarga miskin
dapat mengurangi
kecenderungan
balita untuk
mengalami
stunting.

Sumardiyono indoenesia 30 60 2020 Metode Untuk Pengaruh Pemberian ASI


oang Bula observasion menganalisis masing variable esklusif pada
balitar n al analitik pengaruh usia, baik variable balita dapat
dengan tinggi badan, teikat maupun meningkatkan
desain cross dan riwayat bebas. Usia status gizi
sectional pemberian ASI berpengaruh sehingga
esklusif dan terhadap memperkecil
durasi stunting (p = peluang balita
pemberian ASI 0,001 < 0,05), mengalami
Esklusif. tinggi badan stunting.
berpengaruh
terhadap
stunting ( p =
0,000 < 0,05 ) da
riwayat
pemberian ASI
Esklusif
berpengaruh
terhadap
stunting ( p
=0,004<0,05).
Jadi variable
usia, TB dan
riwayat
pemberian ASI
Eskluif
berpengaruh
terhadap
stunting.
Retno Setyo Indonesia 36 ibu 2020 Metode Tujuan Hasil penelitian Kegiatan
Iswati & Desta balita demonstrasi penelitian ini ini menujukkan penyuluhan, serta
Ayu Cahya yang berupa adalah bahwa terdapat demonstrasi
Rosyda senam bayi pelatihan senam peningkatan senam bayi guna
dengan bayi sesuai fase pengetahuan dan merangsang
menggunaka perkembangan keterampilan pertumbuhan dan
alat (1) untuk pada ibu tentang perkembangan
Alas : matras meningkatkan senam bayi dan bayi, bayi yang
atau handuk kemampuan bisa di aplikasi lebih optimal,
tebal (2) motorikbayi. kan dalam peningkatan
phantom Meningkatkan keseharian untuk sensorik dan
bayi. kemampuan mencegah motorikbayi.
Persiapan di orang tua dalam stunting. Kegiatan
mulai mengenali atau Dimana dalam penyuluhan juga
dengan mendeteksi pelaksanaan berguna untuk
memastikan sejak dini kegiatan tersebut untuk deteksi dini
sasaran adanya yang di hadiri 36 terhadap adanya
dalam hal perkembangan ibu balita. kelainan
peserta, yang salah pada Perserta pertumbuhan dan
tempat dan bayi. berperan aktif perkembangan
media yang dalam kegiatan pada bayi,
di gunakan. dan di lakukan melancarkan
Pelaksanaan evaluasi di peredaran darah,
tahap ini penghujung menyehatkan
meliputi : kegiatan dengan jantung dan
1. pengisia metode meningkatkan
n daftar menanyakan koordinasi,
hadir. kembali materi keseimbangan
2. Pembuk yang di dan
aan. sampaikan. kewaspadaan,
3. Penyam meningkatkan
paian pengetahuan
materi ibutentang
4. Diskusi/t pentingnya
anya menerapkan
jawab. senam bayi
5. Penutup kepada anak.
berupa
evaluasi
dari
kegiatan
yang di
laksanak
an
Evaluasi di
lakukandeng
an metode
menanyakan
balik materi
yang sudah
di berikan
dan
menerapkan
diskusi agar
ibu
memahami
manfaat
pentingnyase
nam bayi jika
di lakukan
secara rutin.
PEMBAHASAN

Penelitian Pipit Festi Wiliyanti, Israfil & Rulianti (2020). Penelitian yang
dilakukan di wilayah Puskesmas Mulyorejo Surabaya. Data hasil penelitian ini
diketahui bahwa sebagian besar ibu balita dengan stunting tidak bekerja 52,3%,
sebagian besar pendidikan ibu lulus SMP sebanyak 27 orang yaitu 31,5% sedangkan
sebagian besar usia balita stunting adalah usia 13-18 bulan sebanyak 38 anak
(44,2%). Tingkat pekerjaan dan pendidikan ibu memiliki pengaruh dalam
menjalankan peran keluarga dan memberikan pola asuh pemberian makan pada anak.
Pendidikan memberikan wawasan seseorang terhadap kemampuan untuk mencari
imformasi bagaimana merawat anak dan memberikan asuhan pola makan pada anak.

Dari hasil penelitian ini didapatkan pola makan balita dari frekuensi, kualitas
dan kuantitas dalam kategori kurang. Sebagian besar keluarga masih kurang
memantau pola makan balita dalam skala yang cukup. Hal ini karena kurang
pengetahuan tentang penyiapan makanan pada balita. Hal ini di buktikan dengan
sebagian besar pemberian pola makan cukup sebanyak 42 keluarga ( 48,8%) yang
tidak berselisih jauh dengan pola makan balita yang kurang sebanyak 38 balita
(44,2%). Dengan hasil analisa spearman dengan nilai spearman rank ρ = 0,014
dengan α = 0,05, sehingga dapat di nyatakan terdapat hubungan antara peran keluarga
dengan pola makan balita stunting di puskemas Mulyorejo Surabaya.

Penelitian Muhammad Fauzi, S.KM.,M.P.II. dan Wahyudin, S.KM.,M.K.K.K.


(2020). Penelitian yang dilakukan di Wilayah Puskesmas X Kabupaten Indramayu,
dalam penelitian ini di peroleh data hasil tingkat pendidikan ibu balita dalam kategori
rendah masih sangat tinggi sebanyak 66 (69,47%) dan tingkat pendidikan tinggi
sebanyak 29 (30,53%). Tingkat pendidikan ibu yang rendah mempengaruhi kejadian
stunting pada balita masih lebih tinggi (35%) di bandingkan dengan balita normal
(31%). Sehingga, Uji Chi-Square yang di lakukan pada variable tingkat pendidikan
dan stunting manunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat
pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita ( ρ = 0,013 ) dengan OR sebesar
3,548.

Data hasil penelitian ini jika ditinjau dari segi pekerjaan ibu balita sebagian
besar 91,6% ibu sebagai pekerja rumah tangga. Dimana seharusnya ibu mempeunyai
banyak waktu untuk memperhatikan kondisi anaknya dan mencegah malnutrisi yang
pada balita penyebab stunting. Dari segi pendapatan perbulan sebagian besar kurang
dari 2 juta (81,1%) dan sisanya di atas 2 juta perbulan (18,9%). Dari segi pendapatan
memang masih belum dirasakan lebih di karenakan dengan harga bahan makanan
yang semakin mahal sehingga ibu membeli bahan makanan yang masih terjangakau,
namun ketika kondisi ibu tersebut berada di desa maka kebutuhan bahan makanan
baik sayuran atau buah-buahan akan sangat terjangkau sehingga mudah untuk di
konsumsi, akan tetapi sekarang ini gaya hidup di desa juga sudah mulai di kenal dan
banyak makanan-makanan siap saji yang kemingkinan mempengaruhi pola makan
ibu ataupun anaknyasehingga akan mempengaruhi terhadap kebutuhan gizi anak. Hal
ini sejalan dengan table hubungan pekerjaan dengan kejadian stunting yang
menunjukkan sebagian besar pekerjaan ibu yang memilki balita sebagai IRT dengan
kelompok balita normal lebih tingi (61,1%)di bandingkan dengan ibu rumah tangga
dengan balita stunting (31,6%). Uji Chi-square yang di lakukan pada variable
pekerjaan dengan kejadian stunting menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara dua variable tersebut (p = 0,635).

Penelitian Maylan Emilyani Dias Simon & Sarni Anggoro (2020). Penelitian
ini di lakukan posyandu Teratai, Dusun Sanansari, Srimartani, Piyungan, Bantul,
D.I.Yogyakarta. penelitian yang mengakaji tentang hubungan pengetahuan dan
perilaku ibu tantang Kadarzi ini menunjukkan tabel distribusi frekuensi umur
responden di ketahui mayoritas 26-30 tahun sebanyak 30 orang (41%) dan pada tabel
distribusi frekuensi pendidikan ibu balita diketahui mayoritas pendidikan responden
adalah SMP dengan 31 responden (42%). Tingkat pekerjaan ibu diketahui mayoritas
ibu rumah tangga (IRT) sebanyak 61 orang (38%) dan pada tabel distribusi di ketahui
pengetahuan ibu tentang Kadarzi menunujukkan bahwa dari 74 responden sebagian
besar responden yang berpengetahuan baik sebanyak 44 orang (59%) dan responden
berpengetahuan tidak baik sebanyak 30 orang (41%). Adapun tabel distribusi
frekuensi perilaku ibu tentang Kadarzi diketahui bahwa responden dengan perilaku
baik sebanyak 42 orang (57%) dan responden dengan perilaku Kadarzi kurang baik
32 orang orang (43%).

Hasil penelitian ini menunjukkan status gizi anak balita dari 74 balita sebagian
besar memilki status gizi normal sebanyak 68 balita (92%), 5 balita (7%) dengan
status gizi kurus dan 1 balita dengan status gizi sangat kurus. Dari hasil tabulasi
silang antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita menunjukkan pengetahuan
responde dalam kategori baik sebanyak 43 responden (58,1%) dan yang kurang
sebanyak 25 responden (33,8%). Untuk menguji hubungan antara pengetahuan ib
tentang Kadarzi dengan status gizi balita dilakukan dengan analisa dengan program
SPSS versi 16.0 dengan rumus Chi-Square dengan hasil yang menunjukkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan status gizi pada
balita yang ditunjukkan dengan nilai Chi-Square sebesar 8.417, sig 0,015 (ρ<0,05).
Sehingga dapat diartikan bahwa apabila pengetahuan yang di milki semakin tinggi
maka status gizi balita akan semakin baik, begitupun sebaliknya apabila pengetahuan
yang dimiliki rendah maka status gizi balita juga kurang.

Penelitian Febriani Dwi Bella, Nur Alam Fajar & Misnaniarti (2020).
Penelitian ini mengkaji tentang hubungan antara pola asuh keluarga dengan kejadian
stunting pada balita pada keluarga miskindi Palembang. Data yang di ambil dalam
penelitian ini adalah imformasi tentang kebiasaan pemberian makan, kebiasaan
pengasuhan, kebiasaan kebersihan dan kebiasaan memperoleh pelayanan kesehatan
yang di lakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner. Kebiasaan pemberian
makan pada balita, Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini dari seluruh
responden ibu dengan kebiasaan pemberian makan yang kurang baik kepada balita
sebesar 68,4%. Sedangkan dari seluruh responden ibu dengan kebiasaan pemberian
makan yang baik, yang memiliki balita stunting sebesar 19,8%. Berdasarkan hasil
analisis bivariat di peroleh ρ = 0,000 (ρ<0,05) yang menunjukkan bahwa ada
hunganyang signifikan antara kebiasaan pemberian makan dengan kejadian stunting
pada balita dengan keluarga miskin dengan OR=8,802. Secara statistic menunjukkan
bahwa ibu dengan kebiasaan pemberian makan kurang baik pada balita mempunyai
kecenderungan 8,8 kali lebih besar untuk memiliki balita stunting dibandingkan ibu
dengan kebiasaan pemberian makan yang baik pada balita. Kemudian jika di tinjau
dari segi pengasuhan diketahui bahwa kebiasaan pengasuhan yang kurang baik
terhadap balita sebagian besar memiliki balita stunting yaitu sebesar 64,7%.
Sedangkan responden dengan kebiasan pengasuhan yang baik sebesar 21,7%.
Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan ρ-value 0,001 (ρ<0,05), yang
menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan pengasuhan
dengan kejadian stunting pada balita dengan OR = 6,620. Hal ini menunjukkan secara
statistic bahwa ibu dengan kebiasaan pengasuhan yang kurang baik pada balita
mempunyai kecenderungan 6,62 kali lebih tinggi di bandingkan dengan ibu dengan
kebiasaan pengasuhan yang baik pada balita.

Hasil analisis bivariat yang menunjukkan kebiasaan kebersihan dari seluruh


responden yang memiliki balita stunting sebanyak 5 responden (71,4%), sedangkan
dari seluruh responden ibu dengan kebiasaan kebersihan yang baik yang memiliki
balita stunting hanya sebesar 25,8%. Dengan analisis bivariat diperoleh ρ-value
=0,021 (ρ<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kebiasaan kebersihan dengan kejadian stunting pada balita pada keluarga
miskin. Hal ini menunjukkan bahwa secara statistic ibu dengan kebiasaan kebersihan
yang kurang baik pada balita memiliki kecenderungan 7,19 kali lebih besar untuk
memiliki balita stunting dibanding ibu dengan kebiasaan kebersihan yang baik pada
balita. Kemudian, jika di tinjau dari kebiasaan memperoleh pelayanan kesehatan
seluruh responden ibu dengan kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
kurang baik sebesar 68,8%, sedangkan responden ibu dengan kebiasaan kebersihan
baik sebesar 21,4%. Berdasarkan hasil analisis bivariat diketahui ρ-value = 0,000
(ρ<0,05), hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
kebiasaan mendapatkan pelayanan kesehatan dengan kejadian stunting pada balita
pada keluarga miskin dengan OR =8,067. Secara statistic ibu dengan kebiasaan
mendapatkan pelayanan kesehatan yang kurang baik memiliki resiko 8,07 kali lebih
besar daripada ibu dengan kebiasaan mendapatlan pelayanan kesehatan yang baik.

Penelitian Sumardiyono (2020), penelitian yang mengkaji tentang pengaruh


usia, tinggi badan dan riwayat pemberian ASI Esklusif terhadap kejadian stunting
pada balita. Pada penelitian ini dibahas beberapa factor resiko terjadinya stunting,
yaitu usia, tinggi badan dan kebiasaan pemberian ASI Esklusif pada balita. Pada
variable usia (bulan) dan tinggi badan (cm) dari 30 responden di peroleh usia
maksimun balita 60 bulan dan usia minimum 7 bulan, sedangan pada variable tinggi
badan diketahui tinggi badan maksimum balita 115 cm dan tinggi badan minimum 65
cm. pada variabel riwayat pemberian ASI Esklusif diketahui bahwa balita dengan
riwayat pemberian ASI Esklusif yang mengalami stunting sebesar 4,5%, sedangkan
balita yang tidak memiliki riwayat pemberian ASI Esklusif tidak baik sebesar 75,0%.
Untuk mengatahui apakah ada hubungan antara Usia, Tinggi dan riwayat pemberian
ASI Esklusif dengan kejadian stunting pada balita, maka pada SPSS dilihat pada
output “Anova” hasil ringkasan uji simultan ketiga variabel bebas (usia, tinggi badan
dan riwayat pemberian ASI Esklusif berpengaruh terhadap variabel terikat (stunting)
dengan ρ = 0,000 oleh karena nilai ρ<0,05, maka dapat dinyatakan bahwa usia, tinggi
badan dan riwayat pemberian ASI Esklusif secara bersama-sama berpengaruh
terhadap stunting. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan masing-masing variabel
bebas terhadap variabel terikat, maka pada SPSS dapat dilihat pada output
“coefficient”, sehingga diperoleh variabel usia berpengaruh terhadap kejadian
stunting dengan K= 0,028 (ρ = 0,000 < 0,05), tinggi badan berpengaruh terhadap
stunting dengan K = 0,037 (ρ= 0,000 < 0,05) dan riwayat pemberian ASI Esklusif
berpengaruh terhadap stunting dengan K = 0,381 (ρ = 0,004 < 0,05). Jadi baik secara
bersama-sama maupun sendiri-sendiri variabel usia, tinggi badan dan riwayat
pemberian ASI Esklusif berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita.

Penelitian Retno Setyo Iswati & Desta Ayu Cahya Rosyda (2020),
menyatakan bahwa masa bayi atau sering disebut sebagai “masa keemasan” atau
golden periode. proses perkembangan yang di alami setiap bayi bisa juga di lihat dari
4 aspek perkembangan diantaranya, adalah kemapuan motorik kasar, motorik halus,
personal sosialnya dan bisa di lihat dari bahasanya. Kemampuan motorik kasar, yaitu
kemampuan seorang individu dalam melatih gerakan yang melibatkan otot besar bayi
dan juga membentuk sikap tubuh seperti mengangkat kepalanya. Sedangkan, motorik
halus adalah kemampuan untuk membuat gerakan lebih halus dan melibatkan
kelenturan otot kecil contohnya bisa mengambil dan meraih benda-benda kecil
dengan jari dan tangan. Kemampuan personal yaitu kemampuan untuk bersosialisasi
dan mengajak berinteraksi dengan sekitarnya, misalnya bisa tersenyum dan
berceloteh dengan ibunya. Sedangkan, kemampuan bahasa yang di miliki setiap bayi
misalnya memberikan respon. Respon terhadap adanya suara, jika ada aba-aba atau
perintah, anak tersebut dapat berbicara secara spontan. Seorang anak yang mengalami
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dapat menimbulkan kecemasan pada
orang tua yang kemudian mempengaruhi orang tua dalam memenuhi kebutuhan
bayinya, misalnya ib yang tidak pernah mengajak bayinya berbicara dan ibu yang
tidak melatih tangan dan kakinya secara teratur. Sehingga, bayi akan mengalami
kesulitan dalam berjalan dan bahasa yang kurang.

Sejalan dengan hal itu, solusi yang dapat di tawarkan adalah dengan
melakukan pelatihan senam bayi pada bayi usia > 3 bulan. Senam bayi dapat
memberika stimulasi sentuhan yang sangat bermanfaat pada bayi. Senam bayi d
gunakan untuk membantu dama meningkatkan stimulasi pertumbuhan dan
meningkan perkembangan pada sistem syaraf dan motorik pada bayi yang sehat dan
normal pada fase perkembangan sesuai dengan umur dan kemampuan, selain itu juga
mengoptimalkan keterampilan syaraf motorik kasar pada bayi, meningkatkan adanya
koordinasi yang baik,meningkatkan keseimbangan gerak tubuhnya dan juga
kemampuan meningkatkan kekuatan fisik pada bayi ini juga mendekatkan
(bondingnya) antara ikatan ib dan sang anak akan semakin kuat dan erat.
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil telaah 6 jurnal yang berkaitan dengan peran keluarga


dengan kejadian stunting pada balita. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pelaksanaan tugas keluarga dengan kejadian
stunting pada balita.

SARAN

Hasil penelitian ini dapat membantu responden untuk mengetahui pentingnya


asupan gizi pada balita yang di mulai sejak 1000 hari pertama kehidupan sampai anak
berusia 2 tahun untuk mencegah stunting.
DAFTAR PUSTAKA

Bella, F. D., Fajar, N. A., & Misnaniarti. (2020). hubungan antara pola asuh keluarga
dengan kejadian stunting pada keluarga miskin. jurnal epidemiologi kesehatan
komunitas , 15-22.

Fauzi, M. ,., & S. M. (2020). hubungan tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu balita
dengan kejadian stunting. prosing seminar nasional kesehatan "peran tenaga
kesehatan dalam menurunkan kejadian stunting" , 9-15.

Simon, M. E., & Anggoro, S. (2018). hubungan pengetahuan dan perilaku ibu tentang
keluarga sadar gizi (KADARZI) dengan status gizi anak balita. jurnal delima
harapan , 12-18.

Sumardiyono. (2020). pengaruh usia, tinggi badan dan riwayat pemberian ASI
Esklusif terhadap stunting pada balita. Medika respati : jurnal ilmiah kesehatan , 1-8.

Wiliyanarti, P. F., Israfil, & Rulianti. (2020). peran keluarga dan pola makan balita
stunting. jurnal keperawatan Muhammadiyah , 142-147.

Anda mungkin juga menyukai