Stase I
Oleh :
Fera Mutiarawati
P20624820011
0
ABSTRAK
Keputihan merupakan Kondisi yang sering dialami oleh seluruh wanita sepanjang
siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, reproduksi maupun masa menapouse. Remaja
putri yang baru memasuki masa pubertas terjadi perubahan pada diri mereka. Masa pubertas
ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Kematangan organ reproduksi akan menjadi
faktor pencetus keputihan atau fluor Albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan
sesudah haid. Keputihan dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan normal atau fisiologis
dan abnormal atau patologis. Keputihan normal atau fisiologis terjadi sesuai dengan siklus
reproduksi wanita dengan jenis pengeluaran berwana bening, tidak berlebihan, tidak berbau
dan tidak menimbulkan rasa gatal dan perih. Keputihan yang patologis atau abnormal
ditandai dengan jumlah pengeluaran yang banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning
atau kehijauan, gatal, perih, dan disertai bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari vagina
akan berbeda sesuai dengan penyebab dari keputihan.
Tujuan Untuk menganalisis mengenai hubungan, faktor-faktor yang mempengaruhi,
cara mencegah serta penanganan keputihan pada remaja. Metoda yang digunakan adalah
penelusuran jurnal dengan menggunakan google scholar, dengan Keyword Remaja,
Keputihan, Personal Hygiene, Daun Binahong.
Hasil penelusuran menunjukan bahwa remaja rentan mengalami keputihan karena
mengalami pubertas dan pematangan organ-organ reproduksi. Faktor penyebab dari
keputihan patologis yaitu bakteri, jamur dan parasite. Pencegahan keputihan yang terpenting
harus dilakukan adalah menjaga kebersihan organ reproduksi/Personal hygiene dengan cara
yang benar, menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat, dan mengurangi ketegangan
psikis yang dialami. Praktik cebok pada perawatan personal hygene sangat mempengaruhi
adanya keputihan, baik pada keputihan fisiologis, dan untuk mencegah tidak menjadi
keputihan patologis. Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari
dengan menggunakan rebusan air Daun Binahong. Penelitian pernah dilakukan oleh Puspita,
R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan rebusan daun
binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. . Tanaman Binahong
diketahui mengandung polifenol ,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun
Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti
inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang terkandung
dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus
(Anwar,T, Soleha,T, 2016).
1
ABSTRACT
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti, dkk. 2009).
Keputihan merupakan Kondisi yang sering dialami oleh seluruh wanita
sepanjang siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, reproduksi maupun masa
menapouse. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas terjadi perubahan
pada diri mereka. Masa pubertas ditandai dengan matangnya organ reproduksi.
Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus keputihan atau fluor
Albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Pitriani, 2020).
Keputihan atau Leukoroe atau Fluor Albus atau Vaginal Discharge merupakan
semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan salah
satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh, selain itu, keputihan
merupakan tanda dari penyakit (Manuaba, 2009).
Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari
dengan menggunakan rebusan air Daun Binahong. Penelitian non farmakologi
yang pernah dilakukan oleh Puspita, R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan
pada remaja bisa menggunakan rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif
dalam mengurangi keputihan. Tanaman Binahong diketahui mengandung
polifenol, ,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong
mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti
inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang
terkandung dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri
dan anti virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme dari penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh senyawa
polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak
komponen penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel menyebabkan permeabilitas
membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim intraseluler dan
menyebabkan masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada
3
akhirnya akan mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS,
Wahono dan Hanafi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Raden Roro siti
hatati surjantini (2018) yang berjudul efektivitas air rebusan simplisia daun
binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) untuk penyembuhan luka perineum
pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota Kisaran barat didapatkan hasil
bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat kesembuhan luka
perineum. Daun Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal bebas
atau antioksidan. Pada Daun Binahong termasuk family basellaceae yang
mempunyai kandungan asam askorbat senyawa polifenol. Senyawa ini sangat baik
untuk membantu melawan berbagai infeksi bakteri gram positif dan negative dan
dapat digunakan pada penyakit menular seksual yang mengalami keputihan
(Anwar,T, Soleha,T, 2016).
B. Tujuan
Untuk menganalisis mengenai hubungan, faktor-faktor yang mempengaruhi,
cara mencegah serta penanganan Keputihan pada remaja.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari
bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai
dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak
dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali &
Asrori, 2006).
arah kematangan, baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis . Masa remaja
adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Widyastuti, dkk. 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial
Remaja adalah suatu masa di mana Individu berkembang dari saat pertama kali ia
5
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksual.
2. Karakteristik Remaja
menjadi 3 yaitu :
Masa remaja awal yaitu umur 10-13 tahun. Yang ciri-cirinya sebagai berikut :
kesadaran diri.
(c) Teman lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode
teman sebayanya.
Masa remaja tengah yaitu umur 14-16 tahun yang ciri-cirinya sebagai berikut :
(a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran
(b) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi
(c) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin
6
3) Masa remaja akhir
Masa remaja akhir yaitu umur 17-19 tahun yang ciri-cirinya agai berikut :
(a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik maupun agama.
(b) Lebih mampu membuat hubungan stabil dengan lawan jenis berdampak
berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal
dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan
pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat
(Hurlock, 1980).
Pada saat memasuki pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai
pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua
remaja laki-laki yang sudah mulai tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya
tetapi apabila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal
tahun, Menarche 10-16,5 tahun, Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah
7
tumbuhnya rambut pubis (Sarwono, 2010). Perubahan yang terjadi pada
bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali
menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
8
kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih
bulat.
pada wanita.
pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan
adalah:
9
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau
3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang
remaja:
memberikan kritik.
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam
skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau
ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
10
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka
kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja
berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti
idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir
tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia); lebih mampu
menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain
B. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Penyebab
keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu.
Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium
tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada perempuan yang
terangsang pada waktu sanggama atau saat masa subur (ovulasi). Keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
sanggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit
hubungan kelamin). Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab
yang pasti perlu ditetapkan.
Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan
cairan yang keluar tersebut. Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan
melalui berbagai pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa
gejala penyertanya, (gumpalan atau encer, ada luka disekitar alat kelamin, pernah
11
disertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR) adakah demam, rasa nyeri di
daerah kemaluan.
2. Etiologi Keputihan
1) Keputihan yang fisiologis terjadi pada:
a. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron sang ibu.
b. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid.
c. Setiap wanita dewasa yang mengalami kegairahan seksual, ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
d. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
e. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah ke daerah vagina dan
mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
12
c. Neoplasma jinak Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi
karena pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
d. Kanker Gejala keputihan yang timbul ialah cairan yang banyak, berbau busuk,
serta terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang keluar disebabkan oleh
tumor yang masuk ke dalam lumen saluran genitalia kemudian tumbuh secara cepat
dan abnormal, serta mudah rusak sehingga terjadi pembusukan dan perdarahan.
Biasanya darah keluar sesudah hubungan seks atau setelah melakukan penyemprotan
vagina/douching. Keputihan abnormal ini disertai rasa tidak enak di perut bagian
bawah, terjadi gangguan haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat serta
lesu, lemas dan tidak bugar.
e. Menopause Pada wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang sehingga
lapisan vagina menipis/menjadi kering, menyebabkan gatal yang memicu untuk
terjadinya luka kemudian infeksi. Namun keputihan juga bisa muncul bercampur
darah (senile vaginitis).
3. Klasifikasi keputihan
Klasifikasi keputihan ada dua yaitu:
1) Keputihan fisiologis
Berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang.
2) Keputihan Patologis
Cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit, jumlahnya berlebihan,
berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas, sehingga seringkali menyebabkan luka akibat
garukan di daerah mulut vagina. Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda sesuai
penyebab dari keputihan.
4.Predisposisi Keputihan
Faktor risiko keputihan yang menyebabkan infeksi jamur candida, antara
lain:
1) Menggunakan obat antibiotik
2) Menggunakan kontrasepsi oral
3) Menderita kencing manis
4) Kehamilan
5) Menggunakan celana dalam ketat atau yang berbahan nilon
13
6) Menggunakan bilasan vagina
7) Mengkonsumsi makanan yang berkadar gula tinggi
8) Kegemukan
5. Patogenesis Keputihan
Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin
wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus
maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau
lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH
vagina basa. Keadaan vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina.
6.Dampak keputihan
Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan sebagai berikut:
1) Gangguan psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang
berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan
aktifitasnya sehari-hari.
2) Penyakit infeksi pada alat kelamin
a) Infeksi vagina (vulvitis) diabetika
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat
disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relative gemuk. Pada
pemeriksaan laboratorium di jumpai penyakit kencing manis (diabetes mellitus) .
b) Infeksi liang sanggama (vaginitis)
Di dalam liang sanggama hidup bersama bakteri saling menguntungkan beberapa bakteri
yaitu basil doderlein, stafilokokus, dan streptopkokus, serta basil difteroid. Secara umum
gejala infeksi liang sanggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran
cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak merah
membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
14
c) Infeksi spesifik vagina
Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trichmonas vaginalis, dengan gejala
leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal, dan rasa terbakar. Cara penularan utama
dengan hubungan seksual. Pengobatan dengan antibiotic metronidazole untuk suami dan istri
secara bersamaan. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini disebabkan oleh
jamur candida albicans. Candida albicans merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat
yaitu sekitar 48-72 jam Keputihan yang berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal. Pada
dinding vagina terdapat selaput yang melekat dan bila dikorek mudah berdarah.
Pengobatannya dengan mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan ke dalam liang
sanggama selama beberapa minggu dan suaminya juga mendapat pengobatan.
d) Servisitis akuta
Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan
seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan
streptokokus. Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan
bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi
ini dengan memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan.
e) Servisitis menahun (kronis)
Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat
perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit
atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini
dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai, pada mulut rahim luka local disembuhkan dengan cairan butyl tingtura, cairan
nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya
(crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari
keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
f) Penyakit radang panggul (pelvic inflammantory disease)
Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai
penyakit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tanda tandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,
mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan infeksi genitalia ini lebih
akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk memungkinkan keganasan.
15
7.Komplikasi Keputihan
Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate sekitar vulva.
Keputihan yang sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari penyakit radang panggul
(Pelvic Inflammatory Disease).
8.Pencegahan keputihan
Tindakan pencegahan keputihan dapat dilakukan seperti berikut:
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lengkap misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana yang terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak, talcum, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau membiasakan untuk mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
9. Pengobatan Keputihan
Keputihan dapat diobati dengan cara berikut:
Untuk memberantas penyebab keputihan obatnya adalah
a. Obat untuk trichomoniasis: metronidazole
b. Obat candidiasis: nystatin (pemberian oral maupun local).
c. Obat untuk bacterial vaginosis: metronidazole, ampisilin, pemakaian betadin vagina gel.
d. Gonore: obat lain seperti: urfamisin (diminum); kanamisin dan ceftriaxone (suntikan); obat
penicillin secara suntikan.
16
10. Penanganan non farmakologis
Sesuai dengan peraturan mentri kesehatan, pengobatan komplementer tradisional altrnatif
(Complementary Alternative Medicine/CAM) didefinisikan sebagai pengobatan
nonkonvensional yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat. Tindakan pengobatan
komplementer tradisional alternatif meliputi upaya promotif, preventif, curative, dan
rehabilitative. Upaya upaya ini didapatkan melalui pendidikan terstruktur berkualitas, aman,
dan efektif berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Hal ini berarti, pengobatan
komplementer sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional atau
medis. Jenis jenis obat dalam pengobatan komplementer menggunakan bahan bahan dari
alam. Bahan bahan tersebut harus dikaji dan diteliti terlebih dahulu efektivitas dan
keamanannya. Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari dengan
menggunakan air daun sirih, kandungan daun sirih mengandung minyak atsiri didalamnya
terdapat polifenol yang mempunyai daya antiseptic dan mengandung aroma atau wangi yang
khas. Daun Sirih mengandung 30% polifenol sebagai agen antibakteri berperan sebagai toksin
yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, mengaktifkan enzim dan menyebabkan
bakteri mati (Suparni, 2012). Penelitian non farmakologi lain yang pernah dilakukan oleh
Puspita, R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan
rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman
Binahong diketahui mengandung polifenol ,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid
dalam daun Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi
sebagai anti inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang
terkandung dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti
virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh senyawa polifenol, saponin dan
flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak komponen penyusunan peptidoglikan
pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel
menyebabkan permeabilitas membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim
intraseluler dan menyebabkan masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada
akhirnya akan mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS, Wahono dan
Hanafi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Raden Roro siti hatati surjantini (2018)
yang berjudul efektivitas air rebusan simplisia daun binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)
Steen) untuk penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota
Kisaran barat didapatkan hasil bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat
kesembuhan luka perineum. Daun Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal
17
bebas atau antioksidan. Pada Daun Binahong termasuk family basellaceae yang mempunyai
kandungan asam askorbat senyawa polifenol. Senyawa ini sangat baik untuk membantu
melawan berbagai infeksi bakteri gram positif dan negative dan dapat digunakan pada
penyakit menular seksual yang mengalami keputihan (Anwar,T, Soleha,T, 2016) . Cara
menggunakan larutan daun binahong tersebut sebagai berikut:
a. Siapkan Daun Binahong 7 lembar atau kurang lebih 10 gr.
b. Cuci Daun Binahong dengan air bersih yang mengalir
c. Rebus daun binahong dengan air bersih sebanyak 500 cc air, menggunakan panic
dengan api besar rebus selama 15 menit.
d. Sesudah mendidih, tunggu sampai Air Daun Binahong agak dingin/hangat kuku
e. Kemudian pakai untuk membersihkan vagina 2 kali sehari, selama 5 hari berturut-
turut (Puspita, Machmudah, Sayono 2016).
18
2 Novalita Oriza, Survey Analitik Random Sampling Lembar Kuestioner Chi Square
Roslina Yulianty
Faktor
yang
berhubungan
Dengan kejadian
Keputihan pada
Remaja putri
Di SMA
Darussalam Medan
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
perilaku personal
hygiene Remaja Putri
dalam penanganan dan
pencegahan Keputihan
pada Sisiwi SMKN 11
Semarang
4
Novita Lusiana Quantitative Analityc with Total Sampling Lembar Kuestioner Chi Squere
Cross Sectional
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi
Keputihan pada remaja
putri di SMAN 11 Pekan
Baru 2018
Ari Komariah
5 Ida WidaNingsih, Cross Sectional Proportionate Lembar Kuestioner Chi Squere
SSIT,MKM stratified randon
sampling
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kejadian Keputihan pada
remaja Putri Kelas XI di
SMAN 1 Tambelang
Bekasi
Karakteristik Remaja
Putri Dengan Kejadian
Keputihan di SMK
Muhamadiyah Kudus
19
Kualitas Daun Binahong
(Anredera Cordifolia)
pada suhu pengeringan
berbeda
Duncan’s
Raden Roro Siti Hatati Man
Surjantini Quasi Eksperiment Post Test Only Lembar Ceklis Whitney
9 Yusniar Siregar Control Group
Gambaran kejadian
keputihan patologis pada
mahasiswi Poltekes
Kemenkes Tasikmalaya
20
BAB III
PEMBAHASAN
21
mengalami keputihan, sebanyak 49,3% remaja mempunyai pengetahuan yang
rendah tentang keputihan, dan sebanyak 59,1% tidak melakukan personal hygiene.
Pengetahuan remaja berpengaruh terhadap kesehatan yang dialami oleh remaja,
jika remaja memiliki kelainan kesehatan maka akan segera tertangani. Personal
hygiene sangat berpengaruh terhadap kejadian keputihan. Kebiasaan remaja yang
tidak baik sebagai contoh daerah kemaluan lembab, mengganti pembalut
pentyliners tidak sesuai waktu, memakai air yang tidak bersih, dan cara cebok yang
salah akan meyebabkan tumbuhnya dan jamur, bakteri, virus dan parasite. Dalam
vagina terdapat banyak bakteri, contohnya bakteri lactobacillus, dan selebihnya
adalah bakteri phatogen. Dalam keadaan ekositem yang normal bakteri phatogen
tidak mengganggu, vagina harus memiliki pH Asam, agar bakteri phatogen tidak
mengganggu. Jika ekosistem vagina berubah pH menjadi Basa maka jamur dan
bakteri phatogen akan menginfeksi.
5. Berdasarkan penelitian Ari Komariah, dan Ida widaningsih (2018) tentang Faktor –
factor yang berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja putri, Sebanyak
53,8 % responden mengalami keputihan, sebanyak 50% mempunyai sikap menjaga
personal hygiene yang kurang, sebanyak 55% pernah mengikuti pembinaan oleh
tenaga kesehatan tentang keputihan. Hasil analisis Bivariat, didapatkan remaja
putri yang mempunyai pengetahuan kurang baik mempunyai factor resiko 9,75 kali
lebih besar mengalami keputihan dibandingkan dengan remaja yang mempunyai
pengetahuan yang baik, sedangkan remaja yang memiliki sikap personal hygiene
yang kurang memiliki factor resiko 7,0 kali lebih besar mengalami keputihan
dibandingkan remaja yang memiliki sikap personal hygiene yang baik. Remaja
yang pernah dibina oleh tenaga kesehatan sebanyak 1 kali memiliki factor resiko
9,75 kali lebih besar untuk mengalami keputihan dibandingkan dengan remaja
yang dibina oleh tenaga kesehatan lebih dari 1 kali. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan
dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman dan pendidikan. Oleh sebab itu,
pengetahuan remaja bisa di tingkatkan dengan diberikan sumber informasi yang
berkaitan dengan kesehatan peralatan diri sehingga keputihan remaja segera
teratasi dan keputihan tidak mengarah ke keadaan patologis yang bisa kesehatan
diri.
22
6. Berdasarkan penelitian Azizah dan Widiawati (2015) tentang Karakteristik Remaja
putri dengan Kejadian Keputihan di SMK Muhamadiyah Kudus, Hasil penelitian
menunjukan bahwa 72% sampel memiliki pengetahuan yang kurang tentang
keputihan, praktik cebok juga kurang baik sebanyak 54%, sebagian besar sampel
juga mengalami keputihan patologis sebanyak 72%. Hasil pengujian Bivariat
menunjukan bahwa semakin kurang pengetahuan makin beresiko terjadinya
keputihan patologis, remaja yang mengalami keputihan patologis memiliki cara
cebok yang salah. Pengetahuan yang kurang tentang kebersihan personal, yaitu
tentang merawat dan membersihkan alat kelamin akan meningkatkan kejadian
keputihan pada remaja, akan tetapi apabila imunitas remaja tinggi maka infeksi
bakteri penyebab keputihan tidak akan terjadi. Hal-hal yang dapat menurunkan
imunitas yaitu stress, konsumsi antibiotic, pola makan yang buruk/nutrisi yang
kurang baik, dan memiliki riwayat penyakit genetik/ menular.
7. Berdasarkan penelitian Tryda Meutia Anwar dan Tri Umiana Soleha (2016) tentang
Manfaat Daun Binahong sebagai Terapi Acne Vulgaris, menunjukan bahwa daun
binahong mengandung Alkaloid, flavonoid sebesar 11, 263 mg/kg daun binahong
segar dan 7,81mg/kg bila daun binahong dikeringkan, flavonoid yang terdapat yaitu
senyawa flavonol. Ekstrak Etanol daun binahong memiliki antioksidan total sebesar
4,25 mmol/100g bila daun segar dan 3,68 mmol/100gr bila daun binahong kering,
Antioksidan yaitu senyawa-senyawa yang dapat menghilangkan, membersihkan
dan menahan efek radikal bebas sehingga tidak merusak sel-sel dan jaringan yang
sehat. Penyebab Acne yaitu Staphylococus Areus, dan Propionibacterium Acnes.
Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh senyawa
alkaloid, polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara
merusak komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh, kerusakan dinding sel bakteri menyebabkan
premeabilitas membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim
intraseluler dan menyebabkan masuknya air tidak terkontrol ke dalam sel bakteri
pada akhirnya akan menyebabkan kematian bakteri tersebut. Selain bakteri
tersebut, kandungan daun binahong bisa membunuh bakteri Shigella. Daun
Binahong juga memiliki efek sebagai anti mikroba, kandungan flavonoid memiliki
peran langsung juga sebagai Antibiotika yang berspektrum luas, kandungan
23
antioksidan asam askorbat dan senyawa polifenol memiliki kemampuan untuk
melawan bakteri gram negative dan gram positif.
8. Berdasarkan penelitian Hesti Fajar Utami, Rini Budi Hastuti dan Endah Dwi
Hastuti (2015) tetang Kualitas Daun Binahong (anredera cordifolia) Warna Daun
di tentukan dengan menggunakan leaf index colour pada no 4, pada no tersebut
Daun Binahong memiliki warna hijau yang segar, Daun Binahong sebaiknya
dipetik pada Pukul 16.00 WIB. Dengan tujuan memiliki sifat fisik da Kimia daun
yang paling baik. Daun Binahong memiliki kandungan Flavonoid, Flavonoid
memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia yaitu salah satu radikal bebas
atau antioksidan. Pemanfaatan Daun Binahong sebaiknya dipakai langsung jangan
melalui proses pengeringan karena akan mempengaruhi kandungan Flavonoid
tersebut.
24
10. Berdasarkan penelitian Ade Khoerunnisa, Nur Dwi Rahayu, Sofia Februanti (2018)
tentang Gambaran Kejadian Keputihan Patologis pada mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya menunjukan bahwa terdapat 24,4% sampel mengalami
keputihan patologis, pengetahuan yang baik tentang cara membersihkan vagina
sebanyak 73,3% sehingga pengetahuan yang baik akan meminimalkan terjadinya
keputihan fisiologis menjadi keputihan patologis. Pengetahuan yang baik tentang
cara membersihkan vagina juga mencegah dampak yang lebih berat dari keputihan
patologis.
25
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang
meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif,
moral dan perkembangan seksual. Salah satu masalah reproduksi pada remaja wanita
adalah keputihan.
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari lubang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Keputihan
dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi
kuman penyakit. Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan diantaranya
gangguan psikologis seperti kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang
merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari dan
penyakit infeksi pada alat kelamin.
Asuhan komplementer yang dapat dilakukan dalam kasus keputihan pada
remaja yaitu dengan menggunakan rebusan daun binahong sebagai salah satu
alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman Binahong diketahui mengandung
polifenol, flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong
mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti
inflamasi, analgetik dan antioksidan. Saponin triterponid yang terkandung dalam
daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus.
26
B. Kelebihan dan Kelemahan
27
Metode penelitian lengkap,
Abstrak hanya dalam bentuk
9 pembahasan jelas dan mudah
bahasa Indonesia saja.
dipahami.
Abstrak hanya dalam bentuk
10 Metode penelitian lengkap
bahasa Indonesia saja.
28
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. & Asrori, M.(2006). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Azizah, N, Widiawati, Ika (2015) Karakteristik Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di SMK
Muhammadiyah Kudus.https://www.google.com/search?q=Azizah%2C+N%2C+Widiawati
%2C+Ika+(2015)&oq=Azizah%2C+N%2C+Widiawati
%2C+Ika+(2015)&aqs=chrome..69i57.1442j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Di Unduh Tanggal
23 September 2020.
Departemen Kesehatan, 2015. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja. Jakarta: Buletin
Departemen Kesehatan RI.
Handayani, S, Cahyo, K, Indraswari. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
personal hygiene remaja putri dalam penanganan dan pencegahan keputihan pada siswi SMKN 11
Semarang.
Hurlock, E.B., 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
Edisi Kelima,. Jakarta: Elangga.
Komariah dan Widaningsih (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan
pada Remaja Putri Kelas XI di SMAN 1 Tambelang Bekasi.
http://ecampus.imds.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/671/1597818528865_Ari
%20Komariah%20120215884.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Di Unduh pada Tanggal 23
September 2020.
Manuaba, I. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan (3rd ed,: S, P.barus,ed.). Jakarta:EGC.
Nadesul, H. 2010. Cantik Cerdas dan Feminim Kesehatan Perempuan Sepanjang Masa (1st ed: J.
Kustana,ed). Jakarta: PT Kompas : Media Nusantara.
Novita Lusiana. 2018. Faktor factor yang mempengaruhi keputihan pada remaja putridi SMAN 11
Pekanbaru.
29
Oriza,N, Yulianti,R tahun.2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri Di SMA Darussalam Medan.
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk/article/view/3954 diunduh tanggal 23 September 2020.
Puspita, R, Macmudah, Sayono,. 2016. Cebok dengan air rebusan daun binahong dapat mencegah
terjadinya keputihan patologis pada remaja di pesantren Al izzah demak. http:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/523. Di unduh pada
tanggal 23 September 2020.
Raden Roro siti hatati surjantini.(2018). Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (ten) Steen) Untuk Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Murniati
Kecamatan Kota Kisaran Barat. http://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/9302. Di
Unduh Tanggal 23 September 2020.
Tryda meutia Anwar, Tri Umania Soleha. 2016. Manfaat Daun Binahong(andredera Cordifolia)
sebagai terapi Acne vulgaris.
Sarwono, SW. 2010. Psikologi Remaja. Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Utami, FH, Hastuti, BR, Hastuti, ED. 2015. Kualitas Daun Binahong (andredera Cordifolia) pada
suhu pengeringan berbeda.
30
31
32
33
34
35
36
37
38