Anda di halaman 1dari 39

MINI REVIEW

KEPUTIHAN PADA REMAJA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Kebidanan Fisiologis

Stase I

Oleh :

Fera Mutiarawati
P20624820011

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA JURUSAN
KEBIDANAN
2020

0
ABSTRAK

Keputihan merupakan Kondisi yang sering dialami oleh seluruh wanita sepanjang
siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, reproduksi maupun masa menapouse. Remaja
putri yang baru memasuki masa pubertas terjadi perubahan pada diri mereka. Masa pubertas
ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Kematangan organ reproduksi akan menjadi
faktor pencetus keputihan atau fluor Albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan
sesudah haid. Keputihan dibedakan menjadi dua jenis yaitu keputihan normal atau fisiologis
dan abnormal atau patologis. Keputihan normal atau fisiologis terjadi sesuai dengan siklus
reproduksi wanita dengan jenis pengeluaran berwana bening, tidak berlebihan, tidak berbau
dan tidak menimbulkan rasa gatal dan perih. Keputihan yang patologis atau abnormal
ditandai dengan jumlah pengeluaran yang banyak, berwarna putih seperti susu basi, kuning
atau kehijauan, gatal, perih, dan disertai bau amis atau busuk. Warna pengeluaran dari vagina
akan berbeda sesuai dengan penyebab dari keputihan.
Tujuan Untuk menganalisis mengenai hubungan, faktor-faktor yang mempengaruhi,
cara mencegah serta penanganan keputihan pada remaja. Metoda yang digunakan adalah
penelusuran jurnal dengan menggunakan google scholar, dengan Keyword Remaja,
Keputihan, Personal Hygiene, Daun Binahong.
Hasil penelusuran menunjukan bahwa remaja rentan mengalami keputihan karena
mengalami pubertas dan pematangan organ-organ reproduksi. Faktor penyebab dari
keputihan patologis yaitu bakteri, jamur dan parasite. Pencegahan keputihan yang terpenting
harus dilakukan adalah menjaga kebersihan organ reproduksi/Personal hygiene dengan cara
yang benar, menyeimbangkan antara aktivitas dan istirahat, dan mengurangi ketegangan
psikis yang dialami. Praktik cebok pada perawatan personal hygene sangat mempengaruhi
adanya keputihan, baik pada keputihan fisiologis, dan untuk mencegah tidak menjadi
keputihan patologis. Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari
dengan menggunakan rebusan air Daun Binahong. Penelitian pernah dilakukan oleh Puspita,
R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan rebusan daun
binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. . Tanaman Binahong
diketahui mengandung polifenol ,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun
Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti
inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang terkandung
dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus
(Anwar,T, Soleha,T, 2016).

1
ABSTRACT

Leucorrhoea is a condition that is often experienced by all women throughout their


life cycle starting from adolescence, reproduction and menopause. Young women who have
just entered puberty have changed themselves. Puberty is marked by the maturation of the
reproductive organs. The maturity of the reproductive organs will be a triggering factor for
vaginal discharge or Albus fluoride for young women, especially before and after
menstruation. Whitish can be divided into two types, namely normal or physiological and
abnormal or pathological. Normal or physiological vaginal discharge occurs in accordance
with the female reproductive cycle with the type of discharge that is clear, not excessive,
odorless and does not cause itching and burning. Pathological or abnormal vaginal discharge
characterized by a large amount of discharge, white like stale milk, yellow or greenish, itchy,
sore, and accompanied by a fishy or foul odor. The color of discharge from the vagina will be
different according to the cause of the discharge.
Purpose To analyze the relationship, the factors that influence, how to prevent and
treat vaginal discharge in adolescents. The method used is journal search using google
scholar, with the keyword teenager, vaginal discharge, personal hygiene, and leaves of
Binahong.
The results showed that adolescents were prone to experience vaginal discharge due
to puberty and maturation of the reproductive organs. The causative factors of pathological
vaginal discharge are bacteria, fungi and parasites. The most important thing to prevent
vaginal discharge is to maintain the cleanliness of the reproductive organs / personal hygiene
in the right way, balance between activity and rest, and reduce psychological tension
experienced. The practice of wiping in the personal hygiene care greatly influences the
presence of vaginal discharge, both physiological vaginal discharge, and to prevent
pathological vaginal discharge. Leucorrhoea can be reduced by washing the vagina several
times a day using Binahong Leaf water boiled. Research has been conducted by Puspita, R,
Macampang, and Sayono (2016), that vaginal discharge in adolescents can use binahong leaf
decoction as an alternative in reducing vaginal discharge. . Binahong plants are known to
contain polyphenols, flavonoids, and triterponid saponins. The flavonoids in Binahong leaves
contain polyphenolic compounds which have pharmacological activities as anti-
inflammatory, analgesic and antioxidant (Shabella, 2012). The triterponid saponins contained
in binahong leaves are glycosides that have antibacterial and anti-viral properties (Anwar, T,
Soleha, T, 2016).

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti, dkk. 2009).
Keputihan merupakan Kondisi yang sering dialami oleh seluruh wanita
sepanjang siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, reproduksi maupun masa
menapouse. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas terjadi perubahan
pada diri mereka. Masa pubertas ditandai dengan matangnya organ reproduksi.
Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus keputihan atau fluor
Albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Pitriani, 2020).
Keputihan atau Leukoroe atau Fluor Albus atau Vaginal Discharge merupakan
semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan merupakan salah
satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh, selain itu, keputihan
merupakan tanda dari penyakit (Manuaba, 2009).
Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari
dengan menggunakan rebusan air Daun Binahong. Penelitian non farmakologi
yang pernah dilakukan oleh Puspita, R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan
pada remaja bisa menggunakan rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif
dalam mengurangi keputihan. Tanaman Binahong diketahui mengandung
polifenol, ,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong
mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti
inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang
terkandung dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri
dan anti virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme dari penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh senyawa
polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak
komponen penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel menyebabkan permeabilitas
membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim intraseluler dan
menyebabkan masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada

3
akhirnya akan mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS,
Wahono dan Hanafi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Raden Roro siti
hatati surjantini (2018) yang berjudul efektivitas air rebusan simplisia daun
binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) untuk penyembuhan luka perineum
pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota Kisaran barat didapatkan hasil
bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat kesembuhan luka
perineum. Daun Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal bebas
atau antioksidan. Pada Daun Binahong termasuk family basellaceae yang
mempunyai kandungan asam askorbat senyawa polifenol. Senyawa ini sangat baik
untuk membantu melawan berbagai infeksi bakteri gram positif dan negative dan
dapat digunakan pada penyakit menular seksual yang mengalami keputihan
(Anwar,T, Soleha,T, 2016).

B. Tujuan
Untuk menganalisis mengenai hubungan, faktor-faktor yang mempengaruhi,
cara mencegah serta penanganan Keputihan pada remaja.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari

bahasa Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai

kematangan”. Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber

dan masa remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak

dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali &

Asrori, 2006).

Remaja berasal dari Bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke

arah kematangan, baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis . Masa remaja

adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa masa transisi yang

ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Widyastuti, dkk. 2009).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,

emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu

periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa

pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa

(Widyastuti, dkk. 2009).

Pada 1974, WHO (World Health Organization) dalam Widyastuti (2009)

memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam

definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial

ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.

Remaja adalah suatu masa di mana Individu berkembang dari saat pertama kali ia

5
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

kematangan seksual.

1) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

2) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2010).

2. Karakteristik Remaja

Menurut Depkes RI (2007) dalam Sarwono (2010) , masa remaja dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1) Masa remaja awal

Masa remaja awal yaitu umur 10-13 tahun. Yang ciri-cirinya sebagai berikut :

(a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya

kesadaran diri.

(b) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

(c) Teman lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode

teman sebayanya.

2) Masa remaja tengah

Masa remaja tengah yaitu umur 14-16 tahun yang ciri-cirinya sebagai berikut :

(a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran

untuk menerima pendapat orang lain.

(b) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi

tidak menjerumus serius.

(c) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin

banyak menghabiskan waktu bersama teman teman.

6
3) Masa remaja akhir

Masa remaja akhir yaitu umur 17-19 tahun yang ciri-cirinya agai berikut :

(a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik maupun agama.

(b) Lebih mampu membuat hubungan stabil dengan lawan jenis berdampak

mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

(c) Merasa sebagai orang yang dewasa berdampak cenderung mengemukakan

pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya

3. Perubahan Fisik Pada Remaja

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak

berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal

dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan

pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat

individu secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan

(Hurlock, 1980).

Pada saat memasuki pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai

pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua

remaja normal, yang membedakan hanyalah awal mulainya. Mungkin ada

remaja laki-laki yang sudah mulai tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya

belum mengalaminya. Perbedaan seperti itu membuat remaja lainnya risau,

tetapi apabila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal

dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut (Sarwono, 2010).

Perubahan Fisik Remaja Putri: Pertumbuhan payudara 7-13 tahun,

Pertumbuhan rambut kemaluan 7-14 tahun, Pertumbuhan badan /tubuh 9,5-14,5

tahun, Menarche 10-16,5 tahun, Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah

7
tumbuhnya rambut pubis (Sarwono, 2010). Perubahan yang terjadi pada

pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

a) Tanda-tanda seks primer


Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun
tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus
pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun
rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi
pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari
serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari
uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini
berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa
terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).
b) Tanda-tanda seks sekunder
Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada
wanita antara lain:
1. Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti

halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi

setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan

bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali

rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian

menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

2. Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan

membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul

dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

3. Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara

harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya

8
kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih

bulat.

4. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar,

lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-

laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.

5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan

kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak

dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya

menusuk sebelum dan selama masa haid.

6. Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan

kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

7. Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi

pada wanita.

Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah

pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan

pertumbuhan rambut kemaluan.

4. Perkembangan Psikis Remaja


Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa

remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja

adalah:

a) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan

sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering

terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

9
2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau

rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah

terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa

berpikir terlebih dahulu.

3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang

pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan

remaja:

1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik.

2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

perilaku ingin mencoba-coba.

Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung

lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

5. Perkembangan Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti

belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Menurut Piaget (dalam

Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam

pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di

mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam

skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau

ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga

mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa

10
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka

sehingga memunculkan suatu ide baru.


6.
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala

kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja

berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti

ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-

masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan

idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir

tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia); lebih mampu

menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain

pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan

memantau dunia sosial.

B. Keputihan
1. Pengertian Keputihan

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Penyebab
keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu.
Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium
tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada perempuan yang
terangsang pada waktu sanggama atau saat masa subur (ovulasi). Keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang
sanggama, mulut rahim, rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit
hubungan kelamin). Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab
yang pasti perlu ditetapkan.
Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan
cairan yang keluar tersebut. Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan
melalui berbagai pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa
gejala penyertanya, (gumpalan atau encer, ada luka disekitar alat kelamin, pernah

11
disertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR) adakah demam, rasa nyeri di
daerah kemaluan.

2. Etiologi Keputihan
1) Keputihan yang fisiologis terjadi pada:
a. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron sang ibu.
b. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid.
c. Setiap wanita dewasa yang mengalami kegairahan seksual, ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
d. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
e. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah ke daerah vagina dan
mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.

2) Keputihan patologis terjadi disebabkan oleh:


a. Infeksi Tubuh, akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk
ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi yakni:
 Jamur Candida albicans adalah jamur paling sering menyebabkan keputihan.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan infeksi jamur Candida sp.
seperti pemakaian obat antibiotika atau kortikosteroid yang lama, kehamilan,
kontrasepsi hormonal, penyakit diabetes mellitus, penurunan kekebalan tubuh
karena penyakit kronis, selalu memakai pakaian dalam ketat dan dari bahan
yang sukar menyerap keringat.
 Bakteri Bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah Gonococcus sp.
Clamydia trachomatis, Gardnerella sp. dan Treponema pallidum.
 Parasit Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas
vaginalis. Penularannya yang paling sering adalah dengan koitus.
 Virus Sering disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes
simplex. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa
rasa gatal.
b. Benda asing Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau
prolapse uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh sisa pembalut atau kapas yang tertinggal.

12
c. Neoplasma jinak Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi
karena pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
d. Kanker Gejala keputihan yang timbul ialah cairan yang banyak, berbau busuk,
serta terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang keluar disebabkan oleh
tumor yang masuk ke dalam lumen saluran genitalia kemudian tumbuh secara cepat
dan abnormal, serta mudah rusak sehingga terjadi pembusukan dan perdarahan.
Biasanya darah keluar sesudah hubungan seks atau setelah melakukan penyemprotan
vagina/douching. Keputihan abnormal ini disertai rasa tidak enak di perut bagian
bawah, terjadi gangguan haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat serta
lesu, lemas dan tidak bugar.
e. Menopause Pada wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang sehingga
lapisan vagina menipis/menjadi kering, menyebabkan gatal yang memicu untuk
terjadinya luka kemudian infeksi. Namun keputihan juga bisa muncul bercampur
darah (senile vaginitis).

3. Klasifikasi keputihan
Klasifikasi keputihan ada dua yaitu:
1) Keputihan fisiologis
Berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang.
2) Keputihan Patologis
Cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit, jumlahnya berlebihan,
berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas, sehingga seringkali menyebabkan luka akibat
garukan di daerah mulut vagina. Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda sesuai
penyebab dari keputihan.

4.Predisposisi Keputihan
Faktor risiko keputihan yang menyebabkan infeksi jamur candida, antara
lain:
1) Menggunakan obat antibiotik
2) Menggunakan kontrasepsi oral
3) Menderita kencing manis
4) Kehamilan
5) Menggunakan celana dalam ketat atau yang berbahan nilon

13
6) Menggunakan bilasan vagina
7) Mengkonsumsi makanan yang berkadar gula tinggi
8) Kegemukan

5. Patogenesis Keputihan
Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin
wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus
maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau
lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH
vagina basa. Keadaan vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina.

6.Dampak keputihan
Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan sebagai berikut:
1) Gangguan psikologis
Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang
berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan
aktifitasnya sehari-hari.
2) Penyakit infeksi pada alat kelamin
a) Infeksi vagina (vulvitis) diabetika
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat
disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relative gemuk. Pada
pemeriksaan laboratorium di jumpai penyakit kencing manis (diabetes mellitus) .
b) Infeksi liang sanggama (vaginitis)
Di dalam liang sanggama hidup bersama bakteri saling menguntungkan beberapa bakteri
yaitu basil doderlein, stafilokokus, dan streptopkokus, serta basil difteroid. Secara umum
gejala infeksi liang sanggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran
cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak merah
membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.

14
c) Infeksi spesifik vagina
Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trichmonas vaginalis, dengan gejala
leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal, dan rasa terbakar. Cara penularan utama
dengan hubungan seksual. Pengobatan dengan antibiotic metronidazole untuk suami dan istri
secara bersamaan. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini disebabkan oleh
jamur candida albicans. Candida albicans merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat
yaitu sekitar 48-72 jam Keputihan yang berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal. Pada
dinding vagina terdapat selaput yang melekat dan bila dikorek mudah berdarah.
Pengobatannya dengan mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan ke dalam liang
sanggama selama beberapa minggu dan suaminya juga mendapat pengobatan.
d) Servisitis akuta
Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan
seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan
streptokokus. Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan
bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi
ini dengan memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan.
e) Servisitis menahun (kronis)
Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat
perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit
atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini
dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai, pada mulut rahim luka local disembuhkan dengan cairan butyl tingtura, cairan
nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya
(crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari
keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
f) Penyakit radang panggul (pelvic inflammantory disease)
Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai
penyakit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tanda tandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,
mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan infeksi genitalia ini lebih
akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk memungkinkan keganasan.

15
7.Komplikasi Keputihan
Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate sekitar vulva.
Keputihan yang sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari penyakit radang panggul
(Pelvic Inflammatory Disease).

8.Pencegahan keputihan
Tindakan pencegahan keputihan dapat dilakukan seperti berikut:
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lengkap misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana yang terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak, talcum, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau membiasakan untuk mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

9. Pengobatan Keputihan
Keputihan dapat diobati dengan cara berikut:
Untuk memberantas penyebab keputihan obatnya adalah
a. Obat untuk trichomoniasis: metronidazole
b. Obat candidiasis: nystatin (pemberian oral maupun local).
c. Obat untuk bacterial vaginosis: metronidazole, ampisilin, pemakaian betadin vagina gel.
d. Gonore: obat lain seperti: urfamisin (diminum); kanamisin dan ceftriaxone (suntikan); obat
penicillin secara suntikan.

16
10. Penanganan non farmakologis
Sesuai dengan peraturan mentri kesehatan, pengobatan komplementer tradisional altrnatif
(Complementary Alternative Medicine/CAM) didefinisikan sebagai pengobatan
nonkonvensional yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat. Tindakan pengobatan
komplementer tradisional alternatif meliputi upaya promotif, preventif, curative, dan
rehabilitative. Upaya upaya ini didapatkan melalui pendidikan terstruktur berkualitas, aman,
dan efektif berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Hal ini berarti, pengobatan
komplementer sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional atau
medis. Jenis jenis obat dalam pengobatan komplementer menggunakan bahan bahan dari
alam. Bahan bahan tersebut harus dikaji dan diteliti terlebih dahulu efektivitas dan
keamanannya. Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari dengan
menggunakan air daun sirih, kandungan daun sirih mengandung minyak atsiri didalamnya
terdapat polifenol yang mempunyai daya antiseptic dan mengandung aroma atau wangi yang
khas. Daun Sirih mengandung 30% polifenol sebagai agen antibakteri berperan sebagai toksin
yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, mengaktifkan enzim dan menyebabkan
bakteri mati (Suparni, 2012). Penelitian non farmakologi lain yang pernah dilakukan oleh
Puspita, R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan
rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman
Binahong diketahui mengandung polifenol ,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid
dalam daun Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi
sebagai anti inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang
terkandung dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti
virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh senyawa polifenol, saponin dan
flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak komponen penyusunan peptidoglikan
pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel
menyebabkan permeabilitas membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim
intraseluler dan menyebabkan masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada
akhirnya akan mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS, Wahono dan
Hanafi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Raden Roro siti hatati surjantini (2018)
yang berjudul efektivitas air rebusan simplisia daun binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)
Steen) untuk penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota
Kisaran barat didapatkan hasil bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat
kesembuhan luka perineum. Daun Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal

17
bebas atau antioksidan. Pada Daun Binahong termasuk family basellaceae yang mempunyai
kandungan asam askorbat senyawa polifenol. Senyawa ini sangat baik untuk membantu
melawan berbagai infeksi bakteri gram positif dan negative dan dapat digunakan pada
penyakit menular seksual yang mengalami keputihan (Anwar,T, Soleha,T, 2016) . Cara
menggunakan larutan daun binahong tersebut sebagai berikut:
a. Siapkan Daun Binahong 7 lembar atau kurang lebih 10 gr.
b. Cuci Daun Binahong dengan air bersih yang mengalir
c. Rebus daun binahong dengan air bersih sebanyak 500 cc air, menggunakan panic
dengan api besar rebus selama 15 menit.
d. Sesudah mendidih, tunggu sampai Air Daun Binahong agak dingin/hangat kuku
e. Kemudian pakai untuk membersihkan vagina 2 kali sehari, selama 5 hari berturut-
turut (Puspita, Machmudah, Sayono 2016).

B. STRATEGI PENGAMBILAN JURNAL


Strategi yamg digunakan adalah penelusuran jurnal dengan menggunakan
google scholar, dengan Keyword Remaja, Keputihan, Personal Hygiene, Daun
Binahong.

C. TEKNIK PENGUMPULAN DATA, ALAT PENGUMPULAN DATA,


ANALISIS JURNAL

N PENULIS/JUDUL JENIS PENELITIAN TEKHNIK ALAT ANALISI


O JURNAL PENGAMBILAN PENGUMPULAN S
DATA DATA
1 Quasi Eksperimental One group pre- Lembar Ceklis Man-
Riana Puspita
Macmudah post test design whithney
Sayono

Cebok dengan Air


Rebusan Daun
Binahong dapat
Mencegah terjadinya
Keputihan Patologis
Pada remaja di pesantren
Al-Izzah Demak

18
2 Novalita Oriza, Survey Analitik Random Sampling Lembar Kuestioner Chi Square
Roslina Yulianty
Faktor
yang
berhubungan
Dengan kejadian
Keputihan pada
Remaja putri
Di SMA
Darussalam Medan

Susanti Handayani Study Quantitative method


Kusyogo Cahyo with Cross Sectional Random Sampling Lembar Kuestioner Chi Square
3 Ratih Indraswary Approach

Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
perilaku personal
hygiene Remaja Putri
dalam penanganan dan
pencegahan Keputihan
pada Sisiwi SMKN 11
Semarang

4
Novita Lusiana Quantitative Analityc with Total Sampling Lembar Kuestioner Chi Squere
Cross Sectional
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi
Keputihan pada remaja
putri di SMAN 11 Pekan
Baru 2018
Ari Komariah
5 Ida WidaNingsih, Cross Sectional Proportionate Lembar Kuestioner Chi Squere
SSIT,MKM stratified randon
sampling
Faktor-faktor yang
berhubungan dengan
kejadian Keputihan pada
remaja Putri Kelas XI di
SMAN 1 Tambelang
Bekasi

6 Noorazizah Cross Sectional Simple Random Kuestioner Chi Square


Ika widyawati Sampling

Karakteristik Remaja
Putri Dengan Kejadian
Keputihan di SMK
Muhamadiyah Kudus

Tryda Meutia Anwar Eksperimental


7 Tri Umiana Soleha

Manfaat Daun Binahong


(Anredera cordifolia)
sebagai terapi Acne
Vulgaris

8 Hesti Fajar Utami Eksperimental Anova


Rini Budi Hastuti Uji Beda
Endah Dwi Hastuti Nyata

19
Kualitas Daun Binahong
(Anredera Cordifolia)
pada suhu pengeringan
berbeda

Duncan’s
Raden Roro Siti Hatati Man
Surjantini Quasi Eksperiment Post Test Only Lembar Ceklis Whitney
9 Yusniar Siregar Control Group

Efektivitas Air Rebusan


SImplisia Daun
Binahong (ANdredera
Cordifolia (tenore)
Steen) Untuk
penyembuhan Luka
Perineum Pada Inu Nifas
di Klinik Murniati
Kecamatan Kota Kisaran
Barat

10 Ade Khoerunnisa Deskriptif Analitik Simple Random Kuestioner Bivariat


Nur Dwi Rahayu Sampling
Sofia Februanti

Gambaran kejadian
keputihan patologis pada
mahasiswi Poltekes
Kemenkes Tasikmalaya

20
BAB III
PEMBAHASAN

1. Berdasarkan penelitian Puspita, Macmudah, dan Sayono (2016) tentang Cebok


dengan air rebusan daun binahong dapat mencegah terjadinya keputihan patologis
pada remaja, Hasil penelitian menunjukan sebagian besar remaja yang
mendapatkan perlakuan cebok memakai air daun rebusan binahong keputihannya
berkurang 62,5%, Uji mann whitney menunjukan adanya perbedaan antara
kelompok perlakuan dengan kelompok control terlihat dari nilai p = 0,000
sehingga hasil uji menunjukan ada pengaruh cebok dengan air rebusan daun
binahong untuk mengurangi keputihan patologis.

2. Berdasarkan penelitian Novalita Oriza, Roslina Yulianty (2018) tentang Faktor


yang berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja putri, remaja yang
mengalami keputihan fisiologis sebanyak 63,2% dan 36,8% mengalami keputihan
patologis, hasil penelitian juga menunjukan bahwa pengetahuan remaja putri
tentang keputihan cukup baik 52,5% dan baik 23,5%, remaja mempunyai kebiasaan
memakai pantyliners 31,0%, 45,6% mempunyai kebiasaan memakai cairan
pembersih vagina. Kesimpulan dari penelitian yaitu pengetahuan, sikap, pemakaian
pentyliners, pemakaian cairan pembersih vagina, mempengaruhi remaja mengalami
kejadian keputihan.

3. Berdasarkan penelitian Handayani, Cahyo dan Indraswari (2017) tentang factor-


factor yang berhubungan dengan perilaku personal hygiene remaja putri dalam
penanganan dan pencegahan keputihan, hasil penelitian menunjukan bahwa
sebanyak 67,1% pengetahuan remaja tentang penanganan keputihan kurang baik.
faktor rendahnya pengetahuan karena sedikitnya informasi yang didapat remaja
baik dari buku, keluarga, media, maupun petugas kesehatan. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perilaku remaja dalam penanganan dan pencegahan keputihan
54,3% kuang baik. Perilaku remaja dipengaruhi oleh perilaku masyarakat,
ketersediaan fasilitas, dan sikap dan perilaku petugas kesehatan.

4. Berdasarkan penelitian Novita Lusiana (2018) tentang Faktor-faktor yang


mempengaruhi keputihan pada remaja putri, menunjukan sebanyak 56,5 %

21
mengalami keputihan, sebanyak 49,3% remaja mempunyai pengetahuan yang
rendah tentang keputihan, dan sebanyak 59,1% tidak melakukan personal hygiene.
Pengetahuan remaja berpengaruh terhadap kesehatan yang dialami oleh remaja,
jika remaja memiliki kelainan kesehatan maka akan segera tertangani. Personal
hygiene sangat berpengaruh terhadap kejadian keputihan. Kebiasaan remaja yang
tidak baik sebagai contoh daerah kemaluan lembab, mengganti pembalut
pentyliners tidak sesuai waktu, memakai air yang tidak bersih, dan cara cebok yang
salah akan meyebabkan tumbuhnya dan jamur, bakteri, virus dan parasite. Dalam
vagina terdapat banyak bakteri, contohnya bakteri lactobacillus, dan selebihnya
adalah bakteri phatogen. Dalam keadaan ekositem yang normal bakteri phatogen
tidak mengganggu, vagina harus memiliki pH Asam, agar bakteri phatogen tidak
mengganggu. Jika ekosistem vagina berubah pH menjadi Basa maka jamur dan
bakteri phatogen akan menginfeksi.

5. Berdasarkan penelitian Ari Komariah, dan Ida widaningsih (2018) tentang Faktor –
factor yang berhubungan dengan kejadian keputihan pada remaja putri, Sebanyak
53,8 % responden mengalami keputihan, sebanyak 50% mempunyai sikap menjaga
personal hygiene yang kurang, sebanyak 55% pernah mengikuti pembinaan oleh
tenaga kesehatan tentang keputihan. Hasil analisis Bivariat, didapatkan remaja
putri yang mempunyai pengetahuan kurang baik mempunyai factor resiko 9,75 kali
lebih besar mengalami keputihan dibandingkan dengan remaja yang mempunyai
pengetahuan yang baik, sedangkan remaja yang memiliki sikap personal hygiene
yang kurang memiliki factor resiko 7,0 kali lebih besar mengalami keputihan
dibandingkan remaja yang memiliki sikap personal hygiene yang baik. Remaja
yang pernah dibina oleh tenaga kesehatan sebanyak 1 kali memiliki factor resiko
9,75 kali lebih besar untuk mengalami keputihan dibandingkan dengan remaja
yang dibina oleh tenaga kesehatan lebih dari 1 kali. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, pengetahuan
dapat diperoleh melalui latihan, pengalaman dan pendidikan. Oleh sebab itu,
pengetahuan remaja bisa di tingkatkan dengan diberikan sumber informasi yang
berkaitan dengan kesehatan peralatan diri sehingga keputihan remaja segera
teratasi dan keputihan tidak mengarah ke keadaan patologis yang bisa kesehatan
diri.

22
6. Berdasarkan penelitian Azizah dan Widiawati (2015) tentang Karakteristik Remaja
putri dengan Kejadian Keputihan di SMK Muhamadiyah Kudus, Hasil penelitian
menunjukan bahwa 72% sampel memiliki pengetahuan yang kurang tentang
keputihan, praktik cebok juga kurang baik sebanyak 54%, sebagian besar sampel
juga mengalami keputihan patologis sebanyak 72%. Hasil pengujian Bivariat
menunjukan bahwa semakin kurang pengetahuan makin beresiko terjadinya
keputihan patologis, remaja yang mengalami keputihan patologis memiliki cara
cebok yang salah. Pengetahuan yang kurang tentang kebersihan personal, yaitu
tentang merawat dan membersihkan alat kelamin akan meningkatkan kejadian
keputihan pada remaja, akan tetapi apabila imunitas remaja tinggi maka infeksi
bakteri penyebab keputihan tidak akan terjadi. Hal-hal yang dapat menurunkan
imunitas yaitu stress, konsumsi antibiotic, pola makan yang buruk/nutrisi yang
kurang baik, dan memiliki riwayat penyakit genetik/ menular.

7. Berdasarkan penelitian Tryda Meutia Anwar dan Tri Umiana Soleha (2016) tentang
Manfaat Daun Binahong sebagai Terapi Acne Vulgaris, menunjukan bahwa daun
binahong mengandung Alkaloid, flavonoid sebesar 11, 263 mg/kg daun binahong
segar dan 7,81mg/kg bila daun binahong dikeringkan, flavonoid yang terdapat yaitu
senyawa flavonol. Ekstrak Etanol daun binahong memiliki antioksidan total sebesar
4,25 mmol/100g bila daun segar dan 3,68 mmol/100gr bila daun binahong kering,
Antioksidan yaitu senyawa-senyawa yang dapat menghilangkan, membersihkan
dan menahan efek radikal bebas sehingga tidak merusak sel-sel dan jaringan yang
sehat. Penyebab Acne yaitu Staphylococus Areus, dan Propionibacterium Acnes.
Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan mikroorganisme oleh senyawa
alkaloid, polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara
merusak komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh, kerusakan dinding sel bakteri menyebabkan
premeabilitas membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim
intraseluler dan menyebabkan masuknya air tidak terkontrol ke dalam sel bakteri
pada akhirnya akan menyebabkan kematian bakteri tersebut. Selain bakteri
tersebut, kandungan daun binahong bisa membunuh bakteri Shigella. Daun
Binahong juga memiliki efek sebagai anti mikroba, kandungan flavonoid memiliki
peran langsung juga sebagai Antibiotika yang berspektrum luas, kandungan

23
antioksidan asam askorbat dan senyawa polifenol memiliki kemampuan untuk
melawan bakteri gram negative dan gram positif.

8. Berdasarkan penelitian Hesti Fajar Utami, Rini Budi Hastuti dan Endah Dwi
Hastuti (2015) tetang Kualitas Daun Binahong (anredera cordifolia) Warna Daun
di tentukan dengan menggunakan leaf index colour pada no 4, pada no tersebut
Daun Binahong memiliki warna hijau yang segar, Daun Binahong sebaiknya
dipetik pada Pukul 16.00 WIB. Dengan tujuan memiliki sifat fisik da Kimia daun
yang paling baik. Daun Binahong memiliki kandungan Flavonoid, Flavonoid
memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia yaitu salah satu radikal bebas
atau antioksidan. Pemanfaatan Daun Binahong sebaiknya dipakai langsung jangan
melalui proses pengeringan karena akan mempengaruhi kandungan Flavonoid
tersebut.

9. Berdasarkan penelitian Surjantini dan Siregar (2018) tentang Efektifitas Air


rebusan simplisia Daun Binahong (Anredera Cordifolia (tenorer) steen) untuk
menyembuhkan luka perineum menunjukan bahwa Air rebusan Daun Binahong
efektifitas mempercepat kesembuhan luka perineum. Penelitian dilakukan selama 1
(satu) bulan dengan melakukan observasi langsung kepada sampel yang dilakukan
langsung oleh peneliti, untuk melihat bagaimana pengaruh Air Rebusan Daun
Binahong terhadap luka perineum pada ibu nifas. Sampel yang diteliti, yang
diberikan intervensi Air rebusan daun binahong mengalami luka penyembuhan
cepat sebanyak 80%. Selain itu ada factor-faktor lain yang mempengaruhi
penyembuhan luka seperti usia, nutrisi, lingkungan dan social budaya. Sampel yang
diberikan intervensi Air Rebusan Binahong 0% mengalami luka penyembuhan
lambat. Hasil Uji statistic dengan Man Whitney menujukan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan pada dua kelompok, sehingga disimpulkan bahwa air
rebusan daun binahong efektif untuk menyembuhkan luka perineum. Menurut
asumsi peneliti, Daun Binahong mengandung antiseptic yang mampu membunuh
kuman dan mempercepat penyembuhan luka.

24
10. Berdasarkan penelitian Ade Khoerunnisa, Nur Dwi Rahayu, Sofia Februanti (2018)
tentang Gambaran Kejadian Keputihan Patologis pada mahasiswi Poltekkes
Kemenkes Tasikmalaya menunjukan bahwa terdapat 24,4% sampel mengalami
keputihan patologis, pengetahuan yang baik tentang cara membersihkan vagina
sebanyak 73,3% sehingga pengetahuan yang baik akan meminimalkan terjadinya
keputihan fisiologis menjadi keputihan patologis. Pengetahuan yang baik tentang
cara membersihkan vagina juga mencegah dampak yang lebih berat dari keputihan
patologis.

25
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang
meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif,
moral dan perkembangan seksual. Salah satu masalah reproduksi pada remaja wanita
adalah keputihan.
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari lubang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Keputihan
dapat terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi
kuman penyakit. Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan diantaranya
gangguan psikologis seperti kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang
merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari dan
penyakit infeksi pada alat kelamin.
Asuhan komplementer yang dapat dilakukan dalam kasus keputihan pada
remaja yaitu dengan menggunakan rebusan daun binahong sebagai salah satu
alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman Binahong diketahui mengandung
polifenol, flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong
mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti
inflamasi, analgetik dan antioksidan. Saponin triterponid yang terkandung dalam
daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus.

26
B. Kelebihan dan Kelemahan

ARTIKEL KELEBIHAN KEKURANGAN


Analisis dipaparkan kurang
Metode penelitian lengkap, sederhana,
tehnik pengambilan data dan
1 pembahasan lengkap dan Alat pengambilan data
dapat dimengerti. Tidak dijelaskan.

Metode penelitian tidak


Abstrak terdiri dari 2 bahasa
lengkap: jenis penelitian,
2 (bahasa Inggris dan bahasa
teknik penganmbilan data
Indonesia).
tidak ada.
3 Metode penelitian lengkap Abstrak hanya dalam bentuk

bahasa Inggris saja.

Pembahasan jelas, lengkap Daftar Pustaka lama (tidak .


4
dan mudah dimengerti Terbaru)

Daftar Pustaka tidak terbaru


5 Metode penelitian lengkap
Tidak ada saran.
Metode penelitian lengkap, Sudah sangat lengkap.
6 Hasil penelitian disampaikan
dengan rinci
Abstrak lengkap dan sesuai Sudah sangat lengkap.
7 aturan, terdapat saran untuk
penelitian selanjutnya.

Pembahasan rinci dan Sudah sangat lengkap.


lengkat, terdapat saran yang
8
dikemukakan untuk
memperbaiki penelitian

27
Metode penelitian lengkap,
Abstrak hanya dalam bentuk
9 pembahasan jelas dan mudah
bahasa Indonesia saja.
dipahami.
Abstrak hanya dalam bentuk
10 Metode penelitian lengkap
bahasa Indonesia saja.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. & Asrori, M.(2006). Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.

Azizah, N, Widiawati, Ika (2015) Karakteristik Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di SMK
Muhammadiyah Kudus.https://www.google.com/search?q=Azizah%2C+N%2C+Widiawati
%2C+Ika+(2015)&oq=Azizah%2C+N%2C+Widiawati
%2C+Ika+(2015)&aqs=chrome..69i57.1442j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Di Unduh Tanggal
23 September 2020.

Ayuningtyas, F.I., 2019. Kebidanan Komplementer Terapi Komplementer dalam Kebidanan.


Yogyakarta : Pustaka baru Press.

Departemen Kesehatan, 2015. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja. Jakarta: Buletin
Departemen Kesehatan RI.
Handayani, S, Cahyo, K, Indraswari. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku
personal hygiene remaja putri dalam penanganan dan pencegahan keputihan pada siswi SMKN 11
Semarang.

Hoerunisa, A. Rahayu,ND, Februanti, S. (2019). Gambaran Kejadian Patologis Pada Mahasiswi


Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk02cTZpd_mnbbzN59dmi7RRgqpW58A
%3A1601019069025&ei=vZxtX6l53r7ctQa3qfoBw&q=Hoerunisa%2C+A.+Rahayu%2CND
%2C+Februanti%2C+S.+
%282019%29.+Gambaran+Kejadian+Patologis+Pada+Mahasiswi+Poltekkes+Kemenkes+Tasikmala
ya.&oq Di Unduh Tanggal 23 September 2020.

Hurlock, E.B., 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan,
Edisi Kelima,. Jakarta: Elangga.

Jahja, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Komariah dan Widaningsih (2018). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan
pada Remaja Putri Kelas XI di SMAN 1 Tambelang Bekasi.
http://ecampus.imds.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/671/1597818528865_Ari
%20Komariah%20120215884.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Di Unduh pada Tanggal 23
September 2020.

Manuaba, I. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan (3rd ed,: S, P.barus,ed.). Jakarta:EGC.

Nadesul, H. 2010. Cantik Cerdas dan Feminim Kesehatan Perempuan Sepanjang Masa (1st ed: J.
Kustana,ed). Jakarta: PT Kompas : Media Nusantara.

Novita Lusiana. 2018. Faktor factor yang mempengaruhi keputihan pada remaja putridi SMAN 11
Pekanbaru.

29
Oriza,N, Yulianti,R tahun.2018. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri Di SMA Darussalam Medan.
http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk/article/view/3954 diunduh tanggal 23 September 2020.
Puspita, R, Macmudah, Sayono,. 2016. Cebok dengan air rebusan daun binahong dapat mencegah
terjadinya keputihan patologis pada remaja di pesantren Al izzah demak. http:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/523. Di unduh pada
tanggal 23 September 2020.

Raden Roro siti hatati surjantini.(2018). Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong (Anredera
Cordifolia (ten) Steen) Untuk Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di Klinik Murniati
Kecamatan Kota Kisaran Barat. http://forikes-ejournal.com/index.php/SF/article/view/9302. Di
Unduh Tanggal 23 September 2020.

Tryda meutia Anwar, Tri Umania Soleha. 2016. Manfaat Daun Binahong(andredera Cordifolia)
sebagai terapi Acne vulgaris.

Sarwono, SW. 2010. Psikologi Remaja. Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong Cetakan ke 1. Klaten : Cable Book.

Utami, FH, Hastuti, BR, Hastuti, ED. 2015. Kualitas Daun Binahong (andredera Cordifolia) pada
suhu pengeringan berbeda.

Widyastuti,Y. dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Fitramaya, Yogyakarta.

30
31
32
33
34
35
36
37
38

Anda mungkin juga menyukai