Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti, dkk. 2009).
Keputihan merupakan Kondisi yang sering dialami oleh seluruh wanita
sepanjang siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, reproduksi maupun masa
menopouse. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas terjadi perubahan
pada diri mereka. Masa pubertas ditandai dengan matangnya organ reproduksi.
Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus keputihan atau fluor
Albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Pitriani, 2020).
Keputihan atau Leukoroea atau Fluor Albus atau Vaginal Discharge
merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan
merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh, selain itu,
keputihan merupakan tanda dari penyakit (Manuaba, 2009). Keputihan patologis
terjadi disebabkan oleh: Jamur Candida albicans adalah jamur paling sering
menyebabkan keputihan, bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah
Gonococcus sp. Clamydia trachomatis, Gardnerella sp. dan Treponema pallidum,
parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis,
penularannya yang paling sering adalah dengan hubungan seksual, Virus Sering
disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simplex. HPV ditandai
dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa rasa gatal.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5 % remaja didunia
terjangkit PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya dan sebesar 75% wanita
diseluruh dunia setidaknya mengalami Candidiasis atau penyebab keputihan
sebanyak satu kali dalam seumur hidupnya (Febryany,Astuti,Hartinah, 2018).
Tahun 2015 sekitar 70% remaja putri mengalami masalah Keputihan
(Departemen Kesehatan, 2015). Data Statistik mengatakan di Indonesia tahun 2013
dari 45,3 Jiwa remaja yang berusia 15-24 tahun berprilaku tidak sehat. 30 Juta Jiwa
remaja yang berusia 15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual yang merupakan
salah satu penyebab terjadinya keputihan (Trisnawati, 2018). Jawa Barat sendiri dari
1
Jumlah penduduk 11.358.740 Jiwa, 27,60% dari total jumlah penduduk usia remaja
dan wanita usia subur berusia 10-24 tahun mengalami keputihan (Trisnawati, 2018).
Remaja Putri di Kabupaten Tasikmalaya yang berusia 10-19 tahun, berjumlah 145.871
jiwa (Badan Pusat Statistik, 2017). Hasil Penelitian Hoerunisa, Rahayu, Februanti,
(2019) di Tasikmalaya dari 90 orang sampel remaja yang diteliti, 24,4% mengalami
gejala keputihan patologis dan 75,6% menunjukan gejala keputihan fisiologis. Hasil
penelitian Oriza,N, Yulianti,R (2018), faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Darussalam Medan yaitu pengetahuan,
sikap, dan pemakaian pentyliners, dan cairan pembersih vagina. Menurut Marhaeni
(2016) faktor-faktor yang menjadi pemicu keputihan abnormal adalah kelelahan fisik,
ketegangan psikis, dan kebersihan diri. Keputihan fisiologis dan patologis mempunyai
dampak yang akan dirasakan remaja. Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak
nyaman sehingga mempengaruhi rasa percaya diri, keputihan patologis yang
berlangsung terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi, khususnya
bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas (Marhaeni, 2016).
Oleh karena itu, penanganan keputihan penting sekali dilakukan.
Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari dengan
menggunakan air daun sirih, kandungan daun sirih mengandung minyak atsiri
didalamnya terdapat polifenol yang mempunyai daya antiseptic dan mengandung
aroma atau wangi yang khas. Daun Sirih mengandung 30% polifenol sebagai agen
antibakteri berperan sebagai toksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel
bakteri, mengaktifkan enzim dan menyebabkan bakteri mati (Suparni, 2012).
Penanganan non farmakologi lain yang pernah dilakukan oleh Puspita, R,
Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan rebusan
daun binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman
Binahong diketahui mengandung polifenol, flavonoid, dan saponin triterponid.
Flavonoid dalam daun Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki
aktivitas farmakologi sebagai anti inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella,
2012). Saponin triterponid yang terkandung dalam daun binahong adalah glikosida
yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme
dari penghambatan pertumbuhan mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh
senyawa polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak
komponen penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel menyebabkan permeabilitas membrane

2
sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim intraseluler dan menyebabkan
masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada akhirnya akan
mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Anwar,T, Soleha,T, 2016).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan dengan
memberikan air rebusan daun binahong.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan asuhan kebidanan pada remaja
b. Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan
c. Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan dengan
memberikan air rebusan daun binahong.

C. Manfaat
Menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan
keputihan untuk diterapkan ketika menjalankan praktek kebidanan di fasilitas
kesehatan.

BAB II

3
TINJAUAN PUSTAKA

A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa

Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.

Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa

remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap

sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).

Remaja berasal dari Bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh ke

arah kematangan, baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis . Masa remaja

adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa masa transisi yang

ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Widyastuti, dkk. 2009).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,

emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu

periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa

pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa

(Widyastuti, dkk. 2009).

Pada 1974, WHO (World Health Organization) dalam Widyastuti (2009)

memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi

tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,

sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah

suatu masa di mana Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

1) Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi

dari kanak-kanak menjadi dewasa.

4
2) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh

kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2010).

2. Karakteristik Remaja

Menurut Depkes RI (2007) dalam Sarwono (2010) , masa remaja dibedakan

menjadi 3 yaitu :

1) Masa remaja awal

Masa remaja awal yaitu umur 10-13 tahun. Yang ciri-cirinya sebagai berikut :

(a) Cemas terhadap penampilan badannya yang berdampak pada meningkatnya

kesadaran diri.

(b) Perilaku memberontak membuat remaja sering konflik dengan lingkungannya.

(c) Teman lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode

teman sebayanya.

2) Masa remaja tengah

Masa remaja tengah yaitu umur 14-16 tahun yang ciri-cirinya sebagai berikut :

(a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran

untuk menerima pendapat orang lain.

(b) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi

tidak menjerumus serius.

(c) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin

banyak menghabiskan waktu bersama teman teman.

3) Masa remaja akhir

Masa remaja akhir yaitu umur 17-19 tahun yang ciri-cirinya agai berikut :

(a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik maupun agama.

(b) Lebih mampu membuat hubungan stabil dengan lawan jenis berdampak

mempunyai pasangan yang lebih serius dan banyak menyita waktu.

5
(c) Merasa sebagai orang yang dewasa berdampak cenderung mengemukakan

pengalaman yang berbeda dengan orang tuanya

3. Perubahan Fisik Pada Remaja

Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak

berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal

dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada

perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu

secara seksual menjadi matang dan mampu memperbaiki keturunan (Hurlock,

1980).

Pada saat memasuki pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai

pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua

remaja normal, yang membedakan hanyalah awal mulainya. Mungkin ada

remaja laki-laki yang sudah mulai tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya

belum mengalaminya. Perbedaan seperti itu membuat remaja lainnya risau,

tetapi apabila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal

dan akan mengejar ketinggalan pertumbuhan tersebut (Sarwono, 2010).

Perubahan Fisik Remaja Putri: Pertumbuhan payudara 7-13 tahun, Pertumbuhan

rambut kemaluan 7-14 tahun, Pertumbuhan badan /tubuh 9,5-14,5 tahun,

Menarche 10-16,5 tahun, Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah tumbuhnya

rambut pubis (Sarwono, 2010). Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan

tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

a) Tanda-tanda seks primer


Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun

tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus
6
pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun

rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi

pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari

serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari

uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini

berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa

terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).

b) Tanda-tanda seks sekunder


Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada

wanita antara lain:

1. Rambut. Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti

halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi

setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan

bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali

rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian

menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

2. Pinggul. Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan

membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul

dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

3. Payudara. Seiring pinggul membesar, maka payudara juga

membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara

harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya

kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih

bulat.

7
4. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar,

lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-

laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.

5. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat. Kelenjar lemak dan kelenjar

keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat

menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk

sebelum dan selama masa haid.

6. Otot. Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan

kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

7. Suara. Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi

pada wanita.

Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah

pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan

pertumbuhan rambut kemaluan.

4. Perkembangan Psikis Remaja


Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa

remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja

adalah:

a) Perubahan emosi. Perubahan tersebut berupa kondisi:

1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan

sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering

terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan

luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi

8
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir

terlebih dahulu.

3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang

pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

b) Perkembangan intelegensia. Pada perkembangan ini menyebabkan

remaja:

1. Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka

memberikan kritik.

2. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

perilaku ingin mencoba-coba.

Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung

lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

5. Perkembangan Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti

belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Menurut Piaget (dalam

Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk

memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam

pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di

mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam

skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau

ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga

mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa

yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir

mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.


6.

9
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala

kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja

berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti

ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-

masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan

idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir

tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia); lebih mampu

menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain

pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan

memantau dunia sosial.

B. Keputihan
1. Pengertian Keputihan

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Penyebab
keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu.
Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium
tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada perempuan yang
terangsang pada waktu sanggama atau saat masa subur (ovulasi). Keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang sanggama,
mulut rahim, rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan
kelamin). Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti
perlu ditetapkan.

Oleh karena itu untuk menentukan penyakit dilakukan berbagai pemeriksaan


cairan yang keluar tersebut. Keputihan sebagai gejala penyakit dapat ditentukan
melalui berbagai pertanyaan yang mencakup kapan dimulai, berapa jumlahnya, apa
gejala penyertanya, (gumpalan atau encer, ada luka disekitar alat kelamin, pernah
disertai darah, ada bau busuk, menggunakan AKDR) adakah demam, rasa nyeri di
daerah kemaluan.

2. Etiologi Keputihan
1) Keputihan yang fisiologis terjadi pada:
10
a. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron sang ibu.
b. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid.
c. Setiap wanita dewasa yang mengalami kegairahan seksual, ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
d. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
e. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah ke daerah vagina dan
mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.

2) Keputihan patologis terjadi disebabkan oleh:


a. Infeksi Tubuh, akan memberikan reaksi terhadap mikroorganisme yang masuk
ini dengan serangkaian reaksi radang. Penyebab infeksi yakni:
 Jamur Candida albicans adalah jamur paling sering menyebabkan keputihan.
Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan infeksi jamur Candida sp.
seperti pemakaian obat antibiotika atau kortikosteroid yang lama, kehamilan,
kontrasepsi hormonal, penyakit diabetes mellitus, penurunan kekebalan tubuh
karena penyakit kronis, selalu memakai pakaian dalam ketat dan dari bahan
yang sukar menyerap keringat.
 Bakteri Bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah Gonococcus sp.
Clamydia trachomatis, Gardnerella sp. dan Treponema pallidum.
 Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis.
Penularannya yang paling sering adalah dengan koitus.
 Virus Sering disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes
simplex. HPV ditandai dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa
rasa gatal.
b. Benda asing Kondom yang tertinggal atau pesarium untuk penderita hernia atau
prolapse uteri dapat merangsang sekret vagina berlebih. Selain itu bisa juga
disebabkan oleh sisa pembalut atau kapas yang tertinggal.
c. Neoplasma jinak Keputihan yang timbul disebabkan oleh peradangan yang terjadi
karena pertumbuhan tumor jinak ke dalam lumen.
d. Kanker Gejala keputihan yang timbul ialah cairan yang banyak, berbau busuk,
serta terdapat bercak darah yang tidak segar. Darah yang keluar disebabkan oleh
tumor yang masuk ke dalam lumen saluran genitalia kemudian tumbuh secara cepat
dan abnormal, serta mudah rusak sehingga terjadi pembusukan dan perdarahan.

11
Biasanya darah keluar sesudah hubungan seks atau setelah melakukan penyemprotan
vagina/douching. Keputihan abnormal ini disertai rasa tidak enak di perut bagian
bawah, terjadi gangguan haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat serta
lesu, lemas dan tidak bugar.
e. Menopause Pada wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang sehingga
lapisan vagina menipis/menjadi kering, menyebabkan gatal yang memicu untuk
terjadinya luka kemudian infeksi. Namun keputihan juga bisa muncul bercampur
darah (senile vaginitis).

3. Klasifikasi keputihan

Klasifikasi keputihan ada dua yaitu:

1) Keputihan fisiologis

Berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang.

2) Keputihan Patologis

Cairan eksudat yang berwarna, mengandung banyak leukosit, jumlahnya berlebihan,


berbau tidak sedap, terasa gatal atau panas, sehingga seringkali menyebabkan luka akibat
garukan di daerah mulut vagina. Warna pengeluaran dari vagina akan berbeda sesuai
penyebab dari keputihan,

4.Predisposisi Keputihan

Faktor risiko keputihan yang menyebabkan infeksi jamur candida, antara

lain:

1) Menggunakan obat antibiotik

2) Menggunakan kontrasepsi oral

3) Menderita kencing manis

4) Kehamilan

5) Menggunakan celana dalam ketat atau yang berbahan nilon

6) Menggunakan bilasan vagina

7) Mengkonsumsi makanan yang berkadar gula tinggi

12
8) Kegemukan

5. Patogenesis Keputihan

Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin
wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus
maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau
lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH
vagina basa. Keadaan vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina.

6.Dampak keputihan

Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan sebagai berikut:

1) Gangguan psikologis

Respon psikologis seseorang terhadap keputihan akan menimbulkan kecemasan yang


berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta tidak percaya diri dalam menjalankan
aktifitasnya sehari-hari.

2) Penyakit infeksi pada alat kelamin

a) Infeksi vagina (vulvitis) diabetika

Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat
disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relative gemuk. Pada
pemeriksaan laboratorium di jumpai penyakit kencing manis (diabetes mellitus) .

b) Infeksi liang sanggama (vaginitis)

Di dalam liang sanggama hidup bersama bakteri saling menguntungkan beberapa bakteri
yaitu basil doderlein, stafilokokus, dan streptopkokus, serta basil difteroid. Secara umum
gejala infeksi liang sanggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran
cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak merah
membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.

c) Infeksi spesifik vagina


13
Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trichmonas vaginalis, dengan gejala
leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal, dan rasa terbakar. Cara penularan utama
dengan hubungan seksual. Pengobatan dengan antibiotic metronidazole untuk suami dan istri
secara bersamaan. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, infeksi ini disebabkan oleh
jamur candida albicans. Candida albicans merupakan jamur yang pertumbuhannya cepat
yaitu sekitar 48-72 jam Keputihan yang berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal. Pada
dinding vagina terdapat selaput yang melekat dan bila dikorek mudah berdarah.
Pengobatannya dengan mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan ke dalam liang
sanggama selama beberapa minggu dan suaminya juga mendapat pengobatan.

d) Servisitis akuta

Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan
seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan
streptokokus. Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan
bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi
ini dengan memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan.

e) Servisitis menahun (kronis)

Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat
perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit
atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini
dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai, pada mulut rahim luka local disembuhkan dengan cairan butyl tingtura, cairan
nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya
(crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari
keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.

f) Penyakit radang panggul (pelvic inflammantory disease)

Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai
penyakit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tanda tandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,
mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan infeksi genitalia ini lebih
akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk memungkinkan keganasan.
14
7.Komplikasi Keputihan

Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate sekitar vulva.
Keputihan yang sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari penyakit radang panggul
(Pelvic Inflammatory Disease).

8.Pencegahan keputihan

Tindakan pencegahan keputihan dapat dilakukan seperti berikut:

1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.

2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.

3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lengkap misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana yang terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.

4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.

5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.

6) Hindari penggunaan bedak talcum, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.

7) Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam


perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum
atau membiasakan untuk mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

9. Pengobatan Keputihan

Keputihan dapat diobati dengan cara berikut:

Untuk memberantas penyebab keputihan obatnya adalah

a. Obat untuk trichomoniasis: metronidazole

15
b. Obat candidiasis: nystatin (pemberian oral maupun local).

c. Obat untuk bacterial vaginosis: metronidazole, ampisilin, pemakaian betadin vagina gel.

d. Gonore: obat lain seperti: urfamisin (diminum); kanamisin dan ceftriaxone (suntikan); obat
penicillin secara suntikan.

10. Penanganan non farmakologis

Sesuai dengan peraturan mentri kesehatan, pengobatan komplementer tradisional altrnatif


(Complementary Alternative Medicine/CAM) didefinisikan sebagai pengobatan
nonkonvensional yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat. Tindakan pengobatan
komplementer tradisional alternatif meliputi upaya promotif, preventif, curative, dan
rehabilitative. Upaya upaya ini didapatkan melalui pendidikan terstruktur berkualitas, aman,
dan efektif berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik. Hal ini berarti, pengobatan
komplementer sudah diakui dan dapat dipakai sebagai pendamping terapi konvensional atau
medis. Jenis jenis obat dalam pengobatan komplementer menggunakan bahan bahan dari
alam. Bahan bahan tersebut harus dikaji dan diteliti terlebih dahulu efektivitas dan
keamanannya. Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari dengan
menggunakan air daun sirih, kandungan daun sirih mengandung minyak atsiri didalamnya
terdapat polifenol yang mempunyai daya antiseptic dan mengandung aroma atau wangi yang
khas. Daun Sirih mengandung 30% polifenol sebagai agen antibakteri berperan sebagai toksin
yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel bakteri, mengaktifkan enzim dan menyebabkan
bakteri mati (Suparni, 2012). Penelitian non farmakologi lain yang pernah dilakukan oleh
Puspita, R, Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan
rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman
Binahong diketahui mengandung polifenol, flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid
dalam daun Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi
sebagai anti inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang
terkandung dalam daun binahong adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti
virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan
mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh senyawa polifenol, saponin dan flavonoid
secara umum adalah dengan cara merusak komponen penyusunan peptidoglikan pada sel
bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel
menyebabkan permeabilitas membrane sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim
intraseluler dan menyebabkan masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada
akhirnya akan mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS, Wahono dan
16
Hanafi, 2012). Penelitian lain yang dilakukan oleh Raden Roro siti hatati surjantini (2018)
yang berjudul efektivitas air rebusan simplisia daun binahong (Anredera Cordifolia (Tenore)
Steen) untuk penyembuhan luka perineum pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota
Kisaran barat didapatkan hasil bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat
kesembuhan luka perineum. Daun Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal
bebas atau antioksidan. Pada Daun Binahong termasuk family basellaceae yang mempunyai
kandungan asam askorbat senyawa polifenol. Senyawa ini sangat baik untuk membantu
melawan berbagai infeksi bakteri gram positif dan negative dan dapat digunakan pada
penyakit menular seksual yang mengalami keputihan (Anwar,T, Soleha,T, 2016) . Cara
menggunakan larutan daun binahong tersebut sebagai berikut:

a. Siapkan Daun Binahong 7 lembar atau kurang lebih 10 gr.


b. Cuci Daun Binahong dengan air bersih yang mengalir
c. Rebus daun binahong dengan air bersih sebanyak 500 cc air, menggunakan panci
dengan api besar rebus selama 15 menit.
d. Sesudah mendidih, tunggu sampai Air Daun Binahong agak dingin/hangat kuku
e. Kemudian pakai untuk membersihkan vagina 2 kali sehari, selama 5 hari berturut-turut
(Puspita, Machmudah, Sayono 2016).

BAB III

Asuhan Kebidanan Pada Remaja Putri Nn. N Umur 18 Tahun Dengan Keputihan

Siswi Kelas XI SMK AL HASANAH Kecamatan Gunung Tanjung

Kabupaten Tasikmalaya

Tanggal : 29 September 2019

Waktu : Pk. 10.00 WIB

Tempat : UPTD Puskesmas Salopa

Pengkaji : Fera Mutiarawati

17
I. PENGKAJIAN
Identitas Remaja

Nama : Nn. Novi

Umur : 18 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : Masih Sekolah Kelas XI

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Kp. Jayawangi Rt 06/01 Desa Karyawangi Kecamatan Salopa

Kabupaten Tasikmalaya 46192

Data Subjektif

a. Mengalami keputihan sejak 1 Minggu yang lalu, Keputihan berwarna putih, tidak
gatal dan tidak panas, berbau amis, Keputihan banyak saat akan menstuasi dan terasa
tidak nyaman.
b. Menarche pada usia 10 tahun.
c. Haid atau menstruasi bulan sebelumnya tanggal 12 September 2020, biasanya
menstruasi selama 7 (Tujuh) hari, Ada nyeri haid, Nyeri haid sedang, tidak
mengganggu aktivitas.
d. Klien juga mengatakan sebelumnya dia tidak mengetahui apa itu keputihan.
Merasa khawatir dengan keadaannya, Tidak pernah mengeringkan vagina setelah
BAB/ BAK sebelum memakai celana dalam.
e. Tidak mengetahui bahwa bahan dari celana dalam sangat berpengaruh dengan
keputihan. Menggunakan celana dalam bahan jersey.
f. Tidak memiliki riwayat penyakit kronis yang akan mempengaruhi timbulnya
keputihan.
g. Kebiasaan mulai tidur Pk. 22.00/23.00 Bangun Pk. 04.00, kurang lebih tidur 5-6 jam
perhari kadang tidur siang, Aktivitas mengaji dipesantren sampai malam.
h. Kurang suka makan sayur, Kadang makan sayuran, lebih suka goreng-gorengan,

Biasa makan dipesantren dengan oseng-oseng.


i.
Data Objektif

KU Baik, Kesadaran Composmentis, TB: 147,3 cm, BB: 42 kg, LILA 22 cm,
18
TD : 100/70 mmHg, N : 88 x/Menit, P : 24 x/Menit, S : 37,3˚C.

Rambut Bersih, normal, Mata Simetris, Sklera Putih, Konjungtiva merah muda, Telinga
Simetris, Bersih, Hidung Simetris, Bersih, tidak ada polip, Mulut, Warna bibir merah muda,
Gigi Geraham bawah kiri caries 1 (satu), Lidah warna merah muda, bersih, tonsil tidak
membesar, Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena juguralis,
Bunyi pernafasan vesikuler, tidak ada batuk, Payudara putting menonjol, tidak ada benjolan di
kedua payudara, Abdomen datar, tidak ada luka bekas operasi, Bising usus ada, Kaki bebas
bergerak, tidak ada varices, Tangan bebas bergerak, normal, Genetalia: Bersih, tidak ada
pengeluaran cairan,Anus, tidak ada Haemorroid.

Pemeriksaan Penunjang: HB 14,8gr%, Golongan darah: B+.

Analisa

Nn. N umur 18 Tahun dengan Keputihan Fisiologis.

Penatalaksanaan

1) Memberitahu tentang hasil pemeriksaan kepada Nn. N, Klien mengerti.


2) Memberikan informasi tentang Keputihan, Keputihan yang dialami klien adalah
keputihan fisiologis, atau normal, Klien mengerti.
3) Memberikan Konseling tentang tindakan pencegahan keputihan yang bisa dilakukan,
yaitu:
a. Menjaga Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat yang
cukup, 7-8 jam perhari, sebaiknya tidur siang karena klien tidur malam hanya 5
jam/hari, hindari asap rokok serta hindari stress berkepanjangan.
b. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering
dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang
menyerap keringat, hindari pemakaian celana yang terlalu ketat. Biasakan untuk
mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya atau paling lama dipakai 4 jam,
untuk mencegah bakteri berkembang biak.
c. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah
depan ke belakang.
d. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat
mematikan flora normal vagina. Jika perlu, konsultasi medis dahulu sebelum
menggunakan cairan pembersih vagina.

19
e. Hindari penggunaan bedak/talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
d. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak duduk di atas kloset di
WC umum atau membiasakan untuk mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
e. Memberikan informasi tentang perawatan kebersihan diri daerah kemaluan dengan
cebok menggunakan Air Rebusan Daun Binahong.

Cara menggunakan Rebusan Air daun binahong tersebut sebagai berikut:

a. Siapkan Daun Binahong 7 lembar atau kurang lebih 10 gr.


b. Cuci Daun Binahong dengan air bersih yang mengalir
c. Rebus daun binahong dengan air bersih sebanyak 500 cc air, menggunakan panci
dengan api besar rebus selama 15 menit.
d. Sesudah mendidih, matikan api, tunggu sampai Air Daun Binahong agak
dingin/hangat kuku
e. Kemudian pakai untuk membersihkan vagina 2 kali sehari, selama 5 hari berturut-
turut (Puspita, Machmudah, Sayono, 2016).

Setelah mendapatkan penjelasan tentang mencegah Keputihan dengan Cebok Air


Rebusan Daun Binahong, Klien Berjanji akan melaksanakannya di rumah.

4). Berkolaborasi dengan Petugas Laboratorium untuk pemeriksaan HB, Golongan darah,
hasil terlampir.

20
BAB IV

PEMBAHASAN

1) Data Subjektif
Data subjektif menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa data
subjektif yang dapat secara langsung dari pasien diantaranya adalah klien mengatakan
sudah terjadi keputihan selama 1 (satu) minggu terakhir, Keputihan berwarna putih, tidak
gatal dan tidak panas, berbau amis, Keputihan banyak saat akan menstruasi dan terasa
tidak nyaman. Merasa sangat khawatir dengan keadaannya. Klien tidak tahu tentang
keputihan, Pada saat BAB/BAK tidak dikeringkan setelah cebok langsung menggunakan
celana dalam. Pasen juga kurang tidur malam hanya 5 jam sehari karena aktivitasnya
mengikuti pengajian. Gusti Ayu Marhaeni (2016) dalam jurnal review nya menyebutkan
penyebab keputihan yaitu kurangnya menjaga kebersihan genitalia, serta pada saat mereka
dalam keadaan stress, kelelahan dan kurang tidur juga dapat menyebabkan keputihan.
Keputihan ada 2 macam fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis terjadi pada saat

21
subur, serta saat sesudah dan sebelum menstruasi yang memiliki ciri-ciri: keputihan
encer, bening, tidak berbau dan tidak gatal (Nadesul, 2010).

2. Data Objektif
Data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium, dan tes diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan (Sondakh, 2013). Pada teori asuhan kebidanan keputihan meliputi
pemeriksaan keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan visual genetalia dan pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa Pemeriksaan Tanda-Tanda vital
normal, Keputihan pada saat sebelum menstruasi fisiologis terjadi.

3. Analisa Data

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan. Diagnosa kebidanan sendiri didapat dari data dasar yang terdiri dari data
subjektif dan data objektif. Diagnosa yang ditegakkan adalah Nn.”N” dengan keputihan
fisiologis. Dari data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa Nona N sedang
mengalami keputihan fisiologis, keputihan fisiologis terjadi pada saat masa subur, serta
saat sesudah dan sebelum menstruasi yang memiliki ciri-ciri: keputihan encer, bening,
tidak berbau dan tidak gatal (Nadesul, 2010) tetapi bisa menjadi patologis karena kurang
pengetahuan tentang keputihan dan kurang menjaga kebersihan daerah
kemaluan /Personal Hygiene nya.

4. Penatalaksanaan
Menurut (Sondakh, 2013) planning menggambarkan pendokumentasian tindakan dan
evaluasi perencanaan, implementasi berdasarkan pengumpulan data subjektif, objektif dan
analisa sesuai kebutuhan pasien. Planning pada kasus ini memberikan pendidikan kesehatan
tentang keputihan, dimana pendidikan kesehatan ini untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri, dalam mengubah,
menumbuhkan dan mengembangkan perilaku positif. Pendidikan kesehatan bermanfaat untuk
membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan cara memengaruhi,
memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan
mereka sendiri (Maulana, 2009). Menurut Marhaeni (2016) hal yang dapat dilakukan dalam
mencegah keputihan antara lain menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian vulva
(bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering harus dilakukan untuk
mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur. Remaja juga sebaiknya menggunakan sabun non
parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina. Menghindari penggunaan
22
cairan pembersih kewanitaan yang mengandung bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu
dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau
bakteri. Hasil penelitian Azizah, N, Widiawati, Ika (2015) 54 % remaja memiliki praktik
cebok yang kurang baik, dan 72% responden remaja memiliki keputihan patologis dan
memiliki pengetahuan yang kurang tentang personal hygiene, semakin kurang pengetahuan
tentang personal hygene, maka semakin beresiko terjadi keputihan patologis. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Komariah dan Widaningsih (2018) bahwa remaja putri yang personal
hygene nya kurang beresiko mengalami keputihan sebesar 9,750 kali lebih besar
dibandingkan dengan remaja putri yang personal hygene nya baik. Praktik cebok pada
perawatan personal hygene sangat mempengaruhi adanya keputihan, baik pada keputihan
fisiologis, dan untuk mencegah tidak menjadi keputihan patologis. Cebok/membersihkan
vagina dengan Air rebusan daun binahong bisa mencegah adanya keputihan, hal ini
didapatkan dari hasil penelitian Puspita, Machmudah dan Sayono (2016) selain itu hasil
pengujian juga didapatkan bahwa adanya pengaruh cebok dengan air rebusan daun binahong
untuk mengurangi keputihan patologis. Tanaman Binahong diketahui mengandung polifenol ,
flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong mengandung senyawa
polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti inflamasi, analgetik dan
antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang terkandung dalam daun binahong
adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016).
Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan mikroorganisme penyebab keputihan patologis
oleh senyawa polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak
komponen penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel menyebabkan permeabilitas membrane sel akan
berubah sehingga menghambat kerja enzim intraseluler dan menyebabkan masuknya air
secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada akhirnya akan mengakibatkan kematian
bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS, Wahono dan Hanafi,2012). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Raden Roro siti hatati surjantini (2018) yang berjudul efektivitas air rebusan
simplisia daun binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) untuk penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota Kisaran barat didapatkan hasil
bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat kesembuhan luka perineum. Daun
Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal bebas atau antioksidan. Pada Daun
Binahong termasuk family basellaceae yang mempunyai kandungan asam askorbat senyawa
polifenol. Senyawa ini sangat baik untuk membantu melawan berbagai infeksi bakteri gram
positif dan negative dan dapat digunakan pada penyakit menular seksual yang mengalami

23
keputihan (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Selain Daun, bagian tanaman binahong yang
bermanfaat sebagai obat yaitu rhizome dan akarnya.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang
meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral
dan perkembangan seksual. Salah satu masalah reproduksi pada remaja wanita adalah
keputihan.

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari lubang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Keputihan dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan diantaranya gangguan
psikologis seperti kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta
tidak percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari dan penyakit infeksi pada
alat kelamin.

24
Asuhan komplementer yang dapat dilakukan dalam kasus keputihan pada
remaja yaitu dengan menggunakan rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif
dalam mengurangi keputihan. Tanaman Binahong diketahui mengandung polifenol
,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong mengandung
senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti inflamasi, analgetik
dan antioksidan. Saponin triterponid yang terkandung dalam daun binahong adalah
glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus.

B. Saran
Diharapkan remaja dapat aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan diri dan
keluarga, tidak hanya dari tenaga kesehatan tetapi juga dari media lainnya, sehingga
dengan kepedulian pada kesehatan, derajat kesehatan remaja masyarakat akan semakin
meningkat.

Daftar Pustaka

Ali, M. & Asrori, M.(2006).Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.

Anwar,T Meutia, Soleha,T,Umiana. 2016.Manfaat Daun Binahong (Anredera Cordifolia)


sebagai terapi Acne
Vulgarishttps://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/906 . Di Unduh
Tanggal 23 September 2020.
Ayuningtyas, F.I., 2019. Kebidanan Komplementer Terapi Komplementer dalam Kebidanan.
Yogyakarta : Pustaka baru Press.
Azizah, N, Widiawati, Ika (2015) Karakteristik Remaja Putri Dengan Kejadian Keputihan Di
SMK Muhammadiyah Kudus.https://www.google.com/search?q=Azizah%2C+N
%2C+Widiawati%2C+Ika+(2015)&oq=Azizah%2C+N%2C+Widiawati
%2C+Ika+(2015)&aqs=chrome..69i57.1442j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8 Di Unduh
Tanggal 23 September 2020.
Komariah dan Widaningsih (2018).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Keputihan pada Remaja Putri Kelas XI di SMAN 1 Tambelang
Bekasi.http://ecampus.imds.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/671/1597818528865_Ar
i%20Komariah%20120215884.pdf?sequence=1&isAllowed=y. Di Unduh pada Tanggal 23
September 2020.
25
Departemen Kesehatan, 2015. Asuhan Kesehatan Reproduksi Pada Remaja. Jakarta: Buletin
Departemen Kesehatan RI.
Febryany, D. R.,Astuti, S, & Hartinah,H. 2018.Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Prilaku
Remaja Putri dalam Penanganan Keputihan di Desa Cilayung. Jurnal System Kesehatan 2
(1).
Hoerunisa, A. Rahayu,ND, Februanti, S. (2019).Gambaran Kejadian Patologis Pada
Mahasiswi Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya. https://www.google.com/search?
safe=strict&sxsrf=ALeKk02cTZpd_mnbbzN59dmi7RRgqpW58A
%3A1601019069025&ei=vZxtX6l53r7ctQa3qfoBw&q=Hoerunisa%2C+A.+Rahayu%2CND
%2C+Februanti%2C+S.+
%282019%29.+Gambaran+Kejadian+Patologis+Pada+Mahasiswi+Poltekkes+Kemenkes+Tas
ikmalaya.&oq Di Unduh Tanggal 23 September 2020.
Hurlock, E.B., 2010. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan, Edisi Kelima,. Jakarta: Elangga.
Jahja, Yudrik. 2012. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
Oriza,N, Yulianti,R tahun.2018.Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Keputihan Pada
Remaja Putri Di SMA Darussalam
Medan.http://ejournal.helvetia.ac.id/index.php/jbk/article/view/3954 diunduh tanggal 23
September 2020.
Manuaba, I. 2009. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan (3rd ed,: S, P.barus,ed.). Jakarta:EGC.
Maulana, HDJ. 2009..Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.
Marhaeni, Gusti, Ayu,. 2016. Keputihan Pada Wanita.https://ejournal.poltekkes-
denpasar.ac.id/index.php/JSH/article/view/67. Di Unduh Tanggal 23 September 2020.
Nadesul, H. 2010. Cantik Cerdas dan Feminim Kesehatan Perempuan Sepanjang Masa (1st
ed: J. Kustana,ed). Jakarta: PT Kompas : Media Nusantara.
Pitriani,R. 2020.Asuhan Kebidanan pada Remaja Putri dengan Keputihan.
ile:///C:/Users/ASUS/Downloads/Documents/151-Article%20Text-306-1-10-20200618.pdf.
Di Unduh Tanggal 23 September 2020.
Puspita, R, Macmudah, Sayono,. 2016.Cebok dengan air rebusan daun binahong dapat
mencegah terjadinya keputihan patologis pada remaja di pesantren Al izzah demak. http:
http://ejournal.stikestelogorejo.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/523. Di unduh
pada tanggal 23 September 2020.
Raden Roro siti hatati surjantini.(2018).Efektifitas Air Rebusan Simplisia Daun Binahong
(Anredera Cordifolia (ten) Steen) Untuk Penyembuhan Luka Perineum Pada Ibu Nifas di
Klinik Murniati Kecamatan Kota Kisaran Barathttp://forikes-
ejournal.com/index.php/SF/article/view/9302. Di Unduh Tanggal 23 September 2020.
Ratna D,Wahyudi PS, Wahono, S dan Hanafi, M. 2012.Antioxidant Activity Of Flavonoid
From Anredera Cordifolia (Ten) Steni Leaves. International Research Journal of pharmacy.
Faculty of Matemathic and Sciene, University of Indonesia.

26
Sarwono, SW. 2010. Psikologi Remaja. Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong Cetakan ke 1. Klaten : Cable Book.
Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (16th ed.S.dan
R.A.Carolina. ed.). Jakarta: Erangga.
Suparni, 2012.Herbal Nusantara.Yogyakarta: Rapha Publishing.
Susetya, D.2012. Khasiat dan manfaat Daun Ajaib Binahong.Yogyakarta: Baru press.
Trisnawati, I, 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputihan Patologis Pada
Wanita Usia Subur Yang Bekerja Di PT Unilever Bekasi.https://www.google.com/search?
q=Trisnawati%2C+I%2C+2018.+Faktor-
Faktor+Yang+Berhubungan+Dengan+Keputihan+Patologis+Pada+Wanita+Usia+Subur+Yan
g+Bekerja+Di+PT+Unilever+Bekasi. Di Unduh Tanggal 23 September 2020.
Widyastuti,Y. dkk. 2009.Kesehatan Reproduksi. Fitramaya, Yogyakarta.

27

Anda mungkin juga menyukai