PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan
fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
(Widyastuti, dkk. 2009).
Keputihan merupakan Kondisi yang sering dialami oleh seluruh wanita
sepanjang siklus kehidupannya mulai dari masa remaja, reproduksi maupun masa
menopouse. Remaja putri yang baru memasuki masa pubertas terjadi perubahan
pada diri mereka. Masa pubertas ditandai dengan matangnya organ reproduksi.
Kematangan organ reproduksi akan menjadi faktor pencetus keputihan atau fluor
Albus bagi remaja putri terutama masa sebelum dan sesudah haid (Pitriani, 2020).
Keputihan atau Leukoroea atau Fluor Albus atau Vaginal Discharge
merupakan semua pengeluaran dari kemaluan yang bukan darah. Keputihan
merupakan salah satu tanda dari proses ovulasi yang terjadi di dalam tubuh, selain itu,
keputihan merupakan tanda dari penyakit (Manuaba, 2009). Keputihan patologis
terjadi disebabkan oleh: Jamur Candida albicans adalah jamur paling sering
menyebabkan keputihan, bakteri yang dapat menyebabkan keputihan adalah
Gonococcus sp. Clamydia trachomatis, Gardnerella sp. dan Treponema pallidum,
parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomonas vaginalis,
penularannya yang paling sering adalah dengan hubungan seksual, Virus Sering
disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) dan Herpes simplex. HPV ditandai
dengan kondiloma akuminata, cairan berbau dan tanpa rasa gatal.
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 5 % remaja didunia
terjangkit PMS dengan gejala keputihan setiap tahunnya dan sebesar 75% wanita
diseluruh dunia setidaknya mengalami Candidiasis atau penyebab keputihan
sebanyak satu kali dalam seumur hidupnya (Febryany,Astuti,Hartinah, 2018).
Tahun 2015 sekitar 70% remaja putri mengalami masalah Keputihan
(Departemen Kesehatan, 2015). Data Statistik mengatakan di Indonesia tahun 2013
dari 45,3 Jiwa remaja yang berusia 15-24 tahun berprilaku tidak sehat. 30 Juta Jiwa
remaja yang berusia 15-24 tahun 83,3% pernah berhubungan seksual yang merupakan
salah satu penyebab terjadinya keputihan (Trisnawati, 2018). Jawa Barat sendiri dari
1
Jumlah penduduk 11.358.740 Jiwa, 27,60% dari total jumlah penduduk usia remaja
dan wanita usia subur berusia 10-24 tahun mengalami keputihan (Trisnawati, 2018).
Remaja Putri di Kabupaten Tasikmalaya yang berusia 10-19 tahun, berjumlah 145.871
jiwa (Badan Pusat Statistik, 2017). Hasil Penelitian Hoerunisa, Rahayu, Februanti,
(2019) di Tasikmalaya dari 90 orang sampel remaja yang diteliti, 24,4% mengalami
gejala keputihan patologis dan 75,6% menunjukan gejala keputihan fisiologis. Hasil
penelitian Oriza,N, Yulianti,R (2018), faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian keputihan pada remaja putri di SMA Darussalam Medan yaitu pengetahuan,
sikap, dan pemakaian pentyliners, dan cairan pembersih vagina. Menurut Marhaeni
(2016) faktor-faktor yang menjadi pemicu keputihan abnormal adalah kelelahan fisik,
ketegangan psikis, dan kebersihan diri. Keputihan fisiologis dan patologis mempunyai
dampak yang akan dirasakan remaja. Keputihan fisiologis menyebabkan rasa tidak
nyaman sehingga mempengaruhi rasa percaya diri, keputihan patologis yang
berlangsung terus menerus akan mengganggu fungsi organ reproduksi, khususnya
bagian saluran indung telur yang dapat menyebabkan infertilitas (Marhaeni, 2016).
Oleh karena itu, penanganan keputihan penting sekali dilakukan.
Keputihan bisa dikurangi dengan mencuci vagina beberapa kali sehari dengan
menggunakan air daun sirih, kandungan daun sirih mengandung minyak atsiri
didalamnya terdapat polifenol yang mempunyai daya antiseptic dan mengandung
aroma atau wangi yang khas. Daun Sirih mengandung 30% polifenol sebagai agen
antibakteri berperan sebagai toksin yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel
bakteri, mengaktifkan enzim dan menyebabkan bakteri mati (Suparni, 2012).
Penanganan non farmakologi lain yang pernah dilakukan oleh Puspita, R,
Macmudah, dan Sayono (2016), keputihan pada remaja bisa menggunakan rebusan
daun binahong sebagai salah satu alternatif dalam mengurangi keputihan. Tanaman
Binahong diketahui mengandung polifenol, flavonoid, dan saponin triterponid.
Flavonoid dalam daun Binahong mengandung senyawa polifenol yang memiliki
aktivitas farmakologi sebagai anti inflamasi, analgetik dan antioksidan (Shabella,
2012). Saponin triterponid yang terkandung dalam daun binahong adalah glikosida
yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Mekanisme
dari penghambatan pertumbuhan mikroorganisme penyebab keputihan patologis oleh
senyawa polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak
komponen penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel
tidak terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel menyebabkan permeabilitas membrane
2
sel akan berubah sehingga menghambat kerja enzim intraseluler dan menyebabkan
masuknya air secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada akhirnya akan
mengakibatkan kematian bakteri tersebut (Anwar,T, Soleha,T, 2016).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan dengan
memberikan air rebusan daun binahong.
2. Tujuan khusus
a. Memberikan asuhan kebidanan pada remaja
b. Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan
c. Memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan keputihan dengan
memberikan air rebusan daun binahong.
C. Manfaat
Menambah pengetahuan dalam memberikan asuhan kebidanan pada remaja dengan
keputihan untuk diterapkan ketika menjalankan praktek kebidanan di fasilitas
kesehatan.
BAB II
3
TINJAUAN PUSTAKA
A. Remaja
1. Pengertian Remaja
Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa
Latin adolescare yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.
Bangsa primitif dan orang-orang purbakala memandang masa puber dan masa
remaja tidak berbeda dengan periode lain dalam rentang kehidupan. Anak dianggap
sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan reproduksi (Ali & Asrori, 2006).
arah kematangan, baik kematangan fisik, sosial maupun psikologis . Masa remaja
adalah periode peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa masa transisi yang
ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis (Widyastuti, dkk. 2009).
Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik,
emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun, adalah suatu
periode masa pematangan organ reproduksi manusia, dan sering disebut masa
pubertas. Masa remaja adalah periode peralihan dari masa anak ke masa dewasa
memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi
tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi,
sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah
suatu masa di mana Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan
4
2) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh
2. Karakteristik Remaja
menjadi 3 yaitu :
Masa remaja awal yaitu umur 10-13 tahun. Yang ciri-cirinya sebagai berikut :
kesadaran diri.
(c) Teman lebih penting sehingga remaja berusaha menyesuaikan dengan mode
teman sebayanya.
Masa remaja tengah yaitu umur 14-16 tahun yang ciri-cirinya sebagai berikut :
(a) Lebih mampu untuk berkompromi, berdampak tenang, sabar dan lebih toleran
(b) Mulai membina hubungan dengan lawan jenis berdampak berpacaran tetapi
(c) Mulai membutuhkan lebih banyak teman dan solidaritas berdampak ingin
Masa remaja akhir yaitu umur 17-19 tahun yang ciri-cirinya agai berikut :
(a) Ideal berdampak cenderung menggeluti masalah sosial politik maupun agama.
(b) Lebih mampu membuat hubungan stabil dengan lawan jenis berdampak
5
(c) Merasa sebagai orang yang dewasa berdampak cenderung mengemukakan
berubah dari mahluk aseksual menjadi mahluk seksual. Kata pubertas berasal
dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada
perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu
1980).
Pada saat memasuki pubertas terjadi perubahan fisik yang bermakna sampai
pubertas terakhir dan berhenti pada saat dewasa, keadaan ini terjadi pada semua
remaja laki-laki yang sudah mulai tumbuh kumis tipis, sementara yang lainnya
tetapi apabila tidak terlalu jauh dengan temannya masih bisa dianggap normal
Menarche 10-16,5 tahun, Pertumbuhan bulu ketiak 1-2 tahun setelah tumbuhnya
tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus
6
pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun
serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari
uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini
bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali
menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.
bulat.
7
4. Kulit. Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar,
pada wanita.
pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan
adalah:
8
perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir
terlebih dahulu.
3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang
remaja:
memberikan kritik.
mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam
skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau
ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga
yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir
9
Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala
kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja
berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti
idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir
tentang ciri-ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia); lebih mampu
menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain
B. Keputihan
1. Pengertian Keputihan
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Penyebab
keputihan dapat secara normal (fisiologis) yang dipengaruhi oleh hormone tertentu.
Cairannya berwarna putih, tidak berbau, dan jika dilakukan pemeriksaan laboratorium
tidak menunjukkan ada kelainan. Hal ini dapat tampak pada perempuan yang
terangsang pada waktu sanggama atau saat masa subur (ovulasi). Keputihan abnormal
dapat terjadi pada semua infeksi alat kelamin (infeksi bibir kemaluan, liang sanggama,
mulut rahim, rahim dan jaringan penyangganya, dan pada infeksi penyakit hubungan
kelamin). Keputihan bukan penyakit tetapi gejala penyakit, sehingga sebab yang pasti
perlu ditetapkan.
2. Etiologi Keputihan
1) Keputihan yang fisiologis terjadi pada:
10
a. Bayi baru lahir kira-kira 10 hari, hal ini karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron sang ibu.
b. Masa sekitar menarche atau pertama kali datang haid.
c. Setiap wanita dewasa yang mengalami kegairahan seksual, ini berkaitan dengan
kesiapan vagina untuk menerima penetrasi saat senggama.
d. Masa sekitar ovulasi karena produksi kelenjar-kelenjar mulut rahim.
e. Kehamilan yang menyebabkan peningkatan suplai darah ke daerah vagina dan
mulut rahim, serta penebalan dan melunaknya selaput lendir vagina.
11
Biasanya darah keluar sesudah hubungan seks atau setelah melakukan penyemprotan
vagina/douching. Keputihan abnormal ini disertai rasa tidak enak di perut bagian
bawah, terjadi gangguan haid, sering demam, dan badan bertambah kurus, pucat serta
lesu, lemas dan tidak bugar.
e. Menopause Pada wanita menopause, hormon estrogen telah berkurang sehingga
lapisan vagina menipis/menjadi kering, menyebabkan gatal yang memicu untuk
terjadinya luka kemudian infeksi. Namun keputihan juga bisa muncul bercampur
darah (senile vaginitis).
3. Klasifikasi keputihan
1) Keputihan fisiologis
Berupa cairan jernih, tidak berbau dan tidak gatal, mengandung banyak epitel dengan
leukosit yang jarang.
2) Keputihan Patologis
4.Predisposisi Keputihan
lain:
4) Kehamilan
12
8) Kegemukan
5. Patogenesis Keputihan
Keputihan merupakan gejala dimana terjadinya pengeluaran cairan dari alat kelamin
wanita yang tidak berupa darah. Dalam perkembangan, alat kelamin wanita mengalami
berbagai perubahan mulai bayi hingga menopause. Keputihan merupakan keadaan yang dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Bila vagina terinfeksi kuman penyakit seperti jamur, parasit, bakteri, dan virus
maka keseimbangan ekosistem vagina akan terganggu, yang tadinya bakteri doderlein atau
lactobasillus memakan glikogen yang dihasilkan oleh estrogen pada dinding vagina untuk
pertumbuhannya dan menjadikan pH vagina menjadi asam, hal ini tidak dapat terjadi bila pH
vagina basa. Keadaan vagina basa membuat kuman penyakit berkembang dan hidup subur di
dalam vagina.
6.Dampak keputihan
1) Gangguan psikologis
Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat
disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relative gemuk. Pada
pemeriksaan laboratorium di jumpai penyakit kencing manis (diabetes mellitus) .
Di dalam liang sanggama hidup bersama bakteri saling menguntungkan beberapa bakteri
yaitu basil doderlein, stafilokokus, dan streptopkokus, serta basil difteroid. Secara umum
gejala infeksi liang sanggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran
cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan tampak merah
membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
d) Servisitis akuta
Infeksi dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan
seksual. Pada infeksi setelah keguguran dan persalinan disebabkan oleh stafilokokus dan
streptokokus. Gejala infeksi ini adalah pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan
bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar ke sekitarnya. Pengobatan terhadap infeksi
ini dengan memberi antibiotika dosis tepat dan menjaga kebersihan daerah kemaluan.
Infeksi ini dapat terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapat
perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejala infeksi ini adalah leukorea yang kadang sedikit
atau banyak, dapat terjadi perdarahan (saat hubungan seks). Pengobatan terhadap infeksi ini
dimulai dengan pemeriksaan setelah 42 hari setelah persalinan atau sebelum hubungan seks
dimulai, pada mulut rahim luka local disembuhkan dengan cairan butyl tingtura, cairan
nitrasargenti tingtura, dibakar dengan pisau listrik, termokauter, mendinginkannya
(crysurgery). Penyembuhan servisitis menahun sangat penting karena dapat menghindari
keganasan dan merupakan pintu masuk infeksi ke alat kelamin bagian atas.
Merupakan infeksi alat genital bagian atas wanita, terjadi akibat hubungan seksual.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun atau akhirnya akan menimbulkan berbagai
penyakit yang berakhir dengan terjadinya perlekatan sehingga dapat menyebabkan
kemandulan. Tanda tandanya yatu nyeri yang menusuk-nusuk bagian bawah perut,
mengeluarkan keputihan dan bercampur darah, suhu tubuh meningkat dan pernafasan
bertambah serta tekanan darah dalam batas normal. Penentuan infeksi genitalia ini lebih
akurat bila dilakukan pemeriksaan pap smear untuk memungkinkan keganasan.
14
7.Komplikasi Keputihan
Komplikasi keputihan ialah priuritas, eczema, dan condiloma acuminate sekitar vulva.
Keputihan yang sulit sembuh dapat menjadi komplikasi lanjut dari penyakit radang panggul
(Pelvic Inflammatory Disease).
8.Pencegahan keputihan
1) Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin, istirahat cukup, hindari rokok
dan alkohol serta hindari stress berkepanjangan.
2) Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah
penularan penyakit menular seksual.
3) Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak
lengkap misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat,
hindari pemakaian celana yang terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner
pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4) Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke
belakang.
5) Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan
flora normal vagina. Jika perlu konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6) Hindari penggunaan bedak talcum, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina
karena dapat menyebabkan iritasi.
9. Pengobatan Keputihan
15
b. Obat candidiasis: nystatin (pemberian oral maupun local).
c. Obat untuk bacterial vaginosis: metronidazole, ampisilin, pemakaian betadin vagina gel.
d. Gonore: obat lain seperti: urfamisin (diminum); kanamisin dan ceftriaxone (suntikan); obat
penicillin secara suntikan.
BAB III
Asuhan Kebidanan Pada Remaja Putri Nn. N Umur 18 Tahun Dengan Keputihan
Kabupaten Tasikmalaya
17
I. PENGKAJIAN
Identitas Remaja
Umur : 18 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Pelajar
Data Subjektif
a. Mengalami keputihan sejak 1 Minggu yang lalu, Keputihan berwarna putih, tidak
gatal dan tidak panas, berbau amis, Keputihan banyak saat akan menstuasi dan terasa
tidak nyaman.
b. Menarche pada usia 10 tahun.
c. Haid atau menstruasi bulan sebelumnya tanggal 12 September 2020, biasanya
menstruasi selama 7 (Tujuh) hari, Ada nyeri haid, Nyeri haid sedang, tidak
mengganggu aktivitas.
d. Klien juga mengatakan sebelumnya dia tidak mengetahui apa itu keputihan.
Merasa khawatir dengan keadaannya, Tidak pernah mengeringkan vagina setelah
BAB/ BAK sebelum memakai celana dalam.
e. Tidak mengetahui bahwa bahan dari celana dalam sangat berpengaruh dengan
keputihan. Menggunakan celana dalam bahan jersey.
f. Tidak memiliki riwayat penyakit kronis yang akan mempengaruhi timbulnya
keputihan.
g. Kebiasaan mulai tidur Pk. 22.00/23.00 Bangun Pk. 04.00, kurang lebih tidur 5-6 jam
perhari kadang tidur siang, Aktivitas mengaji dipesantren sampai malam.
h. Kurang suka makan sayur, Kadang makan sayuran, lebih suka goreng-gorengan,
KU Baik, Kesadaran Composmentis, TB: 147,3 cm, BB: 42 kg, LILA 22 cm,
18
TD : 100/70 mmHg, N : 88 x/Menit, P : 24 x/Menit, S : 37,3˚C.
Rambut Bersih, normal, Mata Simetris, Sklera Putih, Konjungtiva merah muda, Telinga
Simetris, Bersih, Hidung Simetris, Bersih, tidak ada polip, Mulut, Warna bibir merah muda,
Gigi Geraham bawah kiri caries 1 (satu), Lidah warna merah muda, bersih, tonsil tidak
membesar, Leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kelenjar limfe, dan vena juguralis,
Bunyi pernafasan vesikuler, tidak ada batuk, Payudara putting menonjol, tidak ada benjolan di
kedua payudara, Abdomen datar, tidak ada luka bekas operasi, Bising usus ada, Kaki bebas
bergerak, tidak ada varices, Tangan bebas bergerak, normal, Genetalia: Bersih, tidak ada
pengeluaran cairan,Anus, tidak ada Haemorroid.
Analisa
Penatalaksanaan
19
e. Hindari penggunaan bedak/talk, tisu atau sabun dengan pewangi pada daerah
vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
d. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam
perlengkapan mandi dan sebagainya. Sebisa mungkin tidak duduk di atas kloset di
WC umum atau membiasakan untuk mengelap dudukan kloset sebelum
menggunakannya.
e. Memberikan informasi tentang perawatan kebersihan diri daerah kemaluan dengan
cebok menggunakan Air Rebusan Daun Binahong.
4). Berkolaborasi dengan Petugas Laboratorium untuk pemeriksaan HB, Golongan darah,
hasil terlampir.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
1) Data Subjektif
Data subjektif menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui
anamnesa. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, ditemukan beberapa data
subjektif yang dapat secara langsung dari pasien diantaranya adalah klien mengatakan
sudah terjadi keputihan selama 1 (satu) minggu terakhir, Keputihan berwarna putih, tidak
gatal dan tidak panas, berbau amis, Keputihan banyak saat akan menstruasi dan terasa
tidak nyaman. Merasa sangat khawatir dengan keadaannya. Klien tidak tahu tentang
keputihan, Pada saat BAB/BAK tidak dikeringkan setelah cebok langsung menggunakan
celana dalam. Pasen juga kurang tidur malam hanya 5 jam sehari karena aktivitasnya
mengikuti pengajian. Gusti Ayu Marhaeni (2016) dalam jurnal review nya menyebutkan
penyebab keputihan yaitu kurangnya menjaga kebersihan genitalia, serta pada saat mereka
dalam keadaan stress, kelelahan dan kurang tidur juga dapat menyebabkan keputihan.
Keputihan ada 2 macam fisiologis dan patologis. Keputihan fisiologis terjadi pada saat
21
subur, serta saat sesudah dan sebelum menstruasi yang memiliki ciri-ciri: keputihan
encer, bening, tidak berbau dan tidak gatal (Nadesul, 2010).
2. Data Objektif
Data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium, dan tes diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan (Sondakh, 2013). Pada teori asuhan kebidanan keputihan meliputi
pemeriksaan keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan visual genetalia dan pemeriksaan
laboratorium. Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa Pemeriksaan Tanda-Tanda vital
normal, Keputihan pada saat sebelum menstruasi fisiologis terjadi.
3. Analisa Data
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek
kebidanan. Diagnosa kebidanan sendiri didapat dari data dasar yang terdiri dari data
subjektif dan data objektif. Diagnosa yang ditegakkan adalah Nn.”N” dengan keputihan
fisiologis. Dari data yang diperoleh, dapat ditarik kesimpulan bahwa Nona N sedang
mengalami keputihan fisiologis, keputihan fisiologis terjadi pada saat masa subur, serta
saat sesudah dan sebelum menstruasi yang memiliki ciri-ciri: keputihan encer, bening,
tidak berbau dan tidak gatal (Nadesul, 2010) tetapi bisa menjadi patologis karena kurang
pengetahuan tentang keputihan dan kurang menjaga kebersihan daerah
kemaluan /Personal Hygiene nya.
4. Penatalaksanaan
Menurut (Sondakh, 2013) planning menggambarkan pendokumentasian tindakan dan
evaluasi perencanaan, implementasi berdasarkan pengumpulan data subjektif, objektif dan
analisa sesuai kebutuhan pasien. Planning pada kasus ini memberikan pendidikan kesehatan
tentang keputihan, dimana pendidikan kesehatan ini untuk meningkatkan pengetahuan
sehingga mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri, dalam mengubah,
menumbuhkan dan mengembangkan perilaku positif. Pendidikan kesehatan bermanfaat untuk
membantu orang-orang mengontrol kesehatan mereka sendiri dengan cara memengaruhi,
memungkinkan dan menguatkan keputusan atau tindakan sesuai dengan nilai dan tujuan
mereka sendiri (Maulana, 2009). Menurut Marhaeni (2016) hal yang dapat dilakukan dalam
mencegah keputihan antara lain menjaga kebersihan daerah vagina. Mencuci bagian vulva
(bagian luar vagina) setiap hari dan menjaga agar tetap kering harus dilakukan untuk
mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur. Remaja juga sebaiknya menggunakan sabun non
parfum saat mandi untuk mencegah timbulnya iritasi pada vagina. Menghindari penggunaan
22
cairan pembersih kewanitaan yang mengandung bahan kimia terlalu berlebihan, karena hal itu
dapat mengganggu pH cairan kewanitaan dan dapat merangsang munculnya jamur atau
bakteri. Hasil penelitian Azizah, N, Widiawati, Ika (2015) 54 % remaja memiliki praktik
cebok yang kurang baik, dan 72% responden remaja memiliki keputihan patologis dan
memiliki pengetahuan yang kurang tentang personal hygiene, semakin kurang pengetahuan
tentang personal hygene, maka semakin beresiko terjadi keputihan patologis. Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Komariah dan Widaningsih (2018) bahwa remaja putri yang personal
hygene nya kurang beresiko mengalami keputihan sebesar 9,750 kali lebih besar
dibandingkan dengan remaja putri yang personal hygene nya baik. Praktik cebok pada
perawatan personal hygene sangat mempengaruhi adanya keputihan, baik pada keputihan
fisiologis, dan untuk mencegah tidak menjadi keputihan patologis. Cebok/membersihkan
vagina dengan Air rebusan daun binahong bisa mencegah adanya keputihan, hal ini
didapatkan dari hasil penelitian Puspita, Machmudah dan Sayono (2016) selain itu hasil
pengujian juga didapatkan bahwa adanya pengaruh cebok dengan air rebusan daun binahong
untuk mengurangi keputihan patologis. Tanaman Binahong diketahui mengandung polifenol ,
flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong mengandung senyawa
polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti inflamasi, analgetik dan
antioksidan (Shabella, 2012). Saponin triterponid yang terkandung dalam daun binahong
adalah glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus (Anwar,T, Soleha,T, 2016).
Mekanisme dari penghambatan pertumbuhan mikroorganisme penyebab keputihan patologis
oleh senyawa polifenol, saponin dan flavonoid secara umum adalah dengan cara merusak
komponen penyusunan peptidoglikan pada sel bakteri sehingga lapisan dinding sel tidak
terbentuk utuh. Kerusakan dinding sel menyebabkan permeabilitas membrane sel akan
berubah sehingga menghambat kerja enzim intraseluler dan menyebabkan masuknya air
secara tidak terkontrol ke dalam sel bakteri pada akhirnya akan mengakibatkan kematian
bakteri tersebut (Ratna D,Wahyudi PS, Wahono dan Hanafi,2012). Penelitian lain yang
dilakukan oleh Raden Roro siti hatati surjantini (2018) yang berjudul efektivitas air rebusan
simplisia daun binahong (Anredera Cordifolia (Tenore) Steen) untuk penyembuhan luka
perineum pada ibu nifas di klinik Muryati Kecamatan Kota Kisaran barat didapatkan hasil
bahwa simplisia daun binahong efektifitas mempercepat kesembuhan luka perineum. Daun
Binahong adalah tanaman herbal untuk penangkal radikal bebas atau antioksidan. Pada Daun
Binahong termasuk family basellaceae yang mempunyai kandungan asam askorbat senyawa
polifenol. Senyawa ini sangat baik untuk membantu melawan berbagai infeksi bakteri gram
positif dan negative dan dapat digunakan pada penyakit menular seksual yang mengalami
23
keputihan (Anwar,T, Soleha,T, 2016). Selain Daun, bagian tanaman binahong yang
bermanfaat sebagai obat yaitu rhizome dan akarnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang
meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai persiapan memasuki masa
dewasa. Masa remaja mengalami perkembangan fisiologis, psikososial, kognitif, moral
dan perkembangan seksual. Salah satu masalah reproduksi pada remaja wanita adalah
keputihan.
Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari lubang vagina di luar
kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat. Keputihan dapat
terjadi fisiologis dan dapat menjadi keputihan yang patologis karena terinfeksi kuman
penyakit. Akibat yang sering ditimbulkan karena keputihan diantaranya gangguan
psikologis seperti kecemasan yang berlebihan dan membuat seseorang merasa kotor serta
tidak percaya diri dalam menjalankan aktifitasnya sehari-hari dan penyakit infeksi pada
alat kelamin.
24
Asuhan komplementer yang dapat dilakukan dalam kasus keputihan pada
remaja yaitu dengan menggunakan rebusan daun binahong sebagai salah satu alternatif
dalam mengurangi keputihan. Tanaman Binahong diketahui mengandung polifenol
,flavonoid, dan saponin triterponid. Flavonoid dalam daun Binahong mengandung
senyawa polifenol yang memiliki aktivitas farmakologi sebagai anti inflamasi, analgetik
dan antioksidan. Saponin triterponid yang terkandung dalam daun binahong adalah
glikosida yang memiliki sifat antibakteri dan anti virus.
B. Saran
Diharapkan remaja dapat aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan diri dan
keluarga, tidak hanya dari tenaga kesehatan tetapi juga dari media lainnya, sehingga
dengan kepedulian pada kesehatan, derajat kesehatan remaja masyarakat akan semakin
meningkat.
Daftar Pustaka
Ali, M. & Asrori, M.(2006).Psikologi Remaja, Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi
Aksara.
26
Sarwono, SW. 2010. Psikologi Remaja. Revisi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Shabella, R. 2012. Terapi Daun Binahong Cetakan ke 1. Klaten : Cable Book.
Sondakh, J. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir (16th ed.S.dan
R.A.Carolina. ed.). Jakarta: Erangga.
Suparni, 2012.Herbal Nusantara.Yogyakarta: Rapha Publishing.
Susetya, D.2012. Khasiat dan manfaat Daun Ajaib Binahong.Yogyakarta: Baru press.
Trisnawati, I, 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keputihan Patologis Pada
Wanita Usia Subur Yang Bekerja Di PT Unilever Bekasi.https://www.google.com/search?
q=Trisnawati%2C+I%2C+2018.+Faktor-
Faktor+Yang+Berhubungan+Dengan+Keputihan+Patologis+Pada+Wanita+Usia+Subur+Yan
g+Bekerja+Di+PT+Unilever+Bekasi. Di Unduh Tanggal 23 September 2020.
Widyastuti,Y. dkk. 2009.Kesehatan Reproduksi. Fitramaya, Yogyakarta.
27