Ideologi
Para pendukung gagasan ini lalai atas suatu hakikat bahwa jika manusia
tidak mengenal substansi filsafat penciptaannya sendiri, maka sangat
banyak problematika yang mustahil dapat terpecahkan. Selain dari itu,
manusia dipaksa oleh hati nuraninya sendiri untuk memahami tujuan
penciptaan dan filsafat kehidupannya, karena tanpa itu ia tidak dapat
menjani kehidupan di alam ini secara sempurna dan bahagia.
Pengertian ideologi
Salah kekhususan ideologi adalah bahwa manusia, sadar atau tak sadar,
membandingkan segala fenomena dan perkara dengannya dan bahkan
menjadikannya sebagai tolok ukur dalam menimbang dan mengkaji nilai-
nilai yang berhubungan dengan realitas kehidupannya. Sebagai contoh,
seseorang yang meletakkan ilmu sebagai nilai penting kehidupannya, maka
manusia yang paling berharga adalah manusia yang paling banyak ilmu dan
pengetahuannya, dalam hal ini tidak dibedakan bahwa ilmunya bermanfaat
bagi kemanusiaan atau tidak. Atau seseorang yang menempatkan pelayanan
terhadap orang lain sebagai ideologinya, dengan demikian ia akan menilai
orang lain sesuai dengan kualitas pelayanannya kepada manusia, manusia
yang paling terhormat dan berharga dalam pandangannya adalah orang
yang khidmatnya pada manusia paling banyak dan berkualitas.
Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa urgensi ideologi dalam kehidupan
memiliki dua pengertian, yaitu bisa dipahami sebagai sebab yang
memotivasi manusia untuk memiliki suatu ideologi dan juga bisa dijabarkan
sebagai akibat dari kehidupan yang bertujuan. Contohnya, ketika kita
menyatakan bahwa suatu kehidupan mustahil memiliki nilai tanpa
keberadaan ideologi (urgensi ini digolongkan sebagai sebab dan dalil atas
kemestian ideologi dalam kehidupan), atau dikatakan bahwa apabila
seseorang memiliki ideologi dalam kehidupannya, maka pasti kehidupannya
bermakna dan bertujuan serta tidak bisa terjebak dalam nihilisme pemikiran
dan perbuatan, dengan demikian ia mendapatkan nilai-nilai baru yang lebih
tinggi dan lebih sempurna daripada nilai-nilai yang dijalaninya secara
rutinitas, seperti makan, tidur, dan pakaian.
Seorang yang tidak memiliki ideologi yang rasional ia pasti akan merasakan
beban yang sangat berat dalam menjalani kehidupan ini. Manusia yang tidak
mempunyai tujuan dalam kehidupannya seperti seorang yang akan
tenggelam di tengah gelombang laut yang besar dan telah putus asa dengan
keselamatannya. Sebuah ideologi dapat memberikan harapan kepada
manusia dan dengan harapan manusia bisa mendapatkan motivasi dalam
kehidupan.
Hanya dengan ideologi manusia memperoleh nilai-nilai yang lebih tinggi dari
sekedar makan, tidur, pakaian dan bersenang-senang.
Hanya dengan ideologi manusia dapat meyakini bahwa kehidupan ini bukan
kumpulan dari pengulangan-pengulangan yang mengantarkan manusia
kepada kekosongan, ketiadaan, kefanaan, dan nihilisme. Dan hanya dengan
ideologi detik-detik kehidupan manusia menjadi bernilai dan dapat
memanfaatkan secara benar kesempatan hidupnya di dunia.
Begitu banyak manusia karena mengadopsi suatu ideologi yang keliru pada
akhirnya mengalami kegagalan dalam menjalani kehidupan dan umurnya
menjadi sia-sia yang selayaknya ia manfaatkan untuk mengaktualkan
potensi-potensinya dan menyempurnakan wujudnya. Orang-orang seperti ini
apabila menemukan suatu ideologi yang benar maka mereka tidak mungkin
mengalami kegagalan dan terjebak dalam rutinitas kehidupan tanpa makna.
Ideologi bagi manusia sebagai alat banding yang bisa digunakan untuk
menyingkap rahasia diri sendiri dan mengkaji ulang jalan hidup yang
sementara dijalani. Dengan ideologi kita dapat menentukan titik kekeliruan
dan kelemahan jalan hidup manusia, atau menentukan sisi kesalahan
implementasi,
Salah satu fenomena penting yang terdapat dalam jiwa manusia adalah
kecenderungan mengambil keuntungan dan manfaat. Berpijak pada
kecenderungan ini, manusia senantiasa mencari keuntungan dan manfaat
bagi dirinya sendiri dan terkadang untuk mewujudkan realitas
kecenderungan itu tak segan-segan merampas hak-hak orang lain dan
dengan serakahnya mengambil harta orang lain tanpa perasaan malu.
Kecenderungan manusia ini yang hadir dalam bentuk dan sifat yang
beraneka ragam, menjadi titik perhatian dan bahan pembicaraan kaum
psikolog dan mereka menamakan fenomena kejiwaan tersebut dengan
istilah yang beragam. Freud, psikolog barat terkenal, menamai fenomena itu
dengan “aku” atau “ia” dan beranggapan bahwa “aku” ini berpijak pada
kenikmatan dan kesenangan, ini berarti bahwa apa saja yang menyebabkan
terwujudnya kesenangan dan kenikmatan untuk manusia maka akan
membangkitkan kecenderungan egonya kemudian menarik “aku” ke arah
kesenangan tersebut. Psikolog lain menyebut fenomena itu dengan “saya
ingin” dan berkeyakinan bahwa keinginan-keinginan atau “saya
ingin”manusia mempunyai daya tarik yang tidak terbatas. Dalam Islam
fenomena ini disebut dengan “menyembah diri”.
Etika, karena pada satu sisi tidak ada jaminan berlaku pada jiwa secara
efektif dan sisi yang lain, etika itu sendiri hanyalah peraturan dan hukum
yang berada di luar jiwa karena itu tidak mempunyai daya kontrol yang
tetap dan esensial pada kecenderungan jiwa manusia. Hal ini juga berlaku
pada hukum-hukum sosial, dimana hukum seperti ini tidak langsung
berhubungan dengan substansi dan esensi jiwa.
Ideologi dalam hal ini merupakan jalan efektif dan fundamental untuk
mengendalikan dan mengatur kecenderungan jiwa manusia, karena sesuai
dengan akal dan tidak mengabaikan hukum etika dan undang-undang sosial
kemasyarakatan. Ideologi menarik manusia ke dalam dirinya sendiri
sehingga bisa melihat hakikatnya yang terdalam, dengan demikian manusia
dapat memandang sisi-sisi kehidupannya yang substansial dan
meletakkannya pada dimensi yang lebih primer serta mendahulukannya di
atas kecenderungan jiwa yang negatif. Hal ini menyebabkan kecenderungan
jiwa yang tak terbatas bisa dikontrol.
Kemampuan dan daya kendali atas kecenderungan jiwa yang tak terbatas
hanya dimiliki oleh suatu ideologi yang hakiki, bukan semua ideologi yang
dianut secara faktual oleh manusia. Misalnya, seseorang yang meletakkan
kekayaan, kekuasaan, atau ketenaran sebagai suatu ideologinya, maka hal
ini bukan hanya dengan ideologi itu ia tidak bisa mengontrol dan
mengendalikan hawa nafsunya bahkan semakin dengan ideologi itu hawa
nafsunya semakin berkembang dan aktif.
Masyarakat yang tanpa ideologi akan kehilangan nilai karena mereka tak
mengetahui apa keingingan hakiki mereka dan kemana mereka akan pergi.
Peradaban masyarakat ini, cepat atau lambat akan mengalami kejatuhan
dan kehancuran. Begitu banyak peradaban yang secara lahiriah sangat
maju, tapi kalau dilihat secara internal sedang mengalami benturan dan
ketidakharmonisan serta secara perlahan-lahan dan berevolusi menuju
kehancuran, hal ini karena ideologi yang benar tidak bisa teraplikasi pada
seluruh segmen masyarakat, mereka tidak mengetahui keinginan hakiki dan
juga tidak memahami tujuan hidup yang mesti mereka capai.