Anda di halaman 1dari 4

1. Patomekanisme tension Headeche ?

Patofisiologi Tension type headache masih belum jelas diketahui. Namun didapatkan dari
beberapa literature bahwa ada beberapa keadaan yang berhubungan dengan kejadiannya
Tension type headache, yaitu:
A. Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana
disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pad ETTH sedangkan disfungsi sistem
saraf pusat mengarah pada CTTH.
B. Disfungsi saraf perifer meliputi kontraksi otot yang involunter dan permanen tanpa
disertaiiskemia otot.
C. Transmisi nyeri Tension type headache melalui nukleustrigeminoservikalis pars
kaudalis yang akan mensenitasi second order neuron pada nucleus trigeminal dan
kornu dorsalis (aktivasi molekul no) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada
jaringan perikranial dan miofasial lalu terjadilah regulasi mekanisme perifer yang
akan meningkatkan aktivitas otot perikranial. Hal ini pada jaringan miofasial akan
terjadi peningkatan pelepasan neurotransmitter.
D. Hiperfisibilitas neuron sentral nosisseptif pada nucleus trigeminal, thalamus, dan
korteks serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosisseptif.
E. Kelainan fungsi filter nyeri di batang otak sehingga menyebabkan kesalahan
interpretasi info pada otak yang diartikan sebagai nyeri.
F. Terdapat hubungan jalur serotogenik dan monoaminergik pada batang otak dan
hipotalamus dengan terjadinya Tension type headache.
G. Faktor psikogenik (stress mental) dan keadaan nonpsychological motor stress pada
Tension type headache sehingga melepaskan zat iritatif yang akan menstimulasi zat
perifer dan aktivasi struktur persepsi nyeri supraspinal lalu memodulasi nyeri sentral.
Depresi dan kecemasan akan meningkatkan frekuensi Tension type headache dengan
mempertahankan sensitisasi sentral pada jalur transmisi nyeri.

2. Tatalaksana tension headache termasuk sediaan obat?


Jawaban :
 Terapi Non-Farmakologi
Terapi psikologik dan terapi fisik telah di pakai dalam penanganan tension tpye
headech. Terapi psikologik dapat terdiri dewi penanganan diri dan konseling,
penangan stress, latihan relaksasi, dan biofeedback. Latihan leralasksi dan latihan
biofeedback. (sendiri maupun kombinasi) dapat menghasilkan penurunan aktifitas
nyeri sebanyak 50%.
 Farmakologi
Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (200-800 mg), parasetamol (1000 mg),
ketoprofen (25-50 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol. Kafein dapat
meningkatkan efek analgesik.
Profilaksis:
Obat ini pertama untuk pencegahan tension type headech (TTH) adalah amitriptyline
( 30-75 mg per hari dibagi menjadi 3 dosis). Lini keduanya adalah mirtazapine 30 mg
per hari dan venlafaxine 150 mg per hari. Lini ketiga adalah clomipramine 75-150 mg
per hari, maprotiline 75 mg per hari , dan mianserin 30-60 mg per hari.

3. Tatalaksana bell’s Palsy termaksud dosis dan sediaan obat?


 Inflamasi : glukokortikoid oral : prednisone 40-60 mg/hari selama 10 hari dengan
penurunan dosis bertahap.
 Jika di duga infeksi virus: Asiklovir 400 mg 5x sehari selama 7 hari atau Valasoklovir
1 g 3x sehari salama 7 hari dalam waktu 72 jam sejak onset
 Analgesic bila nyeri
 Pecegahan keratitis : air mata buatan pelindung mata dan penutup mata secara
mekanik saat tidur
Referensi
I. Anurogo, Dito. Tension Type Headech. Neuroscience Department, Brain and
Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University, Indonesia
II. Adam, Olvia Mahardani. Bells Palsy. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma
8(1) : 137-149, Maret 2019
Bagian Ilmu Kedokteran Saraf
RSUD Undata Palu
Fakultas Kedokteran
Universitas Tadulako

TUGAS UJIAN SARAF

DISUSUN OLEH :
Nur Evayanti
N 111 17 140

PEMBIMBING :
dr. Isnaniah, Sp.S

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KEDOKTERAN SARAF
RSUD UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2020

Anda mungkin juga menyukai