Anda di halaman 1dari 6

Praktik Klinik Keperawatan Anak

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dengan Kasus ISPA pada


An.A
Di Poli MTBS Puskesmas Kolaka

Disusun Oleh :

Aulia Fitriani
NIM : 182431988

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA III


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA
2021
Praktik Klinik Keperawatan Anak
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dengan Kasus ISPA pada An.A

A. PENDAHULUAN

I. Latar belakang

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan


keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan
pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia,
diare, campak, malaria, DHF, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif serta
preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian
makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka kematian bayi dan anak balita serta
menekan morbiditas untuk penyakit tersebut

Kegiatan MTBS memiliki tiga komponen khas yang menguntungkan, yaitu :


meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tata laksana kasus balita sakit,
memperbaiki sistem kesehatan, dan memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat
dalam perawatan dirumah dan upaya pertolongan kasus balita sakit

MTBS merupakan suatu pendekatan yang dilaksanakan untuk menanggulangi


penyakit ISPA yang diawali dengan penilaian dan klasifikasi anak sakit, menetukan
tindakan dan pengobatan, konseling bagi ibu serta perawatan di rumah (tindak lanjut).
Dalam pelaksanaan MTBS tenaga kesehatan dilakukan oleh kader yang telah
mendapat pelatihan sebagai pelaksana yaitu dokter, bidan dan perawat. Pendanaan
MTBS bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Bekerja Negara serta Anggaran
Pendapatan dan Bekerja Daerah. Sarana dan prasarana dalam melaksankan MTBS
dengan adanya obat dan bahan/alat dalam 6 bulan terakhir untuk pemeriksaan dan
pengobatan balita sakit

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) telah menjadi penyakit umum bagi
masyarakat. Infeksi saluran pernapasan merupakan radang akut saluran pernapasan
atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, maupun
riketsia tanpa atau disertai radang parenkim paru. Infeksi saluran pernafasan akut
merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian/lebih dari saluran napas,
mulai hidung sampai alveoli termasuk sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA yang paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita
adalah pneumonia. Dimana pneumonia merupakan bagian atau tahap lanjut dari
penyakit infeksi saluran pernapasan akut.

II. Tujuan pembelajaran


Tujuan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui tata laksana Manajemen
Terpadu Balita Sakit pada Kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di wilayah
kerja Puskesmas Kolaka2021.

B. Kegiatan MTBS yang di lakukan

I. Penilaian anak
- Nama : An.A
- Umur : 17 Bulan
An. A datang ke poli MTBS dengan keluhan demam dan batuk. An. A tampak
lemas tetapi tidak ada tanda anak mengalami sesak, hanya batuk dan deman sejak
3 hari. Suhu 36,3°C, Bb 8,8 kg, Tb 77cm, Lk 46cm
II. Klasifikasi
Batuk bukan pneumonia
III. Menentukan tindakan dan pengobatan
- Beri pereda tenggorokan dan pereda batuk yang aman (Pemberian Ambroxol 2x1
dan CTM 2x1, Amoxicillin)
- Obati wheezing bila ada
- Apabila batuk > 14 hari rujuk untuk pemeriksaan batuk karena sebab lain
- Apabila batuk > 21 hari rujuk untuk pemeriksaan TB untuk pemeriksaan lanjutan
- Apabila wheezing berulang rujuk untuk pemeriksaan lanjutan
- Nasehati kapan kembali segera
- Kunjungan ulang 2 hari jika tidak ada perubahan
IV. Melakukan konseling
- Menggunakan keterampilan komunikasi yang baik
- Pengobatan di puskesmas perlu dilanjutkan dirumah. Keberhasilan pengobatan
dirumah tergantung keterampilan komunikasi tenaga kesehatan dengan ibu
penderita yang meliputi : menasehati ibu cara pengobatan di rumah, mengecek
pemahaman ibu.
- Mengajari ibu cara pemberian obat oral dirumah. Langkah-langkah dalam
mengajari ibu cara memberikan obat oral dirumah kepada balita yang menderita
pneumonia seperti, menentukan jenis dan dosis obat yang sesuai untuk umur atau
berat badan anak, memberitahu ibu alasan pemberian obat kepada anak,
memperagakan cara mengukur satu dosis, mengamati cara ibu menyiapkan obat
satu dosis, menjelaskan cara member obat, kemudian bungkus obat diberi tanda
dan lain-lain.
- Mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal dirumah
- Menasihati Ibu untuk Meningkatkan Pemberian Cairan Selama Anak Sakit
- Menasehati ibu kapan harus kembali ke petugas kesehatan
V. Melakukan tindak lanjut
Setiap anak harus kembali ke petugas kesehatan setelah 2 hari untuk kunjungan
ulang dengan syarat:
- Jika frekuensi panas atau nafsu makan tidak membaik, beri anti biotik pilihan
- Jika anak minum antibiotik, atau dosis yang di berikan terlalu rendah atau terlalu
jarang, obati lagi dengan antibiotik yangsama. Beri satu dosis di depan petugas
kesehatan dan cek apakah ibu tahu cara memberi obat dirumah. Bantu ibu untuk
mengatasi masalahnya seperti membujuk anak untuk minum obat jika anak
menolak
- Jika anak telah mendapatkan antibiotik dengan benar namun tidak membaik, ganti
dengan antibiotik pilihan kedua untuk pneumonia
- Jika anak telah mendapat antibiotik dan petugas tidak punya antibiotik lain yang
sesuai, rujuk anak kerumah sakit.
- Jika anak melanjutkan pengobatan antibiotik hingga seluruhnya 3hari, pastikan
ibu mengerti pentingnya menghabiskan obat tersebut meskipun keadaan anak
membaik
C. Penutup
MTBS dilaksanakan untuk meningkatkan sistem pelayanan kesehatan, pengetahuan dan
keterampilan ibu serta pengasuh anak dalam keperawatan anak serta pencarian pertolongan
kesehatan untuk mengetahui kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam
menangani balita sakit. MTBS juga mengintregasi perbaikan sistem kesehatan, manajemen
kasus, praktek kesehatan oleh keluarga, dan masyarakat. Adanya penerapan MTBS di
puskesmas dapat menciptakan peningkatan derajat kesehatan anak, perbaikan kesehatan anak,
memperbaiki gizi, memberikan imunisasi dan penyakit lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

DepkesRI.2015.Buku Bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).Jakarta


Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit

Infeksi Saluran Pernafasan Akut.Jakarta:Departemen Kesehatan RI.

Anda mungkin juga menyukai