Anda di halaman 1dari 6

Nama : Afifah Wahyu Dian Parasti

NIM : 142180215
Kelas : EA-B

BAB 4
ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK
SERTA STANDAR AUDIT INVESTIGATIF

A. Atribut Dan Kode Etik Akuntan Forensik Serta Standar Audit Investigatif

1. Atribut
Dalam melaksanakan investigasi terhadap fraud, auditor pemula
sebaiknya:
1) Menghindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara
prematur.

2) Mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan.

3) Kreatif dan berpikir seperti pelaku kejahatan, jangan mudah ditebak


dalam hal arah pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang
dilakukan.
4) Tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.

5) Dalam menyusun strategi, perlu mempertimbangkan apakah kecurangan


dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan

Karakteristik Pemeriksa Fraud Berdasarkan Association of Certified Fraud


Examine:
1) Memiliki kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi
secara fair, tidak memihak, sahih dan akurat, serta pelaporan secara
lengkap dan akurat.
2) Mempunyai kepribadian yang menarik dan mampu memotivasi orang
lain untuk membantunya.
3) Mampu berkomunikasi dalam “bahasa” mereka.
4) Memiliki kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep keuangan dan
mampu untuk menarik kesimpulan.
Kualitas Akuntan Forensik menurut Robert J. Lindquist
1) Kreatif,
2) Rasa ingin tahu,
3) Tak mudah menyerah,
4) Memiliki akal sehat,
5) Business sense,
6) Percaya diri.

2. Kode Etik
Kode etik berisi nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi.
Profesi bisa eksis karena ada integritas rasa hormat dan kehormatan, dan nilai-
nilai luhur lainnya yang menciptakan rasa percaya dari pengguna dan
stakeholders lainnya.

Standar Audit Investigatif menurut K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett:
1) Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui

2) Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti tadi


dapat diterima di pengadilan
3) Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi
dan diindeks, dan jejak audit tersedia.
4) Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan
senantiasa menghormatinya.
5) Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan
kecurangan. dan pada penuntut umum yang mendakwa pegawai tersebut
baik dalam kasus hukum administratif maupun hukum pidana
6) Mencakup seluruh substansi investigasi.

Meliputi seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,


pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,
pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau
protokol, dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.
BAB 5

TATANAN KELEMBAGAAN

Pada tingkat pusat terdapat beberapa kelompok kelembagaan antara lain kelompok
lembaga yang mencerminkan perwakilan rakyat, presiden dan wakil presiden yang
mewakili kekuasaan pemerintahan negara, dan kelompok yang mewakili kekuasaan
kehakiman oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya.
Ketiga kelompok tersebut adalah merupakan perwujudan konsep trias politica dalam
ketatanegaraan.

Lembaga Pemberantasan Korupsi

KPK didirikan karena kelemahan aparat penegak hukum di bidang penyelidikan


dalam menghadapi tuntutan konvensi pemberantasan korupsi PBB. Selain KPK,
dibentuk juga Tim Pemburu Koruptor dan Timtas Tipikor yang dikomandani oleh
Pimpinan Kejaksaan Agung.

Tugas dan Wewenang KPK

1. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.


Dalam melaksanakan tugas koordinasi, KPK berwenang untuk:
 Mengoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tipikor
 Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tipikor
 Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tipikor kepada instansi yang
terkait
 Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tipikor
 Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tipikor

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tipikor.

 Melakukan pengawasan, penelitian, atau penelaahan terhadap instansi yang


menjalankan tugas dan wewenangnya yang berkaitan dengan pemberantasan
tipikor, dan instansi yang dalam melaksanakan pelayanan publik.
 Mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap pelaku tipikor yang sedang
dilakukan oleh kepolisian atau kejaksaan
3. Penyelidikan, penyelidikan, dan penuntutan terhadap tipikor.

 Melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan

 Memerintahkan kepada instansi yang terkait untuk melarang seseorang bepergian


ke luar negeri
 Meminta keterangan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya tentang
keadaan keuangan tersangka atau terdakwa yang sedang diperiksa
 Memerintahkan kepada bank atau lembaga keuangan lainnya untuk memblokir
rekening yang diduga hasil dari korupsi milik tersangka, terdakwa, atau pihak
lain yang terkait
 Memerintahkan kepada pimpinan atau atasan tersangka untuk memberhentikan
sementara tersangka dari jabatannya
 Meminta data kekayaan dan data perpajakan tersangka atau terdakwa kepada
instansi yang terkait
 Menghentikan sementara suatu transaksi keuangan, transaksi perdagangan, dan
perjanjian lainnya atau pencabutan sementara perizinan, lisensi serta konsesi
yang dilakukan atau dimiliki oleh tersangka atau terdakwa yang diduga
berdasarkan bukti awal yang cukup ada hubungannya dengan tindak pidana
korupsi yang sedang diperiksa
 Meminta bantuan Interpol Indonesia atau instansi penegak hukum negara lain
untuk melakukan pencarian, penangkapan, dan penyitaan barang bukti di luar
negeri
 Meminta bantuan kepolisian atau instansi lain yang terkait untuk melakukan
penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan dalam perkara tindak
pidana korupsi yang sedang ditangani.

4. Pencegahan tipikor.
 Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan
penyelenggara negara
 Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi
 Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang
pendidikan
 Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi pemberantasan
tindak pidana korupsi
 Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum
 Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan tindak
pidana korupsi.

5. Pemantauan penyelenggaraan pemerintahan negara.


 Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi di semua
lembaga negara dan pemerintah
 Memberi saran kepada pimpinan lembaga negara dan pemerintah untuk
melakukan perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan
administrasi tersebut berpotensi korupsi
 Melaporkan kepada Presiden Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia, dan Badan Pemeriksa Keuangan, jika saran Komisi
Pemberantasan Korupsi mengenai usulan perubahan tersebut tidak diindahkan.

Kewajiban KPK
1) Memberikan perlindungan terhadap saksi atau pelapor yang
menyampaikan laporan ataupun memberikan keterangan mengenai
terjadinya tindak pidana korupsi
2) Memberikan informasi kepada masyarakat yang memerlukan atau
memberikan bantuan untuk memperoleh data lain yang berkaitan dengan
hasil penuntutan tindak pidana korupsi yang ditanganinya
3) Menyusun laporan tahunan dan menyampaikannya kepada Presiden
Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, dan
Badan Pemeriksa Keuangan
4) Menegakkan sumpah jabatan

5) Menjalankan tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya berdasarkan


asas-asas di atas.

Anti Corruption Agencies


Ada dua model ACA, yakni multy agency model dan single-agency model. Negara
menerapkan multy agency model memanfaatkan lembaga-lembaga penegak hukum
yang sudah ada dan membangun satu lembaga khusus. Indonesia adalah contoh
negara yang menerapkan multy agency model. Kebanyakan negara Eropa Barat dan
Amerika Serikat juga menerapkan multy agency model.

Landskap Audit Pemerintahan


Terdapat beberapa faktor yang dapat melemahkan proses audit. Pertama, BPK
menghadapi kendala- kendala sumber daya yang parah. Kedua, tidak adanya
undang- undang audit negara modern yang menyebabkan banyak kerancuan dan
menjadi tempat di mana organisasi-organisasi yang ingin menghindari audit bisa
bersembunyi. Ketiga, parlemen, Departemen Keuangan, dan departemen-departemen
teknis tidak mempunyai proses yang digariskan secara jelas untuk menindaklanjuti
temuan-temuan audit dan mengambil alih langkah perbaikan, dan sebagai akibatnya
tidak terjadi tindak lanjut sistematis. Keempat, seperti dicatat, BPK tidak berwenang
mengumumkan hasil temuannya.

Terdapat tiga pendapat mengenai pembaruan landskap audit pemerintah, yakni :


 Bubarkan BPKP dan sebarkan SDM-nya ke Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
 Manfaatkan BPKP yang melakukan fungsi Inspektorat Jenderal dan Bawasda.
 BPKP sebagai think tank saja, tidak usah besar namun efektif dalam memacu
Inspektorat Jenderal dan Bawasda.

Pengadilan Tipikor
Dari beberapa butir yang diajukan dalam permohonan judicial review, hanya satu
yang dikabulkan oleh Mahkamah Konstitusi, yakni pembentukan Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi dengan Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002. Mahkamah
Konstitusi memutuskan Pengadilan Tipikor harus dibentuk dengan undang-undang
tersendiri sebelum akhir Desember 2009.
Dari pantauan Indonesia Corruption Watch (ICW) selama lima tahun terakhir,
komitmen pengadilan umum justru dipertanyakan. Banyak terdakwa kasus korupsi
yang diadili pengadilan umum, yang semuanya terdiri atas hakim karier, justru
dibebaskan. Ini berbeda dari Pengadilan Tipikor, yang memadukan hakim karier dan
hakim ad hoc, yang selama ini tidak pernah membebaskan terdakwa korupsi dari
hukuman. Pemantauan ICW di sejumlah pengadilan umum selama lima tahun
terakhir sejak 2005, menunjukkan jumlah terdakwa kasus korupsi yang bebas di
pengadilan umum bukan berkurang, tetapi malah meningkat. Dan terdakwa yang
dihukum, hukumannya cenderung ringan.

Anda mungkin juga menyukai