Anda di halaman 1dari 13

BAB IV

ANALISIS MASALAH TERPILIH

4.1 Gambaran Umum Masalah


Kanker Leher Rahim menjadi salah satu masalah utama pada kesehatan perempuan di
dunia, terutama pada negara bekembang yang mempunyai sumber daya terbatas seperti di
Indonesia. (WHO,2004).
Alasan utama meningkatnya kanker tersebut di negara berkembang adalah karena
kurangnya program skrining yang efektif dengan tujuan untuk mendeteksi keadaan sebelum
kanker maupun kanker pada stadium dini termasuk pengobatannya sebelum proses invasif
yang lebih lanjut. Estimasi tahun 1985 (PATH, 2000) hanya 5% perempuan di negara sedang
berkembang yang mendapat pelayanan skrining dibandingkan dengan 40% perempuan di
negara maju.
Kematian pada kasus kanker diatas pada negara berkembang 2 (dua) kali lebih besar
dibandingkan negara maju, hal ini terjadi selain karena kurangnya program skrining, juga
diperparah dengan rendahnya kemampuan dan aksesibilitas untuk pengobatan.
Penanggulangan terpadu harus dilaksanakan sejak dari Puskesmas. Kunci keberhasilan
program pengendalian Kanker Leher Rahim adalah skrining (screening) yang diikuti dengan
pengobatan yang adekuat. Hal ini berdasarkan fakta bahwa lebih dari 50% perempuan yang
terdiagnosa kanker tidak pernah melakukan skrining (WHO,2004).
Hampir di semua negara, insidens Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim invasif
sangat sedikit pada perempuan dengan umur di bawah 25 tahun, insidens akan meningkat
sekitar usia 35 tahun ke atas dan menurun pada usia menopause. (McPherson, et.al 2000,
PATH 2000).
Namun saat ini trend angka kejadian Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim sudah
ditemukan pada umur dibawah 30 tahun. Hal ini disebabkan pola hidup yang tidak sehat
termasuk perilaku seks pada usia muda.
Untuk mengintervensi hal ini, pemerintah telah melakukan upaya melalui kebijakan serta
regulasi yang diharapkan dapat berkontribusi pada penurunan angka kejadian dan kematian
akibat kanker leher rahim, diantaranya dengan Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) No.
34/2014 tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim..
Sebagai upaya menurunkan prevalensi stunting di kecamatan Turen, maka perlu
dilakukan langkah pencegahan berupa upaya promosi kesehatan guna meningkatkan wawasan
masyarakat akan bahaya dari kanker leher rabim dan penanggulangan kanker leher Rahim
dengan deteksi dini dengan metode IVA.

4.2 Gambaran Wilayah


4.2.1 Batas dan Luas Wilayah
Kabupaten Malang terdiri dari 33 Kecamatan yang salah satunya adalah Kecamatan
Turen. Kecamatan Turen terletak ± 16 km arah timur dari Kota Kepanjen dan ± 26 km arah
selatan dari Kota Malang. Turen pusat pengembangan kawasan Malang Timur dan Selatan,
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut.
 Utara : Kecamatan Wajak dan Bululawang
 Timur : Kecamatan Wajak dan Dampit
 Selatan : Kecamatan Sumbermanjing wetan
 Barat : Kecamatan Gondanglegi dan Pagelaran
Kecamatan Turen memiliki luas wilayah ± 10.914 Ha, terdiri dari:
 Tanah sawah : 6.389 ha
 Tanah tegalan/tanah kering : 1.187 ha
 Tanah pekarangan : 1.162 ha
 Tanah satengah teknis : 961 ha
 Tanah tadah hujan : 307 ha
 Tanah lain-lain : 408 ha
Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Turen

4.2.1 Kondisi Topografi


Stuktur jenis tanah di wilayah Kecamatan Turen merupakan jenis tanah pesolik, dengan
sebagian besar merupakan dataran dengan ketinggian ± 300-460 m di atas permukaan air laut,
dan kemiringan kurang dari 15% dan datar 85%, serta curah hujan rata–rata 1.419 mm
pertahun. Pembagian wilayah Turen Bagian Timur terdiri dari Desa Pagedangan, Sananrejo,
dan Sanankerto merupakan daerah datar, di mana daerah ini irigasi pengairan lancar dan cocok
untuk pengembangan tanaman pangan seperti padi dan jagung, tanaman sayuran, buah–
buahan dan tanaman tebu. Turen bagian Selatan terdiri dari desa Undaan, Gedog Wetan,
Gedog Kulon dan Tawang Rejeni, yang merupakan daerah sawah dan perkebunan serta
potensial untuk pengembangan peternakan ayam ras, sapi perah dan daerah industri/pengrajin,
serta sebagai daerah pertambangan. Turen bagian Tengah terdiri dari kelurahan Turen dan
Sedayu, desa Jeru, Talok, Kedok, dan Tanggung, yang merupakan daerah perkotaan dan
pinggir perkotaan yang menjadi pusat ekonomi, juga sebagai daerah
pengembangan/pemekaran kota Turen dan daerah industri/pengrajin serta daerah pertanian
unggulan. Turen bagian Utara terdiri dari desa Talangsuko dan Tumpukrenteng daerah ini
merupakan daerah pertanian sawah dan peternakan.

4.2.3 Wilayah Administrasi Dan Data Lembaga


Jumlah penduduk Kecamatan Turen Tahun 2019 sebanyak 118.599 jiwa terdiri dari
penduduk laki-laki berjumlah 58.853 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 59.746 jiwa
dengan pembagian wilayah administrasi:
 Kelurahan :2
 Desa : 15
 Dusun / dukuh : 36
 Rukun Warga (RW) : 168
 Rukun Tetangga (RT) : 706
 Jumlah KK : 36.798 KK
 Jumlah Masyarakat Miskin: 26.390 orang
 Jumlah Rumah : 32.012 rumah
 Jumlah Desa CLTS : 17
 Jumlah Bumil : 1.741
 Jumlah Bayi : 1.758
 Jumlah Balita : 7.090
 Angka Kematian Ibu :1
 Angka Kematian Bayi :4
 Jumlah PUS : 20.265
 Jumlah KB aktif : 75.198
 Jumlah peserta BPJS : 36.345
 Tingkat Pendidikan
- SD/MI : 12.246
- SLTP/MTs : 5.340
- SLTA/MA : 7.701

Tabel 4.1 Jumlah penduduk menurut golongan umur

NO KELOMPOK UMUR JUMLAH


1 0-9 23246
2 9 - 19 25212
3 19 - 29 14947
4 30 – 40 14166
5 40 – 50 13323
6 50 - 65 5537
7 ≥ 65 7089

4.2.3.1 Data Sumber Daya Kesehatan


Sumber daya kesehatan di wilayah Turen adalah sebagai berikut.
a. Sarana Upaya Kesehatan
a) Puskesmas induk :1
b) Puskesmas Pembantu :4
c) Ponkesdes : 17
d) Posyandu Lansia : 66
e) Posyandu Balita : 151
Dengan rincian sebagai berikut.
a) Posyandu Pratama :0
b) Posyandu madya : 16
c) Posyandu Purnama : 118
d) Posyandu Mandiri : 17
g) Posbindu : 17
h) Rumah sakit swasta :2
i) Rumah bersalin :3
j) BP swasta :3
k) Apotek :9
l) Toko Obat :2
m) Klinik Kecantikan :3
b. Tenaga Kesehatan
Data tenaga kesehatan di Wilayah Kecamatan Turen adalah sebagai berikut.
a) Dokter praktek swasta : 15
b) Bidan praktek swasta :9

4.2.4 Profil Desa Terpilih


4.2.4.1 Desa Sanan Kerto
4.2.4.1.1 Kondisi geografis
Batas-batas wilayah Desa Sanan Kerto adalah sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Bringin
Sebelah timur : Desa Wonoayu
Sebelah selatan : Desa Jambangan
Sebelah barat : Desa Sananrejo

4.2.4.1.2 Kondisi Demografi


a. Jumlah Penduduk
Laki – Laki : 2.013 jiwa
Perempuan : 1.979 jiwa
Jumlah : 3.992 jiwa
Jumlah rumah tangga : 1.056 KK

4.2.4.1.3 Kondisi Sosial Budaya


Sesuai dengan potensi wilayah di Desa Sanan Kerto maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan lainnya bermata pencaharian
pegawai negeri sipil, pedagang, peternak, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah perincian mata pencaharian penduduk di Desa Gedog Kulon
1. Petani : 407
2. Pegawai Negeri Sipil : 26
3. Pedagang : 28
4. Peternak :9
5. Montir :8
6. Perawat swasta :2
7. Pedagang keliling :6
8. Tukang kayu : 32
9. Tukang batu : 35
10. Pembantu rumah tangga : 26
11. Tidak mempunyai pekerjaan tetap : 82
12. Sopir : 23
13. Tukang anyaman :6
14. Purnawirawan/Pensiunan : 12

4.2.4.2 Desa Undaan


4.2.4.2.1 Kondisi Geografis

Batas-batas wilayah Desa Sanan Kerto adalah sebagai berikut:


Sebelah utara : Kelurahan Turen
Sebelah timur : Desa Gedog Wetan
Sebelah selatan : Desa Sawahan
Sebelah barat : Desa Sepanjang, Gondanglegi

4.2.4.1.2 Kondisi Demografi


a. Jumlah Penduduk
Laki – Laki : 2.110 jiwa
Perempuan : 2.080 jiwa
Jumlah : 4.190 jiwa
Jumlah rumah tangga : 1.293 KK

4.2.4.1.3 Kondisi Sosial Budaya


Sesuai dengan potensi wilayah di Desa Sanan Kerto maka sebagian besar
penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan lainnya bermata pencaharian
pegawai negeri sipil, pedagang, peternak, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah perincian mata pencaharian penduduk di Desa Gedog Kulon
1. Petani : 432
2. Pegawai Negeri Sipil : 31
3. Pedagang : 28
4. Peternak : 10
5. Montir :7
6. Perawat swasta :3
7. Pedagang keliling :6
8. Tukang kayu : 35
9. Pembantu rumah tangga : 33
10. Tidak mempunyai pekerjaan tetap : 82
11. Sopir : 18
12. Purnawirawan/Pensiunan : 12

4.3 Profil Masalah Kesehatan


Salah satu masalah kesehatan yang menjadi program nasional di Kecamatan Turen
yaitu pemeriksaan IVA. Data yang didapatkan dari program pemeriksaan IVA di Kecamatan
Turen mengalami penurunan, namun terdapat peningkatan dan penurunan jumlah penduduk
yang diperiksa. Di Kecamatan Turen jumlah wanita usia produktif dengan usia 30 – 50 tahun
berjumlah 21.316 jiwa. Puskesmas Turen telah melakukan beberapa upaya salah satunya
dengan mendatangi pada setiap desa agar terdapat peningkatan minat waga untuk melakukan
pemeriksaan, namun dibutuhkan kegiatan lanjutan untuk meningkatkan pemahaman
masyarakat mengenai pemeriksaan IVA. Namun, dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada
saat ini, tidak akan mampu mencakup seluruh masyarakat yang tidak berobat ke puskesmas,
maka dari itu perlu dilakukan optimalisasi Ponkesdes dan keterlibatan kader agar dapat
memberikan edukasi yang lebih maksimal, terutama dalam hal pencegahan kanker leher rahim.

4.4 Data Penunjang (Laporan Puskesmas)


Data penunjang didapatkan dari Rekap Kunjungan Karga Usia 30 – 50 Tahun dalam
Pemeriksaan IVA di Puskesmas Turen.

Tabel 4.2 Rekap Kunjungan Karga Usia 30 – 50 Tahun dalam Pemeriksaan IVA di
Puskesmas Turen.

Desa Jumlah Kunjungan Jumlah Penduduk Persentase ( dalam %)


SEDAYU 61 805 7.577639752
TAWANGREJENI 73 1,449 5.037957212

TUMPUKRENTENG 44 920 4.782608696


SAWAHAN 64 1,542 4.150453956
KEDOK 47 1,134 4.144620811
SANANKERTO 27 675 4
GEDOGKULON 17 475 3.578947368
KEMULAN 34 973 3.494347379
PAGEDANGAN 56 1,849 3.028664143
SANANREJO 37 1,335 2.771535581
TUREN 63 2,300 2.739130435
GEDOGWETAN 39 1,521 2.564102564
JERU 30 1,189 2.52312868
TANGGUNG 19 1,267 1.499605367
TALANGSUKO 20 1,534 1.303780965
UNDAAN 7 578 1.211072664
TALOK 22 1,819 1.209455745

4.5 Rumusan Masalah


Angka kunjungan yang mengalami penurunan berada pada desa Talok (1,20%), Undaan
(1,21%), dan Talangsuko (1,543%) dan yang mengalami peningkatan berada pada desa
Sedayu (7,5%), Tawang Rejeni(5 %), TUmpuk renteng (4,78%). Hal ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, di antaranya sebagai berikut:
 Kurangnya pengetahuan warga tentang pemeriksaan IVA dan kanker leher
Rahim
 Sikap warga yang enggan untuk melakukan pemeriksaan IVA
 Kurangnya alat peraga yang dapat digunakan untuk penyuluhan kepada warga
 Kurangnya alat steril yang dapat digunakan untuk pemeriksaan IVA di desa
 Jadwal pemeriksaan yang berubah – ubah.
 Evaluasi program dari puskesmas yang kurang.
 Kurangnya koordinasi antara bidan, tenaga kesehatan dan kader.
 Banyaknya ibu yang bekerja dan merasa tidak memiliki waktu untuk melakukan
pemeriksaan IVA.
 Kurangnya petugas kesehatan yang memiliki kompetensi untuk melakukan
pemeriksaan IVA.
 Tingkat Pendidikan ibu-ibu usia produktif yang bervariasi, mulai dari SD hingga
S1.
 Pengetahuan kader didesa yang tidak adekuat mengenai program pemeriksaan
IVA.
 Tingkat sosio-ekonomi warga yang bervariasi, sehingga khawatir akan biaya
pemeriksaan IVA karena belum memiliki BPJS.
 Banyak ibu usia produktif yang masih takut akan prosedur dan hasil pemeriksaan
IVA
 Pemeriksaan IVA dirasa tidak nyaman.
4.6 Usulan Pemecahan Masalah
Alternatif Pemecahan
NO Penyabab Masalah Pemecahan Masalah Terpilih
Masalah
Kurangnya A. Memberikan penyuluhan A. Memberikan penyuluhan
pengetahuan warga mengenai kanker leher mengenai bahaya kanker
1 mengenai kanker Rahim dan pemeriksaan leher Rahim dan
leher Rahim dan IVA pemeriksaan IVA
pemeriksaan IVA
Sikap warga yang A. Memberikan penyuluhan A. Memberikan penyuluhan
enggan untuk mengenai pentingnya mengenai pentingnya

2 melakukan pemeriksaan IVA pemeriksaan IVA


pemeriksaan IVA

Kurangnya alat A. Menyediakan alat peraga A. Menyediakan alat peraga


peraga yang dapat yang mudah dipahami sederhana yang dapat
digunakan untuk oleh warga. dipahami warga.
3 penyuluhan kepada
warga

Kurangnya alat steril A. Mengajukan tambahan A. Advokasi puskesmas


yang dapat alat terhadap badan terkait
4 digunakan untuk
pemeriksaan IVA

Jadwal pemeriksaan A. Menentukan jadwal A. Menentukan jadwal pasti


5 yang berubah – pasti dari puskesmas dari puskesmas di tiap
ubah periode pemeriksaan IVA
Evaluasi program A. Evaluasi program setiap 1 A. Evaluasi program setiap
6 yang kurang dari minggu pasca program 1 minggu pasca program
puskesmas berjalan di tiap desa berjalan di tiap desa
Kurangnya A. Mengadakan pertemuan A. Mengadakan
7 koordinasi antara rutin antara nakes/bidan pertemuan rutin antara
bidan, tenaga dengan kader dn nakes/bidan dengan
kesehatan dan memberikan kader
kader
Banyaknya ibu yang A. Mengadakan A. Mengadakan
bekerja dan merasa pemeriksaan IVA diluar pemeriksaan IVA diluar
tidak memiliki waktu hari kerja hari kerja
8 untuk melakukan
pemeriksaan IVA.

Kurangnya petugas A. Menambah jumlah A. Menambah jumlah


kesehatan yang tenaga kesehatan yang tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi mengikuti pelatiahn mengikuti pelatiahn
9 untuk melakukan pemeriksaan IVA pemeriksaan IVA
pemeriksaan IVA.

Tingkat Pendidikan A. Meningkatkan A. Memberikan


ibu-ibu usia pengetahuan mengenai penyuluhan tentang
produktif yang IVA pemeriksaan IVA
10 bervariasi, mulai
dari SD hingga S1.

Pengetahuan kader A. Edukasi kader A. Memberikan


didesa yang tidak mengenai program penyuluhan kepada
adekuat mengenai pemeriksaan IVA kader mengenai
11 program program pemeriksaan
pemeriksaan IVA. IVA

12 Tingkat sosio- A. Memberikan penyuluhan A. Penyuluhan kepada


ekonomi warga tentang KIS dan BPJS warga mengenai
yang bervariasi, BPJS dan KIS
sehingga khawatir
akan biaya
pemeriksaan IVA
karena belum
memiliki BPJS.

Banyak ibu usia A. Meningkatkan keyakinan A. Memberikan


produktif yang ibu untuk mengikuti penyuluhan
masih takut akan program pemeriksaan mengenai pentingnya
13
prosedur dan hasil IVA pemeriksaan IVA
pemeriksaan IVA

Pemeriksaan IVA A. Menjelaskan prosedur A. Memberikan


dirasa tidak yang mudah dipahami penyuluhan
14
nyaman. oleh warga mengenai pentingnya
pemeriksaan IVA

Anda mungkin juga menyukai