Anda di halaman 1dari 8

HERMENEUTIKA SEBAGAI FILSAFAT TENTANG

PENAFSIRAN (heidegger,Gadamer)

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hermeneutika

Dosen Pengampu : Waffada arief najayya S Th I, M A

Disusun oleh:

Kelompok 7 / IH-A6

1. Adiba Shofie Ispandiary (1830410016


2. M. Zaim al faqih (1830410011)
3. Yunniar Firanti Noor (1830410024)

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Rasa Syukur yang dalam kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahan Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah ini
kami membahas “HERMENUTIKA EBAGAI FILSAFAT TENTANG PENAFSIRAN”

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak yang belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran guna untuk
memperbaiki dan meluaskan pengertian supaya makalah ini dapat member acuan yang benar dan
dapat bermanfaat bagi kami semua.

Kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing kami yaitu
Bapak Dosen Waffada arief najayya S Th I, M A yang telah mengarahkan dan mengoreksi
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi yang membacanya.

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dilihat dari segi etimologis,hermeneutik berasal dari bahasaYunani Hemieneuein,yang
artinya menafsirkan.Kata benda hermeneia,berarti penafsiran atau interprestasi.Dangan melihat
segi asal kata ini,maka kata hermeneutik sangat sederhana.Dalam arti setiap orang dapat
memberikan penafsiran terhadap.sesuatu'objek yang dihadapinya,tetapi dalam arti filosofis
manafsir tidak hanya menafsir,banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi supaya penafsiran tidak
melenceng dari makna yang terkandung dalam tersebut.Dalam arti
terminologisnya,hermeneutika dalah suatu proses mengubah sesuatu situasi ketidaktauhan
menjadi mengerti.Untuk mengerti sesuatu tidaklah semudah membalik telapak tangan,banyak
yang mempengaruhi proses.Misalnya berkaitan erat dengan bahasa.Manusia untuk mengerti atau
membuat. Interpretasi harus lewat bahasa, tidak mungkin kita berbuat apapun tanpa
menggunakan bahasa.Hermeneutika adalah cara baru untuk"bergaul"denganbahasa.Semua buah
pikiran harus diungkapkan dengan bahasa yang sudah ditentukan aturannya.

RUMUSAH MASALAH
1. Apa definisi hermeneutika sebagai filsafat?
2. Jelaskan perspektif hermeneutka filsafat menurut heidegger?
3. Jelaskan perspektif hermenutika filsafat menurut gadamer?
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian hemeneutika sebagai filsafat

Hermeneutika filsafat1 merupakan menyangkal upaya menemukan pemahaman yang


obyektif melalui metode penafsiran. Hal itu dikarenakan bahwa penafsir telah berada dalam
sebuah tradisi yang membuatnya telah memiliki pemahaman awal(pre-understanding) terhadap
obyek yang dikaji, sehingga ia tidak berangkat dari pemahaman yang netral. Hermeneutika
filsafat tidak bertujuan untuk mencapai pengetahuan yang obyektif, tetapi bertujuan hendak
menjelaskan fenomena keberadaan manusia (human dasein)dalam aspek temporalitas dan
historisnya. Hermeneutika filsafat melangkah lebih jauh dari hermeneutika teori. Ia tidak hanya
menggarap dunia teks, tetapi juga dunia pengarang dan pembacanya. Ia mempertanyakan
bagaimana kondisi pembaca, baik dalam aspek psikologisnya, sosiologisnya, historisnya dan lain
sebagainya.

Faiz mengatakan, bahwa hermeneutika filsafat ini dapat didefinisikan sebagai suatu
“pemahaman terhadap pemahaman”. Artinya, hermeneutika tersebut merupakan suatu
pemahaman terhadap suatu pemahaman yang dilakukan seseorang dengan menelaah proses dan
asumsi-asumsi yang berlaku dalam pemahaman tersebut, termasuk diantaranya adalah konteks
yang melingkupi dan mempengaruhi proses tersebut. Pola ini dilakukan setidaknya untuk dua
tujuan,pertama, untuk meletakkan hasil pemahaman yang dimaksud dalam porsi dan proporsi
yang sesuai; kedua,untuk melakukan suatu “produksi” makna baru dari pemahaman terdahulu
dalam bentuk kontekstualisasi.2

Dalam kenyataannya seluruh filsafat itu merupakan interpretasi.Dalam konteks ini,tidak


ada aturan baku yang dapat digunakan dalam memberi interpretasi.Oleh karena itu,dalam
penerapan hermeneutik perlu diatur sedemikian rupa.Untuk dapat membuat interpretasi,orang
lebih dahulu harus mengerti atau memahami.Sebab,bila seseorang mengerti,ia telah melakukan
interpretasi.Kegiatan interpretasi adalah proses yang bersifat triadik(mempunyai tiga segi yang
saling berhubungan).'Orang yang melakukan interpretasi harus mengenal pesan atau
kecondongan sebuah tes,harusmeresapi isi teks sehingga yang pada mulanya' yanglain' kini

1
Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur’an: Tema-tema Kontroversial (Yogyakarta: eLSAQ Press, 2005), 7 .
2
Faiz, Hermeneutika al Qur’an, 8.
menjadi 'aku'penafsiran itu sendiri.Oleh karena itulah,dapat dipahami bahwa mengertis secara
sungguh-sungguh hanya akan dapat berkembang bila didasarkan atas pengetahuan yang
benar(correct).

Awal mula hermeneutika filsafat

Pada bagian ini, akan dijelaskan mengenai dua filsuf yang pertama-tama mengenalkan
perspektif filosofis hermeneutika secara objektif, yakni Schleiermacher dan Dilthey.
Schleiermacher lebihdikenal di masa hidupnya sebagai seorang pengkhotbah ulung dan teolog
daripada sebagai filsuf. Namun, setelah kematiannya, tulisan-tulisan hermeneutis Schleiermacher
tersebar hingga orang-orang menyebutnya sebagai hermeneutikus sejati Hermeneutik
Schleiermacher tidak lahir dalam ruang hampa atau dengan sendirinya—herheneutiknya
dipengaruhi oleh Friedrich Ast melalui bukunya Grundlinien der Grammatik, Hermeneutik und
Kritik (elemen-elemen Tatabahasa, Hermeneutik dan Kritisisme) (1778-1841)dan Fiedrich
August Wolf (1759-1824). Bagi Ast, tugas penafsir adalah mengerti atau menangkap “roh” dari
budaya yang diteliti. Roh di sini merujuk kepada tata nilai, moralitas, dan alam pikir dari teks.
Hermeneutik bertujuan untuk mengerti maksud penulis dengan setiap latar belakang dunianya
[atau yang sering disebut Ast sebagai pemahaman terhadap historisitas, tatabahasa, dan totalitas
dari penulis]; bagi Wolf, hermeneutik bertujuan untuk menangkap pikiran penulis. Untuk tujuan
itu, penafsir perlu masuk ke situasi penulis atau keadaan mental penulis.

Pemikiran hermenuitka filsafat menurut heidegger

Heidegger(1889-1976) adalah seorang filsuf asal Jerman yang menganut paham


fenomenologi dari gagasan Edmund Husserl, mantan pengajarnya di Universitas Freiburg.
Dalam perjalanan hidupnya, Heidegger menekuni filsafat. Ketekunannya itu membuatnya
mandiri pada filsafat eksistensialisme ontologis tanpa melepaskan diri dari filsafat fenomenologi.
Filsafat fenomenologi adalah sebuah pendekatan untuk mendeskripsikan hal-hal yang kita alami
dan hayati, jauh sebelum hal-hal itu kita rumuskan dalam pikiran kita (Hardiman, 2015).
Bangunan filsafat Heidegger dimulai dengan pertanyaan"ada" (atau apa artinya 'berada' -eksis).
Dengan pertanyaan ini, Heidegger berusaha mendasarkan “ada” sebagai yang imanen (selalu
hadir) di dalam waktu dan sejarah. Semua perbincangan mengenai “ada” selalu dianggap sebagai
sesuatu yang nirwaktu dan transenden. Heidegger melandaskan perspektif filosofisnya mengenai
hermeneutika sebagai cara manusiaber”ada”. Ber”ada” bukan sesuatu yang dimiliki manusia.
Manusia yang memahami adalah manusia yang ber”ada”. Dengan demikian, Heidegger
menyebut manusia sebagai makhluk hermeneutis. Tanpa manusia (penafsir) menyadari bahwa
dirinya “ada”, manusia tidak dapat mengakses teks-teks yang hendak ditafsirnya. Oleh sebab itu,
cara manusia ber”ada” menentukan caranya memahami sebuah teks

Tanggapan hermenutika berdasarkan perspektif heidegger

Heidegger memulai perkembangan filsafatnya dengan menyoroti manusia dalam


dunianya sebagai yang mengenal dirinya di dunia sambil mengartikan dan menafsirkan dirinya di
dunianya ini. Dengan perkataan lain, Heidegger [sebagai perwakilan filsuf tafsir pembaca]
menegaskan bahwa hermeneutik tidak mengacu kepada sains tentang interpretasi teks atau
metodologi ilmu-ilmu budaya, melainkan kepada penjelasan fenomenologinya atau eksistensi
manusia itu sendiri. Realitasnya, manusia sangat dipengaruhi oleh keber-”ada”-annya yang tidak
terlepas dari ruang lingkup dan waktu mereka sendiri. Penulis (author) pun memiliki
keber”ada”an dengan ruang dan waktunya sendiri. Demikian juga teks dan pembaca, sehingga
pluralitas terhadap pemahaman suatu teks otomatis terjadi.

Pemikiran hermeneutika menurut gaddamer

Gadamer mengatakan semua yang tertulis pada kenyataannya lebih diutamakan sebagai objek
hermeneutika. Gadamer dalam karyanya memang tidak memberikan penjelasan, baik secara
explisit maupun implisit, tentang metode penafsiran tertentu terhadap teks. Hal itu dikarenakan
bahwa dia tidak mau terjebak pada ide universalisme metode hermeneutika untuk semua bidang
ilmu sosial dan humaniora, sebagaimana yang pernah digagas oleh Dilthey. Alasan lain adalah
bahwa filsafat hanya berbicara tentang ide-ide umum, mendasar dan prinsipil tentang suatu objek
pembahasan, sehingga dia menyerahkan sepenuhnya pembicaaran mengenai metode tertentu
kepada setiap ahli bidang ilmu tertentu.Meskipun demikian, teori-teori hermeneutika Gadamer
dapat digunakan untuk memperkuat metode pemahaman dan penafsiran suatu objek tertentu,
termasuk di dalamnya teks tertulis.3

Sebagai penerus Heidegger, Gadamer yang telah mengembangkan interpretasi ontologis,


Gadamer tidak memaknai hermeneutika sebagai penerjemah eksistensi, tetapi pemikiran dalam
tradisi filsafat.
3
Hermeneutika Gadamer Sebagai Teknik Analisi Pesan Dakwah”, Jurnal Komunikasi Islam, Volume 04, Nomor 01, Juni 2014,
hlm. 148-165
Walaupun banyak memiliki perbedaan, namun Gadamer dan Heidegger setidaknya identik dalam
satu hal, yakni bahwa proses lingkaran hermeneutik sangatlah penting di dalam pembentukan
pemahaman manusia. Dengan demikian kita bisa memastikan, bahwa walaupun filsafat
Heidegger sangat mempengaruhi pemikiran Gadamer, namun keduanya tidaklah sama. Gadamer
memang mendapatkan banyak sekali inspirasi dari Heidegger. Namun ia kemudian
mengembangkannya serta menerapkannya pada hal yang lebih spesifik, yakni proses penafsiran
tekstual di dalam literatur dan filsafat. Inilah inti dari Hermeneutika Gadamer. Ia memberikan
kepada kita prinsip-prinsip untuk menafsirkan teks-teks dari masa lalu. Dan dengan itu ia
membantu kita memahami apa artinya menjadi manusia dengan berdasarkan pada historisitas
kehidupan itu sendiri. Heidegger memulai perkembangan filsafatnya dengan menyoroti manusia
dalam dunianya sebagai yang mengenal dirinya di dunia sambil mengartikan dan menafsirkan
dirinya di dunianya ini.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Hermeneutika menyangkal upaya menemukan pemahaman yang obyektif melalui metode
penafsiran. Hal itu dikarenakan bahwa penafsir telah berada dalam sebuah tradisi yang
membuatnya telah memiliki pemahaman awal(pre-understanding) terhadap obyek yang dikaji,
sehingga ia tidak berangkat dari pemahaman yang netral. Heidegger menekuni filsafat
Ketekunannya itu membuatnya mandiri pada filsafat eksistensialisme ontologis tanpa
melepaskan diri dari filsafat fenomenologi. Adapun Gadamer mengatakan semua yang tertulis
pada kenyataannya lebih diutamakan sebagai objek hermeneutika. Ia memberikan kepada kita
prinsip-prinsip untuk menafsirkan teks-teks dari masa lalu.

Dafttar Pustaka

Fahruddin Faiz, Hermeneutika al-Qur’an: Tema-tema Kontroversial (Yogyakarta: eLSAQ


Press, 2005),hlm 7.

Jurnal Komunikasi Islam, Volume 04, Nomor 01, Juni 2014, hlm. 148-165

Faiz, Fahruddin. Hermeneutika Qur’ani: antara Teks, Konteks, dan Kontekstualisasi.


Yogyakarta: al Qalam, 2002.

Anda mungkin juga menyukai