Anda di halaman 1dari 8

TUGAS UTS TAKHRIJ HADIST

Nama: Linatus Shifah


Prodi: IH/A4
Makul: Takhrij Hadits
Dosen: Zulham Qudsi FA, MA

1. Makna Takhrij dan istikhraj menurut para ahli!


Jawaban:
 Takhrij Hadits
Takhrij secara etimologi berasal dari bahasa Arab (‫ )خرج يخرج خروجا‬mendapat tasydid pada
huruf ra’ yang disitu adalah ain fi’il menjadi (‫ )خرّج يخرّج تخريجا‬yang bermakna menampakkan,
mengeluarkan, menerbitkan, menyebutkan, dan menumbuhkan. juga kata al-ikhraj (‫)اإِل ْخ َرج‬ ْ
yang artinya menampakkan dan memperlihatkannya. Dan al-makhraj (‫ )ال َم ْخ َرج‬artinya tempat
keluar. takhrij juga bisa memiliki arti sama dengan al-istinbath (mengeluarkan), al-tadrib
(meneliti), dan al-taujih (menerangkan). Maknanya juga bisa dari makna al-ikhraj yang sama
dengan al-ibraz (menjelaskan).
Secara Terminologis, Takhrij berarti petunjuk jalan ke tempat/ letak suatu hadits (menyebut
sejumlah buku yang didalamnya terdapat hadits itu) pada sumber-sumbernya yang orisinil
berikut sanadnya, dan menjelaskan martabatnya jika diperlukan.
Menurut Jumhur Ulama

‫ ثُ َّم بَيَان َمرْ تَبَتِه ِع ْن َد‬.‫أخ َر َج ْته بِ َسنَ ِده‬


ْ ‫صا ِد ِره األصْ لِيَّة التي‬ ِ ْ‫التَّ ْخ ِر ْي ُج هُ َو الدِّاَل لَة عَل َى َمو‬
َ ‫ض ِع ال َح ِديْث فِي َم‬
ْ :‫الح ِديْث َكقَوْ لِنا َمثال‬
‫أخ َر َج‬ ِ ِّ‫ ِذ ْك ُر ال ُمؤل‬,‫ض ِع ال َح ِديْث‬
َ ‫ف التي يُوْ َج ُد فِيْها ذلك‬ ِ ْ‫الحا َج ِة ال ُم َرا ُد بِالدِّاَل لَة عَلى َمو‬
‫ص ِح ْي ِحه‬
َ ‫البخاري في‬

“Menunjukkan letak Hadits dalam sumber-sumber yang asli (sumber primer) di mana
diterangkan rangkaian sanadnya kemudian menjelaskan Hadits dalam sumber-sumber yang
asli (sumber primer) di mana diterangkan rangkaian sanadnya kemudian menjelaskan Hadits
itu bila perlu. Menunjukkan letak Hadits suatu Hadits berarti menunjukkan sumber-sumber
dalam Hadits itu diriwayatkan, misal: bukhori mengeluarkan dalam shahihnya.”
Menurut Para Ahli Hadits
1. Takhrij dalam artian: pengarang menyebutkan sebuah hadits dengan sanad pengarang
dalam kitabnya. Ketika kita mengatakan: ُّ‫ُخَاري‬ ِ ‫ خَ َّر َجهُ ْالب‬/ ُّ‫َاري‬
ِ ‫( أَ ْخ َر َجهُ ْالبُخ‬dikeluarkan oleh
Bukhari), maksudnya adalah bahwa beliau menyebutkan hadits tersebut dengan sanad
beliau dalam sebuah kitab hadits.
َ ‫ )خَ ر‬dan ikhraj/ akhraja (‫ َرا ُج‬v‫ا ِإل ْخ‬/‫ َر َج‬v‫ )أَ ْخ‬di sini sama,
Jadi, takhrij/kharraja (‫ ِر ْي ُج‬v‫التَّ ْخ‬/‫َّج‬
meski penggunaan ikhraj/ akhraja (‫ا ِإل ْخ َرا ُج‬/‫ )أَ ْخ َر َج‬lebih banyak dipakai.
2. Takhrij dalam artian: pengarang (A) menyebutkan hadits-hadits yang terdapat dalam
kitab yang ditulis oleh seseorang (B), dimana sanad A dan B bertemu pada salah satu
tingkatan sanad.
Takhrij/kharraja (‫ ِر ْي ُج‬vv‫التَّ ْخ‬/‫َّج‬
َ ‫ ر‬vvَ‫ )خ‬di sini sama dengan istikhraj/istakhraja (‫ت َْخ َرج‬vv‫اس‬ ْ
‫ااْل ْستِ ْخ َرا ُج‬/َ), dan penggunaan istikhraj/istakhraja (‫ااْل ْستِ ْخ َرا ُج‬/‫ )ا ْست َْخ َر َج‬lebih banyak dipakai.
Kitab yang ditulis oleh si pengarang (A) disebut mustakhraj ( ‫ت َْخ َر ُج‬vv‫)ال ُم ْس‬, ْ seperti
Mustakhraj Abi ‘Awanah yang merupakan istikhraj/ takhrij atas Shahih Muslim
3. Takhrij dalam artian: menunjukkan tempat hadits dari sumber aslinya, serta
menjelaskan hukumnya
Takhrij menurut Nizar Ali, mempunyai pengertian :
1. Mengungkapkan atau mengeluarkan hadits kepada orang lain dengan menyebutkan
para perowi yang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai yang mengeluarkan
hadits.
2. Mengeluarkan sejumlah hadits dari kandungan kitabnya dan meriwayatkan kembali.
3. Petunjuk yang menjelaskan kepada sumber asal hadits.
4. Petunjuk tentang tempat atau letak hadits pada sumber aslinya yang diriwayatkan
dengan menyebutkan sanadnya, kemudian dijelaskan martabat/kedudukannya
manakala diperlukan.
Al-Thahan, setelah menyebutkan beberapa macam pengertian takhrij di kalangan ulama
hadis, menyimpulkan sebagai berikut:

ُ‫صا ِد ِر ِه ْاألَصْ لِيَ ِة اَلَّتِى اَ ْخ َر َج ْته‬ َ ‫ض ِع ْا‬


ِ ‫لح ِد ْي‬
َ ‫ث فِى ُم‬ ِ ْ‫ه َُوال َّدالَلَةُ َعلَى َمو‬
َ ‫بِ َسنَ ِد ِه ثُ َّم بَيَا ِن َما َراتِبِه ِع ْند َْا‬
‫لح َجا ِة‬
“Menunjukkan atau mengemukakan letak asal hadis pada sumber-sumbernya yang asli yang
didalamnya dikemukakan hadis itu secara lengkap dengan sanad-nya masing-masing,
kemudian manakala diperlukan, dijelaskan kualitas hadis yag bersangkutan”
 Istikhraj
Istikhraj dalam istilah ilmu hadis adalah:

‫ب فَيُجْ َم ُع‬ِ ‫ب ْال ِكتَا‬ ِ َ‫ف ُم ْسنَ ِدلِ َغي ِْر ِه فَيَ ْخ ُر ُخ اَ َحا ِد ْيثِ ِه بِأ َسانِ ِدى فَ َسهُ ِم ْن َغي ِْر ط‬
ِ ‫اح‬ ِ ‫صد َْال َحافِظُ اَالَّ ُمصْ َح‬ ِ ‫فَه َُواَ ْن يَ ْق‬
‫ص َحابِى اَخَرْ بَلْ اَل بُ َد اَ ْن‬
َ ‫ث‬ ِ ‫ث ال َم ْذ ُكوْ ِر ِم ْن َح ِد ْي‬
ِ ‫ث بِشَرْ ِط اَ ْن اَل يُ َو ِرد ُْال َح ِد ْي‬ ُ ِ‫ص َحاي‬ َ ‫ اِلَى‬v‫َم َعهُ فِى ثَ ْي ُخهُ َوهُ ُكوْ ًدا‬
‫الص َحابِى نَ ْف ِس ِه‬
َ ِ ‫يَ ُكوْ نَ ِم ْن َح ِد ْي‬
َ‫ث َذلِك‬
Yaitu, bahwa seorang hafiz (ahli hadis) menentukan (memilih) suatu kitab kumpulan hadis
karya orang lain yang telah disusun lengkap dengan sanad-nya, lalu dia mentakhrij hadis-
hadisnya dengan sanad-nya sendiri tanpa mengikuti jalur sanad penyusun kitab tersebut.
(Akan tetapi) jalur sanad-nya itu bertemu dengan sanad penulis buku tersebut pada gurunya
atau guru sebagai penerima hadis pertama, dengan syarat bahwa hadis tersebut tidak datang
dari sahabat lain, tetapi mestilah dari sahabat yang sama.

2. Urgensi takhrij bagi sebuah penelitian!


Jawaban:
Abu Muhammad Abdul Mahdi bin Abdul Qadir bin Abdul Hadi dalam kitabnya Thuruq
Takhrij Hadits Rasulillah SAW, yang penulis kutip dari buku terjemahan kitab tersebut,
“Metode Takhrij Hadits”, menjelaskan beberapa manfaat takhrij hadits diantaranya :

1) Takhrij memperkenalkan sumber-sumber hadits, kitab-kitab asal dimana suatu hadits


berada, beserta ulama yang meriwayatkannya.
2) Takhrij dapat menambah perbendaharaan sanad hadits-hadits melalui kitab-kitab yang
ditunjukinya. Semakin banyak kitab-kitab asal yang memuat suatu hadits, semakin
banyak pula perbendaharaan sanad yang dimiliki.
3) Takhrij dapat memperjelas keadaan sanad. Dengan membandingkan riwayat-riwayat
hadits yang banyak itu maka dapat diketahui apakah riwayat itu munqathi’, mu’dal
dan lain-lain. Demikian pula dapat diketahui apakah status riwayat tersebut shahih,
dha’if dan sebagainya.
4) Takhrij dapat memperjelas hukum hadits dengan banyaknya riwayatnya. Terkadang
kita dapatkan hadits yang dha’if melalui suatu riwayat, namun dengan takhrij
kemungkinan kita akan mendapatkan riwayat lain yang shahih. Hadits yang shahih itu
akan mengangkat derajat hukum hadits yang dha’if tersebut ke derajat yang lebih
tinggi.
5) Dengan takhrij kita dapat memperoleh pendapat-pendapat para ulama sekitar hukum
hadits.
6) Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang samar. Karena terkadang kita dapati
perawi yang belum ada kejelasan namanya, seperti Muhammad, Khalid dan lain-lain.
Dengan adanya takhrij kemungkinan kita akan dapat mengetahui nama perawi yang
sebenarnya secara lengkap.
7) Takhrij dapat memperjelas perawi hadits yang tidak diketahui namanya melalui
perbandingan diantara sanad-sanad.
8) Takhrij dapat menafikan pemakaian “AN” dalam periwayatan hadits oleh seorang
perawi mudallis. Dengan didapatinya sanad yang lain yang memakai kata yang jelas
ketersambungan sanadnya, maka periwayatan yang memakai “AN” tadi akan tampak
pula ketersambungan sanadnya.
9) Takhrij dapat menghilangkan kemungkinan terjadinya percampuran riwayat
ada tiga hal yang menyebabkan pentingnya kegiatan takhrij al hadits dalam
melaksanakan penelitian hadis, yaitu:
1. Untuk mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti
2. Untuk mengetahui seluruh riwayat bagi hadis yang akan diteliti
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya sya>hid dan mutabi‘ pada sanad yang diteliti.

3. Metode takhrij sesuai Mu’jam Mufahros, Kitab Athraf Hadits, Online.


Jawaban:
a. Mu’jam Mufahros
Kitab ini digunakan ketika kita akan mentakhrij hadits Melalui Kata-Kata dalam
Matan Hadis Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang
terdapat dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam
metode ini tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian
hadisnya sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian hadis
berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya.
kitab Al-Mu`jam Al-Mufahras li Al-faz Al-Hadis An-Nabawi (Kitab ini
mengumpulkan hadis-hadis yang terdapat di dalam Sembilan kitab induk hadis
sebagaimana yaitu; Sahih Bukhari, Sahih Muslim, Sunan Turmizi, Sunan Abu Daud,
Sunan Nasa‟i, Sunan Ibn Majah, Sunan Darimi, Muwaththa‟ malik, dan Musnad
Imam Ahmad) yang ditulis oleh A.J.Wensinck yang merupakan orientalis dan guru
besar bahasa arab pada universitas Leiden. dan Muhammad Fu‟ad „Abd al-Baqi
Takhrij.
Sistematika penulisan “al-Mu`jam al-Mufahras” adalah sebagai berikut:
1. Penyebutan nomor bab untuk kitab-kitab : Shahih al-Bukhari, Sunan Abi Dawud, Jami`
al-Turmudzi, Sunan Nasa’i, Sunan Ibn Majah, dan Sunan al-Darimi, setelah sebelumnya
menyebut nama kitab dengan menggunakan rumus tertentu, dan menyebut nomor urut pada
kitab yang bersangkutan sesuai dengan yang dilakukan penulisnya;
2. Penyebutan nomor hadis untuk kitab-kitab : Shahih Muslim, Muwaththa` Malik,
Musnad Zaid Ibn Ali, dan Musnad Abi Dawud al-Thayalisi, setelah sebelumnya disebutkan
nama kitab yang bersangkutan;
3. Penyebutan nomor halaman untuk kitab-kitab : Musnad Ibn Hanbal, Thabaqat Ibn Saad,
Sirah Ibn Hisyam, dan Maghazi al-Waqidi, setelah sebelumnya disebutkan nomor juz
[volume/jilid] kitab yang bersangkutan.
Langkah-langkahnya:
1. setelah kita mendapatkan bunyi teks hadits yang akan kita takhrij, kita perhatikan
lafadz-lafadz yang ada pada matannya. Kita ambil lafadz- lafadz yang paling jarang dipakai,
bisa berupa isim, fi’il ataupun yang lain yang merupakan bentuk tashrifan.
ٌ
َّ ‫ثالث من‬
Contoh: ‫الح‬.......‫كن فيه وج َد حالوة اإليمان‬
ٌ
Maka dari hadits tersebut bisa dilihat mungkin dari ‫ثالث‬ َّ ,َ‫ وجد‬,‫ حالوة‬,‫اإليمان‬
,‫كن‬
2. selanjutnya kata-kata tersebut kita lacak di kamus mu’jam dengan memperhatikan
huruf awalnya untuk mencari pada jilid keberapa sesuai dengan huruf alfabetis.
Contoh: lafadz ‫ وج َد‬yang berawalan waw (‫ )و‬maka bisa kita cari dalam mu'jam jilid VII maka
disana kita temukan pada halaman 141 yang petunjuknya berbunyi 3‫كن فيه‬ َّ ‫ ن ثالث من‬,2 ‫ايمان‬
‫وجد حالوةاإليمان‬
Artinya hadist diatas bisa kita temukan di sunan annasa’i bab II dan III dari kitab iman.
3. setelah kita temukan petunjuknya di mu’jam, baru kita melaacak hadits tersebut pada
kitab-kitab sumber hadits yang orisiinil sesuai petunjuk dalam mu’jam.lalu kita tulis hadits
tersebut dengan lengkap sesuai sanad dan sumbernya.
Catatan:
a. petunjuk pemakaian kamus mu’jam ini ada pada jilid ke tujuh.
b. kamus mu’jam ini merujuk pada hadits-hadits yang termuat dalam kutubut tis’ah yang
rumusnya sebagai berikut:
(‫)ت‬imam at turmudzi , imam muslim (‫)م‬imam bukhori (‫)خ‬imam annasa’i (‫)ن‬imam abu
dawud (‫ )د‬al muwatho’(‫)ط‬musnad imam ahmad bin hanbal (‫)حم‬imam ibn majjah (‫ )جه‬sunan
ad-darimiy (‫)دى‬
c. nomor/bab hadits dalam kitab mu’jam tidak sama dikarenakan perbedaan percetakan.

b. Kitab Athraf Hadits


Metode Athrafiy yaitu sebuah metode takhrij hadis yang menjadikan kitab-
kitab athraf sebagai rujukkan dalam melakukan kerjanya. Al-Athraf adalah model
tashnif yang dilakukan oleh para penulis hadis dengan cara menuliskan permulaan
suatu matan hadis tertentu. Kemudian disebutkan sandaran [sanad]-nya atau
menisbatkannya kepada kitab-kitab tertentu yang menjadi referensinya
Penyebutan sanad dilakukan dengan menggunakan dua pola : pertama, pola
kompleks [menyebut seluruh rawi yang terdapat pada sanad lengkap dengan simbol-
simbol periwayatan yang digunakannya]; dan kedua, pola sederhana [hanya dengan
menyebutkan nama guru penulis kitab].
Sistematika penulisan kitab athraf, pada umumnya, menggunakan pola
musnad sahabat secara alfabetis. Pola ini secara sistematik akan memulai
penulisannya dengan menuliskan hadis-hadis yang berasal dari sahabat nabi yang
namanya diawali huruf ‘alif’, demikian seterusnya.
Di samping itu, meskipun sedikit yang melakukannya, ada penulis yang
menyusun athraf-nya dengan mencatat awal matan suatu hadis yang ditulisnya secara
alfabetis. Sekedar menyebut di antaranya, kitab ‘Athraf al-Ghara`ib wa al-afrad’,
karya al-Daruquthniy, dan kitab ‘Al-Kasyaf fi Ma`rifah al-Athraf’, karya al-Hafizh
Muhammad Ibn Husainiy, adalah contoh penulisan athraf yang menggunakan pola
kedua ini
Berdasarkan hasil telaah yang seksama, pola kedua adalah pola yang paling
baik. Di samping memberikan banyak kemanfaatan sekaligus kemudahan bagi para
pembaca dan pembelajar hadis. Pola kedua ini memungkinkan para pembaca dapat
dengan segera mengingat kembali materi hadis yang telah hilang dari memorinya.
Sedangkan bagi para peneliti hadis, pola kedua ini memudahkannya dalam melakukan
komparasi matan.

c. Online
Yaitu bisa dengan menggunakan cara mencari sanad suatu hadits dari islamweb.net
Langkahnya sebagai berikut:
1. Misalnya, kita ingin mencari teks lengkap dari hadits yang populer:

ِ ‫إِنَّ َما اأْل َ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬


‫ت‬
“sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya”
yang pertama kali kita lakukan adalah membuka web http://islamweb.net. Kemudian
pilih menu ‫ موسوعات‬/mausuu’aat/ pada menubar. Kita akan mendapati empat pilihan
aplikasi, pilih mausu’atul hadits

2. Masukan teks dari hadits yang ingin di cari pada kotak pencarian.

Klik icon kaca pembesar atau tekan enter.


3. Aplikasi hadits Islamweb akan melakukan pencarian dan menampilkan hasilnya.
Dari sini kita mendapatkan bahwa hadits “sesungguhnya amal itu tergantung pada niatnya”
terdapat dalam kitab Shahih Al Bukhari, Sunan Ibnu Majah, Musnad Al Humaidi, Mu’jam Al
Ausath, dan seterusnya.

Keterangan:
Kolom ‫ طرف الحديث‬menampilkan bagian dari teks hadits
Kolom ‫ الصحابي‬menampilkan nama sahabat Nabi yang meriwayatkan hadits
Kolom ‫ اسم الكتاب‬menampilkan nama kitab-kitab hadits yang memuat hadits yang
dicari
Kolom ‫ أفق‬dan ‫ العزو‬menunjukkan nomor hadits
Kolom ‫ المصنف‬menampilkan nama ulama penulis kitab hadits
Kolom ‫ سنة الوفاة‬menampilkan tahun wafat dari ulama yang menulis kitab hadits
terkait
4. Klik pada salah satu hasil pencarian, misalnya pada hadits Bukhari pada nomor 1.
Maka kita akan dapatkan lafadz teks hadits secara lengkap, plus dengan sanadnya.

5. Klik pada kata ‫تخريج‬, maka kita akan mendapat data takhrij hadits yang lebih akurat
dari hasil pencarian sebelumnya.

Jika pada hasil pencarian sebelumnya hanya didapatkan hadits-hadits yang memuat kalimat
‫ت‬ ِ ‫ إِنَّ َما اأْل َ ْع َما ُل بِالنِّيَّا‬dengan persis, maka dalam data takhrij ini kita mendapat data takhrij untuk
hadits tersebut walaupun ada sedikit perbedaan lafadz. Dari contoh di atas kita ketahui
ternyata hadits ini juga terdapat dalam Shahih Muslim dengan lafadz sedikit berbeda yaitu ‫إِنَّ َما‬
‫اأْل َ ْع َما ُل بِالنِّيَّ ِة‬
6. Sanad hadits (yang ada pada langkah no.4) dimulai dengan penyebutan nama-nama
perawi hadits. Jika kita klik salah satu nama perawi yang ada, akan keluar info biografi dari
perawi tersebut. Misalnya dari hasil pada langkah 4 tadi, kita klik rawi bernama ُ‫ ُس ْفيَان‬maka
akan keluar info sebagai berikut:
info ini memuat biografi perawi, data guru-gurunya, murid-muridnya, pembahasan
singkat, serta penilaian kualitas rawi hadits atau dikenal dengan jarh wa ta’dil terhadap rawi
hadits tersebut dari kalam-kalam para ulama yang pakar dalam ilmu rijalul hadits. Misalnya
pada contoh di atas, kita ketahui Sufyan yang dimaksud adalah Sufyan bin ‘Uyainah bin
Maimun, kun-yah-nya Abu Muhammad, lahir di Mekkah, termasuk perawi thabaqah ke-8,
aplikasi ini menyimpulkan status kualitas Sufyan bin ‘Uyainah sebagai “tsiqah hafidz
hujjah“, dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai