Pengertian Tauhid
benda yang memiliki arti ke-Esaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya
satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada ( ) وحد
Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian
“logos”yang berarti ilmu (science, study, discourse). Jadi theologi berarti ilmu
tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Definisi theologi yang diberikan oleh para
ahli-ahli ilmu agama antara lain dari Fergilius Ferm, yaitu: The discipline which
concernsGod (or the Divine Reality) and God‟s relation to the world (Tauhid
Kalimat Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il
sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna initidak tepat kecuali
diikuti dengan penafian, Yaitu menafikan segala sesuatu
Secara istilah, makna Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satusatunyasesembahan yang benar
dengan segala kekhususannya. Dari makna
olehmanusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau
Allah, Tuhan yang Esa, atau juga sering disamakan dengan kata “ ( ” الالهاالهللاtiada
Tuhan SelainAllah).6
Fuad Iframi Al-Bustani juga menerangkan hal yang sama.
Zaini juga turut menjelaskan tentang apa itu tauhid, menurut beliau tauhid berasal
Yangmembahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifatsifatyang boleh
disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali
Orang kafir, ateis dan musyrik. Sebuah perbedaan yang lebih terletak pada
Ketetapan Ilahi.
a. Ilmu kalam
b. Ilmu ushuluddin
Ushuluddin adalah serangkai kata yang terdiri dari ushul dan ad-din. Ushul jama’ dari ashl yaitu yang
berarti pokok, ataupun dasar. Sedangkan ad-din artinya agama. Jadi perkataan ushuluddin menurut
bahasa berarti pokok atau dasar-dasar agama. Mereka memberikan nama ilmu ushuluddin, lantaran
ilmu ini menguraikan pokok-pokok kepercayaan dalam agama dan juga karena ilmu ushuluddin ini
membahas prinsip-prinsip agama islam.
Aqidah menurut bahasa ialah berasal dari perkataan al-aqd yaitu ikatan, menguatkan, meneguhkan
dan menegakkan. Aqidah adalah hukum yang tidak menerima keraguan di dalamnya bagi orang yang
menyakininya. Aqidah dalam agama adalah maksudnya keyakinan tanpa perbuatan, seperti
keyakinan tentang keberadaan Allah bukan di ‘Arasy dan diutusnya para rasul. Dan bentuk jama’nya
adalah aqaa’id.
Aqidah menurut istilah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram
kepada-Nya.
d. Ilmu ma’rifah
Arti ma’rifah yaitu pengenalan atau mengenal. Mengapa dikatakan ilmu ma’rifah, lantaran di ilmu ini
kebanyakan yang diperbincangkan ialah hal mengenal Allah dan dengan keyakinan yang teguh dan
tetap dalam satu prinsip.
Sebenarnya ilmu sifat 20 adalah penyederhanaan dari kata ilmu tauhid atau ilmu kalam atau bisa di
sebut juga I’tiqad dua puluh. Bahkan ada Ulama berpendapat bahwa bila seorang tidak mampu
menguasai sifat dua puluh tersebut ada yang mengatakan tidak sah iman orang tersebut. Ilmu ini
membahas tentang sifat-sifat ketuhanan.
f. filsafat islam.
Disebut ilmu filsafat islam karena ilmu kalam membahas berbagai masalah ketuhanan dengan
menggunakan argumental logika.
2. Membimbing manusia kejalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk beribadah dengan
penuh keikhlasan.
3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan.
5. Rela atas pemberian Allah atas dirinya mengenai rezki, kedudukan dan lain-lain
1. Al-Qur’an Al-Qur’an al-Karim adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil. Al-Qur’an adalah
dalil yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad dan dalil yang membuktikan benar dan
tidaknya suatu ajaran. Al-Qur’an juga merupakan kitab Allah terakhir yang menegaskan pesan-pesan
kitab-kitab samawi sebelumnya. Allah memerintahkan dalam al-Qur’an agar kaum Muslimin
senantiasa mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Allah dan Rasul-Nya: فَِإ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي
ِ َي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هللاِ َوال َّرس
ُول ْ شArtinya: “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).” (QS. Al-Nisa’ : 59).
Mengembalikan persoalan kepada Allah, berarti mengembalikannya kepada Al-Qur’an. Sedangkan
mengembalikan persoalan kepada Rasul, berarti mengembalikannya kepada sunnah Rasul yang
shahih.
2. Hadits Hadits adalah dasar kedua dalam penetapan akidah-akidah dalam Islam. Tetapi tidak
semua hadits dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah. Hadits yang dapat dijadikan dasar
dalam menetapkan akidah adalah hadits yang perawinya disepakati, dan dapat dipercaya oleh para
ulama. Sedangkan hadits yang perawinya masih diperselisihkan oleh para ulama, tidak dapat
dijadikan dasar dalam menetapkan akidah sebagaimana kesepakatan para ulama ahli hadits dan
fuqaha yang mensucikan Allah dari menyerupai makhluk. Menurut mereka, dalam menetapkan
akidah tidak cukup didasarkan pada hadits yang diriwayatkan melalui jalur yang dha’if, meskipun
diperkuat dengan perawi yang lain. Al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi sebagaimana dikutip Syekh
Abdullah Al-Harary dalam kitabnya Sharihul Bayan menyatakan: َّص َحابِ ٍّي اَوْ تَابِ ِع ٍّي ِإال َ صفَةُ ِهللِ ِبقَوْ ِلِّ ُت الُ الَ ت َْثب
َّ
ْق ُر َواتِ ِه َحتى لَوْ َو َر َد ْ ْ
ِ َْف َوالَ بِال ُمختَل
ِ ف فِ ْي تَوْ ثِي ِ ض ِعي ِ ق َعلَى تَوْ ثِي
َّ فَالَ يُحْ تَجُّ بِال،ْق ر َُواتِهَا َّ ْ ُ ْ َّ
ِ َث النبَ ِويَّ ِة ال َمرْ فوْ َع ِة ال ُمتف ْ
ِ ص َّح ِمنَ االَ َحا ِد ْيَ بِ َما
ْض ُدهُ فَالَ يُحْ تَجُّ بِ ِه ٌ ف فِ ْي ِه َو َجا َء َح ِدي
ِ ْث آ َخ ُر يَع ٌ َ ِإ ْسنَا ٌد فِ ْي ِه ُم ْختَلArtinya: Sifat Allah tidak dapat ditetapkan berdasarkan
pendapat seorang sahabat atau tabi’in. Sifat Allah hanya dapat ditetapkan berdasarkan hadits-hadits
Nabi yang marfu’, yang perawinya disepakati dapat dipercaya. Jadi hadits dha’if dan hadits yang
perawinya diperselisihkan tidak dapat dijadikan hujjah dalam masalah ini, sehingga apabila ada
sanad yang diperselisihkan, lalu ada hadits lain yang menguatkannya, maka hadits tersebut tidak
dapat dijadikan hujjah.