Anda di halaman 1dari 5

1.

Pengertian Tauhid

Tauhid dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sebuah kata

benda yang memiliki arti ke-Esaan Allah, kuat kepercayaan bahwa Allah hanya

satu. Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab, masdar dari kata Wahhada ( ‫) وحد‬

Yuwahhidu ( ‫ ) يوحد‬Tauhidan ( ‫)توحدا‬.1

Secara etimologis, tauhid berarti ke-Esaan. Maksudnya, keyakinan bahwa

Allah SWT adalah Esa, Tunggal, satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian

tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu ke-Esaan Allah,

mentauhidkan berarti mengakui akan keesaan Allah, meng-Esakan Allah.2

Kata Tauhid terdiri dari perkataan “Theos” artinya Tuhan, dan

“logos”yang berarti ilmu (science, study, discourse). Jadi theologi berarti ilmu

tentang Tuhan atau ilmu ketuhanan. Definisi theologi yang diberikan oleh para

ahli-ahli ilmu agama antara lain dari Fergilius Ferm, yaitu: The discipline which

concernsGod (or the Divine Reality) and God‟s relation to the world (Tauhid

ialah pemikiran sistematis yang berhubungan dengan alam semesta).3

Kalimat Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk masdar dari fi’il

Wahhada-Yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang artinya menjadikan

sesuatu satu saja. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Makna initidak tepat kecuali
diikuti dengan penafian, Yaitu menafikan segala sesuatu

selainsesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”4

Secara istilah, makna Tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satusatunyasesembahan yang benar
dengan segala kekhususannya. Dari makna

inisesungguhnya dapat dipahami bahwa banyak hal yang dijadikan sesembahan

olehmanusia, bisa jadi berupa Malaikat, para Nabi, orang-orang shalih atau

bahkanmakhluk Allah yang lain, namun seorang yang bertauhid hanya

menjadikan Allahsebagai satu-satunya sesembahan saja.

Jubaran Mas’ud menyatakan bahwa tauhid bermakna beriman kepada

Allah, Tuhan yang Esa, atau juga sering disamakan dengan kata “ ‫( ” الالهاالهللا‬tiada

Tuhan SelainAllah).6
Fuad Iframi Al-Bustani juga menerangkan hal yang sama.

Menurutnya tauhid adalah Keyakinan bahwa Allah itu bersifat Esa.7Syahminan

Zaini juga turut menjelaskan tentang apa itu tauhid, menurut beliau tauhid berasal

Dari kata “wahhada”(‫“ )وحد‬yuwahhidu”(‫ )يوحد‬Tauhidan” ( ‫) توحيدا‬, yang berarti

Mengesakan Allah SWT.8

Menurut Syeikh Muhammad Abduh, tauhid merupakan suatu ilmu

Yangmembahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifatsifatyang boleh
disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat yang sama sekali

Wajibdilenyapkan pada-Nya.Juga membahas tentang rasul-rasul Allah, meyakinkankerasulan


mereka, apa yang boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada

mereka, danapa yang terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.

Tauhid menurut Abu al-A’la al-Maududi merupakan sebuah kalimat

Deklarasi/pengakuan seorang muslim, kalimat pembeda seorang muslim dengan

Orang kafir, ateis dan musyrik. Sebuah perbedaan yang lebih terletak pada

Peresapan makna tauhid dan meyakininya dengan sungguh-sungguh kebenaranNya dengan


mewujudkannya dalam perbuatan agar tidak menyimpang dari

Ketetapan Ilahi.

Dari beberapa uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

Dengan tauhid adalah meyakini ke-Esaan Allah dalam Rububiyah (ketuhanan),


Uluhiyah (ibadah), menetapkan bagi Nya nama-nama dan sifat-sifat-Nya serta

Menjauhkan-Nya dari kekurangan dan cacat (maha sempurna) serta tidak

Menyetarakannya dengan mahluk apapun.

2.Nama-Nama Lain Ilmu Tauhid

Adapun nama lain dari ilmu tauhid adalah:

a. Ilmu kalam

Ilmu yang mengungkapkan bagaimana cara menetapkan kepercayaan-kepercayaan keagamaan


(Islam) dengan bukti-bukti yang menyakinkan, ia lebih menyerupai filsafat.

b. Ilmu ushuluddin

Ushuluddin adalah serangkai kata yang terdiri dari ushul dan ad-din. Ushul jama’ dari ashl yaitu yang
berarti pokok, ataupun dasar. Sedangkan ad-din artinya agama. Jadi perkataan ushuluddin menurut
bahasa berarti pokok atau dasar-dasar agama. Mereka memberikan nama ilmu ushuluddin, lantaran
ilmu ini menguraikan pokok-pokok kepercayaan dalam agama dan juga karena ilmu ushuluddin ini
membahas prinsip-prinsip agama islam.

c. Ilmu qaid (Ilmu akidah)

Aqidah menurut bahasa ialah berasal dari perkataan al-aqd yaitu ikatan, menguatkan, meneguhkan
dan menegakkan. Aqidah adalah hukum yang tidak menerima keraguan di dalamnya bagi orang yang
menyakininya. Aqidah dalam agama adalah maksudnya keyakinan tanpa perbuatan, seperti
keyakinan tentang keberadaan Allah bukan di ‘Arasy dan diutusnya para rasul. Dan bentuk jama’nya
adalah aqaa’id.

Aqidah menurut istilah adalah hal-hal yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tentram
kepada-Nya.

d. Ilmu ma’rifah

Arti ma’rifah yaitu pengenalan atau mengenal. Mengapa dikatakan ilmu ma’rifah, lantaran di ilmu ini
kebanyakan yang diperbincangkan ialah hal mengenal Allah dan dengan keyakinan yang teguh dan
tetap dalam satu prinsip.

e. Ilmu sifat dua puluh

Sebenarnya ilmu sifat 20 adalah penyederhanaan dari kata ilmu tauhid atau ilmu kalam atau bisa di
sebut juga I’tiqad dua puluh. Bahkan ada Ulama berpendapat bahwa bila seorang tidak mampu
menguasai sifat dua puluh tersebut ada yang mengatakan tidak sah iman orang tersebut. Ilmu ini
membahas tentang sifat-sifat ketuhanan.

f. filsafat islam.

Disebut ilmu filsafat islam karena ilmu kalam membahas berbagai masalah ketuhanan dengan
menggunakan argumental logika.

3. Manfaat dan tujuan mempelajari Ilmu Tauhid:

1. Sebagai sumber motivator perbuatan kebajikan dan keutamaan.

2. Membimbing manusia kejalan yang benar, sekaligus mendorong mereka untuk beribadah dengan
penuh keikhlasan.

3. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelapan, kekacauan dan kegoncangan hidup yang dapat
menyesatkan.

4. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan batin.

5. Rela atas pemberian Allah atas dirinya mengenai rezki, kedudukan dan lain-lain

6. Rasa saling menghargai.

7. Rasa kasih sayang terhadap sesama manusia.

8. Memberikan ketentraman batin .

4. Sumber hukum ilmu tauhid

1. Al-Qur’an Al-Qur’an al-Karim adalah pokok dari semua argumentasi dan dalil. Al-Qur’an adalah
dalil yang membuktikan kebenaran risalah Nabi Muhammad dan dalil yang membuktikan benar dan
tidaknya suatu ajaran. Al-Qur’an juga merupakan kitab Allah terakhir yang menegaskan pesan-pesan
kitab-kitab samawi sebelumnya. Allah memerintahkan dalam al-Qur’an agar kaum Muslimin
senantiasa mengembalikan persoalan yang diperselisihkan kepada Allah dan Rasul-Nya: ‫فَِإ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي‬
ِ ‫َي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هللاِ َوال َّرس‬
‫ُول‬ ْ ‫ ش‬Artinya: “Kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka
kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).” (QS. Al-Nisa’ : 59).
Mengembalikan persoalan kepada Allah, berarti mengembalikannya kepada Al-Qur’an. Sedangkan
mengembalikan persoalan kepada Rasul, berarti mengembalikannya kepada sunnah Rasul yang
shahih.

2. Hadits Hadits adalah dasar kedua dalam penetapan akidah-akidah dalam Islam. Tetapi tidak
semua hadits dapat dijadikan dasar dalam menetapkan akidah. Hadits yang dapat dijadikan dasar
dalam menetapkan akidah adalah hadits yang perawinya disepakati, dan dapat dipercaya oleh para
ulama. Sedangkan hadits yang perawinya masih diperselisihkan oleh para ulama, tidak dapat
dijadikan dasar dalam menetapkan akidah sebagaimana kesepakatan para ulama ahli hadits dan
fuqaha yang mensucikan Allah dari menyerupai makhluk. Menurut mereka, dalam menetapkan
akidah tidak cukup didasarkan pada hadits yang diriwayatkan melalui jalur yang dha’if, meskipun
diperkuat dengan perawi yang lain. Al-Hafizh al-Khathib al-Baghdadi sebagaimana dikutip Syekh
Abdullah Al-Harary dalam kitabnya Sharihul Bayan menyatakan: َّ‫ص َحابِ ٍّي اَوْ تَابِ ِع ٍّي ِإال‬ َ ‫صفَةُ ِهللِ ِبقَوْ ِل‬ِّ ‫ُت ال‬ُ ‫الَ ت َْثب‬
َّ
‫ْق ُر َواتِ ِه َحتى لَوْ َو َر َد‬ ْ ْ
ِ َ‫ْف َوالَ بِال ُمختَل‬
ِ ‫ف فِ ْي تَوْ ثِي‬ ِ ‫ض ِعي‬ ِ ‫ق َعلَى تَوْ ثِي‬
َّ ‫ فَالَ يُحْ تَجُّ بِال‬،‫ْق ر َُواتِهَا‬ َّ ْ ُ ْ َّ
ِ َ‫ث النبَ ِويَّ ِة ال َمرْ فوْ َع ِة ال ُمتف‬ ْ
ِ ‫ص َّح ِمنَ االَ َحا ِد ْي‬َ ‫بِ َما‬
‫ْض ُدهُ فَالَ يُحْ تَجُّ بِ ِه‬ ٌ ‫ف فِ ْي ِه َو َجا َء َح ِدي‬
ِ ‫ْث آ َخ ُر يَع‬ ٌ َ‫ ِإ ْسنَا ٌد فِ ْي ِه ُم ْختَل‬Artinya: Sifat Allah tidak dapat ditetapkan berdasarkan
pendapat seorang sahabat atau tabi’in. Sifat Allah hanya dapat ditetapkan berdasarkan hadits-hadits
Nabi yang marfu’, yang perawinya disepakati dapat dipercaya. Jadi hadits dha’if dan hadits yang
perawinya diperselisihkan tidak dapat dijadikan hujjah dalam masalah ini, sehingga apabila ada
sanad yang diperselisihkan, lalu ada hadits lain yang menguatkannya, maka hadits tersebut tidak
dapat dijadikan hujjah.

Anda mungkin juga menyukai