Anda di halaman 1dari 8

INKARUSSUNNAH DI ZAMAN MODERN

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Studi Hadits Kontemporer

Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Nuruddin, M.Ag.

Disusun oleh:

1. Linatus Shifah (1830410004)


2. Nur Shofia Niswah (1830410022)

Prodi IH/A6

PROGRAM STUDI ILMU HADIS

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Rasa Syukur yang dalam kami sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
kemurahan Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam makalah
ini kami membahas “INKARUSSUNNAH DI ZAMAN MODERN”

Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak yang belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan senang hati akan menerima kritik dan saran guna
untuk memperbaiki dan meluaskan pengertian supaya makalah ini dapat member acuan yang
benar dan dapat bermanfaat bagi kami semua.

Kami sampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membimbing kami yaitu
Bapak Dosen Dr. Muhammad Nuruddin, M.Ag. yang telah mengarahkan dan mengoreksi
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.

Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
bagi yang membacanya.

Jepara, 5 April 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kedudukan nash syar’i –al-Qur’an dan as-Sunnah– didalam Islam sangat agung
dan mulia. Keduanya adalah sumber pengambilan hukum dan pedoman hidup bagi
seorang muslim di dunia ini. Kebahagiaan dan keselamatan yang akan diraih seorang
muslim di dunia dan akhirat adalah sangat tergantung sejauh mana ia berpegang teguh
dengan keduanya.
Sebagai salah satu tanda dan bukti kasih sayang-Nya kepada manusia, Allah tidak
membiarkan begitu saja mereka memilih jalan hidup sendiri, kemana dan bagaimana saja
mereka inginkan. Tetapi Allah lmemberi petunjuk kepada mereka ke sebuah jalan lurus
yang akan mengantarkan mereka meraih keridhaan-Nya, bertemu dengan-Nya di surga-
Nya kelak, dan memandang wajah-Nya sebagai puncak kenikmatan yang akan diraih oleh
penghuni surga.
Namun dalam realita kehidupan ini banyak manusia yang tergelincir dari jalan
yang lurus tadi dengan beragam bentuk, dimana salah satunya adalah ketika mereka
melakukan pengingkaran terhadap as-Sunnah atau hadits Rasulullah.
Penolakan terhadap as-Sunnah dahulunya lebih diakibatkan oleh ketidaktahuan
sementara orang terhadap fungsi dan kedudukan as-Sunnah tersebut, dan kemunculannya
masih bersifat perorangan, bukan dari kelompok yang terorganisir.Lain halnya dengan
kemunculan Inkarus Sunnah di era modern, dimanapemikiran ini muncul akibat pengaruh
kolonialisme yang sangat gigih berupaya melumpuhkan Dunia Islam. Kemunculannya
dipelopori oleh para tokoh yang menamakan diri mereka mujtahid, pembaharu atau
modernis. Bahkan banyak pihak pengusungnya yang muncul dalam bentuk terorganisir,
sehingga pengaruh negatifnya lebih cepat tersebar di dalam tubuh umat Islam.
2. Rumusan Masalah
A. Apa Pengertian Ingkar Sunnah?
B. Bagaimana Inkarussunnah Pada Periode Modern?
C. Siapa saja Tokoh-Tokoh Ingkarussunnah Pada Periode Modern?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ingkar Sunnah
1) Etimologis
Kata “Ingkar Sunnah” terdiri dari dua kata, yaitu “Ingkar” dan “Sunnah”. Kata
“Ingkar” berasal dari akar katabahasa Arab : ‫ انكر‬- ‫ ینكر‬- ‫ انكارا‬yang memiliki beberapa
arti diantaranya adalah: tidak mengakui dan tidak menerima baik dilisan dan di hati,
bodoh atau tidak mengetahui sesuatu.
Al-Askari memberdakan antara makna al-Inkar dan al-Juhdu. Kata “al-Inkar”
terhadap sesuatu yang tersembunyi dantidak disertai pengetahuan, sedangkan “al-
Juhdu” terhadapsesuatu yang tampak dan disertai dengan pengetahuan.1
Dengan demikian maka orang yang mengingkari sunnah sebagai hujjah di
kalangan orang yang tidak banyak pengetahuannya tentang ulum hadis. Dari beberapa
arti kata “Ingkar” di atas dapat disimpulkan bahwa secara etimologis diartikan
menolak,tidak mengakui, dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan batin atau lisan
dan hati yang dilatarbelakangi oleh factor ketidak tahuannya atau faktor lain, misalnya
karena gengsi,kesombongan, keyakinan dan lain-lain.
Sedangkan kata “Sunnah” secara etimologi bermakna ‫یرةالمتبعة‬RR‫ ))الس‬suatu
perjalanan yang diikuti baik perjalanan baik maupun buruk.2
Orang yang menolak sunnah sebagai hujjah dalam beragama oleh umumnya
ahli hadits disebut ahlul bid’ah dan menuruti hawa nafsunya, bukan kemauan hati dan
akal fikirannya.
2) Arti Terminologi
Berikut ini akan dikemukakan pengertian Ingkar Sunnah menurut para ahli,
sebagai berikut :
 Paham yang timbul dalam masyarakat Islam yangmenolak hadits atau sunnah
sebagai sumber ajaran Islam kedua setelah al-Qur’an.3
 Suatu paham yang timbul pada sebagian minoritas umat Islam yang menolak
dasar hukum Islam dari sunnah shahih, baik sunnah praktis atau yang secara
formal dikodifikasikan para ulama, baik secara totalitas mutawattir maupun
ahad atau sebagian saja, tanpa ada alasan yang dapat diterima.4

1
Abi Hilal al-Askari, Al-Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya, hlm. 2
2
Muhammad Ajaj Al-Khotib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mustholahuhu, Daar al-Fikr, Bairut, Libanon, 1992,
hlm. 26
3
Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992, hlm. 428-429
4
Abdul Majid Khon, Sunnah dan Pengingkaran di Mesir Modern, Disertasi, 2004. Hlm. 58
Dari kedua definisi di atas, dapat dipahami bahwa ingkarsunnah adalah paham
atau pendapat perorangan ataukelompok yang menolak sunnah nabi saw sebagai
landasan hukum Islam.
B. Inkarus Sunnah Periode Modern.
Pemikiran Inkarus Sunnah pada periode modern memiliki bentuk dan penampilan
yang berbeda dengan Inkarus Sunnah pada era klasik. Penolakan terhadap as-Sunnah
dahulunya lebih diakibatkan oleh ketidaktahuan sementara orang terhadap fungsi dan
kedudukan as-Sunnah tersebut, dan kemunculannya masih bersifat perorangan, bukan
dari kelompok yang terorganisir.
Lain halnya dengan kemunculan Inkarus Sunnah di era modern yang baru terlihat
pada abad ke-14 hijriyah. Pemikiran ini muncul akibat pengaruh kolonialisme yang
sangat gigih berupaya melumpuhkan Dunia Islam. Kemunculannya dipelopori oleh para
tokoh yang menamakan diri mereka mujtahid, pembaharu atau modernis. Bahkan banyak
pihak pengusungnya yang muncul dalam bentuk terorganisir sehingga pengaruh
negatifnya lebih cepat tersebar di dalam tubuh umat Islam.
Peran para propagandis barat terhadap lahirnya tokoh modernis dari kalangan
muslim sangatlah besar, karena paham modernisme itu sendiri memang diimport dari
barat. Melalui tangan merekalah para tokoh modernis muslim mengadopsi metodologi
dan sistematika pemahaman dan penafsiran ajaran Islam, yang kemudian melahirkan
berbagai bentuk penyimpangan termasuk pengingkaran terhadap as-Sunnah.
Modernisme dalam agama adalah sebuah sudut pemikiran dalam agama yang
dibangun diatas keyakinan bahwa kemajuan ilmiah dan wawasan modern mengharuskan
adanya reinterpretasi atau pemahaman ulang terhadap berbagai doktrin ajaran agama
‘tradisional’ berdasarkan sistematika ajaran filsafat ilmiah yang diagungkan.5
Dari pemahaman inilah kemudian muncul trend di kalangan modernis muslim,
dimana mereka menyerukan umat Islam untuk mereaktualisasikan berbagai ajaran Islam
dengan penafsiran yang -menurut mereka- logis. Mereka menundukkan al-Qur’an dan as-
Sunnah kepada berbagai barometer modernisasi yang sangat mendewakan akal dan
mengedepankannya dari nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah. Atau dengan kata lain,
menjadikan akal sebagai pemutus bagi setiap perkara. Karena itulah kita dapati mereka
menolak banyak sekali hadits-hadits shahih dengan alasan tidak sesuai dengan hawa
nafsu, metode, atau teori mereka, terutama hadits tentang mu’jizat para nabi, tanda-tanda
dan hal ihwal kejadian Hari Akhir, dan khabar ghaib lainnya.6
Tokoh- tokoh kelompok Ingkar Sunnah Modern (akhirabad ke-19 dan ke-20) yang
terkenal adalah Ghulam Ahmad Parvez dari India dan Taufik Sidqi (w. 1920) dari Mesir,
Rasyad Khalifah kelahiran Mesir yang menetap di Amerika Serikat, dan Kasasim Ahmad
mantan ketua partai Sosialis Rakyat Malaysia. Mereka adalah tokoh-tokoh yang tergolong
pengingkar Sunnah secara keseluruhan. Argumen yang mereka keluarkan pada dasarnya
tidak berbeda dengan kelompok ingkar sunnah pada periode klasik. Tokoh-tokoh “Ingkar
Sunnah” yang tercatat di Indonesia antara lain adalah Lukman Sa’ad (Dirut PT. Galia
5
Muhammad Hamid al-Nashir, Menjawab Modernisasi Islam; Membedah Pemikiran jamaludin al-Afghani
Hingga Islam Liberal, Jakarta: Darul Haq. Hlm, 2
6
Ibid, hlm. 63
Indonesia) Dadang Setio Groho (karyawan Unilever), Safran Batu Bara (guru SMP
Yayasan Wakaf Muslim Tanah Tinggi) dan Dalimi Lubis (karyawan kantor DePag
Padang Panjang). Sebagaimana kelompok ingkar sunnah klasik yang menggunakan
argumen baik dalil naqli maupun aqli untuk menguatkan pendapat mereka, begitu juga
kelompok ingkar sunnah Indonesia. Antara sebab utama ingkar sunnah modern adalah
akibat pengaruh kolonialisme yang semakin dahsyat pada awal abad ke-19 di dunia Islam.
Para kolonialis memperdaya dan melemahkan Islam melalui penyebaran faham-faham
yang bertentangan dengan faham dasar Islam.7
C. Tokoh-Tokoh Ingkar Sunnah
a. Taufiq Shidqi
Tokoh ini berasal dari Mesir, dia menolak hadits Nabi SAW, dan menyatakan
bahwa al-Qur'an adalah satu- satunya sumber ajaran Islam. Menurutnya "al-Islam
huwa al-Qur'an" (Islam itu adalah al-Qur'an itu sendiri). Dia juga menyatakan bahwa
tidak ada satu pun Hadits Nabi saw yang dicatat pada masa beliau masih hidup, dan
baru di catat jauh hari setelah Nabi wafat. Karena itu menurutnya, memberikan
peluang yang lebar kepada manusia untuk merusak dan mengada-ngadakan Hadits
sebagaimana yang sempat terjadi. Namun ketika memasuki dunia senja, tokoh ini
meninggalkan pandangannya dan kembali menerima otoritas kehujjahan hadits Nabi
saw.
b. Rasyad Khalifa
Dia adalah seorang tokoh Inkar Sunnah yang berasal dari Mesir kemudian
menetap di Amerika. Dia hanya mengakui al-Qur'an sebagai satu-satunya sumber
ajaran Islam yang berakibat pada penolakannya terhadap hadits Nabi saw.8
c. Ghulam Ahmad Parwes
Tokoh ini berasal dari India, dan juga pengikut setia Taupiq Shidqi.
Pendapatnya yang terkenal adalah: bahwa bagaimana pelaksanaan shalat terserah
kepada para pemimpin umat untuk menentukannya secara musyawarah, sesuai dengan
tuntunan dan situasi masyarakat. Jadi menurut kelompok ini tidak perlu ada hadits
Nabi saw. Anjuran taat kepada Rasul mereka pahami sebagai taat kepada sistem/ide
yang telah dipraktekkan oleh Nabi saw, bukan kepada Sunnah secara harfiah. Sebab
kata mereka, Sunnah itu tidak kekal, yang kekal itu sistem yang terkandung di dalam
ajaran Islam.
d. Kasim Ahmad
Tokoh ini berasal dari Malaysia, dan seorang pengagum Rasyad Khalifa,
karena itu pandangan-pandangnnya pun tentang hadits Nabi SAW sejalan dengan
tokoh yang dia kagumi. Lewat bukunya, "Hadits Sebagai Suatu Penilaian Semua",
Kasim Ahmad menyeru Umat Islam agar meninggalkan hadits Nabi saw, karena
menurut penilaianya hadits Nabi saw tersebut adalah ajaran-ajaran palsu yang
dikaitkan dengan Hadits Nabi saw. Lebih lanjut dia mengatakan "bahwa hadits Nabi
saw merupakan sumber utama penyebab terjadinya perpecahan umat Islam; kitab-
7
Ali Musthofa Ya’kub, Kritik Hadits, cet. I., Pustaka Firdaus, Jakarta, 1995. Hlm. 50
8
Abdul Majid, hlm. 98
kitab hadits yang terkenal seperti kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim adalah
kitab-kitab yang menghimpun hadits-hadits yang berkualitas dhaif dan maudhu', dan
juga hadits yang termuat dalam kitab-kitab tersebut banyak bertentangan dengan al-
Qur'an dan logika.
BAB III
KESIMPULAN
Kajian tentang Sunnah terus menjadi pembahasan yang hangat dibincangkan. Sebab,
Sunnah merupakan pondasi. Ketika Sunnah ini dapat diruntuhkan maka segala apa yangtelah
disumbangkan ulama Islam melalui Sunnah-Sunnah Selsama ini juga akan hancur. Allah
menjaga Sunnah sebagaimana menjaga Al-Qur’an dengan ilmu yang tidak dimiliki bangsa
mana pun yaitu ilmu hadis. gerakan Inkar Sunnah tidak akan mampu melakukan hujatan
terhadap Sunnah, karena Sunnah telah dibangundengan bangunanyang kuat melalui kaidah-
kaidah ilmu hadis. sesungguhnya hujatan yang dilakukan gerakan Sunnah adalah hujatan
yang dilandaskan dengan sumber yang jelas.Kesalahan gerakan inkar Sunnah dari zaman
dahulu hingga hari ini adalah mereka menjadikan Al-Qur’an sebagai dalil. Akan tetapi
mereka tidak memahami makna dalil tersebut dan memaknainya sesuai dengan hawa
nafsunya. Mereka tidak merujuk kepada penafasiran ulama.
Gerakan inkar sunnah menjadikan dalil-dali lemah sebagai dalil atau dalil-dalil al-
Bukhārī tapi salah dalam mengambil kesimpulannya. Mereka juga tidak memahami dari
hikmah-hikmah pengsyariatan.
DAFTAR PUSTAKA
Abi Hilal al-Askari, Al-Lum’ah Min Al-Furiq, As-Safaqiyah, Surabaya.
Abdul Majid Khon, Sunnah dan Pengingkaran di Mesir Modern, Disertasi, 2004.
Ali Musthofa Ya’kub, Kritik Hadits, cet. I., Pustaka Firdaus, Jakarta, 1995.
Ensiklopedi Islam Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1992.
Muhammad Ajaj Al-Khotib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Mustholahuhu, Daar al-Fikr,
Bairut, Libanon, 1992.
Muhammad Hamid al-Nashir, Menjawab Modernisasi Islam; Membedah Pemikiran
jamaludin al-Afghani Hingga Islam Liberal, Jakarta: Darul Haq.

Anda mungkin juga menyukai