Anda di halaman 1dari 10

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM MUSKULOSKELETAL DAN SISTEM SENSORI PERSEPSI

OLEH:

FIRDA AMALIA

1018031044

Program Studi Ilmu Keperawatan

Universitas Faletehan Serang

September 2020

1
SISTEM MUSKULOSKELETAL
KASUS PEMICU 1
FRAKTUR

Seorang laki-laki berusia 24 tahun mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien


mengalami fraktur 2/3 femoral kanan dan dislokasi lengan kanan. Sudah
dilakukan perbaikan sendi dan operasi pemasangan ORIF. Pasien saat ini
menjalani perawatan hari kelima. Pasien belum mampu duduk sendiri tanpa
bantuan keluarga, namun belum dapat menggeser kaki kanan. Kebuthan sehari-
hari pasien sebagian besar dibantu oleh keluarga.

1. Faktor Predisposisi: -
2. Faktor Presipitasi: Kecelakaan
3. Wawancara
a. Data biografi dan demografi
b. Keluhan Utama
c. Identitas : Penampilan fisik umum, kemampuan mobilisasi, gaya
hidup, psikologi dan spiritual klien.
d. Keluhan utama, riwayat CMS, mekanisme cedera, riwayat penyakit
sistemik dan infeksi yang mempengaruhi mekanisme berkemih riwayat
pemakaian obat, adanya alergi, pembedahan sebelumnya.
e. Data jumlah intake output, urin output, pola eliminasi sebelum dan saat
ini buang air kecil, perubahan warna, partikel dan kejernihan serta
jumlah residu urine.
f. Status hidrasi, kaji status cairan dan nutrisi. Kekurangan cairan
berpengaruh pada fungsi berkemih dan kesuksesan program berkemih.
Karena gangguan berbagai fungsi tubuh berhubungan dengan CMS.
Adanya indikator dehidrasi : turgor kulit kurang, warna urine gelap,
jumlah urine kurang.
g. Nutrisi : kebutuhan nutrisi pada klien CMS meningkat, antropometri
klien, riwayat diet, protein, albumin, dan asupan nutrisi.
h. Eliminasi fekal: pola, frekwensi buang air besar.

2
i. Pengalaman klien secara fisiologis, dan perubahan psikologis.
Perubahan konsep diri, harga diri, citra diri, peran.
j. Seksual: pengalaman klien sebelum sakit dan sesudah sakit.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Status Mental
c. TTV
d. Keadaan Lokalis
Harus diperhitungkan keadaan proksimal serta bagian distal
terutama mengenai status neurovaskuler (untuk status neurovaskuler 5
P yaitu Pain, Palor, Parestesia, Pulse, Pergerakan). Pemeriksaan pada
sistem muskuloskeletal adalah:
 Look (inspeksi) Perhatikan apa yang dapat dilihat antara lain:
a. Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun
buatan seperti bekas operasi).
b. Cape au lait spot (birth mark).
c. Fistulae.
d. Warna kemerahan atau kebiruan (livide) atau
hyperpigmentasi.
e. Benjolan, pembengkakan, atau cekungan dengan
hal-hal yang tidak biasa (abnormal).
f. Posisi dan bentuk dari ekstrimitas (deformitas)
g. Posisi jalan (gait, waktu masuk ke kamar periksa)
 Feel (palpasi) Pada waktu akan palpasi, terlebih dahulu posisi
penderita diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi).
Pada dasarnya ini merupakan pemeriksaan yang memberikan
informasi dua arah, baik pemeriksa maupun klien. Yang perlu
dicatat adalah:
o Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan
kelembaban kulit. Capillary refill time
o Normal 3 – 5 “
o Apabila ada pembengkakan, apakah terdapat fluktuasi
atau oedema terutama disekitar persendian.

3
o Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak kelainan
(1/3 proksimal, tengah, atau distal). Otot: tonus pada
waktu relaksasi atau konttraksi, benjolan yang terdapat
di permukaan atau melekat pada tulang.
o Periksa status neurovaskuler. Apabila ada benjolan,
maka sifat benjolan perlu dideskripsikan permukaannya,
konsistensinya, pergerakan terhadap dasar atau
permukaannya, nyeri atau tidak, dan ukurannya.
e. Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
f. Pemeriksaan Status Neurovaskuler
Komponen pemeriksaan meliputi : nyeri, palor, denyut nadi
teraba atau tidak, akral dingin, pengisian kapiler, parestesia dan
mobilitas sendi yang terkena. Adanya tanda – tanda gangguan sistem
neurovaskuler mengindikasikan gangguan sirkulasi. Hilangnya sensasi
dan perubahan dalam fungsi motoric pada ekstremitas
mengindikasikan cedera syaraf.

5. Patoflow

4
Kecelakaan

Trauma

(langsung atau tidak langnsung)

Fraktur

(terbuka atau tertutup)

Perubahan fragmen
tulang kerusakan pada
jaringan dan pembuluh
darah

Pendarahan lokal

hematoma pada daerah


fraktur

Aliran darah ke daerah


(Warna jaringan pucat,
distal berkurang atau
nadi lemas,cianosis,
terhambat
kesemutan)
Gangguan
mobilitas
fisik

Gangguan fungsi
organ distal
Kerusakan
6. Analisa Data neuromuskuler

Analisa Data Etiologi Masalah


5
Keperawatan
DS: Kecelakaan
 Belum mampu ↓
duduk sendiri Trauma (langsung atau
 Belum dapat tidak langsung)
menggeser kaki ↓
kanan Fraktur
(terbuka atau tertutup)
DO: ↓ Gangguan Mobilitas
 Kebuthan sehari- Perubahan fragmen Fisik
hari pasien tulang kerusakan pada
sebagian besar jaringan dan pembuluh
dibantu oleh darah
keluarga. ↓

 Sudah dilakukan Pendarahan lokal

perbaikan sendi ↓

dan operasi Hematoa pada daerah

pemasangan fraktur

ORIF. ↓
Aliran darah ke daerah
distal berkurang atau
terhambat

(warna jaringan pucat,
nadi lemas, cyanosis,
kesemutan)

Kerusakan
neuromuskuler

Gangguan fungsi organ
distal

Gangguan Mobilitas
6
Fisik

7. Diagnosa Keperawatan
Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas sruktur tulang d.d Belum
mampu duduk sendiri, Belum dapat menggeser kaki kanan, Kebuthan sehari-
hari pasien sebagian besar dibantu oleh keluarga, Sudah dilakukan perbaikan
sendi dan operasi pemasangan ORIF.

8. Rencana Keperawatan

Dx Kep Tujuan kriteria hasil Intervensi Implementasi T tgl


T
D
Gangguan Setelah dilakukan LATIHAN
mobilitas fisik b.d intervensi selama 2x24 RENTANG GERAK
kerusakan jam, Mobilitas fisik Observasi  Mengident
integritas sruktur meningkat, dengan  Identifikasi ifikasi
tulang d.d Belum kriteria hasil: indikasi indikasi
mampu duduk  Pergerakan dilakukan dilakukan
sendiri, Belum ekstremitas latihan latihan
dapat menggeser meningkat  Monitor lokasi  Memonito
kaki kanan,  Kekuatan otot ketidaknyaman r lokasi
Kebuthan sehari- meningkat an atau nyeri ketidaknya
hari pasien  ROM meningkat pada saat gerak manan
sebagian besar  Kaku sendi Terapeutik atau nyeri
dibantu oleh menurun  Gunakan pakian pada saat
keluarga, Sudah  Gerakan terbatas yang longgar gerak
dilakukan menurun  Cegah trauma
perbaikan sendi  Kelemahan fisik selama latihan  Mengguna
dan operasi menurun rentang gerak kan pakian
pemasangan dilakukan yang
ORIF.  Bantu longgar
mengoptimalka  Mencegah
n posisi tubuh trauma
7
untuk selama
pergerakan latihan
sendi yang aktif rentang
dan pasif gerak
 Lakukan dilakukan
Gerakan pasif  Membantu
dengan bantuan mengoptim
sesuai indikasi alkan
 Anjurkan pasien posisi
untuk tubuh
melakukan untuk
rentang gerak pergerakan
pasif dan aktif sendi yang
secara aktif dan
sistematis pasif
 Anjurkan pasien  Melakukan
untuk duduk Gerakan
ditempat tidur pasif
atau dikursi, dengan
jika perlu bantuan
Edukasi sesuai
 Informasikan indikasi
tujuan dari  Menganjur
latihan kan pasien
Kolaborasi untuk
 Berikan melakukan
dukungan rentang
positif pada saat gerak pasif
melakukan dan aktif
latihan gerak secara
sendi sistematis
 Menganjur
kan pasien

8
untuk
duduk
ditempat
tidur atau
dikursi,

 Menginfor
masikan
tujuan dari
latihan

 Memberika
n dukungan
positif pada
saat
melakukan
latihan
gerak sendi

RANGKUMAN MATERI
FRAKTUR
 Pengertian
Fraktur merupakan kerusakan morfologi dan kontinuitas tulang atau
bagian lempeng tulang epifisis atau kartlago (Chang, Daly & Eliot., 2010).
Sedangkan menurut Price & Wilson (2006), fraktur merupakan patah tulang
yang disebabkan trauma tenaga fisik.
 Manifestasi Klinis
- Nyeri terus menerus
- Deformitas
- Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas
dan bawah tempat fraktur.
- Krepitasi akibat gesekan fragmen satu dengan lainnya
- Pembengkakan /edema
9
- Kurang/hilang sensasi
- Pergerakan abnormal
 Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan
gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada
tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang.
Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam
korteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak.
Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma
di rongga medula tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian
tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi
terjadinya respon inflamasi yang ditandai dengan vasodilatasi, eksudasi
plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah putih . Kejadian inilah yang
merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

 Diagnosa Keperawatan
- Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (amputasi, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
- Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang,
penurunan masa otot, penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi,
kontraktur, gangguan muskuloskeletal, gangguan neuromuskular,
nyeri, keengganan melakukan pergerakan.
- Gangguan integritas kulit/jaringan b.d penurunan mobilitas, kurang
terpapar informasi tentang upaya mempertahankan/melindungi
integritas jaringan
- Risiko infeksi d.d efek prosedur invasif, kerusakan integritas kulit
- Risiko disfungsi neurovaskuler perifer d.d fraktur, imobilisasi, trauma,
penekanan mekanis (torniket, gips, balutan, restraint), pembedahan
ortopedi.
- Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (pembedahan,
trauma), tindakan pengobatan, proses penyakit.
- Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal, gangguan
neuromuskuler
- Risiko konstipasi d.d faktor fungsional (aktifitas fisik harian kurang
dari yang dianjurkan) akibat kondisi fraktur.

10

Anda mungkin juga menyukai