BAB II Tinjauan Teori
BAB II Tinjauan Teori
TINJAUAN TEORI
3) Ras
Hipertensi lebih sering dan lebih berat pada orang kulit hitam dibanding
orang berlatarbelakang etnik lain.
4. Faktor Risiko
Menurut Anies (2018) penyebab hipertensi belum dapat dipastikan pada lebih
dari 90% kasus. Seiring bertambahnya usia, kemungkinan seseorang untuk menderita
hipertensi juga akan meningkat. Berikut ini adalah faktor-faktor pemicu yang diduga
dapat memengaruhi peningkatan risiko hipertensi.
a. Berusia di atas 65 tahun
b. Mengkonsumsi banyak garam
c. Kelebihan berat badan
d. Memiliki keluarga dengan riwayat hipertensi
e. Kurang makan buah dan sayuran
f. Jarang berolahraga atau kurangnya aktifitas fisik
g. Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung kafein)
h. Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras
Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-hal di atas
dan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Pemeriksaan tekanan darah secara rutin
juga dapat membantu diagnosis pada tahap awal. Diagnosis hipertensi sedini mungkin
akan meningkatkan kemungkinan untuk menurunkan tekanan darah ke taraf normal.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat tanpa perlu
mengonsumsi obat.
5. Manifestasi
Menurut Anies (2018) manifestasi dalam hipertensi yaitu:
a. Biasanya orang yang menderita hipertensi akan mengalami sakit kepala, pusing
yang sering dirasakan akibat tekanan darah naik melebihi batas normal
b. Wajah akan menjadi kemerahan
c. Pada sebagian orang akan mengalami detak jantung yang berdebar-debar
d. Orang yang mengalami tekanan darah tinggi akan mengalami gejala seperti
pandangan mata menjadi kabur atau menjadi tidak jelas
e. Sering buang air kecil dan sulit berkonsentrasi
f. Sering mudah mengalami kelelahan saat melakukan berbagai aktivitas
g. Gejala hipertensi yang parah dapat menyebabkan seseorang mengalami vertigo
h. Orang yang mempunyai darah tinggi biasanya akan sensitif dan mudah marah
terhadap hal-hal sepele yang tidak disukainya
Beberapa gejala di atas adalah gejala yang umum dialami penderita tekanan
darah tinggi. Oleh karena itu, dianjurkan untuk berkonsultasi ke dokter untuk
pemeriksaan tekanan darah.
6. Patofisiologi
Menurut Anies (2018) mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor pada medula diotak. Dari pusat vasomotor
ini bermula pada saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerah kebawah melalui
sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron pre-ganglion
melepaskan asetikolin yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai faktor, seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriktor. Klien
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Pada saat bersamaan ketika sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medula adrenal menyekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal menyekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah.
Renin yang dilepaskan merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian
di ubah menjadi angiotensin II, vasokonstriktor kuat, yang pada akhirnya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mencetuskan hipertensi.
7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Anies (2018) pemeriksaan penunjang pada hipertensi dapat dilakukan
dengan:
a. Laboratorium
1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal
2) Kreatinin serum meningkat pada hipertensi karena parenkim ginjal dengan
gagal ginjal akut
3) Darah perifer lengkap
4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah puasa)
b. EKG
1) Hipertrofi ventrikel kiri
2) Iskemia atau infark miokard
3) Peninggian gekombang P
4) Gangguan konduksi
c. Foto Rontgen
1) Bentuk dan besar jantung Noothing dari iga pada koarktasi aorta
2) Pembendungan, lebarnya paru
3) Hipertensi parenkim ginjal
4) Hipertrofi vaskular ginjal
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah di atas 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit
hipertensi meliputi:
a. Penatalaksanaan non farmakologi
Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan nonfarmakologi sangat
penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis
pada penderita hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan
cara memodifikasi faktor resiko yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body Mass Index dengan
rentang 18,5 – 24,9 kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat
badan dengan tinggi badan yang telah dikuadratkan dalam satuan meter. Obesitas
yang terjadi dapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kaya protein
dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5 – 5 kg dapat menurunkan tekanan
darah diastolik sebesar 5 mmHg (Dalimartha, 2011).
2) Mengurangi asupan natrium (sodium)
Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah
garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6 gr NaCl atau 2,4 gr
garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg
setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistolik
sebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5 mmHg dapat dilakukan
dengan cara mengurangi asupan garam menjadi ½ sendok teh/hari (Dalimartha,
2011).
3) Batasi konsumsi alkohol
Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria atau lebih dari 1
gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga
membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam
penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).
4) Makan K dan Ca yang cukup dari diet
Kalium menurunkan tekanan darah dengan cara meningkatkan jumlah
natrium yang terbuang bersamaan dengan urin. Konsumsi buah-buahan
setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium
menjadi cukup. Cara mempertahankan asupan diet potasium (>90 mmol setara
3500 mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.
5) Menghindari merokok
Merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti
penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam
tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung bekerja lebih keras karena
mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensi denyut jantung serta
tekanan darah (Dalimartha, 2011).
6) Penurunan stress
Stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah
sementara. Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan
cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga atau meditasi yang dapat mengontrol
sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi.
7) Terapi relaksasi otot progresif
Terapi non farmakologis selalu menjadi hal yang penting dilakukan pada
penderita hipertensi, salah satu terapi yang dapat dilakukan adalah terapi relaksasi
otot progresif. Relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik sistematis
untuk mencapai keadaan relaksasi yang dikembangkan oleh Edmund Jacobson
(Supriatin, 2016).
Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu
aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan
ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapakan perasaan
relaks (Purwanto (2013) dalam Yeni, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Rosalina (2013) dalam Supriatin, 2016
dengan judul pengaruh teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah
pada lansia dengan hipertensi di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus
Semarang, menunjukan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif
teradap tekanan darah pada lansia.
b. Penatalaksanaan Farmakologi
Menurut Pricila LeMone dkk (2016) penatalaksanaan terapi farmakologik
saat ini terhadap hipertensi melibatkan pemakaian satu kelas obat atau lebih, yaitu
diuretik, penyekat beta-adrenergik, simpatolitik kerja pusat, vasodilator, inhibitor
angiotensin-converting enzym (ACE), penyekat reseptor angiotensin II (ARB), dan
penyekat saluran kalsium. Untuk sebagian besar pasien, dua obat antihipertensi atau
lebih yang dipilih dari kelas obat berbeda diperlukan untuk mendapatkan kontrol
yang efektif.
9. Komplikasi
Menurut Priscilia LeMone dkk (2016) komplikasi pada hipertensi dapat
memengaruhi sistem kardiovaskular, saraf dan ginjal. Laju aterosklerosis meningkat,
meningkatkan risiko penyakit jantung koroner dan stroke. Beban kerja ventrikel kiri
meningkat, menyebabkan hipertrofi ventrikel, yang kemudian meningkatkan risiko
penyakit jantung koroner, disritmia, dan gagal jantung. Tekanan darah diastolik adalah
faktor risiko kardiovaskuler signifikan sampai usia 50 tahun.
Percepatan aterosklerosis yang terkait dengan hipertensi meningkatkan risiko
infark serebral (stroke). Peningkatan tekanan pada pembuluh serebral dapat
menyebabkan perkembangan mikroaneurisma dan peningkatan risiko hemoragi
serebral. Ensefalopati hipertensi suatu sidrom yang ditandai dengan tekanan darah yang
sangat tinggi; perubahan tingkat kesadaran, peningkatan tekanan intrakranial,
papiledema, dan kejang dapat berkembang.
Hipertensi juga dapat menyebabkan nefrosklerosis dan insufiensi ginjal.
Proteinuria dan hematuria mikrospik berkembang, serta tanda gagal ginjal kronik.
B. Pelayanan Kesehatan Komunitas
1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Komunitas
Kesehatan adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan manusia, mulai
dari tingkat individu sampai dengan tingkat ekosistem, serta perbikan fungsi setiap
unit dalam system hayati tubuh manusia, mulai dari tingkat sub sampai dengan
tingkat system tubuh. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling
berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada di luarnya
serta saling tergantung untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting
untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang di selenggarakan sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat (Depkes RI, 2010).