Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nofiana Ayu Risqiana Sari

NIM : H1A019084
LO Skenario
1. Definisi
Syok Anafilaksis merupakan manifestasi klinik dari anafilaksis yang ditandai dengan
adanya hipotensi dan kolaps sirkulasi darah merupakan kondisi gawat darurat yang
seyogyanya mendapatkan penanganan yang tepat dan cepat.
Suatu reaksi hipersensitivitas yang beronset cepat
Anafilaksis adalah respon imunologi yang berlebihan terhadap suatu bahan yang dimana
individu tersebut pernah tersensitisasi oleh bahan tersebut.

Istilah syok anafilaktik menunjukkan derajat kegawatan, tetapi terlalu sempit untuk
menggambarkan anafilaksis secara keseluruhan karena anafilaksis yang berat dapat
terjadi tanpa adanya hipotensi dimana obstruksi saluran nafas merupakan gejala utama
2. Epidemiologi
Syok anafilaktik relatif jarang terjadi dengan perkiraan prevalensi 0.05-2% dan
berdasarkan data
- Epidemiologi didapatkan 2 sampai 20% kasus mengalami fatal anafilaktik.
- Prevalensi syok anafilaksis yang paling banyak disebabkan oleh makanan 27%, obat-
obatan seperti penisilin 6,9% dan diikuti oleh reaksi yang terjadi akibat gigitan
serangga.
- World Allergy Organization : Kelompok remaja,wanita hamil dan lanjut usia
mempunyai kerentanan terhadap reaksi ini
- Indonesia 40-60% oleh gigitan serangga, 20-40% dialami wanita , untuk syok sendiri
seiring sialami wanita yang berusia 39 tahun dan anak-anak usia <15 tahun.
- Anafilaksis jarang dijumpai, karena antibiotic beta laktam yang menyebabkannya.
Ada juga beberapa penyebab seperti pemeriksaan radiologi
- Dinegara maju sering terjadi di semua usia paling sering diusia 0-19 tahun.
- Di amerika, inggris, Australia 7-50/100.000 setiap tahun. Data dari jerman makanan
adalah pemicu paling sering pada anak-anak sengatan serangga dan obat-obatan pada
dewasa. Pada laki-laki lebih sering terjadi dari pada perempuan terutama pada usia
setelah pubertas.

3. Etiologi
- Terdapat pencetus lain seperti makanan, kegiatan jasmani, sengatan tawon, faktor fisis
eperti udara yang panas dan air yang dingin. Makanan merupakan pemicu tersering pada
anak-anak, pada orang dewasa pemicunya obat-obatan. Secara umum untuk makanan
ataupun obat dapat jadi pemicu namun beberapa jenis makanan seperti kacang-kacangan
dan juga obat seperti pelemas otot, antibiotic, nsaid,serta asfirin ini merupakan penyebab
tersering dari anafilaksis.
- Diperantai oleh respon imun igE, antibiotic seperti penisilin, sepalosporin, yang tidak
melalui respom igE yang mnyebabkan lepasnya histamine secara langsung seperti
pelepasan radio kontras. Obat lain seperti dextran, obat nacomisin dan urarin.
Dimetabolisme oleh asam asetil pelisilat dan anti inflamasi.
- Obat-obatan seperti anti virus, mikroba dan juga jamur. Dapat dipicu oleh agen
kemoterapi seperti karboklatin, doksorubisin, setusimap.
- Bisa dari protein manusia insulin, pasopesin dan serum. Serum heterolog seperti anti
toksin tetanus, disebabkan oleh enzim kemopapain dan tripsin.
- Terhadap bahan latex. Ada juga yang agennya tidah diketahui jadi idiopatik.
4. Patofisiologi
Syok anafilaktik
Pada reaksi anafilaktik terjadi pengeluaran mediator-mediator oleh sel mast dan sel
basofil yang bersifat sistemik. Terdapat 3 fase yaitu
1. fase sensitisasi yaitu individu setelah terpapar bahan alergen dan
selanjutnya menghasilkan antibodi IgE yang dikeluarkan oleh sel B.
2. Fase aktivasi yaitu antibodi IgE akan berikatan dengan reseptor IgE
yang terletak pada permukaan sel mast atau sel basofil.
 Ikatan antara antibodi IgE dan reseptor tersebut memicu
degranulasi seluler yang akan melepaskan mediator-mediator.
 Mediator-mediator yang dilepaskan oleh sel mast dan sel basofil
yaitu histamin, triptase, kimase, carbopeptida A dan mediator
lipid melalui sintesis de novo melepaskan mediator antara lain
cysteinyl leucotriene C4, Prostaglandin D2 dan platelet
activating factor (PAF). Mediator ini dilepaskan oleh sel mast
dan sel basofil dalam beberapa menit.
 Sitokin seperti tumor necrosis factor (TNF-α, interleukin-4 (IL-
4), IL-6, dan IL-13 akan dilepaskan beberapa jam atau beberapa
hari setelah aktivasi sel mast.

3. Fase efektor merupakan dampak klinis pada syok organ sebagai akibat
pelepasan mediator-mediator tersebut
5. Tatalaksana

- Evaluasi ABC
- Posisikan pasien dengan elevasi
- O2 100%
- Adrenalin 1/1000
- Pemberian adrenalin ulang setelah 10 menit (efek samping berupa pucat, palpitasi dan
sakit kepala)
- Anti histamine, depihedramine, glukokortisoid
- Observasi 2-3 x dalam 24 jam
- Tanpa memandang beratnya gejala pemberian efinefrin harus langsung tanpa ditunda,
Karenna beratnya anafilaksis berhubungan dengan kematian. 15 menit secara bertahap.
Imunoterapi, gigitan serangga. 2 hal penting, mengusahan system pernapasan lancer,
system kardiovaskular harus baik. Kematian disebabkan onek tersumbatnya jalan napas
atau anafilaksis itu sendiri
6. Prognosis & komplikasi
Prognosis
- Bisa menyebabkan kematian tergantung mendapat pertolongan yang ade kuat dan juga
tata laksana. Beberapa faktor seperti umur, tipe allergen dan beberapa penyakit penyerta.
- Resiko menjadi rendah jika diberi pertolongan yang ade kuat. 1 jam pertama berkaitan
dengan mengancam jiwa.
Komplikasi
- Gagal ginjal
- Aritmia
- Serangan jantung
- Syok kardiogenik
- Kerusakan otak
- Edema pulmonal
- Obstruksi jalan napas
- Kematian
7. Pencegahan
- Penderita yang pernah mengalami reaksi anafilaksis mempunyai resiko untuk
memperoleh reaksi yang sama bila terpajan pencetus yang sama oleh karena itu
orang dengan faktor resiko tinggi sebaiknya menjauhi pemicu atau allergen
- Penderita asma dan penyakit jantung bila mendapat serangan anafilaksis bisa
menjadi lebih berat, oleh karena itu setiap penderita asma atau jantung harus
memperoleh pengobatan yang optimal. Penderita yang mempunyai resiko
anafilaksis dianjurkan tidak memakai obat obatan beta blocker, karena apabila
terjadi reaksi anafilaksis pengobatannya akan sulit dan diganti dengan obat obatan
lain
- Sebelum memberikan obat perhatikan hal hal berikut : adakah indikasi
memberikan obat, adakah Riwayat alergi obat sebelumnya, apakah pasien
mempunyai resiko alergi obat
- Sewaktu minum obat : kalua memungkinkan obat diberikan secara oral, jika obat
diberikan melalui injeksi harus selalu diobservasi, beritahu pasien kemungkinan
reaksi yang terjadi, sediakan obat/ alat untuk mengatasi keadaan darurat
- Sesudah minum obat : kenali tanda dini reaksi alergi obat, hentikan obat bila
terjadi reaksi, bila terjadi reaksi berikan penjelasan dasar kepada pasien agar
kejadian tersebut tidak terulang Kembali.

8. Edukasi
- Memberitahukan kepada orang dengan faktor risiko tinggi terkena anafilaksis,
seperti untuk menjauhi pemicu atau alergennya.
- Beritahukan gejala anafilaksis yang dapat timbul dan tekankan bahwa gejala dapat
memburuk dengan cepat.
- Pasien dapat disarankan untuk menggunakan Epipen (sediaan adrenaline yang
mudah dibawa-bawa dan mudah diaplikasikan)
- Menjelaskan kepada pasien, orang tua atau keluarga pasien dengan faktor risiko
tinggi untuk berhati-hati dalam menggunakan obat, mengonsumsi makanan atau
menjauhi serangga yang sebelumnya memiliki riwayat alergi terhadapnya.

Anda mungkin juga menyukai