Anda di halaman 1dari 28

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah

Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan


Pesantren yang Lebih Baik

Maryam Huda1*, Dadang Kuswana1, Asep Iwan Setiawan2


1Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
2Jurusan Manajemen Dakwah, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung
*Email : maryam.huda@student.uinsgd.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses manajemen yang
dilakukan oleh organisasi santri pesantren Al-Ihsan (OSPAI) dalam
mewujudkan pesantren yang lebih baik. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode deskriptif dengan menjelaskan dan mendeskripsikan
rangkaian manajemen yang dilakukan oleh OSPAI. Penggalian data
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi yang di
antaranya merujuk pada sumber data dari pengurus OSPAI. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa proses manajemen di organisasi santri
melalui beberapa tahapan yaitu perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Perencanaan meliputi penerapan
aturan, rekruitmen kepengurusan, penyusunan program kerja, dan
penetapan anggaran. Pengorganisasian meliputi rincian tugas tiap bidang
dan pembagian kerja. Pelaksanaan terdiri dari implementasi program kerja.
Pengawasan dilakukan dengan mengadakan rapat-rapat. Sementara itu
tahapan evaluasi dilakukan dengan mempertanggung-jawabkan program
kerja yang telah dibuat dalam sidang umum santri.
Kata Kunci : Manajemen; Organisasi Santri; Pesantren Yang Lebih Baik

ABSTRACT
The research aims to identify the management process implemented by the Al-Ihsan
Boarding School’s Student Organization (OSPAI) in impoving the quaity of the school.
The study used descriptive method that explain dan describ the whole management proces
carried out by OSPAI. The data collected through observation, interview, and

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 35


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

document’s study on the availabe data from the organization committee. The research
finds that the organization implements a number of management processes that incllude
planning, organizing, actuating, controlling, and evaluating. The planning process
includes the implementation of regulation, recruitment of committees candidates,
organization’s program formulation, budgeting. Actuating process includes program
implementation. Controlling process carried out through a number of regular meeting.
Evaluation process, meanwhile, mainly consists of whole program report delivered by the
committee in the student general meeting.
Keywords: Management, Student (Santri) organization, Better boarding school
(pesantren).

PENDAHULUAN
Pesantren merupakan lembaga pendidikan keislaman yang masih bisa
mempertahankan eksistensinya sampai sekarang. Pada zaman dahulu
penyelenggaraan pendidikan agama masih dilakukan dengan sederhana
dengan cara mengadakan pengajiaan-pengajian di surau-surau, di rumah-
rumah, langgar-langgar dan tempat-tempat lainnya. Beberapa periode
kemudian pengelolaan pendidikan ini semakin tertata dengan lahirnya
lokasi-lokasi pengajian yang kemudian tumbuh dengan pendirian asrama-
asrama bagi para santri yang kelak dikenal sebagai pesantren (Masyhud,
2005:1).
Pesantren pertama diketahui didirikan oleh salah seorang wali songo
yaitu Syeih Maulana Malik Ibrahim. Sejak masa awal kemunculannya,
pesantren terus tumbuh dan berembang secara bertahap tapi pasti, menjadi
pusat kajian ilmu-ilmu agama Islam (Fadli, 2012). Pada era 1970–an
pesantren mengalami perubahan dan perkembangan yang signifikan baik
secara kualitas maupun kuantitas. Dari segi kuantitas, perkembangan ini
dapat dilihat dari segi jumlah santri di setiap pesantren maupun dari jumlah
pesantren yang berdiri. Secara kualitas, peningkatan dapat dilihat dari segi
perubahan bentuk baik dari sisi institusi, kurikulum, maupun struktur
organisasinya. Pesantren dengan beragam corak terus bermunculan, mulai
dari pesantren tradisional, modern, semi modern, dan mahasiswa yang
menyelenggarakan paket A, B, C yang menyebar dan meluas di perdesaan
dan perkotaan (Masyhud, 2005: 4-5).
Masa depan pesantren sangat ditentukan oleh faktor manajerial atau
pengelolaan pesantren itu sendiri. Dengan pengelolaan yang profesional
sebuah pesantren yang kecil akan berkembang secara signifikan. Begitupun

36 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

sebaliknya, jika pengelolaan pesantrern kurang baik maka pesantren dapat


mengalami kemunduran (Qomar, 2007:69). Oleh karena itu pengelolaan
yang baik merupakan keharusan untuk menjadikan pesantren lebih baik.
Pengelolaan pesantren dalam hal ini bukan hanya melibatkan pemilik atau
para guru dan pengurus saja. Segenap elemen yang ada di pesantren perlu
berpartisipasi secara aktif dalam mewujudkan pengelolaan pesantren yang
lebih baik, tak terkecuali para santri.
Ada beberapa alasan perlunya keterlibatan santri dalam pengelolaan
pesantren, di antranya adalah sebagai berikut.
Pertama, dikarenakan jumlah santri yang semakin lama semakin
mengalami peningkatan maka kyai tidak lagi dapat menyentuh seluruh
aspek kehidupan santri secara keseluruhan sehingga wewenang kyai
biasanya dilimpahkan kepada para guru atau ustadz yang mengajar. Para
guru atau ustadz kemudian membuka keterlibatan bagi santri terutama bagi
santri senior yang dianggapnya sudah memiliki kemampuan membantu
dalam pengurusan pesantren. Sehingga keterlibatan santri senior menjadi
pengurus dapat mempermudah pengawasan santri yang lainnya agar
disiplin.
Kedua, sebagai sebuah lembaga pendidikan, pesantren memiliki
aturan-aturan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Aturan-aturan
lazimnya dibuat untuk menjaga kondisi pesantren agar lebih tertib dan
terarah. Aturan ini juga berperan sebagai pedoman untuk melaksanakan
seluruh kegiatan pesantren. Selain itu, terdapat pula aturan-aturan yang
sifatnya tidak tetap berupa instruksi langsung dari kyai sendiri baik berupa
perintah ataupun larangan. Agar informasi mengenai aturan-aturan
pesantren mudah tersampaikan, maka diperlukan rantai komunikasi dan
jalur koordinasi yang baik dengan membuat susunan kepengurusan yang
jelas sehingga segala bentuk informasi dapat menyebar kepada seluruh
santri. Dalam hal ini peran organisasi santri akan sangat diperlukan.
Ketiga, perkembangan teknologi menuntut inovasi-inovasi baru
dalam mengelola pesantren terutama dalam perumusan dan pelaksanaan
program-program pesantren. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah
memastikan bahwa program-program tersebut sesuai dengan kebutuhan
santri. Maka dengan ini dibutuhkan manajemen yang baik dari beberapa
orang yang memiliki kemampuan, tim yang solid yang bisa menampung
aspirasi atau gagasan setiap santri menampung aspirasi atau gagasan setiap
santri, potensi yang sesuai dengan minat, bakat ataupun kebutuhannya dan

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 37


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

akhirnya disetujui dan disepakati menjadi program bersama sehingga


program tersebut bisa diajukan kepada kyai untuk mendapat persetujuan.
Untuk mengoptimalkan peran santri dalam proses pengembangan
pesantrean, diperlukan wadah yang menyatukan partisipasi tersebut dalam
organisasi santri. Dalam organisasi ini, kyai berperan sebagai pemimpin
tertinggi dan para guru (ustadz) sebagai pembina untuk membimbing
jalannya organisasi secara reguler dengan memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam menjalankan roda organisasi.
Melalui pengorganisasian, tenaga manusia, alat, tugas, wewenang,
tanggungjawab dan tata kerja ditata sedemikian rupa sehingga dapat
digerakkan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harus
dilaksanakan. Sebuah organisasi santri dalam sebuah pesantren sangat
penting keberadaannya. Mereka dapat berperan sebagai pelaksana dari
wewenang yang dilimpahkan kepada mereka agar kegiatan di pesantren
dapat berjalan lancar, tertib dan teratur. Pembentukan organisasi
kepengurusan santri sebagai perencana, pelaksana dan pengawas-pengawas
dari kegiatan mempunyai peranan penting dalam menciptakan kesuksesan
pengelolaan pesantren
Untuk mewujudkan pesantren yang lebih baik maka manajemen
merupakan cara yang penting untuk diterapkan dalam organisasi
kesantrian. Manajemen bertujuan untuk mempermudah pencapaian tujuan
pesantren agar lebih terencana dan tertata serta untuk menjamin
kelangsungan program-program yang telah dilakukan.
Melihat urgensi peran santri dalam pengelolaan pesantren seperti
diuraikan di atas, tulisan ini bermaksud untuk menjawab pertanyaan
berikut. Bagaimana proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi dilakukan dalam organisasi pesantren?
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
dengan menganalisis hasil pengumpulan data melalui observasi, wawancara,
dan dokumentasi setiap kegiatan yang dilakukan oleh organisasi santri
dalam setiap kegiatannya di Pondok Pesantren Al-Ihsan Cibiru Hilir di
Kecmatan Cileunyi, Bandung, Jawa Barat.

LANDASAN TEORITIS
Secara etimologis manajemen berasal dari to manage yang berarti control yang
diartikan mengendalikan, menangani, atau mengelola. Sedangkan secara
terminologis para ahli memberikan pernyataan yang berbeda-beda di
antaranya yaitu menurut G. R Terry, seperti dikutip Hasibuan (2011: 2)

38 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

”Management is a distint process consisting of planning, organizizng, actuating


and controlling performed to determine and accomplish stated objectives by the use
of human being and other resources”, artinya manajemen adalah suatu
proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan
untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-
sumber lainnya.

Ketika manusia bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama maka


dibutuhkan manajemen. Manajemen berfungsi untuk mengkoordinir dan
mengatur setiap sumberdaya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang
telah disepakati bersama. Adapun sumberdaya yang diatur ialah semua
unsur manajemen atau hal-hal yang mendukung kegiatan manajemen yang
terdiri dari 6M yaitu man (manusia), money (uang), method (cara), material
(bahan-bahan), machine (alat-alat), dan market (pemasaran). Tujuan
diaturnya 6M yaitu agar lebih berdayaguna dan berhasil guna dalam
mewujudkan tujuan supaya bermanfaat optimal, terkoordinasi, dan
terintegrasi dengan baik dalam menunjang terwujudnya tujuan.
Dalam proses manajemen ada elemen-elemen yang harus dilakukan
yang disebut fungsi-fungsi manajemen. Fungsi-fungsi manajemen adalah
“sejumlah kegiatan yang meliputi berbagai jenis pekerjaan yang dapat
digolongkan dalam satu kelompok sehingga membentuk suatu kesatuan
administratif” (Herujito, 2001: 17). Para ahli berbeda pendapat tentang
fungsi-fungsi dalam proses manajemen sendiri namun fungsi-fungsi yang
hampir ada di semua proses terdiri dari 4 fungsi utama yaitu POAC yang
meliputi Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating
(penggerakkan/pelaksanaan), dan Controlling (Pengawasan).
Pertama, planning (perencanaan). G.R Terry (1975) seperti dikutip
oleh Siswanto (2011: 42), mendefinisikan,
planning is the selecting and relating of facts and the making and using of
assumption regarding the future in the visualization and formulation of proposed
activities believed necessary to achieve desired results, perencanaan adalah
memilih dan menghubungkan fakta dan membuat serta
menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa datang dengan jalan
menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan
untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 39


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Kedua, organizing (pengorganisasian) didefinisikan sebagai suatu


kegiatan menetapkan pekerjaan-pekerjaan, pengelompokkan fungsi-fungsi,
mendistribusikan otoritas kepada unit-unit dan mengoordinasikan
pelaksanaan tugas-tugas. Pada proses pengorganisasin untuk menjadikan
organisasi yang efektif dan efisien maka organisasi harus mengikuti tahapan
dalam pengorganisasian yang meliputi pembagian kerja, departementalisasi,
distribusi otoritas, dan koordinasi (Silalahi, 2011: 189-217).
Ketiga, actuating (penggerakkan atau pelaksanaan ) berkaitan dengan
fungsi kepemimpinan yang merupakan “usaha untuk menggerakkan orang-
orang yang telah diserahi tugas atau tanggungjawab terhadap suatu
pekerjaan” (Effendi, 1986: 8). Fungsi penggerakkan juga berkaitan dengan
komunikasi yang mana komunikasi yang mencakup hubungan dan tingkah
laku manusiawi.
Keempat, controlling (pengawasan) merupakan proses pengamatan
dari seluruh kegiatan guna menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang
dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
“Controlling berperan memastikan sasaran-sasaran dapat dicapai dan
pekerjaan-pekerjaan diselesaikan sebagaimana rencana” (Robbins dan
Coulter, 2010: 9-10).
Setelah menguraikan pengertian dan elemen-elemen manajemen,
konsep penting yang relevan dengan paper ini adalah organisasi. Organisasi
adalah sekelompok orang yang sepakat bekerjasama dalam rangka
mencapai tujuan tertentu, dalam suatu wadah kelembagaan yang bersifat
formal, secara internal terjadi proses pengolahan input menjadi output dan
secara eksternal berinteraksi dengan lngkungannya (Muhyadi, 2012: 52-53).
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa dalam organisasi terdapat
empat elemen utama yaitu sekelompok orang, interaksi, kerjasama dan
tujuan bersama. Organisasi merupakan cara yang sistematis dan
terorganisisr untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu secara bersamaan.
Orang yang bekerja dalam organisasi dapat menjadi lebih produktif dan
efisien daripada orang yang bekerja sendirian. Organisasi bisa berjalan jika
semua unsur-unsurnya yang terdiri dari manusia yang bekerjasama terdiri
dari pemimpin dan yang dipimpinnya, memiliki tempat, tujuan organisasi,
pekerjaan, struktur, teknologi, dan lingkungan.
Dalam pengertian di atas, pesantren dapat dikategorikan oleh sebuah
organisasi. Demikian pula dengan santri yang berkumpul dengan
ketentuan-ketentuan tertentu dengan struktur di dalamnya, pun dapat
dilihat sebagai sebuah organisasi. Secara lebih rinci, organisasi santri ialah

40 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

sebuah perhimpunan yang menyatukan partisipasi atau keterlibatan santri


dalam mewujudkan pengelolaan pesantren yang di dalamnya terjalin
kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Santri sendiri merupakan bagian
dari unsur pesantren yang memegang peranan penting dalam
keberlangsungan aktivitas pesantren. Para guru atau ustadz sebagai
pembimbing jalannya organisasi sedangkan kegiatan santri di setiap asrama
ditangani oleh organisasi santri. Manajemen organisasi santri sendiri
merupakan upaya yang dilakukan oleh organisasi santri dalam membantu
pengaturan pesantren agar kegiatan yang dilakukan menjadi lebih terencana
dan terarah dalam mewujudkan lembaga pendidikan yang baik dan efektif.
Lembaga pendidikan yang efektif dapat dilihat dari tiga perspektif
yaitu mutu pendidikan, dalam perspektif manajemen, dan dalam perspektif
teori organisme. Lembaga pendidikan Islam yang efektif dalam perspektif
manajemen dapat memanfaatkan seluruh sumberdaya lembaga pendidikan
secara rasional dan sistematik mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pengerahan tindakan, dan pengendalian untuk mencapai tujuan lembaga
secara efektif dan efisisen. Dari perspektif manajemen, terdapat beberapa
elemen penting dalam lembaga pendidikan yang meliputi layanan belajar
murid, mutu mengajar guru, kelancaran layanan belajar mengajar, umpan
balik yang diterima murid, layanan keseharian guru terhadap murid,
kenyamanan ruang belajar, ketersediaan fasilitas belajar, kesempatan untuk
menggunakan fasilitas lembaga, pengelolaan dan layanan murid, sarana dan
prasarana, program dan pembiayaan, partisipasi masyarakat, dan budaya
lembaga. (Suharsaputra, 2010:65-67).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren Al-Ihsan Jln. Cibiru Hilir No.
23. Cibiru Hilir merupakan bagian dari kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung tepatnya di dekat tugu perbatasan antara Cibiru Kota Bandung
dan Cinunuk Kabupaten Bandung Timur. Pondok Pesantren Al-Ihsan
sendiri merupakan pesantren mahasiswa yang telah berdiri sejak tahun 1995
dan masih berdiri sampai tahun sekarang. Dikarenakan santri yang
mendiami pesantren adalah mahasiswa maka manajemen pesantren pun
dikelola oleh mahasiswa.
Hasil penelitian ini menemukan manajemen yang dilakukan oleh
organisasi santri dalam mewujudkan pesantren yang lebih baik meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi atas
semua kegiatan pesantren. Proses manajemen tersebut dilakukan di

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 41


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

berbagai sektor pesantren dengan pembagian tugas atas beberapa


kementrian yang dibentuk oleh OSPAI (Organisasi Santri Pesantren Al-
Ihsan).

Perencanaan Organisasi Santri dalam Mewujudkan Pesantren yang


Lebik Baik
Proses perencanaan dalam manajemen OSPAI bertujuan untuk
merencanakan segala kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada waktu yang
akan datang. Perencanaan program dilakukan OSPAI pusat yang meliputi
rencana atau program kegiatan yang dibuat oleh seluruh pengurus OSPAI
pusat menjadi kesatuan program dan diarahkan kepada tujuan organisasi
secara keseluruhan. Penyusunan program kerja ini disesuaikan dengan
periode kepengurusan yang baru. Perencanaan ini dibagi beberapa bagian
yaitu penetapan aturan, pemilihan presiden dan keanggotaan OSPAI, dan
penyusunan program kerja serta anggaran.
Pertama, penetapan aturan. Penetapan aturan ini dibuat oleh dan atas
kesepakatan santri bersama dalam mengubah AD (Anggaran Dasar)/ART
(Anggaran Rumah Tangga), GBHO (Garis-Garis Besar Haluan
Organisasi), dan UU PRS (Undang-Undang Pemilu Raya Santri). Peraturan
ini dijadikan acuan dalam menjalankan organisasi yang disahkan melalui
SUSAN (Sidang Umum santri). Perubahan dan penetapan aturan ini
dilakukan minimal satu kali dalam setiap kepengurusan dilakukan di akhir
kepengurusan. Melalui SUSAN inilah peraturan-peraturan tersebut bisa
ditetapkan atau diubah dari sebelumnya disesuaikan dengan keinginan
seluruh santri. Adapun aturan yang telah disahkan tersebut dipakai selama
masa kepengurusan OSPAI baru yang akan menjabat.
Kedua, pemilihan presiden dan keanggotaan OSPAI. Sebelum
melaksanakan pemilihan presiden, dilakukan pemilihan gubernur atau
ketua asrama terlebih dahulu, sebagaimana dijelaskan oleh salah seorang
informan berikut.

Ketika berbicara tentang pelantikan maka berbicara tentang sistem


pemerintahan. Sistem yang dianut menduplikasi sistem
pemerintahan Indonesia yaitu sistem presidensial. Jadi sebelum
pemilihan presiden diadakan pemilihan gubernur terlebih dahulu,
setelah terpilih gubernurnya nanti dilantik oleh presiden sebelumnya.
(Dindin Ahmad Toharudin, wawancara, wakil presiden OSPAI,
April 2018).

42 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

Setelah terpilihnya gubernur atau ketua asrama yang baru di setiap asrama,
maka diadakan pemilihan presiden OSPAI dan wakil presiden OSPAI
untuk menentukan masa kepengurusan baru melalui Pemilu Raya Santri
(PRS) yang berpedoman kepada Undang-Undang Pemilu Raya Santri yang
telah disepakati pada saat sidang umum santri (SUSAN). Adapun dalam
penentuan kandidat presiden dilakukan dengan mengadakan rapat internal
angkatan yang akan memegang kepengurusan yang baru. Kandidat yang
memenui syarat seperti tertera dalam UU PRS dapat mendaftarkan diri
sebagai pasangan calon dan mendapat nomor urut. Kandidat yang
memenuhi syarat kemudian melakukan kampanye ke setiap asrama dengan
menyampaikan visi dan misinya masing-masing pada jadwal yang
ditetapkan.
Setelah kampanye di setiap asrama dilakukan, maka diadakanlah
debat terbuka antara pasangan calon yang disaksikan semua santri asrama.
Setelah semua tahapan-tahapan itu terlaksana maka dilakukanlah Pemilu
Raya Santri di mana presiden dan wakil presiden OSPAI dipilih
berdasarkan suara terbanyak. Setelah terpilihnya presiden dan wakil
presiden OSPAI yang baru, lalu diadakan pemilihan pengurus OSPAI
pusat. Adapun setiap menteri dipilih langsung oleh presiden,

Setiap menteri dipilih oleh presiden. Pemilihannya dilihat dari


jabatan yang pernah didudukinya, kadang meminta saran dari alumni
pengurus OSPAI yang dulu tentang kecocokan menteri yang
dipilihnya lebih cocoknya ditempatkan di kementrian mana. ( Adi
Supardi, wawancara, Menteri Pendidikan OSPAI, Maret 2018).

Lebih lanjut lagi Dindin Ahmad Toharuddin menambahkan,

Pemilihan menteri, menjadi pertimbangan dari officio OSPAI yaitu


presiden, wakil presiden dan sekretaris. Pemilihan menteri dilihat
dari track record yang telah dilalui dari pengalamannya, [apakah] ia
sudah masuk OSPAI atau belum. Misal dari kepengurusan OSPAI
sebelumnya kontribusi apa yang telah diberikannya dan kinerjanya
jika dilihat dari sisi objektifnya. Adapun dari sisi objektifnya dilihat
dari bagaimana karakter ketika ia memimpin apakah bisa
berkoordinasi dengan baik atau tidak, apakah ia bisa mahir dalam
komunikasi, koordinasi dan sebagainya. Sebab kita punya pendapat

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 43


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

bahwa sebaik apapun tujuan kita bahwa jika komunikasi dan


koordinasi jelek maka tujuan tersebut tidak akan tercapai. (Dindin
Ahmad Toharudin, wakil presiden OSPAI, April 2018).

Setelah terpilih masing-masing menteri maka dilakukanlah open


recruitment oleh setiap menteri. Adapun persyaratan umum untuk masuk
dalam kepengurusan OSPAI pusat berpedoman kepada AD/ART OSPAI
di antaranya yaitu telah mengikuti kegiatan ta’auf santri dibuktikan dengan
piagam ta’aruf, telah mengikuti kegiatan LDKS (Latihan Dasar
Kepemimpinan Santri) dibuktikan dengan pagam LDKS, pernah menjabat
sebagai anggota OSPAI baik di pusat maupun wilayah, dan mengisi surat
rekomendasi pengajuan calon anggota OSPAI pusat dan ditandatangani
oleh presiden. Setelah persyaratan umum terpenuhi baru diadakan
wawancara. Adapun pemberitahuan bahwa seseorang itu terpilih menjadi
anggota OSPAI pusat adalah dengan langsung dimasukannya anggota
terpilih yang bersangkutan ke grup whatssApp OSPAI pusat. Setelah itu
disampaikan pemberitahuan tentang pelaksanaan pelantikan pengurus
OSPAI oleh pimpinan pondok pesantren.
Ketiga, perencanaan program kerja. Program kerja bisa melanjutkan
beberapa program kerja kepengurusan sebelumnya dan menambahkan
program baru. Adapun sebelum penetapan program kerja yang nyata
diadakan upgrading terlebih dahulu. Ini dimaksudkan untuk memperkuat
peranan dan memahamkan job desk masing-masing kementrian. Setelah itu
diadakan lagi rapat kerja di kementrian masing-masing untuk menghasilkan
program kerja. Setelah program kerja masing-masing kementrian dibuat
baru kemudian disosialisasikan ke setiap asrama.

.....untuk masa kepengurusan sekarang setiap kementrian wajib


sosialisasi ke setiap asrama agar mereka semua tahu mengenai
program kerja OSPAI angkatan 2014 sekarang. Setelah selesai
sosialisasi baru mereka membuat laporan yang dikeluhkan dari setiap
asrama yang dicatat oleh mereka untuk memperkirakan program
kerja mana yang harus diprioritaskan terlebih dahulu. Ataupun jika
ada program kerja yang harus dikurangi ataupun ditambah bisa
menjadi bahan pertimbangan. (Dede Dendi, wawancara, Presiden
OSPAI, Maret 2018).

44 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

Setelah rekomendasi program kerja didiajukan oleh masing-masing asrama,


kemudian dipilihlah program kerja mana yang sifatnya utama dan
penempatan program kerja tersebut lebih cocok ditempatkan di
kementrian mana. Setelah dirumuskan program kerja masing-masing
kementrian dirumuskan barulah diajukan ke presiden OSPAI, apabila dari
presiden sudah disetujui barulah disampaikan kepada pimpinan pondok
pesantren. Setelah penetapan program kerja setiap kementrian maka
dibuatlah timing schedule dalam bentuk kalender program kerja OSPAI pusat
oleh sekretaris OSPAI pusat.
Keempat, anggaran. Anggaran OSPAI sendiri sebagaimana tercantum
dalam Anggaran Dasar BAB IX keuangan menyatakan bahwasannya
keuangan OSPAI berasal dari iuran semester santri yang dikelola secara
mandiri dan transparan yang dibayarkan per-orang sebesar Rp25.000 yang
mana uang tersebut sebesar Rp10.000 untuk OSPAI wilayah dan15.000
untuk OSPAI pusat yang dibayarkan per semester. Sumber dana lain
berasal dari sumbangan halal dan tidak mengikat dan usaha-usaha lain yang
tidak bertentangan dengan asas dan tujuan OSPAI.
Berdasarkan keterangan Munawwaroh selaku menteri keuangan
OSPAI, pembagian pendapatan dana sendiri digunakan untuk modal awal
masing-masing kementrian. Setiap kementrian diberikan dana operasional
sesuai permintaan tiap kementrian yang digunakan untuk kebutuhan tiap
kementrian seperti ATK, uang kas dan sebagainya. Sedangkan dana dalam
pelaksanaan program kerja kementrian untuk kegiatan yang membutuhkan
dana besar biasanya mengadakan pungutan yang berasal dari santri.
Modal untuk UKS (Unit Kegiatan Santri) sebesar Rp100.000
digunakan untuk keperluan kegiatan-kegiatan UKS seperti kegiatan
penerimaan anggota baru UKS, pengadaan seminar, dan kebutuhan
pembelian alat-alat yang diperlukan UKS. Sedangkan Modal untuk OSPAI
wilayah diberikan dana sebesar Rp10.000 dari hasil pembagian iuran asrama
antara OSPAI pusat dan OSPAI wilayah. Adapun uang untuk OSPAI
wilayah sendiri digunakan untuk acara ataupun kegiatan asrama seperti
acara muhadharah ammah, muhadharah khass, pembelian alat-alat kebersihan,
konsumsi acara asrama dan sebagainya.
Kegiatan perencanaan paling banyak diisi dengan kegiatan
penyusunan program kerja. Perencanaan program kerja melibatkan seluruh
aspirasi santri dari setiap asrama untuk memastiikan bahwa setiap program
kerja yang disusun berasal dari kebutuhan santri. Program adalah rencana
yang pada dasarnya telah menggambarkan rencana yang konkret. Di dalam

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 45


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

rencana yang konkret ini sudah tercantum sasaran, kebijaksanaan,


prosedur, waktu maupun anggaran. Jadi program juga merupakan usaha-
usaha untuk mengefektifkan rangkaian tindakan yang harus dilaksanakan
menurut bidangnya masing-masing (Hasibuan, 2007: 95-102).

Pengorganisasian Organisasi Santri dalam mewujudkan pesantren


yang lebih baik
Pengorganisasian dilakukan dengan pembagian kerja dan penentuan orang-
orang untuk menjadi penanggungjawab dalam setiap program kerja.
Berdasarkan kajian terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga OSPAI dapat dilihat bahwasanya struktur OSPAI dibagi menjadi
dua yaitu OSPAI pusat dan OSPAI wilayah. Baik OSPAI pusat maupun
OSPAI wilayah keduanya sama-sama bersinergi dalam mengelola
pesantren dan berada di bawah kepemimpinan yang sama yaitu presiden
santri sebagai pemimpin tertinggi OSPAI.
Pertama, OSPAI wilayah yang dipimpin oleh gubernur (ketua asrama)
yang dibantu oleh sekretaris gubernur, bendahara gubernur, ketua
bidang/divisi, serta bupati. Adapun kepengurusannya sebagai berikut:
Gubernur wilayah
Sekretaris gubernur
Bendahara gubernur
Divisi pendidikan
Divisi k3 (kebersihan, ketertiban, dan keindahan)
Divisi keamanan
Divisi humas
Divisi seni dan olahraga
Bupati (Ketua Kamar)
Adapun setiap divisi bertanggungjawab kepada gubernur, setiap bupati
bertanggungjawab kepada gubernur, dan setiap gubernur
bertanggungjawab kepada presiden OSPAI yang dalam hal ini dimandatkan
kepada menteri dalam negeri OSPAI pusat.
Kedua, OSPAI pusat. Berdasarkan kajian terhadap dokumen GBHO
OSPAI Bab II mengenai susunan kepengurusan OSPAI dan ART OSPAI
Pasal 7 tentang pengurus OSPAI pusat, dinyatakan bahwasannya jajaran
pengurus OSPAI Pusat dipimpin oleh presiden. Presiden dibantu oleh
wakil presiden dan menteri-menterinya. Pembagian pekerjaan terbagi ke
dalam beberapa bidang sesuai program kerja yang telah ditetapkan di setiap
kementrian. Satu bidang dipimpin oleh satu menteri dan dibantu oleh

46 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

bendahara, sekretaris, dan para anggotanya di setiap kementrian


menentukan orang-orang untuk menjadi penanggungjawab dalam setiap
program kerja. Adapun susunan kepengurusan OSPAI Pusat Kabinet Al-
Musyarokah masa khidmat 2017-2108 sebagai berikut :

Pimpinan Pondok Pesantren : K.H Tantan Taqiyudin Lc


Kabag Kesantrian : Ramdan Juniarsyah, M.Ag
Kabag Akademik : Dr. H. Dindin Sholahudin, MA
Presiden OSPAI : Dede Dendi
Wakil Presiden : Dindin Ahmad Toharudin
Sekretaris : Jihad Kufaya
Kementrian Dalam Negeri : Abdul Kosim Nurseha
Kementrian Keuangan : Munawwaroh
Kementrian Luar Negeri : Muhammad Arief Rahman
Kementrian Kesejahteraan : Darda Mustofa
Kementrian Keagamaan : Rahmat Nawawi
Kementrian Pendidikan : Adi Supardi
Kementrian Pemuda dan Olahraga : Arif Fathurrahman
Kementrian Komunikasi dan Informasi: Pinpin Cahyadi
Kementrian Pertahanan dan Keamanan: Yusuf Khusaeri

Struktur tertinggi dalam kepengurusan OSPAI pusat ialah pimpinan


pondok pesantren sebagai penentu setiap pelaksanaan program kerja.
Wewenang dari pimpinan pondok pesantren dilimpahkan kepada presiden
santri dan atau wakil presiden sebagai mandataris aspirasi santri, pemegang
kebijakan umum untuk menjaga kestabilan organisasi, bertanggungjawab
atas semua kegiatan yang dilaksanakan OSPAI pusat, wilayah dan UKS.

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 47


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Pimpinan Pondok Pesantren

Kabag Kesantrian

Kabag Akademik

Presiden

Sekretaris Wakil Presiden

Kemenkestra Kemenlu Kemenag

Kemenpora Kemendik

Kemenkeu Kemkominfo Kemendagri

Jajaran Pengurus OSPAI wilayah

Santri Pondok Pesantren Al-Ihsan Setiap Asrama

Gambar 1. Struktur Organisasi Santri Pondok Pesantren Al-Ihsan

Kabag akademik membantu pimpinan pondok pesantren dalam


program akademik, mengawasi kegiatan pengajian, dan memfasilitasi
kegiatan pembelajaran. Sedangkan kabag kesantrian berfungsi membantu
program pimpinan dalam mengelola kegiatan santri, mengawasi kegiatan
OSPAI, dan sebagai penanggungjawab kegiatan santri secara umum.

48 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

Presiden santri menginstruksikan kepada para pelaksana kegiatan


untuk mengerjakan tugasnya masing-masing. Tugas para menteri
membantu memberikan pemikiran, saran-saran dalam menetapkan suatu
keputusan atau kebijakan dan kontribusi dalam menjalankan program
kegiatan yang telah menjadi program kerja. Setiap kementrian bertanggung
jawab atas kementriannya masing-masing. Para menteri yang ada di
kementrian mendapatkan bantuan dari para staff yang ada di dalam
kementriannya sendiri yang memiliki skill atau pengalaman yang
dikelompokkan ke dalam satuan unit kerja. Jalur komunikasi dan informasi
disampaikan dari kementrian kepada pengurus OSPAI wilayah yang
kemudian pengurus OSPAI wilayah menyampaikan kepada santri di setiap
asramanya masing-masing.
Adapun pembagian kerja OSPAI pusat Al-Musyarokah untuk
kabinet sekarang yang pada mulanya terdiri dari 7 kementrian menjadi 9
kementrian tambahannya yaitu Kemenpora (Kementrian Pemuda dan
Olahraga) dan Kemkominfo (Kementrian Komunikasi dan Informasi)
Pengelompokkan kerja terbagi ke dalam beberapa bidang sesuai program
kerja yang telah ditetapkan di setiap kementrian. Satu bidang dipimpin oleh
satu menteri dan dibantu oleh bendahara, sekretaris, dan para anggotanya
di setiap kementrian
Tabel 1. Mekanisme Kerja Pengurus OSPAI pusat
Kepengurusan Mekanisme Kerja
Presiden OSPAI Bertanggungjawab atas seluruh kementrian
Menstabilkan dan mensinergikan pengurus
Melakukan koordinasi dengan keluarga
pesantren, dewan guru, dan pihak luar
(masyarakat)
Mengadakan laporan dan evaluasi bulanan
Membuat Laporan Pertanggungjawaban
Wakil Presiden Bertanggungjawab kepada presiden
Mewakili presiden saat berhalangan hadir
Mendampingi presiden dalam menjalankan
tugas-tugas kepresidenan
Membantu presiden dalam menjalankan
tugas-tugas presiden
Membantu presiden dalam menjalankan,
mengkoordinasikan, dan mengevaluasi kinerja
kabinet

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 49


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Membuat LPJ
Sekretaris Bertanggungjawab kepada presiden dan wakil
presiden
Bertanggungjawab di setiap rapat dan
pertemuan
Bertanggungjawab sebagai pelaksana
administrasi kesekretariatan organisasi
Membuat schedule time kegiatan
Mengadakan evaluasi pleno tengah
Membuat berita acara kegiatan
Mengadakan pelatihan keadministrasian bagi
seluruh santri Al-Ihsan
Berkoordinasi dengan Kemkominfo
Membuat LPJ rekomendasi program nyata
Kementrian Keuangan Bertugas dalam pengelolaan uang kas meliputi
pemasukan dan pengeluaran OSPAI.
Membantu kementrian lain dalam pengelolaan
keuangan, bila diperlukan.
Kementrian Dalam Bertugas mengelola OSPAI wilayah yang
Negeri mengurus koordinasi dengan gubernur
mengenai berbagai permasalahan gubernur.
Kementrian Kementrian ini berperan dalam
Komunikasi dan mengkomunikasikan informasi-informasi
Informasi kepada orang-orang atau organisasi-organisasi
lain yang membutuhkan informasi yang
berhubungan dengan pondok pesantren Al-
Ihsan melalui media online. Kementrian ini
memfasilitasi publikasi informasi seperti
publikasi hasil kegiatan OSPAI pusat, kegiatan
kementrian, kegiatan UKS, serta dokumentasi
kegiatan baik berupa foto maupun video.
Selain itu Kemkominfo juga memfasilitasi
hubungan OSPAI pusat dengan pihak luar
melalui web/media sosial yang dikelolanya.
Kementrian Membantu mensejahterakan santri Al-Ihsan
Kesejahteraan dalam memenuhi kebutuhan santri dan
fasilitas-fasilitas santri.

50 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

Kementrian Bertugas dalam pengelolaan yang berkaitan


Pendidikan dengan kegiatan pengajian santri seperti
perancangan jadwal pengajian, berkoordinasi
dengan para ustadz pengajar, mengelola
pengajian jika tidak ada guru tidak hadir,
penyediaan konsumsi untuk ustadz.
Kementrian Pemuda Mengelola UKS di Al Ihsan, termasuk
dan Olahraga membantu menentukan tujuan dari arah UKS.
Kementrian ini juga bertugas memberikan
masukan untuk penyelesaian masalah atau
pengembangan UKS.
Kementrian Tugas kementrian agama meliputi pengelolaan
Keagamaan kegiatan yang berkaitan dengan tradisi
pesantren dan kegiatan yang berkaitan dengan
keagamaan.
Kementrian Luar Bertugas mengadakan koordinasi dengan
Negeri pesantren di luar Al-Ihsan, baik Bandung
Timur maupun yang lainnya dan juga
hubungan dengan lingkungan masyarakat
Kementrian Kementrian pertahanan dan keamanan ialah
Pertahanan dan kementrian yang bertugas dalam pengelolaan
Keamanan keamanan di pondok pesantren Al-Ihsan
berkaitan dengan peraturan pondok pesantren
bagi seluruh santri.
Adapun tujuan dibentuknya setiap kementrian dalam OSPAI
dimaksudkan untuk mempermudah pengerjaan program kerja yang telah
direncanakan sebelumnya dan agar tanggungjawab setiap orang jelas sesuai
bidangnya masing-masing. Pada dasarnya kyai memiliki otoritas dan power
dalam mengelola pesantren. Dalam praktiknya pengelolaan ini dibantu oleh
teamwork yang loyal dan solid yang berasal dari santri ataupun para guru
yang ada di pesantren. Adanya teamwork yang solid ini tidak terjadi secara
kebetulan tetapi ditentukan oleh visi dan misi yang jelas dan adanya goal
congruence dari person-person di dalamnya (Kurniawan, 2013).

Pelaksanaan OSPAI Al-Musyarokah salam Mewujudkan Pesantren


yang Lebih Baik
Dalam aspek pelaksanaan, OSPAI pusat melakukan program kerja sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kalender program kerja. Dari

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 51


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

segi waktu pelaksanaan, ada program harian, bulanan dan ada juga program
tahunan. Adapun program kerja yang harus dilaksanakan oleh setiap
kementrian berdasarkan hasil rapat kerja di setiap kementrian sebagai
berikut :

Tabel 2. Program kerja setiap kementrian


Kementrian Program Kerja
Kementrian Mengatur kelancaran sirkulasi keuangan OSPAI
Keuangan Membuat laporan keuangan periodik
Mengadakan pelatihan keuangan (kewirausahaan,
auditing, administrasi keuangan)
Mengadakan koordinasi dan evaluasi kinerja
keuangan baik pusat maupun wilayah
Tabungan santri
Merangkul para wirausahawan Al-Ihsan
Kementrian Dalam Merapikan administrasi wilayah
Negeri Mengadakan koordinasi kerja pusat dan wilayah
Melaksankaan kegiatan yang berdimensi wilayah
seperti mengadakan muhadharah dan OSPAI
CUP
Mengadakan ta’aruf santri
Mengatur jadwal penggunaan Gedung Serba
Guna (GSG)
Panggung Gembira
Mengadakan Susan (Sidang Umum Santri) dan
PRS (Pemilu Raya Santri)
Mengadakan koordinasi dan evaluasi kerja
kementrian
Membuat LPJ
Kementrian Mengelola website Pondok Pesantren Al-Ihsan
Komunikasi dan Pers Pondok Pesantren Al-Ihsan
Informasi Pengelolaan media sosial
Pembuatan video profil tentang profil OSPAI
2017-2018 kabinet Al-Musyarokah dan video
profil Al-Ihsan Pembuatan video profil tentang
profil OSPAI 2017-2018 kabinet Al-Musyarokah
dan video profil Al-Ihsan

52 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

CENIN yang terkomputerisasi


Al-Ihsan melek teknologi
Kementrian Membuat aksesoris santri (almamater santri)
Kesejahteraan Membuat jadwal piket asatidz
Mengadakan Sanset (Santri Sehat)
Mengadakan Penilaian Asrama Bersih
Inventaris OSPAI
Membuat seragam pengurus OSPAI
Pembaharuan dan pengadaan fasilitas santri
Kementrian Merancang jadwal pengajian
Pendidikan ANGSA PUTIH (Bincang-Bincang Santri Putri
Al Ihsan)
Pengajian Intensif
Latihan Pengembangan Kepemimpinan Santri
(LPKS)
SANCA (Santri Al-Ihsan Cinta Almamater)
Rapat Koordinasi
PALU CERDIK (Rapat Evaluasi Ceria Bersama
KEMENDIK)
Kementrian Pemuda Mengadakan pelantikan pengurus UKS (Unit
dan Olahraga Kegiatan Santri)
Peringatan hari santri Nasional
Peringatan hari sumpah Pemuda
Mengadakan acara perlombaan dengan santri
Pondok Pesantren Al-Ihsan
Mengkoordinir Kegiatan Badminton santri
Pondok Pesantren Al-Ihsan
Menaungi dan menanggungjawabi semua
kegiatan UKS yang ada di Al-Ihsan
Mendampingi delegasi setiap perlombaan
Kementrian Agama Berlian dan Mabit (Malam bimbingan iman
taqwa)
PHBI
Wisata Religi
Istighotsah UAS
Pekan Efektif
Takziah
Keprok

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 53


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Kementrian Luar Melaksanakan program Trans Pesantren


Negeri (Hubungan antar Pesantren)
Mengadakan koordinasi dan evaluasi kinerja
kementrian
Mengadakan syukuran wisuda
Rihlah
BIMTES
Talkshow
Kementrian Membuat peraturan umum
Pertahanan dan Koordinasi dengan OSPAI wilayah
Keamanan Mengadakan Koordinasi dan Evaluasi Kerja
Kementrian
Mengadakan Ronda
Membuat Slogan
Merapihkan Parkiran
Dompet Hankam (Iuran Keamanan dan Uang
Kadeudeuh)
Bela Diri

Dalam pelaksanaan program kerja ini tiap kementrian


bertanggungjawab melaksanakan program kementriannya masing-masing.
Dalam beberapa acara-acara besar yang memerlukan banyak personil,
kementrian sering merekrut santri di luar pengurus OSPAI. Hal ini
membuka peluang bagi santri untuk berpartisipasi dalam pengelolaan
pesantren. Untuk mengimplementasikan program kerja tersebut hal yang
dilakukan adalah mengajukan ke pimpinan pondok pesantren untuk
meminta persetujuan.

Untuk membuat panitia pelaksana diadakan open rekruitmen. Ada


peng SK-an terlebih dahulu, apabila telah disetujui oleh presiden
maka langkah selanjutnya ialah ke pimpinan pondok pesantren
setelah sebelumnya ke kabag kesantrian. Kalau kepada kabag
akademik dan dewan guru lainnya berupa penyampaian informasi
bahwa OSPAI akan melaksanakan suatu kegiatan, tetapi yang
memutuskan dilaksanakan atau tidak acara itu merupakan
kepurtusan mutlak pimpinan pondok. Maka kita bisa melandingkan
[melaksanakan] acara itu jika disetujui. Kabag akademik dan dewan
guru masuknya ke sistem informasi bahwa OSPAI akan

54 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

melaksanakan kegiatan dan kegiatan ini sudah disetujui pimpinan


pondok. (Dindin Ahmad Toharudin, wakil presiden OSPAI,
wawancara, April 2018).

Lebih lanjut lagi ditegaskan pula oleh sekretaris Kementrian Dalam Negeri
bahwasannya,

Apabila akan dilaksanakan program kerja maka biasanya hal yang


pertama kali dilakukan adalah diadakan rapat kementrian yang akan
melaksanakan program kerjanya itu terlebih dahulu, dari hasil rapat
itu biasanya setelah itu dari kementrian sendiri mengajukan
rancangan sementara berupa rancangan koordinator misalnya siapa
ketua SC-nya, sekretaris SC, danhum SC dan lain sebagainya dan
juga siapa OC-nya, OC dari danhum, OC dari kestari dan
sebagainya yang mana kebutuhan tiap bidang disesuaikan dengan
acara. Rancangan tersebut kemudian diajukan ke presiden OSPAI,
apabila sudah disetujui oleh presiden OSPAI baru diadakanlah open
recruitmen, adapun open recruitmen sendiri dilakukan secara online
lewat Whatsapp ataupun direkomendasikan, setelah fix daftar
panitia acara yang akan melaksankan kegiatan maka diajukanlah
surat pengangkatan ke sekretaris OSPAI, setelah itu barulah turun
SK pengangkatan panitia acara yang disahkan oleh presiden
OSPAI. Adapun di sini pimpinan pondok pesantren berperan
sebagai pelindung. (Nurfitriani Fajriyah, sekretaris Kementrian
Dalam Negeri OSPAI, wawancara, April 2018).

Adapun program kerja sendiri berupa acara-acara tidak hanya


diperuntukkan untuk santri saja tetapi juga untuk masyarakat umum.
Kegiatannya misalnya terdiri dari perayaan PHBI, peringatan sumpah
pemuda, peringatan hari santri nasional, juga perlombaan antar pesantren.
Sedangkan untuk dana kegiatan, berasal dari iuran santri karena
kegiatannya berhubungan dengan santri. Selain itu juga dari kementrian
keuangan diberi dana untuk melaksanakan program kerja yang termasuk
kedalam dana tiap kementrian.

Untuk dana kalau di Al-Ihsan sendiri tidak bikin proposal, kata


bapak (pimpinan pesantren) kita harus mandiri, kecuali bila
acaranya yang besar yang memerlukan dana banyak seperti

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 55


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

BERLIAN (berbagi kebaikan di bulan Ramadhan) pernah bikin


proposal ke mizan atau sponsor-sponsor. Sebenarnya dana untuk
acara tergantung acaranya juga misalkan untuk perayaan PHBI
maka dananya berasal dari santri, sedangkan seperti acara-acara
SILATNAS (Silaturahmi alumni pesantren Al-Ihsan) kan itu
kegiatannya untuk alumni maka dananya pun dari alumni ataupun
BIMTES dananya berasal dari peserta BIMTES sendiri.
(Nurfitriani Fajriyah, sekretaris kementrian dalam negeri OSPAI,
wawancara, April 2018).

Acara yang tidak berhubungan dengan santri, biayanya hanya dikenakan


kepada peserta acara saja. Adapun dana hasil yang tersisa dari pelaksanaan
kegiatan dibagi untuk kemenkeu sebagai tambahan uang kas untuk dana
cadangan, untuk dana kementrian, dan juga untuk panitia acara sebagai
bentuk apresiasi atas keaktifannya di Pesantren Al-Ihsan. Apresiasi ini
diberikan dalam bentuk makan bersama atau kenang-kenangan berupa
gantungan kunci, stiker, pin dan sebagainya.
Dalam pelaksanaannya selalu ada bagian dokumentasi yang
mendokumentasikan kegiatan OSPAI yang nantinya akan dipergunakan
untuk LPJ. Dalam setiap pelaksanaan program kerja seperti acara-acara
yang juga terbuka untuk umum OSPAI selalu mengadakan live Instagram
agar kegiatan OSPAI diketahui juga oleh masyarakat umum dan juga
pesantren-pesantren yang bekerjasama dengan pesantren Al-Ihsan. Hal ini
juga sebagai bentuk berbagi ide dan gagasan dan dijadikan percontohan
bagi pesantren lainnya sehingga Pondok Pesantren Al-Ihsan lebih dikenal
lebih luas lagi.
Pelaksanaan program kerja yang dibuat ini meliputi pemberian
intruksi, pemberian bimbingan dan motivasi secara berkala sehingga
anggota menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Terlaksananya suatu
kegiatan ini sebagian besar ditentukan oleh kecakapan manajer dalam
menggerakkan anggota kelompoknya agar bergairah dan bersemangat
dalam melaksanakan tugas (Effendi, 1986: 8).

Pengawasan OSPAI Al-Musyarokah dalam Mewujudkan Pesantren


yang Lebih Baik

Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan


organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang

56 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.


Sasaran pengawasan menurut Henry Fayol adalah untuk
menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan
dengan maksud memperbaikinya dan mencegah agar tidak terulang
kembali (dalam Siagian, 2012: 125).

Pengawasan yang dilakukan oleh OSPAI pusat dibagi menjadi dua


yaitu pengawasan terhadap seluruh santri baik yang menjabat sebagai
pengurus atau bukan dan pengawasan terhadap kinerja pengurus OSPAI.
Pengawasan terhadap santri dilakukan oleh kementrian pertahanan dan
keamanan mencakup penerapan peraturan umum yang telah disebarkan
oleh keamanan wilayah ke setiap asramanya masing-masing untuk
mengatur keamanan dan ketertiban Pondok Pesantren Al-Ihsan. Adapun
pengawasan yang dilakukan baik dari presiden OSPAI kepada pengurus,
pengawasan menteri kepada staffnya ataupun gubernur kepada pengurus
bidang masuk ke dalam pengawasan terhadap kinerja pengurus OSPAI
sebagai berikut:

Tabel 3. Pengawasan terhadap kinerja Pengurus OSPAI


Pengawasan terhadap kinerja pengurus OSPAI
Rapat Kerja Dilaksanakan minimal satu kali dalam
masa kepengurusan
Dihadiri oleh seluruh pengurus
OSPAI
Berwenang menetapkan tata kerja
dan program kerja serta dan wakt
pelaksanaanya
Berwenang menetapkan kebijakan
organisasi
Rapat Evaluasi Dilakukan minimal satu kali dalam
satu semester
Dihadiri oleh pengurus OSPAI
Berwenang mengevaluasi pelaksanaan
program kerja
Berwenang meresufle pengurus
OSPAI
Rapat Dihadiri oleh pengurus yang
Kementerian/Bidang/Divisi bersangkutan

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 57


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Dilaksanakan sesuai dengan


kebutuhan
Berwenang merumuskan program
kementerian bagi OSPAI Pusat
Berwenang merumuskan program
bidang atau divisi bagi OSPAI
wilayah

Rapat Koordinasi Diselenggarakan oleh Presiden


sekretaris umum dengan mengundang
pengurus Kementerian
Diselenggarakan oleh Gubernur atau
Sekretaris Gubernur dengan
mengundang Pengurus Bidang/Divisi
Membahas dan mengambil langkah-
langkah yang perlu untuk
meningkatkan kinerja pengurus serta
mengantisifasi kendala yang ada
Pengawasan dilakukan untuk mengetahui sejauh mana segala
sesuatuberjalan sesuai rencana. Untuk memastikan sasaran-sasaran dapat
dicapai dan pekerjaan-pekerjaan diselesaikan sebagaimana rencana
(Robbins dan Coulter, 2010: 9-10).

Evaluasi OSPAI Al-Musyarokah dalam Mewujudkan Pesantren


yang Lebih Baik
Evaluasi kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh manajer untuk
menilai kinerja tenaga kerja dengan cara membandingkan kinerja atas
kinerja dengan uraian atau deskripsi pekerjaan dalam suatu periode tertentu
biasanya setiap akhir tahun (Siswanto, 2001:35). Evaluasi yang dilakukan
oleh OSPAI kabinet sesuai dengan peraturan AD/ART OSPAI yaitu
melakukan kegiatan Sidang Umum Santri (SUSAN). Karena santri yang
berada di pondok pesantren Al-Ihsan adalah mahasiswa maka dalam proses
evaluasinya pun hampir menyerupai dengan evaluasi di organisasi-
organisasi kampus.
Evaluasi yang dilakukan oleh OSPAI melalui Sidang Umum Santri
(SUSAN) berupa diskusi antara presiden, jajaran menteri, dan seluruh
santri yang bertujuan untuk mengetahui prestasi bawahan atas pelaksanaan
pekerjaan yang dilakukan sehingga dapat diketahui hasil pekerjaan dan

58 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

kinerja organisasi sehingga dapat dilakukan perbaikan di masa


kepengurusan selanjutnya. Evaluasi dilaksanakan pada masa akhir
kepengurusan kabinet kerja. Adapun rangkaian dari Sidang Umum Santri
yaitu untuk mengevaluasi laporan pertanggungjawaban pengurusan OSPAI
Pusat masa khidmat 2017-2018, mengubah dan menetapkan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga OSPAI, mengubah dan menetapkan
Garis-Garis Besar Haluan Organisasi, UU Pemilu Raya Santri dan
rekomendasi program kerja.
Adapun persidangan terdiri dari (1) Pleno I membahas dan
mengesahkan agenda acara dan tata tertib sidang, (2) Pleno II membahas
dan mengesahkan Laporan Pertanggungjawaban pengurus OSPAI pusat
masa khidmat 2017-2018 3). (III) Pleno III pembagian komisi, membahas
dan mengesahkan hasil sidang komisi. Adapun sidang komisi terdiri dari
(1) Komisi A membahas Anggaran Dasar, (2) Komisi B membahas
Anggaran Rumah Tangga, (3) Komisi C membahas GBHO, (4) Komisi D
membahas Undang-Undang Pemilu Raya Santri OSPAI Pusat, (5) Komisi
E membahas rekomendasi program kerja.
Apabila peraturan baru sudah dibuat maka dibuatlah evaluasi
laporan pertanggungjawaban dari setiap kementrian untuk memper-
tangungjawabkan apa yang telah menjadi program kerjanya, anggaran
biayanya, dan hal-hal pendukung lainnya. Selain itu juga dikemukakan
program kerja yang belum tercapai dan faktor-faktor penyebab tidak
tercapainya program kerja. Di sini para santri yang bukan merupakan
bagian dari pengurus OSPAI pusat melakukan penilaian atas kinerja yang
dilakukan oleh OSPAI. Setelah evaluasi itu selesai, maka selesailah tugas
para pengurus OSPAI yang selanjutnya akan diadakan lagi pemilihan
presiden santri yang baru untuk angkatan selanjutnya.

PENUTUP
Penelitian ini menunjukkan bahwa dalam mendukung peningkatan kualitas
pesantren, OSPAI bekerja dengan mengutamakan kebutuhan santri di
mana segala bentuk kegiatan ditentukan berdasarkan kesepakatan santri
bersama. Pengelolaan Pondok Pesantren Al-Ihsan ini sesuai dengan prinsip
demokrasi yaitu dari santri, oleh santri, dan untuk santri. Peneliti dapat
menyimpulkan bahwa manajemen organisasi santri dalam mewujudkan
pesantren yang lebih baik dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut:

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 59


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Pertama, perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui pemilihan


presiden OSPAI dan kepengurusan yang baru dengan nama kabinet yang
disesuaikan dengan kepengurusan. Perencanaan mengacu kepada
AD/ART, GBHO, dan UU PRS yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam
perencanaan, dilakukan juga pembuatan program kerja dan penetapan
anggaran bagi UKS dan masing-masing kementrian dan OSPAI wilayah.
Kedua, pengorganisasian. Pengorganisasian dilakukan dengan
pembagian wewenang dan pembagian kerja dari program yang sudah
ditetapkan.
Ketiga, pelaksanaan. Pelaksanana dilakukan dengan
pengkomunikasian kepada pimpinan pondok pesantren tentang program
kerja yang akan dilaksanakan. Pengarahan dilakukan oleh presiden atau
wakilnya kepada kementrian yang akan melaksanakan program kerja.
Komunikasi dilakukan oleh kementrian kepada santri dengan mengadakan
open rekrutmen bagi santri ingin mengikuti kepanitiaan acara.
Keempat, pengawasan. Pengawasan dilakukan dengan mengadakan
rapat rutin bulanan bagi kementrian dan pengurus OSPAI wilayah.
Pengawasan langsung dilakukan saat pelaksanaan program kerja dan juga
setelah pelaksanaan program kerja.
Kelima, evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan melalui SUSAN (Sidang
umum santri) yang dihadiri oleh seluruh santri. Dalam sidang ini dilakukan
perubahan dan penetapan AD, ART, GBHO, UU PRS dan setelah itu juga
dilakukan evaluasi laporan pertanggungjawaban pengurus OSPAI Pusat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa keberadaan organisasi santri
menjadi penting karena berperan dalam membantu mengelola pesantren
secara keseluruhan. Secara rinci peran organisasi santri, melalui
kementriannya masing, terdiri dari, (1) Kementrian keuangan berperan
mengelola uang kas santri yang digunakan untuk kebutuhan santri; (2)
Kementrian dalam negeri berperan mengelola asrama di setiap wilayah baik
putra maupun putri melalui koordinasi dengan gubernur atau ketua asrama;
(3) Kementrian Informasi dan Komunikasi berperan mengelola publikasi
dan dokumentasi kegiatan pondok pesantren Al-Ihsan secara online; (4)
Kementrian kesejahteraan berperan dalam pemenuhan kebutuhan santri
seperti kebutuhan sarana dan prasarana pesantren; (5) Kementrian
Pendidikan berperan dalam pengelolaan yang berkaitan dengan pengajaran
santri mauapun koordinasi dengan ustadz; (6) Kementrian asrama
membantu pesantren menjadi lebih baik; (7) Kementrian Pemuda dan
Olahraga yang berperan dalam pembinaan UKS (Unit Kegiatan Santri)

60 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62


Manajemen Organisasi Santri Dalam Mewujudkan Pesantren Yang Lebih Baik

yang menampung minat dan bakat santri; (8) Kementrian keagamaan


berperan dalam pengelolaan tradisi keagamaan dan tradisi pesantren; (9)
Kementrian pertahanan dan keamanan berperan dalam mengelola tata
tertib dan keamanan santri.
Sebagai catatan akhir, perlu ditekankan bahwa peran organisasi
santri dalam mengelola pesantren dan pola manajemen yang mereka
tetapkan di sini terbatas pada jenis pesantren dengan santri mahasiswa.
Model manajemen yang sudah relatif matang seperti di atas dimungkinkan
oleh komposisi dari santrinya itu sendiri yang mayoritas terdiri dari
mahasiswa dan sudah cukup familiar dengan model pengelolaan organisasi
kampus. Seperti dicatat di atas, OSPAI banyak mengadopsi model
manajemen organisasi mahasiswa. Dari catatan ini, penulis menyarankan
penelitian-penelitian lain untuk meneliti bagaimana model manajemen
organisasi santri pada pesantren non-mahasiswa. Perbedaan jenis
pesantren atau komposisi santri, bisa jadi akan berpengaruh terhadap
bentuk manajemen yang diterapkan di organisasi santri tersebut; dan
terhadap sejauh mana organisasi santri berperan dalam pengelolaan
pesantren.

DAFTAR PUSTAKA
Effendi, U. U. (1986). Human Relation dan Public Relation. Mandar Sijazu.
Fadli, A. (2012). Pesantren: Sejarah dan Perkembangannya. Dalam El
Hikam: Jurnal Pendidikan dan Kajian Keislaman, 5 (1), 29-42.
Hasibuan, M. S.P. (2011). Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:
PT Aksara.
Herujito, Y. M. (2001). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta : PT Grasindo
Kurniawan, A. (2013). Loyalitas Santri (Teamwork) Terhadap
Kepemimpinan Kiai. Dalam Manajemen Pesantren dalam Quality: Jurnal
of Empirical Research in Islamic Education 1 (1).
Kusnawan, A. (2016). Dakwah pada Masyarakat Modern. Dalam Ilmu
Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies. 10 (1).
Qomar, M. (2007). Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju
Demokratisasi Institusi. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Robbins, S. P., & Coutler, M. (2010). Manajemen. Jakarta: Erlangga.
Silalahi, U. (2011). Asas-Asas Manajemen. Bandung : PT Refika Aditama.
Siswanto, H.B. (2011). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Suharsaputra, U. (2010). Dinamika Organisasi: Konsep dan Aplkasinya dalam
Interaksi Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62 61


Maryam Huda, D.Kuswana, A. Iwan Setiawan

Sulthon, M., & Khusnurdilo, M. (2005). Manajemen Pondok Pesantren.


Jakarta: Diva Pustaka.

62 Tadbir: Jurnal Manajemen Dakwah Volume 3 Nomor 2 (2018) 35-62

Anda mungkin juga menyukai