Anda di halaman 1dari 18

SYARIAH ISLAM

Oleh :
Annaba Qolby Sururi (2015012039)
Ferdy Taufiqurahman (2055012005)
Kanesia Tahira (2015012048)
Nur Fadella Harmawati (2015012045)
Shalli Dyangrosa P. Balqis (2015012027)

PROGRAM STUDI S1 ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan Makalah Pendidikan
Agama Islam tentang Syari‟ah Islam. Serta tak luput shalawat serta salam kami sanjung
anjungkan kepada tuntunan kita Nabi besar Muhammad SAW, semoga kelak kita
mendapatkan syafaatnya di hari kiamat kelak. Makalah ini kami susun sebagai sarana untuk
mempelajari tentang Syari‟ah Islam. Serta untuk memenuhi kewajiban kami sebagai
mahasiswa yaitu mengumpulkan tugas mata pelajaran Agama Islam. Kami mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Muhisom, M.Pd.I. selaku dosen pengampuh mata kuliah ini yang
telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
semampu kami hingga akhir.

Sebagai salah satu makhluk ciptaan tuhan SWT, kami tersadar bahwa tidak ada yang
sempurna karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Maka dari itu apa bila ada
kesalahan dalam penulisan di makalah ini kami meminta maaf dari lubuk yang paling dalam,
dengan segala kerendahan hati. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran agar
penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak
terima kasih dan semoga karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca.

i
DAFTAR ISI

BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1
BAB II........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1. Pengertian Syari‟ah ......................................................................................................... 3
2.2. Dalil-Dalil Tentang Syari‟ah Islam ................................................................................. 4
2.3. Tujuan Allah Swt. Menurunkan Syari‟ah Islam.............................................................. 5
2.4. Fungsi Syari‟ah Islam Bagi Umat Islam ......................................................................... 7
2.5. Prinsip-Prinsip Syari‟ah Islam ........................................................................................ 8
2.6. Perbedaan Syariah dan Fiqh Islam ................................................................................ 12
BAB III .................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 13
3.2 Saran ............................................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Syariah Islam adalah salah satu aspek ajaran Islam yang menempati posisi yang sangat
krusial dalam pandangan umat islam, karena ia merupakan manifestasi paling kongkrit dari
hukum Islam sebagai sebuah agama. Syariah islam merupakan sebuah hukum yang berfungsi
untuk mengatur kehidupan seorang kaum muslimin. Syariah Islam pada awalnya merupakan
suatu kekuatan yang dinamis dan kreatif. Hal ini dapat di lihat dari munculnya sejumlah
madzhab hukum yang responsif terhadap tantangan historisnya masing-masing dan memiliki
corak sendiri-sendiri, sesuai dengan latar belakang kehidupannya masing-masing.

Oleh karena itu, latar belakang penulisan ini adalah agar kita semua terutama seluruh
mahasiswa Arsitektur Angkatan 20 mengerti tentang syariah dan hukum-hukum yang ada
dalam islam, dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi,dan menjadikan syariah islam
sebagai pedoman hidup untuk mengatur kehidupan agar tidak melewati batas. Serta
menjadikan syariah islam menjadi alat pengontrol diri agar terhindar dari perilaku buruk yang
merugikan diri sendiri dan orang lain.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian syari‟ah secara lughat dan istilah?


2. Apa dalil-dalil yang menjelaskan syari‟ah Islam?
3. Apa tujuan Allah Swt. menurunkan syari‟ah Islam?
4. Apa fungsi syari‟ah Islam bagi umat Islam?
5. Apa prinsip-prinsip syari‟ah Islam?
6. Apa perbedaan antara syari‟ah dengan fiqh Islam?

1.3. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian syari‟ah secara lughat dan istilah


2. Mengetahui dalil-dalil yang menjelaskan syari‟ah Islam
3. Mengetahui tujuan Allah Swt. menurunkan syari‟ah Islam
4. Mengetahui fungsi syari‟ah Islam bagi umat Islam

1
5. Mengetahui prinsip-prinsip syari‟ah Islam
6. Mengetahui perbedaan antara syari‟ah dengan fiqh Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Syari’ah

Secara etimologis kata Syari‟ah berakar kata syara‟a (‫ )ع ر ش‬yang berarti “sesuatu yang
dibuka secara lebar kepadanya”. Dari sinilah terbentuk kata syari‟ah yang berarti “sumber air
minum”. Kata ini kemudian dikonotasikan oleh bangsa Arab dengan jalan yang lurus yang
harus diikuti.

Secara terminologis, Muhammad Ali al-Sayis mengartikan syari‟ah dengan jalan “yang
lurus”. Kemudian pengertian ini dijabarkan menjadi: “Hukum Syara‟ mengenai perbuatan
manusia yang dihasilkan dari dalil-dalil terperinci”. Syekh Mahmud Syaltut mengartikan
syari‟ah sebagai hukum-hukum dan tata aturan yang disyariahkan oleh Allah bagi hamba-
Nya untuk diikuti.
‫ شزي عت‬: ‫ف ي ً ف سَ ب ِا اإلً ساى ل يأخذ ا صْل ِا شزع اّ هللا شزعِا ال خي ال ٌظن ُي‬
َ‫ب زب َ ع الق خ‬
َ‫ب ال ح ياة ّع الق خَ ب ال كْى ّع الق خَ اإلً ساى ب أخ يَ ّع الق خَ ال و س لن ب أخ يَ ّع الق خ‬

Menurut Faruq Nabhan, secara istilah, syari‟ah berarti “ segala sesuatu yang disyariahkan
Allah kepada hamba-hamba-Nya. Sedangkan menurut Manna al-Qaththan, syari‟ah berarti
segala ketentuan yang disyariahkan bagi hamba-hamba-Nya, baik menyangkut aqidah,
ibadah, akhlak maupun muamalat. Abdul Wahab Khallaf memberikan pengertian syari‟ah itu
sebagai :

‫األً ب ياء هي ً بي ب ِا جاءث ال خي األح كام هي ل ع بادٍ ح عال ي هللا شزعَ ها ال شزي عت‬
‫ّ س لن ً ب ي خا ّع لي ص ل عن‬
‫ب ك ي ف يت اّ ال ف قَ ع لن ل ِا ّدّى ف زع يت ّح سوي عول ب ك ي ف يت ه خ ع ل قت ك اً ج سْاء‬
‫ا ص ل يت ح سويّ اإلع خ قاد‬
‫ال ك الم ع لن ل ِا ّدّى ّاع خ قادي ت‬

3
Semula kata syariah diartikan dengan agama, dan pada akhirnya syariah ditunjukkan khusus
untuk praktik agama. Penunjukan ini dimaksudkan untuk membedakan antara agama dan
syariah. Pada akhirnya, agama itu satu dan berlaku secara universal, sedangkan syariah
berbeda antara umat yang satu dengan umat lainnya. Dalam perkembangan selanjutnya, kata
syariah digunakan untuk menunjukkan hukum-hukum Islam, baik yang ditetapkan langsung
oleh al-Qur‟an dan Sunah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia (ijtihad).
Kata syariah sering diungkapkan dengan syariah Islam, yaitu syariah penutup untuk syariah
agama-agama sebelumnya, karena itu syariah Islam adalah syariah yang paling lengkap
dalam mengatur kehidupan keagamaan dan kemasyarakatan, melalui ajaran Islam tentang
akidah, ibadah, muamalah dan akhlak.

Dari beberapa pengertian yang diungkapkan oleh para ahli dapat dirumuskan bahwa syari‟ah
adalah aturan-aturan yang berkenaan dengan perilaku manusia, baik yang berkenaan dengan
hukum pokok maupun hukum cabang yang bersumber dari al-Quran dan hadis Nabi saw.
Namun demikian, perlu dipahami bahwa meskipun syari‟ah Islam itu tidak berubah, tetapi
dapat diterapkan dalam berbagai situasi dan kondisi, sebab petunjuk-petunjuk yang
dibawakannya dapat membawa manusia kepada kebahagiaan yang abadi.

2.2. Dalil-Dalil Tentang Syari’ah Islam

Penetapan bahwa dalil yang digali hukum itu benar-benar bersumber dari wahyu harus
dengan qath’i (definitif/pasti). Apabila sumber hukum sudah salah, maka seluruh hukum-
hukum yang dihasilkannya menjadi salah pula.

“Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya


persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Yunus : 36)

Dalil syari‟ah yang diakui, antara lain:


1. Al Qur‟an

4
Dalil bahwa Al-Qur‟an berasal dari wahyu Allah SWT, baik pengertian maupun
maknanya merupakan dalil yang qath’i (pasti). Al qur‟an adalah kalam (firman) Allah
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan bahasa Arab dimulai ddari surat
al-Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas

“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al quran yang Kami wahyukan kepada
hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al quran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang memang benar.”
(QS. Al Baqarah :23)
2. As Sunnah
As- Sunnah dan al-Hadits pengertiannya sama, yaitu perkataan, perbuatan, dan ketetapan
yang datang dari Rasulullah SAW. Kedudukan as-Sunnah sebagai dalil yang qath’i yang
merupakan dalil yang diwahyukan Allah dan dibawa oleh Rasulullah SAW. Dan telah
disebutkan dengan tegas dan jelas di dalam beberapa ayat Al-Qur‟an.
3. Ijma Sahabat
Ijma Sahabat adalah kesepakatan para sahabat tentang hukum suatu perkara, bahwa
hukum tersebut merupakan hukum syariah. Arti Ijma sahabat ini bukan berarti
kesepakatan atas pendapat pribadi sahabat, melainkan kesepakatan atas hukum tertentu
bahwa ia merupakan hukum syariah. Sebab, pendapat sahabat bukan wahyu, dan masing-
masing mereka tidak ma‟shum (terpelihara) dari kesalahan.
4. Qiyas
Pengertian qiyas secara etimologis kata “qiyas” berarti “qadar” artinya mengukur,
membandingkan sesuatu dengan semisalnya. Qiyas adalah menyertakan suatu perkara
terhadap yang lainnya dalam hukum syariah karena adanya kesamaan diantara keduanya.

2.3. Tujuan Allah Swt. Menurunkan Syari’ah Islam

Allah menurunkan syariah (aturan hukum) tiada lain agar manusia dapat mengambil
kemashlahatan dan menghindari kemudharatan (jalbu al-mashalih wadar‟u al-mafasid).
Dengan bahasa yang lebih mudah, aturan-aturan hukum yang Allah tentukan hanyalah untuk

5
kemashlahatan manusia itu sendiri. Imam Syāṭibī kemudian membagi mashlahat ini kepada
tiga bagian penting yaitu; ḍarūriyah (primer), hajiyah (sekunder) dan tahsiniyyat (tersier).

Mashlahataḍ-ḍaruriyyat adalah sesuatu yang mesti adanya demi terwujudnya kemashlahatan


agama dan dunia. Apa bila hal ini tidak ada, maka akan menimbulkan kerusakan bahkan
hilangnya hidup dan kehidupan seperti makan, minum, shalat, dan shaum. Yang termasuk
maslahat atau maqāṣidadh-ḍaruriyah ini ada lima yaitu, hifzh ad-din (agama), an-nafs (jiwa),
an-nasl (keturunan/kehormatan), al-mal (harta), dan al-aql (akal).

Cara untuk menjaga yang lima hal tersebut dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu: Pertama
dari aspek positif (min janibi al-wujud), yaitu dengan cara menjaga dan memelihara hal-hal
yang dapat keberlangsungan keberadaannya. Dan kedua dari aspek negatif (min janibi al-
„adam) yaitu dengan cara mencegah hal-hal yang menyebabkan ketiadaannya.

Sebagai aplikasinya adalah:


a. Menjaga agama dari aspek positif misalnya shalat dan zakat, sedangkan dari aspek
negatif misalnya jihad dan hukuman bagi orang yang murtad.
b. Menjaga jiwa dari aspek positif misalnya makan dan minum, sedangkan dari aspek
negatif misalnya hukuman qishas dan diyat.
c. Menjaga akal dari aspek positif misalnya mencari ilmu, sedangkan dari aspek negatif
misalnya hukuman had bagi peminum khamar.
d. Menjaga keturunan ari aspek positif misalnya nikah, sedangkan dari aspek negatif
misalnya had bagi yang berzina.
e. Menjaga harta dari aspek positif misalnya perintah jual-beli dan mencari rezeki dari
aspek negatif misalnya larangan melakukan ribawi dan menghukum para pencuri.

Mashlahat-hajiyyat adalah sesuatu yang sebaiknya ada agar manusia dapat secara leluasa
memenuhi kebutuhan mereka tanpa mengalami kesulitan. Namun demikian kalau kebutuhan
ini tidak terpenuhi, tidak akan menyebabkan kematian atau kerusakan (Tim Penulis MSI-UII,
2012). Misalnya dalam hal ibadah: rukhṣah dalam masalah ibadah, jama‟ dan qashar shalat
bagi musafir.

6
Mashlahat-tahsiniyyat adalah sesuatu yang sebaiknya ada untuk memperindah kehidupan.
Namun demikian kalau kebutuhan ini tidak terpenuhi tidak akan menimbulkan masyaqqah
atau kesempitan, apalagi kerusakan (Tim Penulis MSI-UII, 2012). Hanya saja kehidupan
terasa kurang indah dan anggun. Misalnya; thaharah, menutup aurat dan menghilangkan
najis.

2.4. Fungsi Syari’ah Islam Bagi Umat Islam

Fungsi syari‟ah adalah sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam berpijak dan
berpedoman. Selain itu ia menjadi media berpola hidup di dunia agar sampai ke kampung
tujuan terakhir (akhirat) dan tidak sesat. Dengan kata lain agar manusia dapat membawa
dirinya di atas jalur syari‟at sehingga pada gilirannya dia akan hidup teratur, tertib dan
tentram dalam menjalin hubungannya baik dengan Khalik (pencipta) yang disebut hablum
minallah, hubungan dengan sesama manusia yang disebut hablum minannas, serta hubungan
dengan alam lingkungan lainnya yang disebut hablum minal alam. Hubungan yang baik ini
akan mempunyai nilai ibadah, dan tentu dengan menjalankan ibadah yang baik berupa ibadah
langsung (mahdzah) ini akan membuahkan predikat baik dari Allah dan pada akhirnya
akan hasanah fi dunya dan hasanah fil akhirat sehingga dia selamat di dunia dan di akhirat
itulah yang menjadi tujuan semua manusia yang beriman.

Manusia dalam hidupnya terkait dengan fungsi syari‟ah pada garis besarnya ada dua macam
yaitu:
a. Manusia sebagai hamba di mana harus menghambakan dirinya di
hadapan Khaliq (Allah SWT).
b. Manusia sebagai khalifah di muka bumi (mengurus dan mengatur tatanan hidup
dan kehidupan).

Dan tentu jika hidup berpola pada syari‟ah tersebut, akan melahirkan kesadaran berperilaku
sesuai dengan dua fungsi tersebut di atas di mana sebagai hamba mempunyai tugas
beribadah, sesuai dengan firmanNya :

ِ ‫وس إِ ََّّل ِليَ ْعبُد‬


‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقثُ ْٱل ِج َّه َو‬
َ ‫ٱْل‬
”Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah Ku”.
QS Adz-Dzariyaat : 56.

7
Selain itu, manusia juga sebagai khalifah di muka bumi, maka ia memiliki tugas untuk
melaksanakan amanat Allah sesuai dengan firmanNya :
َ‫س ُه ۖ ِإوَّ ۥهُ َكان‬ ِ ْ ‫ض َو ْٱل ِج َبا ِل فَؤَبَيْهَ أَن َيحْ ِم ْلىَ َها َوأ َ ْشفَ ْقهَ ِم ْى َها َو َح َملَ َها‬
َ َٰ ‫ٱْلو‬ ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْز‬ َ َ‫ضىَا ْٱْل َ َماوَة‬
َّ ‫علًَ ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َى‬ َ ‫ِإوَّا‬
ْ ‫ع َس‬
ً ًۭ ‫ظلُى ًًۭما َج ُه‬
‫ىَّل‬ َ
”Sesungguhnya telah kami amanatkan kepada langit, bumi, gunung-gunung namun mereka
enggan untuk memikulnya, maka manusia menyanggupi untuk memikulnya amanat tersebut
tetapi mereka berbuat aniaya dan berbuat bodoh”. QS. Al-Ahzab : 33.

Oleh sebab itu maka supaya manusia menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi
maka Allah telah menurunkan syari‟at Islam yang berguna untuk mengantarkan manusia
guna mendapat ridhoNya supaya mendapatkan kebahagiaan yang hakiki sesuai dengan ayat
Al-Qur‟an tersebut di atas. Adapun ringkasnya fungsi tersebut di atas adalah untuk membuat
kehidupan yang ma’rufat (kebaikan) serta mewujudkan keadilan sesuai dengan firmanNya :

ُ ‫َآء َو ْٱل ُمى َك ِس َو ْٱلبَ ْغ ًِ ۚ يَ ِع‬


‫ظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬ ِ ‫ع ِه ْٱلفَحْ ش‬
َ ًَٰ ‫َآئ ذِي ْٱلقُ ْسبَ ًَٰ َويَ ْى َه‬ ِ ْ ‫ٱَّللَ يَؤ ْ ُم ُس ِب ْٱل َع ْد ِل َو‬
َ َٰ ْ‫ٱْلح‬
ِ ‫س ِه َو ِإيح‬ َّ ‫ِإ َّن‬
َ‫جَرَ َّك ُسون‬
”Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran”. QS. An-Nahl : 90.

2.5. Prinsip-Prinsip Syari’ah Islam

1. Menjaga Jiwa (Hifzhun Nafsi)


Kedudukan jiwa dalam agama mendapat perhatian yang sangat besar dan vital untuk
dijaga dan dipelihara kelangsungannya serta mencegah segala hal yang dapat mengancam
atau menghilangkan jiwa/nyawa seseorang. Bahkan untuk kepentingan ini, syariah
membolehkan hal-hal yang sebelumnya dilarang pada saat seseorang mengalami kondisi
darurat; seperti orang yang tersesat di hutan dan menderita kelaparan yang parah, namun
ia tidak menjumpai makanan apapun selain bangkai. Maka dibolehkan baginya memakan
daging bangkai tersebut sekedar menjaga nyawanya agar tidak melayang, sehingga tidak
boleh berlebih-lebihan hingga kenyang. Begitu juga saat seseorang merasakan sangat

8
haus yang mencekik kerongkongannya, tapi tidak didapati minuman apapun
selain khamr (minuman keras). Sementara jika khamar itu tidak segera diminum,
berakibat nyawanya akan hilang. Maka diperbolehkan baginya minum khamar itu sekedar
menghilangkan dahaganya. Jadi walaupun kondisi darurat itu dapat memperbolehkan
sesuatu yang semula diharamkan, namun dalam penerapannya tidak boleh berlebihan
alias sekedar mengisi perut yang sangat kelaparan atau membasahi kerongkongan yang
sangat kehausan. Sebagaimana dijelaskan dalam kaidah-kaidah fiqhiyyah berikut:

‫الوحظْراث حبي ال زّراث‬


“Dharurat itu dapat memperbolehkan hal-hal yang (semula) dilarang.”
‫بق رٍ يق ر لل زّرة ابي ها‬

“Apa saja yang diperbolehkan karena darurat, maka harus dilaksanakan sekadarnya.”

2. Menjaga Akal (Hifzhul Aqli)


Akal adalah nikmat terbesar setelah nikmat kehidupan (nyawa). Dengan akal itulah
seseorang dapat memisahkan antara yang haq dan bathil, dapat memilah dan memilih
mana yang baik (maslahat) dan bermanfaat serta mana yang merusak (mafsadat) dan
merugikan (madharat). Dengan akal, manusia bisa terbang melebihi kecepatan burung
dengan diciptakannya pesawat terbang, mengalahkan singa, beruang, buaya, hiu, paus dan
lain sebagainya yang kekuatannya dan ukuran tubuhnya jauh lebih besar daripada
manusia. Bahkan luar angkasa pun bisa ditembus dan perut bumi bisa dieksploitasi
kandungannya untuk kepentingan manusia secara luas. Akal ini pula yang dapat
mengantarkan manusia menemukan kebenaran, serta menjemput hidayah.

Karena itu eksistensi akal harus senantiasa dijaga dan dirawat kemaslahatannya. Untuk
tujuan inilah, maka syariah mewajibkan umat Islam untuk menuntut ilmu, menganjurkan
untuk banyak berpikir bagi kebaikan diri, keluarga, agama, bangsa dan negara. Selain itu
melarang mereka dari konsumsi narkoba, minum-minuman memabukkan (khamar),

9
menonton film porno, banyak main game dan semacamnya, karena dapat merusak otak
manusia.

3. Menjaga Agama (Hifzhud Diin)


Agama sebagai penuntun hidup manusia agar teratur, tertib, seimbang lahir dan batin,
serta mengarahkan manusia agar hidup bahagia, selamat dan mulia dunia dan akhiratnya.
Karena itulah Syariah menetapkan berbagai tuntunan untuk menjaga, merawat dan
mempertahankan eksistensi agama, seperti menegakkan sholat lima waktu sebagai
tiangnya agama, berjihad melawan penjajah yang dapat membahayakan kelangsungan
agama, menyebarkan dakwah Islam baik dengan lisan (dakwah bil lisan), tulisan
(dakwah bil kitabah), maupun aksi-aksi sosial (dakwah bil hal).

Selain itu juga syariah melarang berbuat syirik (musyrik), kufur (kafir), nifaq (munafiq),
keluar dari Islam (murtad), kawin dengan non Muslim, di mana semua itu dapat
menggerogoti bahkan bisa meruntuhkan ketahanan agama seorang Muslim/ah. Juga tidak
boleh menghina Tuhan dan agama lain, karena sama saja dengan menghina Tuhan dan
agama Islam itu sendiri.

4. Menjaga Keturunan (Hifzhun Nasli)


Keturunan ibarat separuh jiwa keberlangsungan hidup manusia yang diberi anugerah
berupa naluri seksual. Dengan berketurunan, manusia akan dapat melanjutkan tugas
kekhalifahannya untuk memakmurkan bumi dengan berbagai hal yang bermanfaat bagi
sesama sesuai dengan tuntunan ilahiyah. Maka menjaga keturunan menjadi perhatian
penting dalam Syariah Islam agar tercipta harmonisasi kehidupan sosial mulai dari
lingkungan rumah tangga, komunitas masyarakat hingga tatanan bangsa yang mendukung
ketahanan sebuah negara.

Untuk tujuan itu, maka Islam mengatur sistem pemeliharaan keturunan berupa
disyariahkannya pernikahan agar naluri seksual dapat tersalurkan secara sah dan halal,
serta reproduksi manusia dapat terjaga kemaslahatannya dengan melahirkan keturunan
yang baik (saleh-salehah). Begitu pula Islam melarang perzinaan dan penyimpangan
seksual lainnya yang dapat merusak kemaslahatan keturunan serta mencegah penyebaran
10
penyakit kelamin akibat penyimpangan seksual. Jika tidak dicegah, maka tentu saja akan
mengganggu kesehatan dan kenyamanan hidup bermasyarakat. Selain itu juga
ditetapkannya pelarangan aborsi, vasektomi dan tubektomi tanpa alasan yang dibenarkan,
disebabkan perbuatan-perbuatan tersebut terkategori upaya pemutusan keturunan.

5. Menjaga Harta (Hifzhul Maal)


Harta merupakan wasilah (perantara) tercapainya berbagai keinginan, hidup bahagia
(meski sifatnya relatif), juga bisa mendukung pelaksanaan ibadah. Dengan harta orang
bisa membeli pakaian untuk menutup aurat-yang notabene salah satu syarat sahnya sholat,
digunakan untuk bersedekah, berzakat, wakaf, hibah, berhaji, mendukung kesuksesan
acara-acara Peringatan Hari Besar Islam (PHBI) dan lain sebagainya. Karena itulah harta
harus dilindungi eksistensinya karena bisa mendukung tegaknya atau suksesnya
perjuangan agama.

Terkait manfaat harta yang sangat besar ini, maka syariah mewajibkan umat Islam untuk
mencarinya dengan cara yang halal, bahkan menggolongkan pencarian nafkah halal itu
sebagai bentuk jihad, yang bila mati saat mencari nafkahnya, maka matinya termasuk
mati syahid. Kemudian setelah harta/uang itu diperoleh, hendaklah di-
tasharufkan (digunakan) untuk memenuhi kepentingan pokok seperti sandang, pangan,
papan, serta kebutuhan lain yang statusnya halal. Juga tidak lupa untuk berbagi kepada
sesama lewat sedekah, zakat, infaq, sedekah, yang bermanfaat untuk melindungi harta
dari kejahatan dan musibah sekaligus melipatgandakannya. Selain itu tidak
diperkenankan pula harta tersebut dipakai secara berlebih-lebihan atau untuk sesuatu yang
sia-sia seperti berfoya-foya, merusak barang sendiri dan semacamnya.

Syariah Islam juga melindungi hak kepemilikan harta seseorang yang diperoleh dari jerih
payah keringatnya sendiri, dengan seperangkat peraturan yang melarang siapa saja untuk
mengganggu harta milik seseorang baik mukmin ataupun kafir. Karena itu Islam
melarang tindakan-tindakan kriminal seperti pencurian, perampokan, pembegalan,
pemaksaan, perampasan/penjarahan, penipuan, vandalisme (pengrusakan), atau perbuatan
zalim lainnya yang merugikan orang lain. Sementara itu meski syariah memperbolehkan
pemilik harta mengembangkan hartanya sesuai dengan ide dan keinginannya sendiri,
namun tetap saja jangan sampai melanggar syariah, sehingga ada larangan menjalankan

11
transaksi yang mengandung riba‟, gharar (tipuan), maysir (spekulasi), menimbun barang
kebutuhan umum (ihtikar), dan semacamnya.

2.6. Perbedaan Syariah dan Fiqh Islam

Syariah berdasarkan terminologi ulama, bisa difahami sebagai agama Islam beserta semua
ajaran-ajarannya yang Allah turunkan kepada kita melalui Nabi-Nya. Ajaranajaran tersebut
tertuang dalam Al Qur‟an maupun As-Sunnah. Ajaran-ajaran tersebut meliputi i'tiqadiyah
(tauhid), khuluqiyyah (akhlak) dan amaliyah (aktivitas lahir). Itulah syariah.

Adapun fiqih secara Bahasa (etimologi), kata ini bermakna faham. Sedangkan dalam istilah
syar‟i, maka secara mudah bisa diartikan sebagai pemahaman terhadap syariah diatas.
Namun, yang perlu digarisbawahi di sini adalah bahwa “pemahaman” yang dimaksud
bukanlah pemahaman semua orang. Karena pemahaman di sini adalah sebuah hasil dari
proses panjang nan melelahkan dengan mengerahkan segala kemampuan dan keterampilan.
Proses itulah yang dikenal dengan ijtihad.

Dan tidak berhenti sampai di sini saja. Proses ijtihad tersebut hanya boleh dilakukan oleh
mereka yang memiliki multi ketrampilan dalam mengolah sumber-sumber fiqih. Merekalah
para mujtahid; manusia-manusia mulia yang memang memiliki semua perangkat ijtihad dan
pirantinya.

Perlu diketahui juga, bahwa objek pembahasan fiqih yang sedang kita bahas ini, adalah fiqih
dalam maknanya yang telah mengalami penyempitan hanya terbatas pada amaliyah saja.
Inilah fiqih yang kita kenal sekarang. Sedangkan kajian seputar i'tiqadiyah, telah terpisah dan
memiliki ruangnya sendiri dalam sebuah ilmu yang dikenal dengan aqidah. Adapun tema
tentang khuluqiyyah, bisa kita jumpai dalam ilmu Tasawwuf.

Dengan melihat pengertian syariah dan juga fiqih yang sederhana diatas, bisa kita simpulkan
bahwa syariah itu berbeda dengan fiqih. Sisi-sisi perbedaan tersebut bisa kita himpun dalam
beberapa poin berikut :
1. Syariah Tak Akan Pernah Salah

12
Syariah tak akan pernah salah, karena ia merupakan paket yang langsung diturunkan
oleh Allah SWT. Itulah Al Qur‟an dan juga As Sunnah yang secara ilmiah benar-
benar terbukti bersumber dari Nabi SAW. Keduanya adalah wahyu. Sedangkan fiqih
mengandung kemungkinan benar dan salah. Karena ia adalah pemahaman manusia
terhadap syariah itu. Fiqih adalah pemahaman akal manusia terhadap Al Qur‟an dan
As Sunnah itu.
2. Syariah Lebih Umum dan Luas
Syariah lebih umum dan luas cakupannya dari pada fiqih. Kalau syariah meliputi
aqidah, akhlak dan amaliyah. Sedangkan fiqih hanya mencakup sisi amaliyah saja.
3. Syariah Mengikat Semua Manusia
Syariah bersifat mengikat untuk semua manusia. Maka siapapun yang telah
melengkapi syarat-syarat taklif, wajib mengikuti aturan syariah. Baik aturan aqidah,
akhlaq maupun ibadah. Sedangkan fiqih yang merupakan pemahaman para mujtahid
itu, maka tidaklah mengikat. Hasil kesimpulan fiqih seorang mujtahid tidaklah
mengikat mujtahid lain untuk mematuhinya. Bahkan kesimpulan fiqih juga tidaklah
mengikat seorangpun muqallid. Jika si muqallid ini mendapati kesimpulan mujtahid
lain yang ingin diikutinya, ia boleh melakukannya
4. Syariah Bersifat Tetap dan Tak Berubah
Syariah bersifat tetap dan tak berubah. Sedangkan fiqih bisa berubah sesuai dengan
perubahan zaman, tempat, kondisi, dan lain-lain. Perlu dicatat disini, bahwa
perubahan fiqih -karena adanya salah satu atau beberapa faktor tadi- hanya boleh
terjadi atas rekomendasi seorang mufti atau mujtahid.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penulis simpulkan bahwa dalam perkembangannya,


syariah merupakan kata yang menunjukkan hukum-hukum Islam, baik yang ditetapkan
langsung oleh al-Qur‟an dan Sunah, maupun yang telah dicampuri oleh pemikiran manusia

13
(ijtihad). Syariah Islam adalah syariah penutup untuk syariah agama-agama sebelumnya,
karena itu syariah Islam adalah syariah yang paling lengkap dalam mengatur kehidupan
keagamaan dan kemasyarakatan, melalui ajaran Islam tentang akidah, ibadah, muamalah dan
akhlak. Tujuan serta fungsi dari syariah, aturan-aturan hukum yang Allah, merujuk pada satu
haluan yang sama, yaitu agar manusia dapat mengambil kemashlahatan dan menghindari
kemudharatan serta sebagai jalan atau jembatan untuk semua manusia dalam berpijak dan
berpedoman.

3.2 Saran

Dengan pembahasan mengenai “Syariah Islam” pada makalah ini, diharapkan pembaca dapat
mengambil manfaat berupa ilmu pengetahuan dan pelajaran yang kemudian dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, penulis turut menyadari atas
kekurangan pada makalah ini. Dengan demikian, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sebagai bentuk pengembangan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Mursalin, Mushlihin Ibnu. 2012. Pengertian Syariah; Etimologi dan Terminologi.


Sulawesi Selatan. (akses 18 April 2021)
https://www.referensimakalah.com/2012/08/pengertian-syariah-etimologi-dan.html?m=1.

14
Yusuf al-Qardawy, As-Sa‟ah wa al-Murunah fi asy-Syari‟ah al-Islamiyah,
diterjemahkan oleh Agil Husin al-Munawar dengan judul Keluasan dan Keluwesan Hukum
Islam (Cet. I; Semarang: Dino Utama Semarang, 1993).
Wibowo, Anas. 2019. Dalil Dalil Syariah – Sumber-Sumber Hukum Islam.
https://www.slideshare.net/IslamBerkuasa/dalildalil-syariah-sumbersumber-hukum-islam.
diaksespada tanggal 5 Maret 2021 pukul 11:23
Sulaiman, Sofyan. 2018. Konsep Maqasid Asy-Syari‟ah, Kritik Atas Nalar Liberalis.
Fakultas Agama Islam, Universtias Islam Indragiri. Riau. (akses 18 April 2021)
Nashr, Sutomo Abu. 1018. Antara Fiqih dan Syariah [internet]. Jakarta Selatan:
Rumah Fiqih Publishing; [diunduh pada 2021 Apr 14]. Tersedia pada:
http://repository.radenfatah.ac.id/2422/1/antara%20fiqh%20%26%20syariah.pdf.
Syarifuddin, Cep Herry. 2020. Prinsip-Prinsip Dasar Syariah Islam.
https://jabar.nu.or.id/detail/prinsip-prinsip-dasar-syariah-islam.

15

Anda mungkin juga menyukai