Anda di halaman 1dari 14

Nama: Halwatiah

Nim : 173145261024
Mata Kuliah: Epidemiologi Klinik

1. Faktor risiko penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus tipe 2, dibedakan
menjadi dua yaitu, faktor risiko yang tidak dapat diubah misalnya jenis kelamin, umur,
faktor genetik, dan faktor risiko yang dapat diubah misalnya obesitas

2. Analisis faktor risiko sesuai 8 kriteria fakto risiko menurut AB.HILL


Kekuatan Hubungan:faktor resiko kejadian Diabetes Melitus yang meliputi :Usia, Jenis
Kelamin, Faktor Keturunan, dan Obesitas.
Temporal: kasus penyakit diabetes melitus sebagian besar didahului oleh faktor umur, tanpa
mengesampingkan sebab yang lain seperti Jenis kelamin, faktor keturunan, obesitas. aktifitas
fisik, indeks masa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya hidup, kolesterol, diabetes
kehamilan, riwayat ketidaknormalan glukosa dan kelainan lainnya diduga berperan
meningkatkan risiko penyakit diabetes melitus.
Respon Terhadap Dosis: Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Isnaini Nurdan Ratnasari mengenai faktor resiko mempengaruhi kejadian Diabetes
Melitus bahwa orang yang beresiko untuk terjadinya diabetes melitus adalah pada orang
dengan usia >45 tahun. Semakin meningkat umur seseorang maka semakin besar kejadian
Diabetes Melitus.
Reversibilitas: pasien Diabetes harus melakukan pola hidup sehat untuk menguranhgi resiko
dari penyakit diabetes mellitus. gaya hidup yang sehat yaitu tidak mengonsumsi makanan yang
mengandung banyak gula dan lemak berlebihan serta mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.
Konsistensi: Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya
kadar glukosa darah (Hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan
aktifitas insulin dan keduanya prevalensi Diabetes melitus di dunia adalah sebesar 8,4% dari
populasi penduduk dunia. Menurut WHO (2011) sebanyak 347 juta orang yang mengidap
diabetes melitus tipe 2 di seluruh dunia. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang meninggal
akibat konsekuensi dari tingginya gula darah. Lebih dari 80% kematian diabetes melitus terjadi
di negara berpengahsilan rendah dan menengah. Diperkirakan diabetes akan menjadi penyebab
utama kematian ke-7 tahun 2030. WHO memprediksi kenaikan jumlah pasien Diabetes melitus
tipe dua di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun
2030.Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi dengan prevalensi penderita
diabetes melitus tertinggi di Indonesia menurut Kemenkes 2014.
Kelayakan biologis: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang disebabkan oleh
gangguan metabolisme yang terjadi pada organ pankreas yang ditandai dengan peningkatan
gula darah atau sering disebut dengan kondisi hiperglikemia yang disebabkan karena
menurunnya jumlah insulin dari pankreas (ADA, 2012).
Specifitas: mayoritas responden penderita Diabetes Melitus adalah berumur >45 tahun
sebanyak 15 responden (50,0%). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Isnaini Nur dan Ratnasari mengenai faktor resiko mempengaruhi kejadian
Diabetes Melitus bahwa orang yang beresiko untuk terjadinya diabetes melitus adalah pada
orang dengan usia >45 tahun.Peningkatan diabetes resiko diabetes seiring dengan umur,
khususnya pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi
peningkatan intoleransi glukosa.
Analogi: diabetes melitus sering dianalogikan dengan penyakit hiperglikemia. Hiperglikemia
adalah penyakit gula darah tinggi sebagai komplikasi dari diabetes. Biasanya, berbagai faktor
yang dapat memicu diabetes mengalami hiperglikemia yaitu makanan yang tidak dijaga,
kurang gerak, obat-obatan nondiabetes yang bisa menaikkan gula darah, dan melewatkan
konsumsi obat penurun gula darah atau suntik insulin.
FAKTOR RESIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS TERHADAP PASIEN YANG
DATANG BEROBAT KE KLINIK ASRI WOUND MEDAN TEMBUNG TAHUN 2019

PITRIDA GIRSANG
Jurusan Keperawatan Poltekes Kemenkes Medan

Abstrak

Diabetes Melitus adalah penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa
darah (Hyperglikemia) sebagai akibat dari kekurangan sekresi insulin, gangguan aktifitas
insulin dan keduanya. Provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu provinsi dengan prevalensi
penderita diabetes melitus tertinggi di Indonesia menurut Kemenkes 2014. Masalah dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi resiko terjadinya Diabetes
Melitus di Klinik ASRI WOUND MEDAN Tahun 2019. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mengetahui faktor resiko kejadian Diabetes Melitus yang meliputi : Usia, Jenis Kelamin, Faktor
Keturunan, dan Obesitas. Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dan dengan desain penelitian
Cross-Sectional. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan Accidental Samplingyang
dilakukan dengan cara menyebarkan kuesioner kepada responden sebanyak 30 responden.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko yang didapatkan untuk terjadinya Diabetes
Melitus mayoritas adalah Usia >45 tahun sebanyak 15 responden (50,0%), pasien dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 17 responden (56,7%), pasien dengan tidak faktor keturunan
sebanyak 20 responden (66,7%), dan pasien dengan berat badan obesitas I dengan IMT 25,0-
29,9yaitu sebanyak 15 responden (50,0%). Diharapkan kepada petugas kesehatan agar
memperhatikan kondisi pasien Diabetes dengan cara memberikan penyluhan mengenai gaya
hidup yang sehat yaitu tidak mengonsumsi makanan yang mengandung banyak gula dan lemak
berlebihan serta mengonsumsi sayuran dan buah-buahan.

Kata kunci : Faktor resiko, Diabetes Melitus

PENDAHULUAN disebabkan karena menurunnya jumlah


Latar Belakang insulin dari pankreas (ADA, 2012). Kejadian
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit Diabetes melitus yang paling
penyakit yang disebabkan oleh gangguan sering terjadi di masyarakat adalah
metabolisme yang terjadi pada organ Diabetes Melitus tipe 2. Kasus pada tahun
pankreas yang ditandai dengan 2013, prevalensi Diabetes melitus di dunia
peningkatan gula darah atau sering disebut adalah sebesar 8,4% dari populasi
dengan kondisi hiperglikemia yang penduduk dunia. Diabetes melitus

1
merupakan penyakit yang tersembunyi menular di Indonesia yaitu sekitar 2,1%
sebelum muncul gejala yang tampak dari seluruh kematian.
seperti mudah lapar, haus dan sering Penyakit diabetes melitus di Medan,
buang air kecil. Gejala tersebut seringkali pada tahun 2012 merupakan penyakit
disadari ketika pasien sudah me rasakan dengan penderita terbanyak, yang terus
keluhan, sehingga disebut dengan The mengalami peningkatan jumlahnya.
Silent Killer (Isnaini Nur, Ratnasari, 2018). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Menurut WHO (2011) sebanyak 347 Kesehatan Kota Medan tahun 2012 terlihat
juta orang yang mengidap diabetes melitus jumlah kasus yang terbanyak setelah
tipe 2 di seluruh dunia. Pada tahun 2004, hipertensi adalah diabetes melitus. Hingga
sekitar 3,4 juta orang meninggal akibat tahun 2012 ada 10347 penderita diabetes
konsekuensi dari tingginya gula darah. melitus yang berobat ke 39 puskesmas di
Lebih dari 80% kematian diabetes melitus kota Medan. Data tersebut menunjukkan
terjadi di negara berpengahsilan rendah dan bahwa penderita diabetes melitus di kota
menengah. Diperkirakan diabetes akan Medan sangat tinggi (STPTM Dinas
menjadi penyebab utama kematian ke-7 Kesehatan Kota Medan, 2012).
tahun 2030. WHO memprediksi kenaikan Faktor resiko kejadian penyakit
jumlah pasien Diabetes melitus tipe dua di diabetes melitus tipe dua antara lain usia,
Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 aktifitas fisik, indeks masa tubuh (IMT),
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. tekanan darah, stres, gaya hidup, adanya

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar riwayat keluarga, kolesterol, diabetes

(Riskesdas) tahun 2007, dilaporkan kehamilan, riwayat ketidaknormalan glukosa

prevalensi DM di provinsi D.I Yogyakarta dan kelainan lainnya (Morton et al, 2012; Koes

sebanyak 1,6% tiap bulan, angka tersebut Irianto 2012; De Graaf et al, 2016). Penelitian

berada di atas pravelensi rata-rata nasional yang dilakukan oleh Trisnawati (2012)

yaitu sebanyak 0,7%. Menurut penelitian menyatakan bahwa riwayat keluarga, aktifitas

Andayani (2006) dari 100 pasien DM yang fisik, umur, stres, tekanan darah serta nilai

dirawat di Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta kolesterol berhubungan dengan terjadinya

rata-rata berusia 60-75 tahun. Komplikasi diabetes melitus tipe dua, dan orang yang

akibat DM merupakan masalah yang tidak memiliki berat badan dengan tingkat obesitas

bisa dianggap remeh. Berdasarkan laporan beresiko 7,14 kali terkena penyakit diabetes

CDC (2005) komplikasi dan penyakit yang melitus tipe dua jika dibandingkan dengan

menyertai DM tipe 2 sebagai salah satu orang yang

penyebab utama kematian penyakit tidak

2
berada pada berat badan ideal atau Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
normal (Isnaini Nur, Ratnasari, 2018).
adalah seluruh penderita diabetes melitus
Berdasarkan survey pendahuluan
yang datang berobat ke klinik ASRI
yang dilakukan di Klinik ASRI WOUND
WOUND MEDAN TEMBUNG. Sedangka
MEDAN TEMBUNG, didapat jumlah
untuk sampel bila terdapat populasi lebih
penderita diabetes melitus pada orang
dari 100 orang maka pengambilan sampel
dewasa yang berobat ke Klinik ASRI
10-15% ataupun 20-25% dari total
WOUND MEDAN TEMBUNG pada periode
populasi, dalam penelitian ini peneliti
Januari sampai dengan Desember 2018
mengambil 15% dari total populasi yaitu
sebanyak 195 orang.
195 x15% = 30 orang (Arikunto, 2013).
Dari uraian di atas maka penulis
Alat ukur pengumpulan data
merasa tertarik untuk malakukan
penelitian ini berupa kuesioner dengan
penelitian mengenai faktor resiko
jenis kuesioner tertutup, yaitu memilih satu
kejadian diabetes melitus terhadap pasien
jawaban yang disediakan dan responden
yang datang berobat ke Klinik ASRI
diminta untuk memberikan tanda ( ) pada
WOUND MEDAN TEMBUNG tahun 2019.
jawaban yang dianggap benar oleh
responden. Jenis data yang digunakan
METODE PENELITIAN adalah data primer, yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari pasien
Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan diabetes melitus yang datang berobat ke
yaitu deskriptif dan desain penelitian yang Klinik ASRI WOUND MEDAN TEMBUNG.
digunakan cross-sectional yang
menggambarkan keadaan mengenai faktor Cara Pengumpulan Data
resiko kejadian Diabetes Melitus terhadap Prosedur pengumpulan data yang
pasien yang datang berobat ke Klinik ASRI digunakan adalah peneliti memperkenalkan
WOUND MEDAN TEMBUNG Tahun 2019. diri kepada pemilik Klinik ASRI WOUND
MEDAN TEMBUNG sekaligus meminta
Lokasi dan Waktu Penelitian persetujuannya yang kemudian dilanjutkan
Lokasi penelitian akan dilakukan di
kepada responden (untuk mengisi, identitas
Klinik ASRI WOUND MEDAN TEMBUNG
dan mengisi kuesioner responden diberi
dan dilaksanakan pada bulan Januari -
penjelasan mengenai cara pengisian
Maret2019.
kuesioner dan bila asa yang belum jelas
.
maka responden dipersilahkan untuk

3
bertanya dan akan diberi penjelasan oleh Berdasarkan tabel 1 diatas dari 30
peneliti). responden dapat dilihat bahwa responden
berdasarkan umur didapat berumur <30

Analisis Data tahun ada 7 responden (23,3%), umur 31-45


Pada penelitian ini dilakukan tahun ada 8 responden (26,7%), dan umur
Analisa univariat (analisis Deskriptif)
bertujuan untuk mendeskripsikan atau >45 tahun ada 15 responden (50,0%).
menjelaskan suatu karakteristik dalam
tiap variabel penelitian (Natoadmodjo,
2012). Penelitian ini digunakan analisis
univariat adalah untuk mengetahui faktor 2. Jenis Kelamin
resiko kejadian diabetes melitus terhadap
pasien yang datang berobat ke klinik Tabel 2
ASRI WOUND MEDAN TEMBUNG. Distribusi Frekuensi berdasarkan resiko Jenis
Kelamin pada penderita Diabetes Melitus di Klinik
ASRI WOUND MEDAN Tahun 2019
HASIL DAN PEMBAHASAN No Jenis Frekuensi Presentase
Hasil Penelitian Kelamin (%)
A. Tabel tunggal
1 Laki-laki 13 43,3%

1. Usia 2 Perempuan 17 56,7%


Tabel 1
Distribusi frekuensi responden Total 30 100,0%

berdasarkan resiko usia pada penderita


Diabetes Melitus di Klinik ASRI WOUND Berdasarkan tabel 2 diatas dari 30
MEDAN Tahun 2019 responden dapat dilihat bahwa berjenis
No Usia Frekuensi Presentase kelamin laki laki sebanyak 13 responden
(%) (43,3%) dan berjenis kelamin perempuan

1 <30 7 23,3% sebanyak 17 responden (56,7%).

2 31- 8 26,7%
3. Faktor Keturunan
45
Tabel 3
3 >45 15 50,0%
Distribusi Frekuensi berdasarkan Faktor

Total 30 100,0% Keturunan pada penderita Diabetes


Melitus di Klinik ASRI WOUND MEDAN
Tahun 2019

4
Faktor Presentase (>30)
No Frekuensi
(%) 100.0%
Keturunan Total 30
Ya Berdasarkan Tabel 4 diatas dari 30
1 10 33.3 %
(Keturunan) responden dapat dilihat bahwa ada 7
Tidak (tidak responden (23,3%) memiliki berat badan
2 20 66.7%
keturunan) Normal (18,5-25), 15 responden (50,0%)

Total 30 100.0% dengan berat badan obesitas I (25,0-29,9),


dan 8 responden (26,7%) dengan berat
badan obesitas II (>30).
Berdasarkan Tabel 3 diatas dari 30
responden dapat dilihat bahwa ada 10
5. Pendidikan Tabel
responden (33,3%) memiliki riwayat
5
keluarga Diabetes Melitus dan 20
Distribusi Frekuensi berdasarkan
responden (66,7%) tidak memilikii riwayat
Pendidikan pada penderita Diabetes
keluarga Diabetes Melitus.
Melitus di Klinik ASRI WOUND MEDAN
Tahun 2019
4. Obesitas
Presentase
Tabel 4 No Pendidikan Frekuensi

Distribusi Frekuensi berdasarkan Obesitas pada 1 SD 6 20,0%


penderita Diabetes Melitus di Klinik ASRI WOUND
2 SMP 6 20,0%
MEDAN Tahun 2019
Presentase 3 SMA 8 26,7%
No Obesitas Frekuensi
(%) Perguruan
4 10 33,3%
Tinggi
Normal
23.3% Total 30 100,0%
1 (18,5- 7
25) Berdasarkan tabel 5 di atas dari 30
Obesitas responden dapat dilihat bahwa ada 6
I IMT responden (20,0%) dengan tingkat
2 15 50.0%
(25.0- pendidikan SD, 6 responden (20,0%)
29.9) dengan tingkat pendidikan SMP, 8
Obesitas responden (26,7%) dengan tingkat
3 8 26.7%
II IMT pendidikan SMA, dan 10 responden

5
(33,3%) dengan tingkat pendidikan Umur Jenis kelamin

perguruan tinggi. L % P % Total %

<30 4 13,3 3 10,0 7 23,3


6. Pekerjaan
30-45 4 13,3 4 13,3 8 26,7
Tabel 6
Distribusi Frekuensi berdasarkan >45 5 16,7 10 33,3 15 50,0

Pekerjaan pada penderita Diabetes 13 43,3 17 57,3 30 100,0


Melitus di Klinik ASRI WOUND MEDAN
Tahun 2019
Berdasarkan tabel 7 di atas dari 30
No Pekerjaan Frekuensi Presentase
reponden dapat dilihat bahwa mayoritas
1 IRT 13 43,3% responden yang berumur >45 tahun
berjenis kelamin perempuan sebanyak 10
2 PNS 7 23,3%
responden (33,3%) dan minoritas
3 Wiraswasta 8 26,7% responden berusia <30 tahun berjenis

4 Buruh/petani 2 6,7% kelamin perempuan sebanyak 3


responden (10,0%).
Total 30 100,0%

Tabel 8

Berdasarkan tabel 6 di atas dari 30 Distribusi frekuensi faktor resiko

responden dapat dilihat bahwa yang kejadian diabetes melitus berdasarkan jenis

mempunyai pekerjaan IRT sebanyak 13 kelamin dan faktor keturunan di Klinik ASRI

responden (43,3%), PNS sebanyak 7 WOUND MEDAN Tahun 2019

responden (23,3%), Wiraswasta 8 Jenis Faktor keturunan


kelamin
responden (26,7%), dan buruh/petani
Ya % Tidak % Total %
sebanyak 2 responden (6,7%). (ketur (faktor
unan) keturunan)
B. Tabel silang L 2 6,7 11 36,7 13 43,3

p 8 26,7 9 30,0 17 56,7


Tabel 7
Total 10 33,4 20 69,7 30 100,0
Distribusi frekuensi faktor resiko
kejadian diabetes melitus berdasarkan Berdasarkan tabel 8 dapat dilihat

umur dan jenis kelamin di Klinik ASRI dari 30 responden bahwa mayoritas

WOUND MEDAN Tahun 2019 responden berjenis kelamin laki-laki tidak

6
mempunyai faktor keturunan sebanyak 11 sedikit salah paham dan kurang komunikasi
responden (36,7%) dan minoritas terhadap petugas kesehatan di Klinik.
responden berjenis kelamin laki-laki Dimana pada saat penulis ingin meminta
memiliki faktor faktor keturunan sebayak surat balasan dari surat survei pendahuluan
2 responden (6,75%). yang penulis kirim tidak segera diberikan
kepada penulis berhubung karena penulis
Tabel 9 tidak langsung memberikan surat survei
Distribusi frekuensi faktor resikokejadian pendahuluan kepada petugas di Klinik
diabetes melitus berdasarkan jenis kelamin dan melainkan kepada dosen penulis yang
obesitas di Klinik ASRI WOUND MEDAN Tahun 2019 dimana dosen tersebut adalah pemilik klinik
Jenis Obesitas tersebut. Dan beberapa hari setelah balasan
kelami surat survei pendahuluan selesai, penulis
n
langsung datang kembali ke Klinik untuk
Nor % Obesi % Obesi % T %
mengantarkan surat izin penelitian dan
mal tas tas II ot
(18,5 I(25.0 (>30) al pada saat itu juga penulis langsung
-25) -29.9) melakukan penelitian di Klinik tersebut. Dan
L 3 10,0 7 23,3 3 10,0 13 43,3 mulai dari awal penelitian berlangsung
P 4 23,3 8 26,7 5 26,7 17 100,0 sampai akhirnya selesai banyak
pengalaman dan pelajaran yang telah di
Total 7 33,3 15 50,0 8 36,7 30 100,0
dapatkan penulis dari Klinik tersebut pada
saat penelitian berlangsung dan setelah
Berdasarkan tabel 9 dapat di lihat selesai meneliti penulis mendapatkan hasil
dari 30 responden bahwa mayoritas penelitian dengan:
responden berjenis kelamin perempuan
yg obesitas Isebanyak 8 responden
Faktor resiko diabetes melitus :
(26,7%) dan minoritas responden bejenis
1. Usia
kelamin laki-laki yg obesitas II sebanyak 3
Berdasarkan hasil penelitian yang
responden (10,0%).
dilakukan terhadap 30 responden dapat
dilihat dari tabel 1 menunjukkan bahwa
Pembahasan
mayoritas responden penderita Diabetes
Kendala yang terjadi pada saat penulis
Melitus adalah berumur >45 tahun
ingin melaksakan penelitian di Klinik ASRI
sebanyak 15 responden (50,0%). Hasil
WOUND MEDAN Tahun 2019 yaitu ada
penelitian tersebut sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Isnaini Nur

7
dan Ratnasari mengenai faktor resiko Melitus. Penelitian ini juga menemukan
mempengaruhi kejadian Diabetes Melitus bahwa ada hubungan yang signifikan antara
bahwa orang yang beresiko untuk umur dengan kejadian diabetes melitus.
terjadinya diabetes melitus adalah pada Selain itu juga ditemukan bahwa kelompok
orang dengan usia >45 tahun. umur yang paling banyak menderita
Semakin meningkat umur seseorang diabetes melitus adalah kelompok umur 45-
maka semakin besar kejadian Diabetes 52 (47,5%). Peningkatan diabetes resiko
Melitus. Pada penelitian ini didapatkan usia diabetes seiring dengan umur, khususnya
pada kelompok kasus umur antara <30 pada usia lebih dari 40 tahun, disebabkan
tahun 7 responden (23,3%), umur 31-45 karena pada usia tersebut mulai terjadi
tahun 8 responden (26,7%) dan umur >45 peningkatan intoleransi glukosa. Adanya
tahun 15 responden (50,0%). Peningkatan proses penuaan menyebabkan
usia menyebabkan perubahan metabolisme berkurangnya kemampuan sel β pankreas
karbohidrat dan perubahan pelepasan dalam memproduksi insulin (Kurnia Shara
insulin yang dipengaruhi oleh glukosa Trisnawati, Soedijono Setyorogo, 2013).
dalam darah dan terhambatnya pelepasan
glukosa yang masuk ke dalam sel karena 2. Jenis Kelamin
dipengaruhi oleh insulin. Faktor usia Berdasarkan hasil penelitian yang
mempengaruhi penurunan pada semua dilakukan terhadap 30 responden dapat
sistem tubuh, tidak terkecuali sistem dilihat dari tabel 2 yang menunjukkan
endokrin. Penambahan usia menyebabkan bahwa mayoritas responden berjenis
kondisi resistensi pada insulin yang kelamin perempuan yaitu sebanyak 17
berakibat tidak stabilnya level gula darah responden (56,7%). Faktor resiko yang
sehingga banyaknya kejadian Diabetes menyebabkan responden lebih rentan
melitus salah satu di antaranya adalah terkena Diabetes Melitus yaitu karena
karena faktor penambahan usia yang makanan yang dikonsumsi tidak sesuai
secara degenerative menyebabkan dengan pola hidup sehat yaitu lebih banyak
penurunan fungsi tubuh (Isniani Nur dan mengonsumsi makanan yang berlemak dan
Ratnasari, 2018). bersantan, kurang aktifias dan perempuan
Penelitian antara umur dengan kejadian mengandung sehingga pada saat
diabetes melitus menunjukkan adanya mengandung nutrisi yang dikonsumsi tidak
hubungan yang signifikan. Kelompok umur sehat sehingga menyebabkan kenaikan
<45 tahun merupakan kelompok yang berat badan atau yang sering disebut
kurang beresiko menderita Diabetes dengan obesitas. Hasil penelitian tersebut

8
sejalan dengan pendapat Irawan, 2010 yang Prasetyani dan Sodikin (2017)
menyebutkan bahwa perempuan lebih mendapatkan hasil bahwa wanita memiliki
berpeluang untuk terjadi diabetes melitus resiko lebih besar untuk terkena Diabetes
dibandingkan laki-laki dengan alasan faktor Melitus dengan adanya komposisi tubuh
hormonal dan metabolisme, bahwa dan perbedaan kadar hormon seksual
perempuan mengalami siklus bulanan dan antara perempuan dan laki-laki. Tylor,dkk
menopouse yang berkontribusi membuat (2010) menjelaskan bahwa faktor resiko
distribusi peningkatan jumlah lemak tubuh yang menyebabkan banyaknya wanita
menjadi sangat mudah terakumulasi akibat terkena Diabetes Melitus karena terjadinya
proses tersebut sehingga perempuan lebih penurunan hormon estrogen terutama pada
beresiko terkena diabetes melitus (Isnaini masa manepouse. Hormon estrogen dan
Nur dan Ratnasari, 2018). Progesteron memiliki kemampuan untuk
Hasil penelitian didapatkan bahwa meningkatkan respon insulin didalam
mayoritas responden memiliki ibu yang darah, sehingga pada masa manepouse
menderita Diabetes Melitus dengan jumlah terjadi, maka respon insulin menjadi
42 responden (60,9%). Hasil Riskesdas menurun (Langga Siti Lubis, dkk, 2018).
tahun 2013 juga menyebutkan bahwa
populasi penderita Diabetes Melitus 3. Faktor Keturunan
tertinggi di Indonesia yaitu berjenis kelamin Berdasarkan hasil penelitian yang
wanita dengan angka 7,7% sedangkan laki- dilakukan terhadap 30 responden dapat
laki 5,6% (Kemenkes RI, 2014).Sebuah studi dilihat dari tabel 3 yang menunjukkan
yang dilakukan oleh (Soewondo & bahwa mayoritas responden memiliki faktor
Pramono,2011) menunjukkan kejadian resiko tidak keturunan diabetes melitus
Diabetes Melitus di Indonesia lebih banyak sebanyak 20 responden (66,7%), karena ada
menyerang perempuan (61,6%) dengan hal lain yang menjadi faktor resiko
jenis pekerjaan terbanyak adalah sebagai penunjang Diabetes Melitus yaitu pola
ibu rumah tangga. Resiko lebih tinggi makan yang tidak sehat, kurang aktifitas,
dialami wanita dengan usia di atas 30 tahun dan obesitas. Berdasarkan ADA (2013)
dibanding laki-laki, hal ini disebabkan bahwa seseorang yang memiliki usia >45
karena wanita yang cenderung lebih tidak tahun memiliki peningkatan resiko terhadap
bergerak, tidak menghabiskan karbohidrat terjadinya Diabetes melitus dan intoleransi
dan glukosa untuk aktifitas fisik (Roy glukosa karena menurunnya fungsi tubuh
Panusunan Sibarani). untuk memetabolisme glukosa walaupun
seseorang tersebut tidak memiliki riwayat

9
keluarga Diabetes Melitus. Dalam penelitian dengan penelitian Isnaini Nur dan ratnasari
ini, orang yang memiliki salah satu atau mengenai faktor resiko mempengaruhi
lebih anggota keluarga baik dari orang tua, diabetes melitus yang menyatakan bahwa

saudara, atau anak yang menderita orang dengan IMT obesitas akan
menyebabkan meningkatnya asam lemak
Diabetes Melitus, memiliki kemungkinan 2
atau Free Fatty Aciddalan sel dan akan
sampai 6 kali lebih besar untuk menderita
menyebabkan terjadinya retensi insulin.
Diabetes Melitus dibandingkan dengan
Indeks masa tubuh dalam penelitian ini
orang-orang yang tidak memilikii anggota
dibagi menjadi tiga kategori yaitu normal
keluarga yang menderita Diabetes Melitus.
apabila IMT 18,5-25,0 kg/m2, obesitas I
Dijelaskan bahwa riwayat keluarga
apabila IMT 25,0-29,9 kg/m2, dan obesitas II
merupakan salah satu penyumbang
Diabetes melitus (Nuraisyah Fatma, 2017). apabila IMT >30 kg/m2. Sementara itu, IMT

Hasil penelitian tersebut tidak sejalan responden pada kelompok kasus obesitas

dengan penelitian Isniani Nur dan Ratnasari paling banyak yaitu obesitas I dengan IMT

mengenai faktor resiko mempengaruhi 25,0-29,9 kg/m2 dan paling sedikit yaitu

kejadian diabetes melitus yang menyatakan Normal dengan IMT 18,5-24,9 kg/m 2.
bahwa orang yang memiliki riwayat Peningkatan indeks masa tubuh
diabetes melitus pada keluarga berpeluang dipengaruhi oleh faktor gaya hidup seperti
10,938 kali lebih besar menderita diabetes kelebihan berat badan atau tidak
melitus dari pada orang yang tidak berolahraga sangat terkait dengan
mempunyai riwayat diabetes melitus pada perkembangan diabetes melitus dan
keluarga karena resiko seseorang untuk adanya pengaruh indeks masa tubuh
menderita diabetes melitus lebih besar jika terhadap diabetes melitus ini bisa
orang tersebut mempunyai orang tua yang disebabkan oleh kurangnya aktifias fisik
menderita diabetes melitus (Isniani Nur dan serta tingginya konsumsi protein,
Ratnasari, 2018). karbohidrat dan lemak yang merupakan
faktor resiko dari obesitas (Isniani Nur
4. Obesitas dan Ratnasari, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian yang Obesitas menyebabkan berkurangnya
dilakukan terhadap 30 responden dapat jumlah reseptor insulin yang dapat bekerja
dilihat dari tabel 4 yang menunjukkan di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan
bahwa penderita diabetes melitus mayoritas lemak. Hal ini dinamakan resistensi insulin
yang obesitas I sebanyak 15 responden perifer. Kegemukan juga merusak
(50,0%). Hasil penelitian tersebut sejalan kemampuan sel beta untuk melepas insulin

10
saat terjadi peningkatan glukosa darah 2. Resiko terjadinya Diabetes Melitus
(Smeltzer,et al. 2008) Soegondo (2007) dari 30 responden mayorits pada
menyatakan obesitas menyebabkab responden yang berjenis kelamin
respons sel beda pankreas terhadap perempuan sebanyak 17 responden.
peningkatan glukosa darah berkurang, 3. Resiko terjadinya Diabetes Melitus
selain itu reseptor insulin pada sel dari 30 responden mayoritas tidak
diseluruh tubuh termasuk di otot berkurang faktor keturunan sebanyak 20
dan keaktifannya (kurang sensitif). responden.
Penelitian yang dilakukan oleh Sharah. 4. Resiko terjadinya Diabetes Melitus
K (2012) mengatakan bahwa seseorang dari 30 responden dengan berat
yang obesitas mempunyai hubungan badan obesitas I sebanyak 15
signifikan dengan Diabetes Melitus yaitu 4 responden.
kali lebih besar dibandingkan dengan Saran
kelompok IMT normal, demikian juga
Setelah melakukan penelitian terhadap
penelitian menururt Sanjaya, I Nyoman
faktor resiko terjadinya Diabetes Melitus
(2009) menemukan bahwa individu yang
di Klinik ASRI WOUND MEDAN tahun
mengalami obesitas mempunyai resiko 2,7
2019, maka di bawah ini ada beberapa
kali lebih besar untuk terkena Diabetes
saran peneliti untuk meningkatkan
Melitus dibandingkan dengan individu yang
pelayanan klinik yaitu :
tidak mengalami obesitas (Nangge Misrini,
1. Kepada petugas kesehatan di Klinik
dkk, 2018).
ASRI WOUND MEDAN
Diharapkan dapat memperhatikan
KESIMPULAN DAN SARA kondisi pasien yang menderita
Diabetes dengan cara memberikan
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan penyuluhan mengenai gaya hidup
pengolahan data yang dilakukan terhadap sehat dan aktifitas fisik/larihan
30 responden yang menderita Diabetes jasmani yang baik.
Melitus di Klinik ASRI WOUND MEDAN 2. Kepada penderita Diabetes Melitus

tahun 2019, maka dapat ditarik Diharapkan untuk mencari informasi

kesimpulan sebagai berikut : bagaimana sebenarnya pencegahan

1. Resiko terjadinya Diabetes Melitus maupun perawatan untuk penderita

dari 30 responden mayoritas pada Diabetes itu sendiri, meliputi diet,

usia >45 tahun sebanyak 15 gaya hidup maupun aktifitas/latihan

responden. jasmani yang baik.

11
3. Bagi Institusi Pendidikan KurniaShara Trisnawati, Soedijono
Setyorogo. (2013). Faktor Resiko
Sebagai bahan masukan bagi
Kejadian Diabetes Melitus. Jurnal
peneliti lain khususnya Keperawatan Ilmiah Kesehatan,5(1); Jan 2013; 6-
11
Poltekkes Kemenkes Medan serta
menambah pembendaharaan Langga Siti Lubis, dkk (2018). Gambaran
Gaya Hidup Anggota Keluarga
bacaan dan sebagai referensi
Beresiko Diabetes Melitus. JOM
informasi dikalangan akademis FKp, Vol. 5 No. 2 (Juli-Desember) ;
155-163
sebagai dasar pemikiran dan
penelitian selanjutnya. Nangge Misriani, dkk (2018). Hubungan
Obesitas Dengan Kejadian Diabetes
4. Kepada peneliti
Melitus. e-journal Keperawatan (e-
Kepada peneliti selanjutnya agar Kp) Volume 6 Nomor 1, Mei ; hal 1-6
dapat melanjutkan penelitian ini
Notoatmodjo, Soekidjo, 2012.
meng enai perilaku pasien MetodologiPenelitianKesehatan.
RinekaCipta, Jakarta
Diabetes Melitus dalam menjalani
perawatan sehari-hari. Novitasari, Retno (2012). Diabetes Melitus
Dilangkapi Dengan Senam Diabetes
Melitus. Nuha Medika; Yogyakarta
Daftar Pustaka
Nuraisyah Fatma. (2017). Faktor Resiko
American Diabetes Association. 2011.
Diabetes Mellitus. Jurnal
Diagnosis and Classification of
Kebidanan dan Keperawatan, Vol.
Diabetes
13, No. 2, Desember 2017: 120-127
(http://www.care.diabetesjournal.org)
Soegondo, Sidartawan, dkk. (2012).
Damayanti Santi,S. Kep. Ns. M. Kep,Sp.
Penatalaksanaan Diet Diabetes
Kep. M. B. (2015). Diabetes Melitus
Melitus Terpadu. Balai Penerbit
& Penatalaksanaan Keperawatan.
FKUI; Jakarta
Nuha Medika; Yogyakarta.
November 2015
Tjekyan Suryadi. (2014). Angka Kejadian
dan Faktor Resiko Diabetes Melitus
Dr. Hasdianah H.R. (2017). Mengenal
Tipe 2 Di 78 RT Kotamadya
Diabetes Mellitus. Nuha Medika;
Palembang Tahun 2010. MKS,
Yogyakarta. Edisi Revisi 2017
Th.46. No.2, April 2014
Heryana Ade, SST, MKM. (2016). Faktor
Trisnawati, Sri, Widarsa, T., dan Suastika,
Resiko Diabetes Melitus
K. 2012. Faktor resiko Diabetes
Melitus, Volume 1, No. 1, Juli 2013.
IsnainiNur, Ratnasari. (2018). Faktor
(http://unud.ac.id/index.php)
Resiko Mempengaruhi Kejadian
Diabetes Melitus Tipe Dua. Jurnal
Waspadji Sarwono, dkk. (2012). Petunjuk
Keperawatan dan Kebidanan
Praktis Bagi Penyandang Diabetes
Aisyiyah. Vol 14, No. 1, Juni 2018,
Melitus. Badan Penerbit FKUI, Jakarta
pp59-68

12

Anda mungkin juga menyukai