Anda di halaman 1dari 11

a) Pengantar Pertemuan

Korupsi merupakan tindakan yang tidak terpuji yang dilakukan secara individu
maupun kelompok dalam upaya memperkaya diri sendiri maupun kelompok dari
sumber-sumber pendapat yang ilegal secara hukum. Di era globalisasi yang
berkembang sekarang ini, korupsi seolah-olah menjadi budaya dalam masyarakat
hingga pernah terdengar suatu pernyataan yang menyebutkan “korupsi berjamaah”.
Nilai-nilai Pendidikan Anti Korupsi sudah dimasukkan ke dalam mata kuliah
perilaku berkarya, hal tersebut dilakukan supaya mahasiswa memahami tindakan
antikorupsi dan cara penanganan ketika adanya perbuatan korupsi di sebuah instansi.
Tidak hanya di Perguruan Tinggi saja, Pendidikan Anti Korupsi juga harus
ditanamkan sejak usia dini, hal tersebut sejalan dengan program Kemdikbud yang
memutuskan untuk ikut berperan dalam mencegah korupsi melalui jalur pendidikan.
Ditanamkannya pendidikan antikorupsi sejak dini kepada siswa di sekolah juga
bertujuan agar peserta didik memiliki jiwa antikorupsi. Jiwa antikorupsi inilah yang
akan menjadi benteng bagi mereka untuk tidak melakukan perbuatan korupsi jika
mereka sudah dewasa kelak.
b) Obyektif Perkuliahan
 Mahasiswa mengerti dan memahami tentang ruang lingkup korupsi.

c) Isi/Konten
A. Pengertian Korupsi
1. Pengertian korupsi secara umum
Secara etimologis istilah “korupsi” berasal dari bahasa Latin,
yaitu “corruptio” atau “corruptus” yang artinya sesuatu yang rusak, busuk,
menggoyahkan, memutarbalik, menyogok, penyuapan. Sehingga dari asal katanya,
arti korupsi adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk mendapatkan keuntungan
pribadi.
Secara umum, pengertian korupsi adalah suatu tindakan penyalahgunaan
jabatan atau wewenang yang dilakukan oleh seorang pejabat demi mendapatkan
keuntungan pribadi. Dengan kata lain, korupsi adalah suatu perilaku tidak jujur atau
curang demi keuntungan pribadi oleh mereka yang berkuasa, dan biasanya melibatkan
suap. Korupsi dapat juga didefinisikan sebagai suatu tindakan penyalahgunaan
kepercayaan yang dilakukan seseorang terhadap suatu masalah atau organisasi demi
untuk mendapatkan keuntungan.
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan di seluruh dunia
ini rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi tentu berbeda-beda, dari yang
paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan. Titik ujung
korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di
mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Orang yang melakukan
kleptokrasi disebut kleptokrat.
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan
administrasi, ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun
orang lain, yang ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Dari sudut pandang ekonomi, para ahli ekonomi menggunakan definisi yang
lebih konkret. Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan (antara
prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang terjadi secara diam-
diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan setidaknya
merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak
yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.
Dari pengertian korupsi yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Atau tindakan
penyelewengan atau penggelapan uang baik itu uang Negara atau uang lainnya yang
dilakukan untuk keuntungan pribai atau orang lain.

2. Pengertian Korupsi menurut para Ahli


Beberapa definisi korupsi menurut para ahli :
1. Korupsi adalah Perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya. (Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Poerwadarminta, 1976)
2. Korupsi adalah Suatu hal yang buruk dengan bermacam ragam artinya,
bervariasi menurut waktu tempat dan bangsa (Encyclopedia Americana)
3. Korupsi adalah Dengan melakukan tindak pidana memperkaya diri sendiri yang
secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan / perekonomian
negara ( Kamus Hukum Prof. Raden Subekti Tjiprosudibio, SH)
4. Korupsi adalah Penawaran/pemberian dan penerimaan hadiah-hadiah berupa
suap (Corruption the Offering and Accepting of Bribes)
Dari keempat definisi di atas terdapat persamaan persepsi yaitu bahwa korupsi
adalah suatu perbuatan yang buruk yang sudah barang tentu akan menimbulkan
kerugian terhadap negara maupun masyarakat pada umumnya. Sudah tentu apa yang
dimaksud yang buruk itu ialah moral atau akhlak oknum yang melakukan perbuatan
korupsi, sebab seorang yang bermoral (berakhlak) baik tentu tidak akan melakukan
korupsi.
Pengertian korupsi bisa menjadi lebih luas lagi, perbuatan seperti berbohong,
menyontek di sekolah, mark up, memberi hadiah sebagai pelicin dan sebagainya.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tindakan korupsi merupakan sekumpulan
kegiatan yang menyimpang dan dapat merugikan orang lain.
3. Pengertian Korupsi Menurut Undang Undang
3.1 UU No 31 Tahun 1999
Pengertian korupsi menurut UU No 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi mengartikan bahwa Korupsi adalah Setiap orang yang dikategorikan
melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

3.2 UU No 20 Tahun 2001


Pengertian Korupsi Menurut UU No. 20 Tahun 2001 adalah tindakan melawan hukum
dengan maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat
merugikan negara atau perekonomian negara
3.3 UU No 24 Tahun 1960
Pengertian Korupsi Menurut UU No.24 Tahun 1960 adalah perbuatan seseorang, yang
dengan atau karena melakukan suatu kejahatan atau dilakukan dengan menyalah
gunakan jabatan atau kedudukan.
B. Jenis dan Bentuk Perilaku Korupsi
Ada banyak sekali bentuk dan contoh tindakan korupsi yang dilakukan oleh para pejabat,
mulai dari pegawai rendah hingga pejabat negara. Mengacu pada pengertian korupsi,
adapun beberapa bentuk korupsi adalah sebagai berikut:
1. Bribery (Penyuapan)
Bribery atau penyuapan adalah suatu tindakan memberikan uang/ imbalan kepada pihak
lain yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan apa yang
diinginkan. Bentuk penyuapan tersebut misalnya;
 Memberikan atau menjanjikan sesuatu (uang atau lainnya) kepada hakim dengan maksud
untuk mempengaruhi putusan perkara.
2. Embezzlement (Penggelapan)
Embezzlement atau penggelapan adalah suatu tindakan kecurangan dalam bentuk
penggelapan sumber daya orang lain atau organisasi untuk kepentingan pribadi. Bentuk
penggelapan tersebut misalnya;
 Membuat faktur tagihan fiktif.
 Menggunakan kas kecil untuk kepentingan pribadi.
 Penggelembungan biaya perjalanan dinas.
3. Fraud (Kecurangan)
Fraud atau kecurangan adalah suatu tindakan kejahatan ekonomi yang disengaja dimana
seseorang melakukan penipuan, kecurangan, dan kebohongan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi. Bentuk fraud tersebut misalnya;
 Penggelapan uang kas dengan cara mengundur-undur waktu pencatatan penerimaan kas.
 Memanipulasi atau mendistorsi informasi/ fakta untuk kepentingan tertentu.
4. Extortion (Pemerasan)
Extortion atau pemerasan adalah suatu tindakan koruptif dimana seseorang atau kelompok
melakukan ancaman secara lalim kepada pihak lain untuk memperoleh uang, barang dan
jasa, atau perilaku yang diinginkan dari pihak yang diancam. Bentuk pemerasan tersebut
misalnya;
 Ancaman perusakan properti bila tidak memberikan uang keamanan.
 Pemerasan dengan cara ancaman merusak reputasi seseorang.
5. Favouritism (Favoritisme)
Favouritism/ favoritisme atau tindakan pilih kasih adalah suatu mekanisme koruptif
dimana seseorang atau kelompok menyalahgunakan kekuasaannya yang berimplikasi pada
tindakan privatisasi sumber daya.
Jenis - jenis Korupsi
Menurut Chaerudin mengembangkan jenis korupsi menjadi tujuh, yaitu:
1. Korupsi transaktif, yaitu jenis korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal
balik antara pihak pemberi dan pihak penerima, yang menguntungkan kedua belah
pihak.
2. Korupsi ekstorsif, yaitu korupsi yang dipaksakan kepada suatu pihak yang disertai
dengan ancaman, terror, dan penekanan terhadap kepentingan orang yang dekat
dengan pelaku korupsi.
3. Korupsi insentif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan cara memberikan penawaran
suatu jasa atau barang tertentu kepada pihak lain demi keuntungan masa depan.
4. Korupsi nepotistik, yaitu jenis korupsi yang menyangkut penyalahgunaan kekuasaan
dan kewenangan untuk berbagai keuntungan bagi kepada keluarga dekat.
5. Korupsi otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat mendapat
keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang dalam (Insider
Information) tentang berbagai kebijakan public yang seharusnya dirahasiakan.
6. Korupsi suportif, yaitu korupsi yang dilakukan dengan cara memberikan dukungan
atau perlindungan.
7. Korupsi defensive, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka mempertahankan diri
dari pemerasan. Pihak yang dirugikan terpaksa terlibat di dalamnya atau membuat
pihak tertentu terjebak atau bahkan menjadi korban perbuatan korupsi.
C. Faktor Penyebab Korupsi
Dari penjelasan di atas dapat kita ketahui bahwa tindakan korupsi adalah suatu tindakan
yang ingin mencari keuntungan pribadi atau kelompok tertentu, namun merugikan
kepentingan publik dan masyarakat luas. Adapun faktor penyebab korupsi adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Internal
Faktor internal penyebab korupsi berasal dari dalam diri sendiri, yaitu sifat dan karakter
seseorang yang mempengaruhi segala tindakannya. Beberapa yang termasuk di dalam
faktor internal ini diantaranya:
 Sifat tamak, sifat dalam diri manusia yang menginginkan sesuatu melebihi
kebutuhannya dan selalu merasa kurang.
 Gaya hidup konsumtif, perilaku manusia yang selalu ingin memenuhi kebutuhan yang
tidak terlalu penting sehingga tidak bisa menyeimbangkan pendapatan dengan
pengeluarannya, misalnya hedonisme.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal penyebab korupsi berasal dari lingkungan sekitar yang dapat
mempengaruhi pemikiran dan tindakan seseorang sehingga melakukan korupsi.
Beberapa yang termasuk dalam faktor eksternal tersebut diantaranya:
 Faktor ekonomi, adanya kebutuhan akan ekonomi yang lebih baik seringkali
mempengaruhi seseorang dalam bertindak. Misalnya gaji yang tidak sesuai dengan
beban kerja, mendorong seseorang melakukan korupsi.
 Faktor politik, dunia politik sangat erat hubungannya dengan persaingan dalam
mendapatkan kekuasaan. Berbagai upaya dilakukan untuk menduduki suatu posisi
sehingga timbul niat untuk melakukan tindakan koruptif.
 Faktor organisasi, dalam organisasi yang terdiri dari pengurus dan anggota, tindakan
korupsi dapat terjadi karena perilaku tidak jujur, tidak disiplin, tidak ada kesadaran diri,
aturan yang tidak jelas, struktur organisasi tidak jelas, dan pemimpin yang tidak tegas.
 Faktor hukum, seringkali tindakan hukum terlihat tumpul ke atas tajam ke bawah.
Artinya, para pejabat dan orang dekatnya cenderung diperlakukan istimewa di mata
hukum, sedangkan masyarakat kecil diperlakukan tegas. Hal ini terjadi karena adanya
praktik suap dan korupsi di lembaga hukum.

D. Nilai – Nilai Anti Korupsi


Ada 9 nilai integritas yang berusaha ditanamkan pada generasi muda bangsa agar
mampu mengontrol dirinya untuk tidak melakukan korupsi yaitu;
1. KEJUJURAN
Ajari anak untuk tidak mengambil kepunyaan orang lain, biasakan meminta izin
sebelum meminjam. Tidak mencontek, tumbuhkan kebanggaan saat ia berhasil dengan
upaya sendiri. Dapat pula kita tekankan untuk berkata jujur dengan membiasakan anak
bercerita secara terbuka, ajari mengakui kesalahannya, dan selalu tepati janji pada anak.
Dan berilah apresiasi dan rasa bangga kepada anak ketika nilai ujian tersebut diperoleh
dengan cara tidak mencontek, hal tersebut dilakukan agar seorang anak termotivasi
ketika melakukan suatu hal yang diperoleh dengan cara tindakan jujur.
2. KESEDERHANAAN
Ajarkan anak merasa cukup dengan apa yang dimiliki, setiap anak ingin membeli
sesuatu ingatkan bahwa ia sudah punya di rumah. Biasakan membeli yang baru jika
membutuhkan bukan menginginkan. Tekankan bahwa yang penting bukan baru atau
bagusnya tapi fungsi dan manfaatnya.
3. KEGIGIHAN
Kalau menghadapi masalah jangan langsung dibantu, beri kepercayaan dan dukungan
bahwa ia mampu menghadapi masalahnya sendiri. Misalnya belajar mengikat tali
sepatu, naik sepeda, dll. Biasakan pula anak tidak selalu memilih jalan pintas, misalnya
kalau ingin nilai bagus harus belajar bukan mencontek.
4. KEBERANIAN
Keberanian dan kepercayaan diri dapat dibangun dengan membiarkan anak
berekplorasi dan belajar dari kesalahannya. Tanamkan nilai-nilai moral sejak kecil dan
ajak anak melakukan apa yang diyakininya sebagai sesuatu yang benar. Misalnya
membela teman yang diejek, berani menegur teman yang membuang sampah
sembarangan. Selain itu bisa juga dengan mengajak anak dengan mengikuti arena
permainan yang mengasah keberanian anak sejak usia dini.
5. RASA TANGGUNG JAWAB
Ajari anak tentang konsekuensi, misalnya jika menumpahkan air maka harus dilap, jika
merusak mainan temannya maka mencoba memperbaiki, berani mengakui kesalahan.
Dukung anak menyelesaikan tugasnya. Misalnya membereskan tempat tidur,
mengerjakan PR, memberi makan hewan peliharaan, dan sebagainya.
6. KEDISIPLINAN
Tumbuhkan disiplin dengan contoh, bukan paksaan, karena kita ingin datang dari
dirinya sendiri. Kebiasaan tepat waktu, membuang sampah pada tempatnya, mengikuti
peraturan di rumah atau di sekolah adalah beberapa bentuk disiplin yang bisa
ditanamkan sejak kecil. Kuncinya adalah contoh dan konsistensi.
7. KEADILAN
Ajarkan konsep adil sesuai usianya, dan ajari anak berbagi.Tanamkan pula nilai bahwa
setiap orang punya hak dan kewajiban yang sama dan harus diperlakukan dengan setara.
Kita bisa menjadi contoh saat berinteraksi dengan bibi dan tukang kebun di rumah,
dengan keluarga, maupun dengan rekan kerja, semua diperlakukan dengan sama.
8. KEPEDULIAN
Tumbuhkan empati sejak kecil, ajari anak tentang emosi, dan tunjukkan bagaimana
caranya menunjukkan kepedulian dengan cara sederhana, misalnya menghibur teman
yang sedih, berbagi makanan kepada teman yang tidak membawa bekal, menolong
kucing yang sakit.
9. KERJASAMA
Berikan contoh saat di rumah atau di sekolah, bisa bekerjasama saat bermain atau
menyelesaikan project, saat merapikan mainan, dan sebagainya. Perlihatkan pada anak
bahwa dengan kerjasama pekerjaan kita lebih cepat selesai dan hasilnya lebih bagus.
Akhir kata, kesembilan nilai integritas ini sebaiknya ditanamkan sedini
mungkin agar anak menjadikannya sebagai kebiasaan dan pandangan hidup. Selain baik
untuk membangun karakter anak, tentu menjadi upaya kita juga untuk mencegah dan
akhirnya mengurangi tindak korupsi di sekitar kita dan di masa yang akan datang.

E. Pencegahan maupun Penanggulangan Korupsi


Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan
korupsi terdiri dari upaya pencegahan, upaya penindakan, dan upaya edukasi.
Berikut beberapa macam cara upaya pemerintah dalam melanjutkan tingkat jumlah
pemberantasan korupsi di Indonesia:
1. Upaya Pencegahan
Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan
korupsi adalah melalui tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ini dimaksudkan
agar masyarakat memiliki benteng diri yang kuat guna terhindar dari perbuatan yang
mencerminkan tindakan korupsi di dalam kehidupan sehari-hari mereka. Upaya
pencegahan tindakan korupsi dilakukan oleh permerintah berdasarkan nilai-nilai dasar
Pancasila agar dalam tindakan pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai-nilai
dari Pancasila itu sendiri. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan oleh
pemerintah dalam rangka melakukan upaya pemberantasan korupsi di wilayah negara
Indonesia diantaranya:
a. Penanaman Semangat Nasional
Penanaman semangat nasional yang positif dilakukan oleh pemerintah
Indonesia dalam bentuk penyuluhan atau diksusi umum terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai kepribadian bangsa Indonesia. Kepribadian yang berdasarkan Pancasila
merupakan kepribadian yang menjunjung tinggi semangat nasional dalam penerapan
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Dengan adanya penanaman semangat nasional
Pancasila dalam diri masyarakat, kesadaran masyarakat akan dampak korupsi bagi
negara dan masyarakat akan bertambah. Hal ini akan mendorong masyarakat Indonesia
untuk menghindari berbagai macam bentuk perbuatan korupsi dalam kehidupan sehari-
hari demi kelangsungan hidup bangsa dan negaranya.
b. Melakukan Penerimaan Pegawai Secara Jujur dan Rerbuka
Upaya pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi yang
dilakukan oleh pemerintah dapat dilakukan melalui penerimaan aparatur negara secara
jujur dan terbuka. Kejujuran dan keterbukaan dalam penerimaan pegawai yang
dilakukan oleh pemerintah menunjukkan usaha pemerintah yang serius untuk
memberantas tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan suap menyuap dalam
penerimaan pegawai. Pemerintah yang sudah berupaya melakukan tindakan
pencegahan dalam penerimaan pegawai perlu disambut baik oleh masyarakat terutama
dalam mendukung upaya pemerintah tersebut.
Jika pemerintah telah berupaya sedemikian rupa melakukan tindakan
pencegahan korupsi dalam penemerimaan aparatur negara tapi masyarakat masih
memberikan peluang terjadinya korupsi, usaha pencegahan yang dilakukan oleh
pemerintah dapat menjadi sia-sia. Selain itu, jika perilaku masyarakat yang memberikan
peluang terjadinya tindakan korupsi dalam penerimaan pegawai diteruskan, maka tidak
dapat dipungkiri praktik tindakan korupsi akan berlangsung hingga dapat menimbulkan
konflik diantara masyarakat maupun oknum pemerintah.
c. Himbauan Kepada Masyarakat
Himbauan kepada masyarakat juga dilakukan oleh pemerintah dalam upaya
melakukan pencegahan sebagai bentuk upaya pemberantasan korupsi di kalangan
masyarakat. Himbauan biasanya dilakukan oleh pemerintah melalui kegiatan-kegiatan
penyuluhan di lingkup masyarakat kecil dan menekankan bahaya laten adanya korupsi
di negara Indonesia. Selain itu, himbauan yang dilakukan oleh pemerintah kepada
masyarakat menekankan pada apa saja yang dapat memicu terjadinya korupsi di
kalangan masyarakat hingga pada elite pemerintahan.
d. Pengusahaan Kesejahteraan Masyarakat
Upaya pemerintah dalam memberantas korupsi juga dilakukan melalui upaya
pencegahan berupa pengusahaan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan pemerintah.
Pemerintah berupa mensejahterakan masyarakat melalui pemberian fasilitas umum dan
penetapan kebijakan yang mengatur tentang kesejahteraan rakyat. Kesejahteraan rakyat
yang diupayakan oleh pemerintah tidak hanya kesejahteraan secara fisik saja melain
juga secara lahir batin. Harapannya, melalui pengupayaan kesejahteraan masyarakat
yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup dapat memberikan penguatan kepada
masyarakat untuk meminimalisir terjadinya perbuatan korupsi di lingkungan
masyarakat sehingga dapat mewujudkan masyakarat yang madani yang bersih dari
tindakan korupsi dalam kehidupan sehari-hari.
e. Pencatatan Ulang Aset
Pencatan ulang aset dilakukan oleh pemerintah dalam rangka memantau
sirkulasi aset yang dimiliki oleh masyarakat. Pada tahun 2017 ini, pemerintah
menetapkan suatu kebijakan kepada masyarakatnya untuk melaporkan aset yang
dimilikinya sebagai bentuk upaya pencegahan tindakan korupsi yang dapat terjadi di
masyarakat. Pencatatan aset yang dimiliki oleh masyarakat tidak hanya berupa aset
tunai yang disimpan di bank, tetapi juga terhadap aset kepemilikan lain berupa barang
atau tanah. Selain itu, pemerintah juga melakukan penelurusan asal aset yang dimiliki
oleh masyarakat untuk mengetahui apakah aset yang dimiliki oleh masyarakat tersebut
mengindikasikan tindak pidana korupsi atau tidak.
2. Upaya Penindakan
Upaya penindakan dilakukan oleh pemerintah Indonesia terhadap pelaku tindak
pidana korupsi. Dalam pelaksanaan upaya penindakan korupsi, pemerintah dibantu oleh
sebuah lembaga independen pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) Penindakan yang dilakukan oleh KPK semenjak KPK berdiri pada tahun 2002
telah membuahkan hasil yang dapat disebut sebagai hasil yang memaksimalkan. Upaya
penindakan yang dilakukan oleh KPK terhadap tindak pidana korupsi merupakan upaya
yang tidak main-main dan tidak pandang bulu.
Siapapun yang terindikasi melakukan tindak pidana korupsi akan ditindak oleh
lembaga independen ini tanpa terkecuali. Dalam melaksanakan tugasnya, KPK
membutuhkan peranan lembaga peradilan dalam menegakkan keadilan di Indonesia
terutama yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi. Tentunya pelaksanaan proses
peradilan dilakukan sesuai dengan mekanisme sistem peradilan di Indonesia dan
berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku. Penindakan yang dilakukan
pemerintah melalui KPK terhadap pelaku tindak pidana korupsi dimaksudkan agar
memberikan efek jera kepada para pelakunya dan secara tidak langsung memberikan
shock therapy pada orang-orang yang berniat untuk melakukan tindak pidana korupsi
baik itu di dalam pemerintahan maupun di dalam kehidupan sehari-hari.
3. Upaya Edukasi
Upaya edukasi yang dilakukan pemerintah dalam usahanya untuk memberantas
korupsi adalah upaya yang dilakukan melalui proses pendidikan. Proses pendidikan di
Indonesia dilakukan dalam tiga jenis yaitu pendidikan formal, informal, dan non formal.
Melalui proses edukasi, masyarakat diberikan pendidikan anti korupsi sejak dini agar
masyarakat sadar betul akan bahaya korupsi bagi negara-negara khususnya negara
Indonesia.
Selain itu, melalui edukasi yang diberikan oleh pemerintah, peranan mahasiswa
dalam pemberantasan korupsi juga dapat dimaksimalkan sehingga para mahasiswa ini
dapat memberikan contoh yang baik bagi adik-adiknya maupun bagi masyarakat umum
terhadap cara pemberantasan korupsi dari dalam diri masing-masing. Upaya edukasi
yang dilakukan oleh pemerintah juga termasuk sebagai upaya membangun karakter
bangsa di era globalisasi untuk memberantas pertumbuhan budaya korupsi yang dapat
merugikan kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Itulah beberapa upaya pemerintah dalam melakukan upaya pencengahan
pemberantasan korupsi. Sebagai masyarakat yang mencintai Indonesia, sudah
sepantasnya kita menanamkan budaya anti korupsi sedini mungkin di dalam kehidupan
sehari-hari kita agar kita terhindar dari bentuk-bentuk tindakan korupsi yang semakin
hari semakin merajelela.
d) Kesimpulan
1. Korupsi adalah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang
sogok dan lain sebagainya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau
korporasi, yang mengakibatkan kerugian keuangan pada negara. Atau tindakan
penyelewengan atau penggelapan uang baik itu uang Negara atau uang lainnya yang
dilakukan untuk keuntungan pribai atau orang lain.
2. Ada 9 nilai integritas yang berusaha ditanamkan pada generasi muda bangsa agar
mampu mengontrol dirinya untuk tidak melakukan korupsi yaitu; kejujuran,
kesederhanaan, kegigihan, keberanian, rasa tanggung jawab, kedisiplinan, keadilan,
kepedulian, kerjasama.
3. Upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam melakukan pemberantasan korupsi
terdiri dari upaya pencegahan, upaya penindakan, dan upaya edukasi.

e) Daftar Pustaka
 https://www.zonareferensi.com/pengertian-korupsi/

https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt59644683ea927/menanamkan-nilai-nilai-
karakter-antikorupsi-pada-anak/

Anda mungkin juga menyukai