Anda di halaman 1dari 7

‫َالأَيا ِم و َالَليَال ِي بِمَزَايَا‬ ُّ ‫ْض‬

َّ ‫الشهُوْرِ و‬ ُ ‫ض فَخ َ َّص بَع‬ َ ‫ق الزم َانَ و َف َ َّض‬


ٍ ْ‫ل بَعْضَه ُ ع َلَى بَع‬ ْ ‫الحم َْد ُ لِله ِ الَّذ‬
َ َ ‫ِي خ َل‬
‫ك لَه ُ و َأَ شْه َد ُ أَ َّن سَيِد َنا مُح ََّمدًا‬ َّ ‫ أَ شْهَد ُ أَ ْن لا َ ِإلَه َ ِإ‬. ُ‫جر ُ والحَسَنَات‬
َ ْ ‫لا الله ُ وَحْدَه ُ لا َ شَرِي‬ ْ ‫ل يُع ََّظم ُ فِيْهَا ال َأ‬
ِ ِ ‫و َفَضَائ‬
‫ك مُحَمدٍ و َعَلَى آلِه‬ َ ِ ‫سو ْل‬ ُ َ ‫َل وَسَلِمْ علَى ع َبْدِك َ وَر‬ ِ ‫ الله َُّم ص‬.ِ‫الرشَاد‬ َّ ‫الداعِ ى بِقَوْلِه ِ و َفِعْلِه ِ ِإلَى‬ َّ ُ ‫سوْلُه‬
ُ َ ‫عَبْدُه ُ وَر‬
‫ل‬
َ ‫ فَق َ ْد قَا‬،‫ات‬ِ َ ‫الطاع‬ َّ ‫ل‬ ِ ْ‫اس َّاتق ُوا الله َ تَع َالَى بِفِع‬ ُ ‫الن‬ َّ ‫ فيَا أَ ُّيهَا‬،ُ ‫ َّأما بعْد‬.ِ‫وأصحَابِه ِ هُد َاة ِ الأَنَا ِم في أَ نْ حَاء ِ الب ِلاَد‬ ْ
َ‫لا و َاَن ْتُم ْ مُسْل ِمُوْن‬َّ ‫ن آم َنُو ْا َّاتقُو ْا الله َ ح ََّق تُق َاتِه ِ و َلا َ تَمُو ْت َُّن ِإ‬َ ْ ‫ يَا ا َُّيهَا الَّذ ِي‬:ِ‫الله ُ تَع َالى َ فِي كِتَابِه ِ ال ْكَر ِ ْيم‬

Jama’ah, kaum muslimin rahimani warahimakumullah,


Pertama-tama kita bersyukur pada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat
dan karunia yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada kita semua. Shalawat
beriring salam tidak lupa kita limpahkan untuk Nabi kita Muhammad Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, untuk keluarga beliau, sahabat-sahabat beliau dan umat beliau
sampai hari kemudian.

Jama’ah yang dimuliakan Allah, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam


kitabNya, dalam surat Al-Baqarah ayat 271:

‫ي ۖ َو ِإن ت ُ ْخفُوهَا َوتُؤْ تُوهَا ْالفُقَ َرا َء‬ َ ‫ت فَنِ ِع َّما ِه‬ ِ ‫صدَقَا‬ َّ ‫ِإن ت ُ ْبدُوا ال‬
َ‫سيِِّئَاتِ ُك ْم ۗ َواللَّـهُ بِ َما ت َ ْع َملُون‬ َ ‫فَ ُه َو َخي ٌْر لَّ ُك ْم ۚ َويُ َك ِفِّ ُر‬
َ ‫عن ُكم ِ ِّمن‬
﴾٢٧١﴿ ‫ير‬ ٌ ِ‫َخب‬
“Jika kamu menampakan sedekahmu, maka itu adalah sesuatu yang baik. Namun
jika engkau sembunyikan dan engkau berikan kepada kaum fuqara, maka itu lebih
baik bagimu. Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghapus kesalahan-
kesalahanmu dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah[2]: 271)
Di dalam ayat ini Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan sebuah amal,
yaitu sedekah. Satu sedekah lebih baik daripada sedekah yang lain.
Yang pertama adalah sedekah yang dinampakkan atau yang dikeluarkan secara
terang-terangan. Allah mengatakan ini adalah suatu kebaikan.

َ ‫ت فَنِ ِع َّما ِه‬


‫ي‬ َّ ‫ِإن ت ُ ْبدُوا ال‬
ِ ‫صدَقَا‬
“Jika kamu menampakan sedekahmu, maka itu adalah suatu yang baik.”

Sedekah itu sendiri adalah kebaikan. Dan menampakan sedekah ada kebaikan juga
di dalamnya, yaitu mungkin orang lain bisa meniru apa yang kita lakukan, orang lain
bisa mengikuti langkah kita bersedekah. Dan itu adalah satu kebaikan. Sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
َ ‫سنَةً فَلَهُ أ َ ْج ُرهَا َوأ َ ْج ُر َم ْن‬
‫ع ِم َل ِب َها‬ َ ‫سنَّةً َح‬
ُ ‫اإل ْسالَ ِم‬ َ ‫َم ْن‬
ِ ‫س َّن فِي‬
“Barangsiapa yang melakukan suatu kebaikan di dalam Islam, maka baginya pahala
dari kebaikan itu dan pahala orang-orang yang mengikuti kebaikan tersebut tanpa
dikurangi pahala-pahala mereka sedikitpun.” (HR. Bukhari Muslim)

Demikian juga sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

‫علَى َخي ٍْر فَلَهُ ِمثْ ُل أ َ ْج ِر فَا ِع ِل ِه‬


َ ‫َم ْن دَ َّل‬
“Barangsiapa yang menunjuki orang kepada satu kebaikan, maka baginya pahala
seperti orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)

Menampakkan sedekah adalah suatu yang baik. Di antara kebaikan itu adalah
sedekah kita mungkin akan menjadi inspirasi bagi orang lain.

Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan di sini level sedekah yang jauh
lebih baik, jauh lebih tinggi. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

‫َو ِإن ت ُ ْخفُوهَا َوتُؤْ تُوهَا ْالفُقَ َرا َء فَ ُه َو َخي ٌْر لَّ ُك ْم‬
“Namun jika kamu sembunyikan sedekahmu itu dan kamu berikan kepada fakir
miskin, maka itu lebih baik bagimu.”
Sisi kebaikan sedekah yang disembunyikan adalah amal-amal yang disembunyikan
itu lebih terjaga keikhlasannya. Ketika kita beramal dan orang lain tidak mengetahui
amal kebaikan yang kita kerjakan, maka itu akan menjaga hati kita dari hal-hal yang
bisa mengganggu keikhlasan, seperti pujian, ucapan terima kasih atau balasan dari
orang-orang yang menerima kebaikan itu dari kita. Sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang mendukung hal ini. Tentang tujuh orang yang
akan dinaungi pada hari kiamat dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Salah satunya adalah:

ُ‫صدَقَ ٍة فَأ َ ْخفَاهَا َحتَّى الَ ت َ ْعلَ َم ِش َمالُهُ َما ت ُ ْن ِف ُق يَ ِمينُه‬ َ َ ‫َر ُج ٌل ت‬
َ ‫صدَّقَ ِب‬
“Seorang laki-laki yang mengeluarkan sedekah lalu dia menyembunyikan
sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh
tangan kanannya.” (HR. Bukhari)

Yaitu orang-orang yang ada di sekitarnya atau orang-orang dekatnya, anak istrinya,
sahabat-sahabatnya, orang tuanya atau orang-orang dekatnya tidak tahu bahwa ia
telah mengeluarkan sedekah. Atau orang yang menerima sedekah itu tidak
mengetahui bahwa dialah yang telah memberikan sedekah tersebut.

Demikian pula Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda dalam hadits yang lain
yang menjelaskan bahwa amal-amal yang tersembunyi itu adalah lebih baik dan
lebih disukai Allah Subhanahu wa Ta’ala. Nabi bersabda:
َّ ‫ي ْال َخ ِف‬
‫ي‬ َّ ِ‫ي ْالغَن‬
َّ ‫ب ْالعَ ْبدَ الت َّ ِق‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ُّ ‫َّللاَ يُ ِح‬
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mencintai hamba yang bertakwa, kaya
hati, lagi tersembunyi.” (HR. Muslim)

Hadits-hadits tersebut menguatkan ayat yang kita bacakan tadi. Bahwa amal-amal
(di antaranya sedekah yang disembunyikan/dirahasiakan) itu lebih baik.

Sisi kebaikannya adalah amal itu akan terjaga keikhlasannya, kita akan bisa
mengamalkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam ayat yang lain:

ً ‫ش ُك‬
﴾٩﴿ ‫ورا‬ ْ ُ‫ِإنَّ َما ن‬
ُ ‫ط ِع ُم ُك ْم ِل َو ْج ِه اللَّـ ِه َال نُ ِريدُ ِمن ُك ْم َجزَ ا ًء َو َال‬
“Sesungguhnya kami memberi makan kepada kamu untuk mengharapkan wajah
Allah, kami tidak mengharapkan dari kamu balasan ataupun ucapan terima
kasih.” (QS. Al-Insan[76]: 9)
Amal yang kita sembunyikan itu akan selamat dari hal-hal tersebut, orang-orang
tidak mengetahuinya dan tentunya tidak akan memberikan balasan apapun atau
pujian apapun terhadap amal yang kita kerjakan. Dan itu akan menjaga keikhlasan
kita. Amal yang semakin tinggi kadar keikhlasannya, maka akan semakin besar
nilainya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu Abdullah Ibnul Mubarok
berkata:

ُ‫ص ِغِّ ُرهُ النِِّيَّة‬


َ ُ ‫ير ت‬
ٍ ‫ع َم ٍل َك ِب‬
َ ‫ب‬ ِّ ِ َ‫ير تُع‬
َّ ‫ َو ُر‬، ُ‫ظ ُمهُ النِِّيَّة‬ ٍ ‫ص ِغ‬
َ ‫ع َم ٍل‬
َ ‫ب‬
َّ ‫ُر‬

“Berapa banyak amal-amal yang kecil menjadi besar karena niatnya (yaitu kadar
keikhlasannya). Dan berapa banyak amal-amal yang besar menjadi kecil di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala juga karena kadar keikhlasannya.”

Maka dari itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menekankan kepada kita semua
agar jangan menyepelekan amal-amal yang kecil.

‫ق‬
ٍ ‫َاك بوج ٍه طلي‬ ْ ‫ َولَو‬،‫ش ْيئًا‬
َ ‫أن تَلقَى أخ‬ َ ‫ال تَح ِق َر َّن ِمنَ ال َم ْع ُروف‬
“Jangan kamu remehkan amal-amal yang kecil, walaupun sekedar kamu
memberikan senyuman ketika kamu bertemu dengan saudaramu.”

Artinya amal-amal yang kecil ini bisa jadi menjadi besar nilainya di sisi Allah karena
kadar keikhlasannya. Maka Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berpesan kepada kita:

ِ ِّ ‫ار َولَ ْو بش‬


ٍ‫ق ت َ ْم َرة‬ َ َّ‫اتَّقُوا الن‬
“Bersedekahlah kamu walaupun dengan separuh buah kurma.”
Separuh buah kurma yang kita sedekahkan, tapi kalau kadar keikhlasannya itu
tinggi, maka itu sangat bernilai di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Para jama’ah yang dimuliakan Allah, oleh karena itu kalau kita bicara tentang
keikhlasan, ada duua sisi. Sisi yang bernama ikhlas sebagai syarat amal. Nabi
mengatakan:

‫ي ِب ِه‬ ً ‫َّللاَ الَ يَ ْقبَ ُل ِمنَ ْالعَ َم ِل ِإالَّ َما َكانَ لَهُ خَا ِل‬
َ ‫صا َوا ْبت ُ ِغ‬ َّ ‫ِإ َّن‬
ُ‫َو ْج ُهه‬
“Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan menerima sebuah amal
kecuali yang ikhlas dan semata-mata mengharap wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Sisi pertama adalah ikhlas merupakan syarat diterimanya sebuah amal. Sisi kedua
bahwa ikhlas merupakan salah satu barometer tinggi rendahnya sebuah amal.
Semakin tinggi kadar keikhlasan, maka semakin tinggi nilainya di sisi Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan melebihi orang-orang yang mungkin melakukan suatu
amalan yang besar dan mungkin ditiru amalnya oleh orang lain. Namun amal yang
disembunyikan yang menunjukkan indikasi keikhlasan, itu lebih besar nilainya di
sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan ini membuktikan kepada kita bahwa kadar
keikhlasan adalah sesuatu yang dipandang, dilihat, dinilai di sisi Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Maka dari itu hendaknya kita terus berusaha untuk meningkatkan kadar
kaikhlasan kita.Bukan hanya sekedar ikhlas menjadi syarat sebuah amal, itu suatu
perkara yang mungkin sama-sama sudah kita ketahui. Tapi lebih dari itu adalah kita
meningkatkan kadar keikhlasan kita sehingga amal itu menjadi lebih tinggi nilainya
di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dan salah satu cara meningkatkan kadar keikhlasan itu adalah dengan berupaya
menyembunyikan amal tersebut dari pandangan manusia, berusaha untuk
merahasiakan dan menyembunyikan amal itu dari pandangan manusia sehingga hati
kita lebih terjaga dari penyakit-penyakit sum’ah, ‘ujub dan riya’.

‫آن ا ْلعَ ِظي ِْم‬


ِ ‫اركَ هللاُ ِل ْي َولَكُ ْم فِي ا ْلقُ ْر‬ َ َ‫ب‬,
‫ت َوال ِ ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ونَفَعَنِ ْي َو ِإيَّاكُ ْم ِب َما فِ ْي ِه ِم َن اآليَا‬,
َ
KHUTBAH KEDUA – KHUTBAH JUMAT TENTANG
IKHLAS KETIKA BERAMAL

َّ ‫ و َأَ شْهَد ُ أَ ْن لا َ اِلَه َ ِإ‬.ِ ‫َالشك ْر ُ لَه ُ عَلى َ تَو ْفِيْقِه ِ و َاِمْت ِنَانِه‬
ُ ‫لا الله‬ ُّ ‫اَلْحم َْد ُ لله ِ عَلى َ ِإحْ سَانِه ِ و‬
َ ‫الداعِ ى إلى‬ َّ ُ ‫سو ْلُه‬
ُ َ ‫أن سَيِد َن َا مُح ََّمدًا ع َبْدُه ُ وَر‬ َّ ُ ‫ك لَه ُ و َأَ شْهَد‬
َ ْ ‫و َالله ُ وَحْد َه ُ لا َ شَرِي‬
ِ ‫رِضْ وَانِه‬

Dalam satu hadits, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada Bilal:

ِ ‫ع ِم ْلتَهُ فِي‬
‫اإل ْس َال ِم‬ َ ‫ َح ِدِّثنِي ِبأ َ ْر َجى‬،‫يَا ِب َالل‬
َ ‫ع َم ٍل‬
“Wahai Bilal, amal apakah yang paling kamu andalkan di dalam Islam?”

Yaitu amal yang menjadi andalan seseorang ketika berhadapan dengan Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Setiap orang harus memiliki amal-amal yang diandalkannya di
hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini terjadi ketika Nabi mendengar suara
terompah Bilal di dalam surga. Dan paginya Nabi memanggil Bilal dan bertanya
kepada Bilal: “Wahai Bilal, tadi malam aku mendengar suara terompahmu di dalam
surga,” ini menunjukkan bahwa Bilal merupakan ahli surga/sudah dijamin masuk
surga.

Kemudian Nabi bertanya kepada Bilal: “Apakah amalan yang paling kamu andalkan
di dalam Islam?” Maka Bilal menyebutkan salah satu amal yang dikerjakannya.

Kita tahu para jamaah yang dimuliakan Allah bahwa Bilal ini banyak sekali amalnya.
Dia adalah seorang budak yang dibebaskan dan mempertahankan
tauhidnya/Islamnya dengan siksaan dari majikannya. Sehingga dia dibebaskan oleh
Abu Bakar Ash-Shiddiq setelah melewati siksaan yang keras untuk mempertahankan
Islam. Kemudian Bilal termasuk salah seorang Muhajirin yang berhijrah dari Mekah
ke Madinah, dia meninggalkan segala harta benda di Mekah dan pergi ke Madinah.
Bilal juga merupakan salah seorang muadzin pertama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam disamping Abdullah bin Ummi Maktum. Bilal termasuk sahabat yang pernah
berhidmat, menjadi khadim Nabi 10 tahun. Dan Bilal adalah satu-satunya sahabat
yang tidak pernah absen berjihad bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Bilal
mengikuti semua peperangan yang diikuti Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dan
banyak lagi amal-amal besar Bilal lainnya. Namun ketika Nabi bertanya kepadanya:
“Kira-kira amal apa yang paling kamu andalkan di dalam Islam?” Maka Bilal
menjawab:
“Ya Rasulullah, tidaklah aku berhadats melainkan aku berwudhu dan mengerjakan
shalat semampu yang bisa aku kerjakan.”

Amal ini mungkin tidaklah begitu besar dibandingkan dengan amal-amal Bilal yang
lainnya yang tentunya jauh lebih besar. Amal ini bisa dilakukan oleh setiap kita di
sini. Berhadats, kemudian kita berwudhu dan kita mengerjakan shalat semampu
yang kita kerjakan, minimal dua rakaat. Ini bisa kita lakukan. Adapun amal-amal
Bilal lainnya mungkin tidak bisa kita lakukan. Seperti berhijrah, tidak mungkin lagi
berhijrah hari ini dari Mekah ke Madinah. Berperang bersama Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, Nabi sudah wafat. Berhidmat kepada Nabi, Nabi juga sudah wafat.
Menjadi muadzin Nabi juga tidak mungkin. Amal-amal itu tidak mungkin kita
lakukan, tapi amal ini bisa dilakukan oleh semua kita di sini, yaitu ketika berhadats
kita berwudhu lalu shalat semampu yang bisa kita kerjakan.

Ini yang dijawab oleh Bilal kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Maka Nabi mengatakan: “Itulah sebabnya kamu mendapatkan surga dan menjadi
penghuni surga.”

Para jamaah yang dimuliakan Allah, hadits ini menjelaskan kepada kita bahwa setiap
orang, setiap muslim, hendaklah menyiapkan satu amal yang bisa dia andalkan di
sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, amal yang dengannya dia berharap mendapatkan
karunia, ridha, rahmat dan maghfirah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan hendaklah
itu adalah amal yang paling ikhlas dia kerjakan, yang paling tersembunyi yang
mungkin tidak ada orang yang tahu.

Kita tahu kisah tiga orang yang terkurung di dalam Goa lalu masing-masing
bertawasul dengan amal shalih mereka. Mereka menyebutkan amal yang paling
mereka andalkan, yaitu amal yang mereka lakukan dengan ikhlas, yang memiliki
kadar keikhlasan yang lebih tinggi daripada amal-amal lainnya, yang dengan itu
ketiga orang ini selamat dari kematian, selamat dan keluar dari Goa tersebut dengan
selamat. Itu di dunia, demikian juga nantinya di akhirat.

Maka dari itu, salah satu faedah yang bisa kita petik dari sini adalah hendaknya
setiap orang, setiap pribadi, setiap kita di sini hendaknya menyiapkan satu amal
yang paling bisa dia andalkan nanti di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Amal
yang mungkin tidaklah begitu besar, tapi dia sampai pada puncak keikhlasan dia
dalam amal tersebut.

Demikianlah, mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kita hamba-


hamba yang beruntung, yaitu hamba-hamba yang mendengar nasihat dan yang
mengamalkan yang terbaik darinya.

َ‫اس ا َِّتق ُوا الله َ ف ِيْم َا أَ م َرَ و َانْتَهُو ْا ع ََّما نَهَ ى و َاع ْلَمُو ْا أَ َّن الله َ أَ م َرَك ُ ْم ب ِأَ ْمر ٍ بَد َأ‬ َّ ‫فَيا َ ا َُّيهَا‬
ُ ‫الن‬
َّ َ ‫ل تَعاَلَى ِإ َّن الله َ وَم َلآئِكَت َه ُ يُصَ ُّلوْنَ عَلى‬
‫النبِى‬ َ ‫سه ِ و َقَا‬
ِ ‫سه ِ و َث َن َى بِمَلآ ئِكَتِه ِ بِق ُ ْد‬
ِ ‫ف ِيْه ِ بنِ َ ْف‬
ِ ‫ الله َُّم ص‬.‫ن آم َنُو ْا ص َُّلو ْا عَلَيْه ِ وَسَل ِمُو ْا تَسْلِيْم ًا‬
ُ ‫َل عَلَى سَيِدِن َا مُح ََّمدٍ صَلَّى الله‬ َ ْ ‫يآ ا َُّيهَا الَّذ ِي‬
‫ك وَرُسُلِكَ وَم َلآئِكَة ِ اْلمُق ََّر بِيْنَ و َار َ‬
‫ْض‬ ‫ل سَيِدِنا َ مُح ََّمدٍ و َعَلَى اَن ْب ِيآئ ِ َ‬
‫عَلَيْه ِ وَسَل ِ ْم و َعَلَى آ ِ‬
‫ن أَ بِى بَكْر ٍ و َع ُم َر وَع ُثْم َان و َعَل ِى وَع َنْ بَق َِّية ِ َّ‬
‫الصح َابَة ِ‬ ‫شدِي ْ َ‬ ‫ن اْلخل َُف َاء ِ َّ‬
‫الرا ِ‬ ‫الله َُّم ع َ ِ‬
‫ك ي َا‬ ‫ن اِلَىيَو ْ ِم الد ِي ْ ِن و َار َ‬
‫ْض ع ََّنا مَعَه ُ ْم ب ِرَحْمَت ِ َ‬ ‫َالتاب ِع ِيْنَ و َت َابِع ِي َّ‬
‫التاب ِع ِيْنَ لَه ُ ْم ب ِا ِحْ س َا ٍ‬ ‫و َّ‬

‫ات اَلاَحْ يآء ُ‬ ‫الرا ِحم ِيْنَ اَلله َُّم ا ْغفِر ْ لِل ْمُؤْم ِنِي ْنَ وَاْلمُؤْم ِن َ ِ‬
‫ات وَاْلمُسْل ِمِيْنَ وَاْلمُسْل ِم َ ِ‬ ‫حم َ َّ‬
‫أَ ْر َ‬
‫َات الله َُّم أَ ع َِّز ا ْ ِلإسْ لاَم َ وَاْلمُسْل ِمِيْنَ و َأَ ذ َِّل الشِرْك َ وَاْلمُشْرِكِيْنَ و َان ْصُرْ‬ ‫مِنْه ُ ْم وَاْلاَمْو ِ‬

‫ل اْلمُسْل ِمِيْنَ و َ د َم ِْر أَ عْد َاء َ‬


‫ن و َاخْذ ُلْ م َنْ خَذ َ َ‬ ‫عِبَادَك َ اْلمُو َِحد َِّية َ و َان ْصُرْ م َنْ نَصَر َ الد ِي ْ َ‬
‫ل‬ ‫ك ِإلَى يَوْم َ الد ِيْنِ‪ .‬الله َُّم ادْف َعْ ع ََّنا اْلبَلاَء َ وَاْلو َب َاء َ و َّ‬
‫َالزلاَزِ َ‬ ‫ل كَل ِمَات ِ َ‬‫الد ِي ْ ِن و َاع ْ ِ‬
‫َّ‬
‫خآصة ً‬ ‫ن ع َنْ بلََد ِن َا اِنْد ُونِيْس َِّيا‬
‫ن م َا َظه َر َ مِنْهَا وَم َا بَطَ َ‬
‫سو ْء َ اْلف ِت ْنَة ِ وَاْلمِح َ َ‬
‫ن وَ ُ‬
‫وَاْلمِح َ َ‬
‫حسَن َة ً و َفِى‬ ‫عآمة ً ي َا ر ََّب اْلع َالم َي ِْنَ‪ .‬ر ََّبنَا آتِنا َ فِى ُّ‬
‫الدن ْيَا َ‬ ‫ن اْلمُسْل ِمِيْنَ َّ‬
‫وَسَائِر ِ اْلبلُ ْد َا ِ‬
‫النارِ‪ .‬ر ََّبن َا ظَلَم ْنَا اَنْفُسَنَا و َاإ ْن ل َ ْم تَغْفِر ْ لَنَا و َت َرْحَم ْنَا‬
‫َاب َّ‬
‫حسَن َة ً و َق ِنَا عَذ َ‬
‫خرَة ِ َ‬
‫اْلآ ِ‬
‫ن و َِإي ْتآء ِ ذِي‬ ‫ن اْلخَاسِرِيْنَ‪ .‬عِبَاد َالله ِ ! ِإ َّن الله َ ي َْأم ُرُ ب ِاْلع َ ْد ِ‬
‫ل وَا ْ ِلإحْ سَا ِ‬ ‫لَنَكُو ْن ََّن م ِ َ‬
‫ِ‬
‫ن اْلف َحْ شآء وَاْلمُن ْكَر ِ وَاْلبَغْي يَعِظُك ُ ْم لَع ََّل ك ُ ْم تَذ َ َّكر ُ ْونَ و َا ْذك ُر ُوا الله َ‬ ‫اْلقُر ْبى َ و َيَنْهَ ى ع َ ِ‬
‫اْلعَظِي ْم َ ي َ ْذكُر ْك ُ ْم و َاشْ ك ُرُوْه ُ عَلى َ ن ِعَمِه ِ يَزِدْك ُ ْم وَلَذِك ْر ُ الله ِ أَ كْ ب َ ْر‬

Anda mungkin juga menyukai