Anda di halaman 1dari 12

GANGGUAN CEMAS :

- GANGGUAN ANSIETAS FOBIK (Tingkat Kemampuan : 2)


- GANGGUAN PANIK (Tingkat Kemampuan : 3A)
- GANGGUAN ANSIETAS MENYELURUH (Tingkat Kemampuan : 3A)
- GANGGUAN CAMPURAN ANSIETAS DAN DEPRESIF (Tingkat Kemampuan :
3A)
- GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF (Tingkat Kemampuan : 2)

Gangguan cemas merupakan kelainan mental yang paling sering dengan epidemiologi sbb :

- Di faskes primer : 10-12% pasien


- Di praktik rawat jalan psikiatri : 40%
- Di kalangan mahasiswa kedokteran : 50%
- USA : kurang lebih 30 juta orang
- Kejadian pada wanita dua kali lipat lebih banyak dari pria

Gangguan cemas berkaitan dengan berbagai macam hal, seringkali penyakit kronis dan resistensi
terhadap pengobatan mendorong kejadian gangguan cemas ini. Gangguan cemas juga sering kali
disertai dengan kejadian bunuh diri. Gangguan cemas sering tidak terdiagnosis karena pasien
datang dengan keluhan somatik. Selain itu, pasien dengan depresi sering terjadi tidak
terdiagnosisnya gangguan cemas yang terjadi berkomorbid.

Faktor risiko :

- Riwayat keluarga dengan ansietas (atau gangguan mental lain)


- Riwayat personal dengan ansietas saat anak-anak atau remaja, termasuk pemalu
- Kejadian hidup yang berat atau kejadian traumatik, termasuk penganiayaan
- Wanita
- Gangguan psikiatri komorbid (khususnya depresi)

Cemas menjadi suatu gangguan apabila :

- Intensitas dan durasi berlebih


- Terjadi masalah atau disabilitas dalam fungsi okupasi, sosial, atau interpersonal
- Aktivitas sehari-hari terganggu dalam bentuk penghindaran terhadap suatu situasi atau
objek yang bertujuan menghilangkan ansietas
- Secara klinis signifikan, gejala fisik yang tidak mampu dijelaskan, dan/atau obsesi-
kompulsi dan rekoleksi intrusif atau kenangan trauma

Perbedaan takut dan cemas :

- Takut :
 Respon terhadap ancaman eksternal, objek jelas
 Sering terlihat di sebagian besar mamalia sehingga banyak digunakan sebagai
model penelitian yang berkaitan
 Non-conflictual threat
 Diperankan oleh amigdala

i. Amigdala adalah pusat pengolah rasa takut yang terletak di sistem limbik
tepatnya di dasar lobus temporal pada masing-masing sisi otak
ii. Berkembang sempurna pada bulan ke 8 kehamilan
iii. Korteks pertama yang memainkan peranan penting dalam jaringan yang
terlibat dalam pembelajaran emosi
iv. Berfungsi dalam menilai bahaya, keamanan, kebiasaan, dan penghindaran
terhadap situasi tertentu
v. Terdapat 2 sirkuit yang memberi asupan sensorik untuk mencapai
amigdala pada otak dewasa, yaitu :

1. Sistem I : thalamus
a. Memberikan respon cepat dalam mengambil keputusan
penyelamatan berdasarkan kondisi informasi minimal
2. Sistem II : korteks
a. Lebih lambat
b. Membantu pengolahan korteks untuk menilai persepsi yang
sedang berlangsung dan perilaku
vi. Amigdala meningkatkan kerja hipokampus :
1. Pada otak yang sudah berkembang sempurna, amigdala juga
meningkatkan kerja hipokampus untuk mengolah memori emosi
dengan merangsang keluarnya norepinefrin dan glukokortikoid
melalui struktur otak lain
2. Melalui hal ini, hipokampus menjadi sadar  pentingnya
mengingat apa yang sedang dialami yang merupakan komponen
utama dalam pembelajaran baru
3. Aktivasi sistem saraf simpatis memengaruhi lingkungan kimia
dalam neuron dan diantara neuron, meningkatkan LTP dan
plastisitas neuron
vii. Neurotransmitter terkait :

viii.
- Cemas :
 Umumnya merupakan emosi manusia yang umum
 Berasal dari internal,objek tidak nyata
 Fokus berlebih terhadap upaya antisipasi bahaya
 Conflictual threat
 Cemas dan takut sama-sama merupaan sinyal kewaspadaan yang
bertindak sebagai tanda peringatan terhadap ancaman baik dari luar
maupun dalam diri seseorang  respon adaptif yang bertujuan
menyelamatkan nyawa (life-saving), mencegah ancaman, atau
mengurangi konsekuensi yang ditimbulkan
 Terjadi peningkatan somatik dan aktivitas otonomik yang dikendalikan
oleh interaksi sistem saraf simpatis dan parasimpatis
 Perbedaan relatif tipis, takut juga dapat disebabkan oleh sesuatu yang
tidak disadari, tekanan, atau objek internal yang merupakan perpindahan
dari eksternal (ex : seseorang anak takut dengan anjing menggonggong
karena secara tidak sadar mengasumsikan anjing menggonggong
tersebut seperti ayahnya yang sering memarahainya).
 Manifestasi perifer dari cemas :
 Diare
 Pusing
 Hiperhidrosis  berkeringat berlebihan tanpa disertai aktivitas berat
 Hiperrefleksia  iritabilitas SSP
 Hipertensi
 Palpitasi atau jantung berdebar
 Midriasis
 Gelisah (ex : mondar-mandir)
 Sinkop/pingsan
 Takikardia
 Tingling di ekstremitas
 Tremor
 Sakit perut
 Sering berkemih
 Konstipasi
 Diperankan oleh sirkuit kortiko-striato-thalamo-kortikal
 Neurotransmitter terkait :

 HPA aksis terganggu dimana terjadi rangsangan di pituitari  adrenal


 keluarnya kortisol  rangsangan saraf otonom (simpatis dan
parasimpatis)

Berbagai bentuk gangguan cemas adalah sebagai berikut :

A. Gangguan ansietas fobik


a. Agorafobia
i. DSM-5 : 300.22; ICD-X/PPDGJ III : F40.0
ii. Agorafobia berasal dari bahasa Yunani yang artinya ketakutan pada suatu
tempat
iii. Seseorang dengan agorafobia akan menghindari untuk masuk ke tempat-
tempat ramai, ditandai dengan perasaan takut atau cemas terhadap dua
atau lebih situasi berikut :
1. Menggunakan transportasi publik
2. Berada di tempat terbuka
3. Berada di tempat tertutup
4. Berada dalam suatu barisan atau di tempat ramai
5. Berada di luar rumah sendiri
b. Fobia sosial
i. DSM-5 : 300.23; ICD-X/PPDGJ III : F40.10
ii. SAD (social anxiety disorders)
iii. Ditandai dengan perasaan takut atau cemas pada satu atau lebih situasi
dimana mungkin melibatkan paparan pengawasan oleh orang lain (ex :
public speaking, menulis, makan-minum di tempat umum, memulai atau
menjaga suatu percakapan.
c. Fobia spesifik
i. Ketakutan yang menetap dan berlangsung terus-menerus, tidak beralasan,
berlebihan, diisyaratkan dengan adanya antisipasi terhadap suatu objek
atau situasi spesifik yang pada orang normal tidak menimbulkan suatu
ketakutan berlebih (ex : terbang, ruangan tertutup, darah, jarum suntik,
dsb).
ii. Pengakuan bahwa rasa takut yang dialami adalah berlebihan dan tidak
beralasan.
iii. Penghindaran, kecemasan antisipatif, atau distress yang sangat
mengganggu.
B. Gangguan panik
a. DSM-5 : 300.01; ICD-X/PPDGJ III : F41.0
b. Recurrent unexpected panic attacks
c. Gejala-gejala :
i. Takikardi
ii. Palpitasi
iii. Berkeringat
iv. Gemetar atau bergetar
v. Nafas pendek
vi. Merasa tersedak/tercekik
vii. Nyeri dada atau tidak nyaman
viii. Mual atau abdominal distress
ix. Merasa pusing, ingin pingsan
x. Menggigil atau hot-flashes
xi. Mati rasa atau kesemutan
xii. Derealisasi atau depersonalisasi
xiii. Takut kehilangan kendali atau ‘going crazy’
xiv. Takut mati
xv. Kekhawatiran yang persisten terhadap serangan yang sama di masa depan
xvi. Kekhawatiran terkait maka atau akibat dari serangan tersebut (ex :
serangan jantung, dll)
xvii. Perubahan perilau yang signifikan berkaitan dengan serangan (ex :
menghindari tempat-tempat yang pernah terjadi serangan)
xviii. Munculnya agorafobia
d. Serangan panik pertama sering terjadi secara spontan tanpa adanya tanda akan
terjadi serangan panik, walaupun serangan panik kadang terjadi setelah luapan
kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitias seksual atau trauma emosional.
e. Tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik harus digali
dan diketahui
f. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat
selama 10 menit
g. Serangan umumnya berlangsung 20-30 menit
h. Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia. Pada
beberapa pasien, suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan
gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa risiko bunuh diri selama
hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada
orang tanpa gangguan mental.
C. Gangguan obsesif-kompulsif
a. Gangguan obsesif kompulsif adalah salah satu gangguan mental yang sering
mengikis sumber daya maupun energi penderita dalam menghadapi kehidupannya
sehari-hari
b. Terdiri dari dua aspek, yaitu obsesif dan kompulsif
i. Obsesif adalah pikiran, impuls, atau gambaran yang dialami secara
rekuren dan persisten sebagai suatu keadaan yang mengganggu dan tidak
sesuai (ex : kontaminasi, keraguan berulang-ulang, urutan, impuls,
gambaran seksual)  masih hanya di pikiran, aksi belum jalan
ii. Kompulsif adalah peilaku repetitif atau tingkah laku mental yang
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kecemasan atau distress yang
dirasakan (ex : mencuci tangan, sembahyang, menghitung, mengulangi
kata-kata, dsb)
c. Pengakuan bahwa takut yang dirasakan berlebihan dan tidak beralasan
d. Penderita gangguan obsesif-kompulsif tersiksa oleh pikiran-pikiran yang terus
menerus memaksanya melakukan tindakan tertentu tanpa dikehendakinya
e. Menyebabkan distress yang menetap, menghabis-habiskan waktu (lebih dari 1
jam sehari), atau menyebabkan gangguan yang signifikan pada fungsi sosial,
okupasi, atau fungsi kehidupan lainnya.
f. Penderita umumnya menyadari bahwa tindakannya berlebihan dan menghambat
aktivitas sehari-hari (misal : mencuci tangan terus menerus, membuka dan
mengunci pintu hingga puluhan kali sebelum tidur, berjalan bolak-balik setiap
hari, dsb)
g. Banyak diagnosa penyakit lain yang bersifat over-lap dengan OCD ini,
diantaranya :

D. Gangguan cemas menyeluruh (GAD : general anxiety disorder)


a. Kecemasan dan kekhawatiran berlebih terkait berbagai kejadian atau aktivitas;
bersifat menyeluruh dan menetap (bertahan lama)
b. Future oriented
c. Terjadi dalam kurun waktu minimal 6 bulan
d. Rasa khawatir sulit untuk dikontrol
e. Rasa khawatir berhubungan dengan minimal tiga dari gejala-gejala berikut :
i. Gelisah
ii. Mudah lelah
iii. Kesulitan berkonsentrasi
iv. Iritabilitas
v. Otot tegang
vi. Gangguan tidur
f. Cemas dan khawatir menyebabkan distress yang signifikan dan gangguan dalam
fungsi sosial, okupasi, dan fungsi kehidupan lainnya.
g. Keluhan yang sering diungkapkan pasien adalah ketakutan bahwa dirinya atau
anggota keluarganya akan menderita sakit atau akan mengalami kecelakaan dalam
waktu dekat
h. Etiologi :
i. Twin studies : disebabkan oleh faktor genetik
ii. Ciri kepribadian neurotisisme
iii. Komorbid yang sering antara GAD dan MDD
iv. Kegagalan lobus anterior dengan amigdala dalam melakukan regulasi
implisit proses emosional.
i. Teori psikodinamik (Freud) :
i. Cemas adalah sebuah sinyal adanya ancaman di alam bawah sadar
ii. Cemas dipandang sebagai hasil dari konflik psikis antara keinginan
seksual atau agresif yang tidak disadari dan ancaman yang sesuai dari
super-ego atau realitas eksternal
iii. Menanggapi sinyal ini, ego memobilisasi mekanisme pertahanan untuk
mencegah pemikiran dan perasaan yang tidak dapat diterima muncul ke
dalam kesadaran.
j. Kontribusi biologis :
i. Sistem saraf otonom
ii. Neurotransmitter : NE, 5HT, dan GABA
iii. HPA-axis
iv. Studi brain-imaging : CT, MRI
k. Tatalaksana :
i. Terapi psikologis : CBT, relaksasi, latihan, manajemen pernapasan
ii. Terapi farmakologis : anti-ansietas, SSRI, SNRI, TCA, MAOI, anti-
psikotik
iii. Kombinasi CBT dan farmakoterapi
iv. Terapi komorbid (ex : penyalahgunaan zat, gangguan mood, dsb).

Tujuan terapi gangguan cemas adalah pasien mampu berinteraksi secara normal terhadap
lingkungannya.
Catatan :

- Perbedaan episode cemas dan serangan panik :


- Gangguan cemas dan OCD sering terjadi dan menimbulkan gangguan fungsi, sering
dimulai dari masa anak-anak dan bertahan hingga dewasa, pasien-pasien ini umumnya
sangat responsif terhadap terapi farmakologis maupun CBT.

Anda mungkin juga menyukai